Free Essay

Akuntansi Penjualan Cicilan

In:

Submitted By nickobombay
Words 8427
Pages 34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dengan ketatnya persaingan dalam dunia usaha sekarang ini, membuat semakin meningkatnya persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar untuk memasarkan produknya, baik di dalam maupun di luar negeri. Kelancaran aktivitas investasi dan pembelanjaan perusahan sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan yang optimal dan untuk mencapai kontinuitas usaha perusahaan. Kontinuitas usaha perusahaan tersebut sangat tergantung pada dana yang memadai. Sekarang ini di dalam dunia bisnis banyak ditemukan kendala dalam menjalankan bisnis, seperti laba yang tidak meningkat, dan modal yang besar, sulitnya pengembangan usaha ke arah yang lebih baik dan hal lain yang biasa terjadi dalam dunia bisnis. Kesulitan terjadi dalam dunia bisnis mengharuskan pembisnis melakukan strategi-strategi yang jitu agar perusahaan dapat dikembangkan dan dapat bertahan dengan cara pembaharuan strategi penjualan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk penjualan adalah dengan melakukan penjualan cicilan dan memberikan kelonggaran kepada pelanggan untuk membayar. Tujuan perusahaan melakukan strategi ini adalah agar perusahaan mendapatkan laba yang diinginkan dan dapat mengembangkan usaha, oleh karena itu perusahaan harus bisa mengelola serta mengembangkan potensi yang telah dimiliki perusahaan. Dengan melakukan penjualan cicilan perusahaan menarik pelanggan lebih banyak, walaupun persaingan sangat ketat. Dengan adanya penjualan cicilan ini akan membantu masyarakat dengan daya beli terbatas untuk memiliki barang yang di inginkan. Keuntungan bagi perusahaan adalah pendapatan dari penjualan dan pendapatan bunga. Tujuan utama setiap perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang sekecil-kecilnya, perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan penjualan diantaranya dengan melakukan strategi penjualan cicilan. Dalam keadaan perekonomian sekarang ini laju permintaan terhadap barang tidak secepat penawarannya karena daya beli terbatas. Demi mendapatkan laba yang diinginkan maka Toko Irama Agung elektronik berani menanggung segala resiko yang ada. Untuk mengurangi resiko-resiko yang dihadapi dalam sebuah penjualan melaui cicilan maka sangat diperlukan suatu strategi dan perencanaan yang sangat baik dalam perusahaan. Mulai dari isi perjanjian atau persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang calon pembeli hingga tidakan apa yang akan dilakukan perusahaan nanti jika terjadi masalah dalam hal pembayaran cicilan yang telah disepakati sebelumnya.
Didalam penjualah cicilan ini peranan akuntansi sangatlah besar. Akuntansi sebagai suatu sisitem informasi mencakup kegiatan mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi keberbagai pihak yang berkepentingan. Informasi yang relevan, efektif dan efisien berguna dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan perusahaan lainnya. Misalnya untuk mengetahui seberapa besar sebenarnya kerugian perusahaan seandainya terjadi kegagalan dalam penyelesaian pembayaran cicilan. Karena itu pencatatan dalam perusahaan haruslah mengikuti ketentuan-ketentuan perakuntansian yang baik dan benar. Toko Irama Agung merupakan sebuah perusahaan dagang, yaitu perusahaan yang kegiatan utamanya adalah membeli barang (produk jadi) dan menjualnya kembali kepada para konsumen. Toko Irama Agung adalah sebuah Toko yang kegiatan utamanya melakukan penjualan barang-barang elektronik. Untuk meningkatkan volume penjualan, toko ini mengambil kebijakan dengan tidak hanya melakukan penjualan secara tunai, tetapi juga dengan penjualan kredit. Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Penjualan secara kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan harus menagih kepada pembeli tersebut.
Keterangan lebih lanjut tentang pelaksanaan penjualan cicilan pada Toko Irama Agung ini akan penulis bahas dalam tugas akhir yang berjudul “AKUNTANSI PENJUALAN CICILAN PADA TOKO IRAMA AGUNG ELEKTRONIK”

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penetapan akuntansi penjualan cicilan pada Toko Irama Agung ini.
2. Bagaimana perlakuan akuntansi pada pembatalan kontrak dan penjualan kembali barang yang telah ditarik.
3. Bagaimana pencatatan penjualan cicilan pada Toko Irama Agung ini.

1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi penjualan cicilan pada Toko Irama Agung.
2. Untuk memahami perlakuan akuntansi pada pembatalan kontrak dan pemilik kembali barang yang telah dijual.
3. Melakukan pencatatan penjualan cicilan pada Toko Irama Agung.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN
Untuk dapat mencapai tujuan penelitian dan pembahasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu :
1. Metode pengumpulan data
a. Observasi yaitu melakukan peninjauan langsung ke perusahaan baik yang dilakukan secara formal maupun informal.
b. Interview yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan yang bersangkutan mengenai masalah yang akan dibahas.
c. Dokumen review yaitu melakukan penelusuran dokumen terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang diteliti.
2. Metode analisis data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan metode kualitatif yaitu membandingkan antara teori yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan praktek yang ada dilapangan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini mencakup landasan teoritis mengenai topik yang dibahas. Teori-teori tersebut diantaranya mengenai pengertian akuntansi, pengertian penjualan cicilan, kebijaksanaan penjualan cicilan, metode pengakuan laba kotor dalam penjualan cicilan, pencatatan transaksi atas penjualan cicilan, metode penentuan bunga, gagal bayar atas penjualan cicilan, permasalahan yang timbul dalam penjualan cicilan dan Hubungan Penjualan Angsuran Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum perusahaan yang membahas sejarah berdirinya perusahaan, kegiatan perusahaan, dan struktur organisasinya.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian masalah yang dihadapi Toko Irama Agung Elektronik, analisa masalah, pengakuan laba kotor, penentuan bunga dalam penjualan cicilan, pembatalan kontrak penjualan cicilan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan serta saran untuk perbaikan terhadap permasalahan yang ditemui di perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN AKUNTANSI
Suatu disiplin yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien. Menurut Soemarso (2002) akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Tujuan utama dari akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar perusahaan. Akuntansi membantu pengambilan keputusan dengan menunjukan dimana dan kapan uang dihabiskan serta komitmen yang telah dibuat, mengevaluasi kinerja, dan menunjukan implikasi keuangan dalam memilih satu rencana dari pada yang lain. Akuntasi adalah sarana utama mengorganisasi dan mengikhtisarkan informasi tentang kegiatan ekonomi. Informasi ini diberikan kepada pengambilan keputusan dalam bentuk laporan keuangan.Akuntasi seringkali disebut bahasa bisnis, namun kegunaannya meluas sampai di luar dunia bisnis, karena akuntansi juga diperlukan dalam berbagai kehidupan terutama dalam mengelola keuangan.

2.2 PENGERTIAN PENJUALAN CICILAN
Penjualan cicilan merupakan salah satu cara penjualan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan berkala dalam jangka waktu tertentu, umumnya diatas satu tahun dan memerlukan uang muka. Menutur Utoyo Widayat (2000:70) Penjualan barang dagang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau cicilan. Penjualan produk sering kali dilakukan berdasarkan rencana pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjual menerima uang muka (down payment) dan sisanya dalam bentuk pembayaran cicilan selama beberapa tahun sesuai dengan perjanjian. Uang muka ini dikenakan kepada pembali dengan tujuan agar secara tidak langsung pihak pembeli telah diikat dan harus bertanggung jawab untuk membayar cicilannya pada waktu yang telah ditentukan. Disamping itu karena jangka waktu perlunasan yang relatif panjang, maka bunga dikenakan atas saldo piutang cicilan dan biaya-biaya tembahan yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan penjualan cicilan. Pada dasarnya penjualan cicilan masih termasuk kedalam penjualan kredit karena menurut Soemarso (2002:365)
Adanya suatu kebiasaan bagi sebuah perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada langganan-langganannya pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya, dalam bentuk memperbolehkan langganan membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.

2.3 KEBIJAKSANAAN PENJUALAN CICILAN
Penjualan cicilan yang merupakan penyebab dari piutang menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian bagi seluruh perusahaan. Disatu sisi dengan adanya piutang yang diberikan kepada konsumen maka nilai penjualan dari perusahaan akan meningkat, namun disisi lain jika ternyata dikemudian hari terdapat resiko pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran maka perusahaan justru akan mengalami kerugian.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pihak penjual dalam menetapkan kebijaksanaan penjualan cicilan yaitu :
1. Uang Muka
Dengan adanya uang muka ini berarti akan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi pada saat pembeli lalai dalam membayar kewajibannya dan sebagian modal kerja dapat diperoleh sehingga dapat dipergunakan untuk operasi berikutnya. Jadi semakin besar uang muka akan memperkecil resiko dan memperbesar terjadinya kembali modal kerja. Tetapi apabila uang muka yang dikenakan pada pembeli terlalu besar akan mengakibatkan bertambahnya daya saing dengan perusahaan lain yang berani melakukan penjualan cicilan dengan uang muka yang kecil dan bahkan tanpa uang muka. Hal itu akan mengakibatkan berkurangnya pembeli karena daya beli masyarakat yang terbatas.
2. Tingkat Bunga
Yang dimaksud dengan beban bunga sehubungan dengan transaksi penjualan cicilan yaitu suatu tingkat bunga yang dikenakan oleh penjual kepada pembeli. Jumlah yang dikenakan bunga adalah jumlah yang dibayar oleh penjual (harga jual dikurangi dengan uang muka).
3. Jangka Waktu Cicilan
Jangka waktu setiap periode cicilan yang tidak terlalu lama, agar pembeli tidak merasa terlalu berat membayar cicilannya, misalnya setiap 1 bulan.

4. Biaya-Biaya yang Timbul dari Penjualan Cicilan
Pada penjualan cicilan akan timbul biaya-biaya tambahan dibandingkan dengan penjualan tunai yang akan ditanggung penjual, yaitu biaya pembukuan, biaya penagihan, biaya service dan perbaikan.

5. Resiko-Resiko yang Mungkin Terjadi
Selama masa cicilan mungkin terjadi resiko, baik yang disengaja oleh pembeli maupun diluar kekuasaannya. Resiko tersebut antara lain :
a. Menurunnya kemampuan pembeli dalam melakukan penjualn cicilan
b. Meninggalnya pemberi, dimana ahli warisnya tidak dapat meneruskan kewajiban membayar cicilan
c. Itikad tidak baik atau pun kelalaian pembeli untuk tidak membayar cicilan, tidak menjaga atau memelihara barang agar tetap dalam keadaan baik.
d. Terjadi suatu musibah diluar kekuasaan pembeli, misalnya terjadi kebakaran atau bencana alam yang mengakibatkan rusak atau musnahnya barang tersebut.

2.4 METODE PENGAKUAN LABA KOTOR DALAM PENJUALAN CICILAN
1. Laba kotor diakui saat terjadinya transaksi penjualan
Dalam metode ini transaksi penjualan cicilan diperlakukan sama halnya dengan metode penjualan biasa. Laba kotor yang terjadi diakui pada saat penyerahan barang yang ditandai oleh timbulnya piutang atau tagihan kepada langganan. Prosedur ini membutuhkan semua biaya yang menyangkut penyelenggaraan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan cicilan, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat dari pembatalan kontrak. Laba kotor diakui pada saat periode penjualan.
Apabila metode ini digunakan, maka penjualan cicilan dilakukan seperti penjualan biasa, dimana laba diakui pada saat terjadinya pembayaran terakhir pada pembeli. Metode laba diakui pada periode penjualan mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Laba (selisih harga jual dengan harga pokok) diakui seluruhnya pada periode (tahun) dimana penjualan dilakukan.
2. Pada tahun berikutnya, tidak mengakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas dan mengurangi piutang.
3. Hasil penagihan (pembayaran) sesudah tahun penjualan dianggap sebagai pengembalian harga pokok.
4. Apabila konsumen dibebani bunga, maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan mengakui pendapatan bunga.

2. Laba kotor diakui secara proporsional sesuai dengan penerimaan kas (penagihan) setiap periode.
Dalam metode ini laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan yang menerapkan penjualan cicilan dalam jangak waktu cicilan melebihi satu periode akuntasi. Penjulan cicilan dapat dianggap sebagai transaksi khusus dan tidak dipandang sebagai transaksi penjualan biasa, sehingga pengakuan laba berdasarkan penerimaan kas. Dalam hal ini ada beberapa alternatif prosedur yang dapat dilaksanakan.
Prosedur yang menghubungkan tingkat laba dengan realisasi penerimaan cicilan pada perjanjian penjualan cicilan adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan tagihan pertama dianggap terlebih dahulu sebagai pelunasan harga pokok barang yang terjual. Setelah harga pokok tertutup maka penerimaan tagihan selanjutnya dianggap sebagai realisasi laba.
2. Penerimaan tagihan pertama dianggap sebagai realisasi laba bruto penjualan cicilan. Setelah realisasi laba bruto terpenuhi dari hasil penerimaan tagihan ini, maka penerimaan tagihan selanjutnya digunakan untuk menutup harga pokok.
3. Penerimaan tagihan dianggap sebagai perolehan kembali harga pokok dan laba. Masing-masing penerimaan tagihan dari hasil penjualan cicilan dianggap untuk menutup harga pokok dan realisasi laba pokok berdasarkan perbandingan jumlah masing-masing yang terdapat pada harga jual.
Metode laba kotor diakui secara proposional sesuai dengan penerimaan kas ini bertujuan untuk membagi secara merata laba bruto atas penjualan cicilan selama cicilan. Dalam hal ini harus diperhitungkan kemungkinan tidak dapatnya laba kotor dilealisir seluruhnya, dan biaya yang terjadi waktu penagihan merupakan pengurangan laba.

2.5 PENCATATAN TRANSAKSI ATAS PENJUALAN CICILAN
Pada tanggal 7 September 2007 PT ABC sebagai dealer barang-barang eletronik telah menjual barangnya dengan harga Rp. 50.000.000,00 secara cicilan, dengan syarat Rp. 10.000.000,00 sebagai uang muka dan sisanya dapat dicicil selama 12 kali cicilan setiap bulannya.
Jurnal yang diperlukan saat terjadi transaksi :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
7/9/2007 Untuk mencatat penjualan cicilan Piutang cicilan Rp. 50.000.000,00 Penjualan cicilan Rp. 50.000.000,00 Untuk mencatat penerimaan uang muka Kas Rp. 10.000.000,00 Piutang cicilan Rp. 10.000.000,00 Untuk mencatat penerimaan cicilan Kas Rp. 3.333.000,00 Piutang cicilan Rp. 3.333.000,00
Sumber : Soemarso (2002)

2.6 METODE PENENTUAN BUNGA
Didalam perjanjian penjualan cicilan, biasanya selain memperhitungkan laba juga memperhitungkan beban bunga terhadap jumlah harga dalam kontrak yang belum dibiayai oleh pembeli. Beban bunga ini biasanya dibayar bersama dengan pembayaran cicilan atas dasar harga menurut kontrak.
1. Metode Bunga Jangka Panjang (Long ang Intrest)
Metode ini disebut juga dengan metode bunga efektif. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak pada setiap awal periode cicilan yang bersangkutan, sehingga nilai bunga penjualan cicilan pun semakin kecil tiap periode cicilan.
Contoh :
Pada tanggal 10 Agustus 2005 PT. Paramita telah menjual sebuah mesin seharga Rp 4.000.000,00 atas dasar penjualan cicilan. Uang muka (Down Payment) ditetapkan oleh Perusahaan sebesar Rp 1.000.000,00 sedangkan sisanya dibayarkan dalam waktu 1 Tahun dengan 6 kali cicilan (setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan sebesar 12% per tahun.

Penyelesaian : Harga jual mesin Rp 4.000.000,00 Uang muka Rp 1.000.000,00 Sisa cicilan Rp 3.000.000,00 Besar pembayaran setiap kali cicilan adalah Rp 500.000,00
Perhitungan Bunga :
Bunga cicilan ke- 1 = 12% x 2/12 x Rp 3.000.000,00 = Rp 60.000,00
Jumlah pembayaran = Rp 500.000,00 + Rp 60.000,00 = Rp 560.000,00
Bunga cicilan ke- 6 = 12% x 2/12 x Rp 500.000,00 = Rp 10.000,00
Jumlah pembayaran = Rp 500.000,00 + Rp 10.000,00

Tabel 1 : Metode bunga jangka panjang
Tanggal
Pembayaran Pembayaran
Bunga Pembayaran
Cicilan Total
Pembayaran Saldo pokok 10/10/2004 - - - Rp 4.000.000,00
10/10/2004 - Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 3.000.000,00
10/12/2004 Rp 60.000,00 Rp 500.000,00 Rp 560.000,00 Rp 2.500.000,00
10/2/2005 Rp 50.000,00 Rp 500.000,00 Rp 548.800,00 Rp 2.000.000,00
10/4/2005 Rp 40.000,00 Rp 500.000,00 Rp 537.824,00 Rp 1.500.000,00
10/6/2005 Rp 30.000,00 Rp 500.000,00 Rp 527.670,00 Rp 1.000.000,00
10/8/2005 Rp 20.000,00 Rp 500.000,00 Rp 516.526,00 Rp 500.000,00
31/09/2005 Rp 10.000,00 Rp 500.000,00 Rp 506.196,00 -
Jumlah Rp 210.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 4.210.000,00 -
Sumber : Utoyo Widayat (2000)
Jurnal yang Diperlukan Untuk Mencatat Transaksi Penjualan Cicilan
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10/10/2004 Kas Rp. 1.000.000,00 Piutang cicilan Rp. 3.000.000,00 Penjualan cicilan Rp. 4.000.000,00 10/12/2004 Kas Rp. 560.000,00 Piutang cicilan Rp. 500.000,00 Pendapatan bunga Rp. 60.000,00
Sumber : Utoyo Widayat (2000)

2. Metode Bunga Jangka Pendek (Short and Interest)
Bunga diperhitungkan dari sisa setiap cicilan yang harus dibayar, yang dihitung setiap tanggal perjanjian ditanda tangani sampai tanggal jatuh tempo setiap cicilan yang besangkutan. Dalam metode ini bunga cicilan pertama adalah paling kecil kemudian semakin lama akan semakin besar yang dibayar tiap periode cicilan. Dari contoh sebelumnya, jumlah yang harus dibayar setiap periode adalah sebagai berikut : Bunga cicilan ke 1 = 12% x 2/12 x Rp 500.000,00 = Rp 10.000,00 Jumlah pembayaran = Rp 500.000,00 + Rp 10.000,00 = Rp 510.000,00 Bungan cicilan ke-6 = 12% x 2/12 x Rp 3.000.000,00 = Rp 600.000,00 Jumlah pembayaran = Rp 500.000,00 + Rp 60.000,00 = Rp 560.000,00
Tabel 2 : Metode bunga jangka pendek
Tanggal
Pembayaran Pembayaran
Bunga Pembayaran
Cicilan Total
Pembayaran Saldo Pokok

10/10/2004 - - - Rp 4.000.000,00
10/10/2004 - Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 3.000.000,00
10/12/2004 Rp 10.000,00 Rp 500.000,00 Rp 510.000,00 Rp 2.500.000,00
10/2/2005 Rp 20.000,00 Rp 500.000,00 Rp 520.000,00 Rp 2.000.000,00
10/4/2005 Rp 30.000,00 Rp 500.000,00 Rp 530.000,00 Rp 1.500.000,00
10/6/2005 Rp 40.000,00 Rp 500.000,00 Rp 540.000,00 Rp 1.000.000,00
10/8/2005 Rp 50.000,00 Rp 500.000,00 Rp 550.000,00 Rp 500.000,00
31/9/2005 Rp 60.000,00 Rp 500.000,00 Rp 560.000,00 -
Jumlah Rp 210.000,00 Rp 12.000.000,00 Rp 4.210.000,00 -
Sumber : Utoyo Widayat (2000)
Jurnal yang diperlukan untuk mencatat penerimaan pendapatan bunga
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10/10/2004 Penjualan cicilan Rp. 60.000,00 Pendapatan bunga Rp. 60.000,00 Kas Rp. 560.000,00 Piutang cicilan Rp. 500.000,00 Pendapatan bunga Rp. 60.000,00
Sumber : Utoyo Widayat (2000)

3. Metode Bunga Tetap (Metode Flat)
Bunga dihitung dari sisa kontrak setelah dikurangi dengan uang muka kemudian dikali dengan tingkat bunga tertentu. Cicilan setiap periode adalah sisa harga tersebut ditambah bunga dan dibagi dengan lamanya cicilan. Dengan demikian bunga dan jumlah cicilan yang dibayarkan tiap periode adalah sama jumlahnya. Berdasarkan pada contoh sebelumnya maka akan dihitung pembayaran bunga untuk tiap kali cicilan sebagai berikut: Harga kendaraan Rp 4.000.000,00 Uang muka Rp (1.000.000,00) Sisa harga Rp Rp 3.000.000,00 Bunga Flat 1% per bulan (Pembayaran setiap 2 bulan sekali, jadi bunga 2%) = 2% x 6/12 x Rp 3.000.000,00 = 30.000

Tabel 3 : Metode bunga tetap (Flat)
Tanggal
Pembayaran Jumlah
Cicilan Pembayaran bunga Cicilan
Pokok Saldo
Pembayaran
10/10/2004 - - - Rp 4.000.000,00
10/10/2004 - - - Rp 3.000.000,00
10/12/2004 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 2.500.000,00
10/2/2005 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 530.000,00 Rp 2.000.000,00
10/4/2005 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 530.000,00 Rp 1.500.000,00
10/6/2005 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 530.000,00 Rp 1.000.000,00
10/8/2005 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 530.000,00 Rp 500.000,00
31/9/2005 Rp 5.00.000,00 Rp 30.000,00 Rp 530.000,00 -
Jumlah Rp 3.000.000,00 Rp 3.180.000,00 -
Sumber : Utoyo Widayat (2000)

2.7 GAGAL BAYAR PENJUALAN CICILAN (DEFAULT)
Gagal bayar dapat digolongkan ke dalam dua garis besar yaitu :
1) Barang tidak dapat ditarik kembali
Dalam hal ini perusahaan akan mengalami kerugian sebesar harga pokok yang belum terpulihkan oleh penerimaan hasil penjualan. Kerugian akan dicatat sebagai beban kerugian piutang (penghapusan piutang dengan metode langsung) atau mengurangi cadangan kerugiaan piutang (penghapusan piutang dengan metode cadangan).
Pencatatan :
Keterangan Debit Kredit
Laba kotor belum direalisasi xxx
Beban kerugian piutang/cadangan kerugian piutang xxx Piutang cicilan xxx
Sumber : Soemarso (2002)

2) Barang dapat ditarik kembali
Apabila barang dapat ditarik kembali, perusahaan mungkin mengalami kerugian atau keuntungan. Besarnya kerugian atau keuntungan perusahaan tersebut tergantung dari berapa nilai barang yang dapat ditarik tersebut diperkirakan. Apabila nilai barang yang ditarik diperkirakan lebih besar dari sisa harga pokok yang belum ditutupi oleh penerimaan hasil penjualan maka akan diakui adanya keuntungan.
Pencatatan :

Keterangan Debit Kredit
Barang bekas xxx
Laba kotor belum direalisasi xxx Piutang cicilan xxx Laba penarikan kembali xxx
Sumber : Soemarso (2002)
Namun apabila nilai barang yang ditarik kembali lebih kecil dari sisa harga pokok yang belum ditutupi oleh penerimaan hasil penjualan maka akan diakui adanya kerugian.
Pencatatan :
Keterangan Debit Kredit
Barang bekas xxx
Laba kotor belum direalisasi xxx
Beban kerugian piutang xxx Piutang cicilan xxx
Sumber : Soemarso (2002)

2.8 Pemasalahan yang Timbul dalam Penjualan Cicilan
Pada penjualan cicilan ini kemungkinan terjadinya masalah sangat besar. Adapun masalah yang akan timbul dalam penjualan cicilan dengan waktu yang lama adalah sebagai berikut:
1. Penjualan Cicilan dengan tukar tambah (Trade-in)
Yang dimaksud tukar tambah (Trade-in) adalah Apabila penjual menyerahkan barang-barang baru dengan perjanjian cicilan, sedangkan pembayaran pertama (Down Payment) dari pembeli berupa penyerahan barang-barang bekas. Barang yang diterima dari pertukaran harus dinilai kembali dengan memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-perbaikan serta suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan kembali barang bekas tersebut. Dalam hal ini barang yang diterima menurut tawar menawar dianggap sebagai harga pertukarannya.
Adapun pencatatan yang diperlukan dalam tukar tambah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencatat penjualan
Keterangan Debit Kredit
Persediaan barang dagang tukar tambah xxx
Cadangan kelebihan harga tukar tambah xxx
Piutang cicilan xxx Penjualan cicilan xxx
Sumber : Soemarso (2002)

2. Untuk mencatat HPP cicilan
Keterangan Debit Kredit
HPP penjualan cicilan xxx Persediaan barang dagang baru xxx
Sumber : Soemarso (2002)
2. Ketidakmampuan dan Kepemilikan Kembali dalam Penjualan Cicilan
Apabila pihak pembeli tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang cicilannya (sesuai dengan kontrak), pihak penjualan berhak untuk menarik kembali barang dagang yang telah dijual dari si pembali. Jika terjadi hal demikian maka pihak penjual melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Menilai barang-barang yang ditarik kembali dangan nilai wajar.
2. Mencatat pemilikan kembali.
3. Menghapus saldo perkiraan piutang usaha cicilan.
4. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan.
5. Mencatat rugi dari pemilikan kembali.
Laba atau rugi pembatalan penjualan cicilan yang diakui adalah tergantung metode pengakuan laba kotor yang digunakan (laba kotor diakui saat penjualan atau laba kotor diakui secara proposional dengan penerimaan kas).
1. Laba kotor diakui pada saat penjualan
Pada metode ini laba kotor diakui saat penjualan sehingga saldo piutang penjualan cicilan merupakan harga pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan cicilan merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan cicilan.
2. Laba kotor diakui secara proposional dengan penerimaan kas
Pada metode ini laba kotor diakui proposional dengan penerimaan kas, sehingga saldo piutang penjualan cicilan merupakan unsur laba kotor belum direalisasi dan harga pokok penjualan cicilan. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan cicilan dan laba kotor belum direalisasi merupakan laba/rugi pembatalan penjualan cicilan. Adapun pencatatan yang diperlakukan dalam pemilikan kembali barang dagang adalah :
Contoh:
Toko Sentosa menjual barang dagangnya secara cicilan, pada tanggal 10 Oktober 2007 terjadi pembatalan atas penjualan cicilan yang terjadi tahun sebelumnya. Informasi mengenai penjualan cicilan yang dibatalkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjualan semula Rp. 30.000.000,00
2. Harga pokok penjualan cicilan Rp. 20.000.000,00
3. Tingkat laba kotor 25% dari harga jual
4. Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp. 15.000.000
5. Taksiran nilai realisasi bersih atas harga yang diterima kembali Rp. 8.000.000,00

Pembahasan:
1. Laba kotor diakui saat penjualan
Harga jual Rp.30.000.000 Piutang yang sudah ditagih Rp.15.000.000 - Piutang yang belum ditagih Rp.15.000.000 Taksiran nilai realisasi bersih Rp. 8.000.000 - Laba pembatalan penjualan cicilan Rp. 6.000.000
2. Laba kotor diakui pada periode penerimaan kas
Harga jual Rp.30.000.000
Piutang yang sudah ditagih Rp.15.000.000 –
Piutang yang belum ditagih Rp.15.000.000
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 7.500.000 - HPP yang belum dibayar Rp. 7.500.000 Taksiran nilai realisasi bersih Rp. 8.000.000 - Rugi pemilikan kembali Rp. 500.000 Jurnal yang dalam pemilikan kembali barang dagang
Pada saat penjualan:
Keterangan Debit Kredit
Persediaan barang dagang Rp.7.500.000
Rugi pembatalan cicilan Rp. 500.000 Piutang cicilan Rp.8.000.000
Sumber : Soemarso (2002)

Pada saat kas diterima:
Keterangan Debit Kredit
Persediaan barang dagang Rp.7.500.000
Laba kotor belum direalisasi Rp.7.500.000 Piutang cicilan Rp.14.500.000 Laba pembatalan cicilan Rp. 500.000
Sumber : Soemarso (2002)

2.9 Hubungan Penjualan Cicilan Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Dalam hubungannya dengan SAK, penjualaan angsuran dapat dikatakan berhubngan dengan:
a. PSAK NO. 16 tentang Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain
Hal ini dikarenakan, kebanyakan penjualan angsuran adalah aktiva tetap sebuah perusahaan, seperti : gedung, tanah, peralatan. Dalam penjualan aktiva tetap ini akan muncul piutang dan bunga.
b. PSAK NO. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat
Hal ini dikarenakan, penjualan angsuran pada mulanya adalah penjualan real estat, ditambah lagi penjualan real estat sampai sekarang masih merupakan cicilan, jarang sekali yang membayar langsung karena begitu besar biaya yang harus dikeluarkan sehingga lebih baik di cicil.
c. PSAK NO. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
Hal ini dikarenakan, dalam perhitungan pajak penghasilan dari sebuah perusahaan, kadang kala terdapat selisih pajak dan juga pengaturan atas selisih pajak ini harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan suatu kerancuan.
d. PSAK NO. 47 tentang Akuntansi Tanah
Hal ini dikarenakan, dalam prakteknya tanah adalah suatu aktiva yang banyak diperjual belikan dengan angsuran, karena mahalnya harga tanah terlebih lagi di kota besar.

e. PSAK NO. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva
Hal ini dikarenakan, dalam penjualan angsuran bila si pembeli tidak mampu membayar maka akan terdapat pemilikan kembali akan aktiva tersebut dan biasanya harganya cendenrung menurun dari harga sewaktu menjual aktiva tersebut secara angsuran.

BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN Toko Irama Agung Elektronik adalah Toko Elektronik yang didirikan oleh Bapak Eka Kurniawan. SE. Toko Irama Agung ini beralamat Jl. Permindo No.20 Padang. Awalnya toko ini berdiri tahun 1992 bergerak dibidang jasa yaitu service TV,Tape dan barang elektronik yang lain-lain. Pada sekitar tahun 1998 Toko Irama Agung mulai menjual barang-barang elektronik sampai saat ini. Dari usaha pecah belah tersebut Toko Irama Agung terus berkembang hingga akhirnya menjadi salah satu perusahaan resmi untuk memasarkan produk LG dan Sharp, jenis-jenis alat elektronik merek LG dan Sharp yang dijual oleh Toko ini seperti : TV, Kulkas, Mesin Cuci, Tape, VCD, DVD, AC.

3.2 KEGIATAN PERUSAHAAN Toko Irama Agung Elektronik ini bergerak dalam jual-beli macam-macam barang elektronik. Toko Irama Agung elektronik ini menjual barang dagangnya secara tunai dan kredit. Kredit atau cicilan diberikan kepada pelanggan tetap dengan jangka waktu satu tahun dan pelanggan non tetap enam bulan. Toko Irama Agung elektronik membeli barang dagang secara tunai dan kredit atau cicilan.

3.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Struktur Organisasi sangat diperlukan oleh setiap perusahaan, agar kegiatan perusahaan berjalan dengan lancar serta karyawan mampu menyelesaikan tugas menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam mengelola perusahaan ini Bapak Eka memiliki 8 orang karyawan: bagian pengiriman,bagian penjualan dan bagian Pembukuan.

Deskripsi jabatan pada Toko Irama Agung Elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pimpinan
Pemilik modal Toko Irama Agung Elektronik menjabat langsung sebagai Pimpinan toko. Adapun tugas dan wewenang Pimpinan adalah :
a. Membeli barang langsung ke pemasok
b. Memberikan modal untuk operasional toko
c. Membantu kinerja karyawan toko
d. Setiap kebijakan yang akan di ambil melalui persetujuan dari pimpinan
b. Bagian Penjualan
Tugas-tugas dari bagian penjualan adalah :
a. Melayani konsumen yang ingin membeli
b. Menyusun serta menghitung setiap ada barang masuk
c. Mengisi faktur setiap terjadi penjualan
d. Melaporkan kepada Pimpinan jika ada barang yang hilang/rusak, dan lain-lain.
c. Bagian Pembukuan
Adapun tugas dari bagian administrasi ini adalah :
a. Melakukan kegiatan administrasi seperti pembukuan terhadap transaksi-transaksi, seperti: transaksi penjualan baik itu tunai dan kredit dan pembelian
b. Merekap transaksi penjualan yang terjadi setiap hari
c. Mengarsip data transaksi setiap bulan
d. Membuat laporan keuangan berupa kas masuk dan kas keluar
e. Membuat semua dokumen toko seperti faktur, order, dan lain-lain
f. Mencatat jumlah hutang dan piutang dagang toko
g. Menyetor kas tunai setiap bulan kepada pimpinan toko
d. Bagian Pengiriman
a. Melakukan kegiatan administrasi seperti pembukuan terhadap transaksi-transaksi, seperti: transaksi penjualan dan pembelian
b. Merekap transaksi penjualan yang terjadi setiap hari
c. Mengirim barang dan mengambil barang kalau ada pelanggan yang selama tiga bulan belum membayar angsurannya.

BAB IV
URAIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

4.1 Uraian Permasalahan
Sejak berdirinya Toko Irama Agung hingga sampai saat sekarang telah banyak mengalami kemajuan, kemajuan tersebut dapat dilihat dari berbagai hal dalam perusahaan. Dari segi fisik tempat usaha Toko Irama Agung telah memiliki gedung sendiri dan kendaraan yang digunakan sebagai operasional. Toko ini menjual barang dagangnya secara tunai dan cicilan. Dalam bidang administrasi dan pembukuan perusahaan telah menunjuk seorang yang berwenang dan bertanggung jawab atas tugas tersebut yaitu kasir, yang melakukan pencatatan terhadap semua transaksi, termasuk transaksi penjualan dan hutang piutang. Dengan adanya pencatatan terhadap transaksi hutang piutang ini diharapkan hubungan dengan pemasok dan pelanggan akan tetap terjaga dengan baik. Namun dalam pencatatan yang dilakukan Toko ini masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah:
a. Pembukuan yang dilakukan tidak memisahkan antara penjualan tunai dengan penjualan angsuran sehingga laba kotor yang dihasilkan oleh masing-masing penjualan tidak diketahui secara jelas.
b. Perusahaan memiliki kartu piutang akan tetapi informasi yang terdapat dikartu piutang tidak menjelaskan proporsi laba dan harga pokok yang dapat diakui dari setiap pembayaran kas dari pelanggan.
c. Toko ini tidak memiliki bunga atas penjualan cicilan tersebut.
Contoh transaksi penjualan cicilan menurut Toko Irama Agung adalah sebagai berikut :
Tanggal 1 November 2007 dijual 1 unit TV LG 20 CA 80 sama Pak Hartono dengan harga Rp. 2.590.000,- dengan harga pokok Rp. 1.850.000,- uang muka Rp. 370.000,- dan sisa harganya dibayar dalam waktu 15 bulan, Jasa angkut barang Rp. 37.500 langsung dibayar oleh konsumen pada saat di kirimnya barang tersebut. Pembayaran angsuran pertama pada tanggal 1 Desember 2007.
Keterangan
Pencatatan yang dilakukan oleh Toko Irama Agung adalah :

Pada saat penjualan
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/11/2007 Piutang usaha angsuran Rp. 2.590.000 Penjualan cicilan Rp. 2.590.000 Harga pokok penjualan cicilan Rp. 1.850.000 Persediaan barang dagang Rp. 1.850.000 Uang muka Kas Rp. 370.000 Piutang usaha cicilan Rp. 370.000 Kas Rp. 37.500 Jasa angkut Rp. 37.500

Pada saat angsuran:
Angsuran = (2.590.000 – 370.000) ÷ 15 bulan = 148.000
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/12/2007 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/01/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/02/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/03/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/04/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/05/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/06/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/07/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/08/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000 1/09/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/10/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/11/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/12/2008 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/01/2009 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000
1/02/2009 Kas 148.000 Piutang usaha cicilan 148.000

Dapat dilihat lebih jelas di format Kartu Piutang Usaha Cicilan Pak Hartono :
No Tanggal
Pembayaran Jumlah
Angsuran Sisa
Angsuran Paraf 2.220.000
1 1/12 - 07 148.000 2.072.000
2 1/1 – 08 148.000 1.924.000
3 1/2- 08 148.000 1.776.000
4 1/3 – 08 148.000 1.628.000
5 1/4 - 08 148.000 1.480.000
6 1/5- 08 148.000 1.332.000
7 1/6-08 148.000 1.184.000
8 1/7-08 148.000 1.036.000
9 1/8-08 148.000 888.000
10 1/9-08 148.000 740.000
11 1/10-08 148.000 592.000
12 1/11-08 148.000 444.000
13 1/12-08 148.000 296.000
14 1/1-09 148.000 148.000
15 1/2- 09 148.000 0

3.2 Pembahasan masalah Metode pengakuan laba kotor yang dipakai oleh Toko ini adalah dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Dengan penetapan laba kotor yang demikian, maka tidak ada pemisahan laba kotor atas penjualan angsuran dengan penjualan tunai. Kontrak-kontrak penjualan yang jangka waktunya melebihi satu periode akuntansi harus memakai metode pengakuan pendapatan pada saat penagihan per kas, hal-hal yang menjadi alasan penolakan pengakuan pendapatan pada saat penjualan terjadi menurut Hadori Yunus dan Harnanto (2000: 113) adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan terjadinya pengembalian barang atau pembatalan kontrak dimasa yang akan datang.
2. Ketidakpastian pelunasan piutang oleh pembeli baik secara sengaja (lalai dalam membayar angsuran) maupun tidak disengaja (kebakaran, bencana alam, pembeli meninggal dunia dan lain-lain.
3. Timbulnya biaya-biaya tambahan sesudah terjadinya penjualan.
Metode yang lebih tepat untuk menetapkan laba kotor adalah dengan mengalokasikan jumlah kas yang diterima sebagai pengembalian atas harga pokok dan sekaligus realisasi laba. Dalam penggunaan metode angsuran ini, selisih antara harga jual dengan harga pokok penjualan dicatat sebagai laba kotor yang belum direalisasi kemudian akan ditutup secara berkala kedalam jurnal realisasi laba kotor. Persentase laba kotor dapat diketahui dengan rumus:

Persentase Laba kotor =
Atau
Persentase laba kotor =
Rumus mencari berapa biaya pada cicilan pertama :
Angsuran = Harga jual – DP (down payment)
Bunga = (Harga jual – DP (down payment)) X Tarif bunga
Pembahasan untuk pencatatan pada transaksi yang sama menurut akuntansi adalah
Tanggal 1 November 2007 dijual 1 unit TV LG 20 CA 80 sama Pak Hartono dengan harga Rp. 2.590.000,- dengan harga pokok Rp. 1.850.000,- uang muka Rp. 370.000,- dan sisa harganya dibayar dalam waktu 15 bulan, ongkos angkut barang Rp. 37.500 langsung dibayar oleh konsumen pada saat di kirimnya barang tersebut. Pembayaran angsuran pertama pada tanggal 1 Desember 2007.
Karena toko ini tidak memberikan bunga, bunga yang didapati dari selisih penjualan tunai dengan penjualan cicilan dapat di lihat dari penjelasannya di bawah ini:
Penjualan tunai Rp.2.220.000
Penjualan cicilan Rp.2.590.000 –
Selisih Rp. 370.000

Jadi, Rp. 370.000 dibagi 15 bulan jadi bunganya 24.666,67
Angsuran = (2.220.000 – 370.000) ÷ 15 bulan = 123.333,33

Jadi pencatatannya adalah:
Pada saat penjualan
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/11/2007 Piutang usaha cicilan Rp. 2.220.000 Piutang bunga Rp. 370.000 Kas Rp. 370.000 Penjualan cicilan Rp. 2.590.000 Pendapatan bunga Rp. 370.000 Harga pokok penjualan cicilan Rp. 1.850.000 Persediaan barang dagang Rp. 1.850.000 Kas Rp. 37.500 Jasa angkut Rp. 37.500

Pada saat awal periode angsuran:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/12/2007 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
31/12/2007 Penyesuaian Penjualan cicilan Rp. 2.220.000 Harga pokok penjualan cicilan Rp. 1.850.000 Laba kotor belum direalisasi Rp. 370.000 Laba kotor belum direalisasi Rp. 81.893,33 Realisasi Laba kotor Rp. 81.893,33 Pendapatan bunga Rp. 345.333,33 Piutang bunga Rp. 345.333,33
31/07/2007 Penutup Realisasi laba kotor Rp. 81.893,33 Pendapatan bunga Rp. 24.666,67 Ikhtisar laba/rugi Rp. 106.560
1/01/2008 Pembalik Piutang bunga Rp. 345.333,33 Pendapatan bunga Rp. 345.333,33
1/01/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/02/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/03/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33

1/04/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/05/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/06/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/07/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/08/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/09/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/10/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33 1/11/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
1/12/2008 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
31/12/2008 Penyesuaian Pendapatan bunga Rp. 49.333,33 Piutang bunga Rp. 49.333,33 Laba kotor belum direalisasi Rp. 245.679,99 Realisasi Laba kotor Rp. 245.679,99
31/12/2008 Penutup Realisasi laba kotor Rp. 245.679,99 Pendapatan bunga Rp. 296.000 Ikhtisar laba/rugi Rp. 541.679 Pembalik
1/01/2009 Piutang bunga Rp. 49.333,33 Pendapatan bunga Rp. 49.333,33
1/01/2009 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33 1/02/2009 Kas Rp. 148.000 Piutang bunga Rp. 24.666,67 Piutang usaha cicilan Rp. 123.333,33
28/02/2009 Penyesuaian Laba kotor belum direalisasi Rp. 40.946,67 Realisasi Laba kotor Rp. 40.946,67
28/02/2009 Penutup Realisasi laba kotor Rp. 40.946,67 Pendapatan bunga Rp. 49.333,33 Ikhtisar laba/rugi Rp. 90.280

3.3 Penentuan Bunga Dalam Penjualan Cicilan Metode yang dipakai dalam penentuan besarnya pembayaran yang akan dicicil oleh pembeli adalah metode dengan flat. Pada metode ini besarnya angsuran yang akan dibayar oleh pembeli setiap bulannya adalah sama, begitu juga dengan besarnya bunga. Dalam usaha menarik pembeli, perusahaan dapat menempuh cara perhitungan bunga dihitung dari harga kontrak awal setelah diperhitungkan dengan uang muka dengan membebankan persentase bunga yang lebih rendah dari pada cara yang lain, sehingga menghasilkan jumlah pendapatan bunga yang sama. Kelebihan sistem bunga flat adalah jika kita hendak melakukan pelunasan awal, maka porsi pokok hutang yang berkurang cukup sebanding dengan jumlah uang yang telah kita angsur. Namun kelemahannya, bunga itu cukup besar karena dihitung dari pokok hutang awal. Sistem bunga efektif akan lebih berguna untuk pinjaman jangka panjang yang tidak buru-buru dilunasi di tengah jalan, karena jika kita membandingkan nominal bunga yang kita bayarkan, jauh lebih kecil dari sistem bunga flat. Jadi sistem bunga flat ini menguntungkan bagi toko ini karena pendapatan bunganya sama tiap bulan beda sama sistem bunga efektif yg tiap bulannya berbeda-beda. Pendekatan pengakuan pendapatan bunga yang digunakan adalah pendekatan laba rugi karena tiap bulan toko ini menerima bunga dari konsumen dan pada akhir periode akuntansi pendapatan bunga yang diterima akan di jumlahkan akan di catat didalam laporan laba rugi. Dari Analisa diatas dapat dibuatkan format kartu piutang usaha cicilan yang baru, agar bisa menerangkan adanya pendapatan bunga secara jelas:

Nama Debitur :Hartono Harga : Rp 2.220.000
Alamat :Sawahan 5 uang muka : Rp 370.000
Nama barang :TV LG 20 CA 80 Sisa utang : Rp 1.850.000
Tanggal :1 November 2009 Angsuran/bulan :Rp 123.333,33
Lama :15 Bulan Bunga/bulan : Rp. 24.666,67

No Tanggal
Pembayaran Jumlah
Angsuran Bunga Jumlah
Pembayaran Saldo
Pembayaran Paraf 1/11-07 2.220.000 1/11-07 370.000 1.850.000
1 1/12- 07 123.333,33 24.666,67 148.000 1.726.666,67
2 1/1 – 08 123.333,33 24.666,67 148.000 1.603.333,34
3 1/2- 08 123.333,33 24.666,67 148.000 1.480.000,01
4 1/3 – 08 123.333,33 24.666,67 148.000 1.356.666,68
5 1/2 - 08 123.333,33 24.666,67 148.000 1.233.333,35
6 1/5- 08 123.333,33 24.666,67 148.000 1.110.000,02
7 1/6-08 123.333,33 24.666,67 148.000 986.666,69
8 1/7-08 123.333,33 24.666,67 148.000 863.333,36
9 1/8-08 123.333,33 24.666,67 148.000 740.000,03
10 1/9-08 123.333,33 24.666,67 148.000 616.666,7
11 1/10-08 123.333,33 24.666,67 148.000 493.333,37
12 1/11-08 123.333,33 24.666,67 148.000 370.000,04
13 1/12-08 123.333,33 24.666,67 148.000 246.666,71
14 1/1-09 123.333,33 24.666,67 148.000 123.333,38
15 1/2-09 123.333,33 24.666,67 148.000 0,05

4.4 Pembatalan Kontrak Penjualan Cicilan
Resiko yang pada umumnya terjadi dalam angsuran adalah tidak sanggupnya pembeli untuk melunasi angsuranya. Hal ini tentu akan mengakibatkan kerugian bagi sipenjual. Untuk menanggulangi adanya kerugian tersebut, Toko ini memiliki kebijakan yaitu dengan menarik kembali barang elektronik yang telah dijual apabila pembeli sudah tidak mampu lagi membayar angsurannya. Sebelum melakukan penarikan kembali, perusahaan akan mengutus kolektor untuk mengingatkan kepada pembeli atas angsuran yang belum dibayar dan diberikan tenggang waktu. Setelah tenggang waktu habis dan angsuran belum dibayar perusahaan akan mengirimkan surat pemberitahuan terlebih dahulu dan disusul dengan surat peringatan. Jika terjadi hal demikian maka pihak Toko Irama Agung ini melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Menilai barang-barang yang akan ditarik kembali dengan nilai wajar
2. Mencatat pemilikan kembali
3. Menghapuskan saldo perkiraan piutang usaha angsuran
4. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan
5. Mencatat rugi dan pemilikan kembali
Prosedur Penarikan Barang Kembali : Didalam melakukan penjualan melalui penjualan cicilan kadang perusahaan menemui berbagai kendala dan keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Salah satunya adanya terhentinya pembayaran oleh konsumen dalam melakukan kewajibannya untuk membayar cicilan barang-barang elektronik yang telah mereka beli. Jika hal ini terjadi maka toko ini akan melakukan tindakan-tindakan agar konsumen segera melakukan kewajibannya, jika konsumen tidak juga bisa melakukan pembayaran tersebut maka pihak toko akan menarik kembali barang-barang elektronik yang telah mereka jual pada konsumen tersebut. Adapun prosedur-prosedur yang harus dilalui toko dalam penarikan barang kembali adalah sebagai berikut:
1) Bagian kasir melaporkan adanya keterlambatan atau penunggakan pembayaran cicilan oleh konsumen kepada bagian penjualan.
2) Bagian penjualan akan memberikan peringatan kepada konsumen melalui telepon. Biasanya hal ini dilakukan jika konsumen telah melakukan keterlambatan pembayaran selama sepuluh hari dan perusahaan beranggapan bahwa konsumen lupa akan kewajibannya.
3) Jika dalam waktu tiga puluh hari tidak ada perkembangan maka Toko ini akan mengirimkan surat teguran kepada konsumen tersebut.
4) Setelah surat teguran diberikan konsumen masih belum melakukan pembayaran kepada perusahaan terhitung sepuluh hari dari tanggal pengiriman surat teguran, maka pihak toko akan mendatangi tempat konsumen berdomisili untuk menarik barang-barang elektronik yang telah dijual secara cicilan. Pada tahap ini toko ini akan beranggapan bahwa konsumen mempunyai itikad yang tidak baik atau konsumen memang tidak sanggup lagi untuk melanjutkan pembayaran cicilan barang elektronik tersebut.
5) Jika konsumen tidak sanggup lagi membayar cicilan barang elektronik yang di belinya maka barang tersebut terpaksa di ambil lagi dari si konsumen.
Contoh transaksi pembatalan kontrak :
Tanggal 1 Januari 2008 Pak Eko juga membeli 1 unit DVD HP 21 harga Rp. 4.158.000 dengan harga pokok Rp. 2.970.000,- uang muka Rp. 594.000,- dan sisa harganya dibayar dalam waktu 12 bulan. Pembayaran angsuran pertama pada tanggal 1 Februari 2008.
Karena toko ini tidak memberikan bunga, bunga yang di dapatin dari selisih penjualan tunai dengan penjualan cicilan dapat di lihat dari penjelasannya di bawah ini:
Penjualan tunai Rp.3.564.000
Penjualan cicilan Rp.4.158.000
Selisih (Rp. 594.000)
Jadi, Rp. 594.000 dibagi 12 bulan jadi bunganya 49.500
Angsuran = (3.564.000 – 594.000) ÷ 12 bulan = Rp. 247.500

Pencatatan yang dilakukan oleh Toko Irama Agung adalah :
Pada saat penjualan
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/01/2008 Piutang usaha angsuran Rp. 4.158.000 Penjualan cicilan Rp. 4.158.000 Harga pokok penjualan cicilan Rp. 2.970.000 Persediaan barang dagang Rp. 2.970.000 Uang muka Kas Rp. 594.000 Piutang usaha cicilan Rp. 594.000

Angsuran = (4.158.000 – 594.000) ÷ 12 bulan = Rp 297.000
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/02/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000
1/03/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000
1/04/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000
1/05/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000
1/06/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000
1/07/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang usaha cicilan Rp. 297.000 Jurnal pada saat pembatalan Persediaan barang dagang Rp. 1.782.000 Piutang usaha cicilan Rp. 1.782.000

Dapat dilihat lebih jelas di format Kartu Piutang Usaha Cicilan Pak Eko :
No Tanggal
Pembayaran Jumlah
Angsuran Sisa
Angsuran Paraf 3.564.000
1 1/02 - 08 Rp. 297.000 3.267.000
2 1/03 – 08 Rp. 297.000 2.970.000
3 1/04- 08 Rp. 297.000 2.673.000
4 1/05– 08 Rp. 297.000 2.376.000
5 1/06- 08 Rp. 297.000 2.079.000
6 1/07- 08 Rp. 297.000 1.782.000

Pembahasan untuk pencatatan pada transaksi yang sama adalah
Pada saat penjualan
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/01/2008 Piutang usaha cicilan Rp. 3.564.000 Piutang bunga Rp. 594.000 Kas Rp. 594.000 Penjualan cicilan Rp. 4.158.000 Pendapatan bunga Rp. 594.000 Harga pokok penjualan cicilan Rp. 2.970.000 Persediaan barang dagang Rp. 2.970.000

Pada saat awal periode angsuran:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1/02/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500
1/03/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500
1/04/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500
1/05/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500
1/06/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500
1/07/2008 Kas Rp. 297.000 Piutang bunga Rp. 49.500 Piutang usaha cicilan Rp. 247.500

Dapat dilihat dari format kartu piutang Pak Eko:
No Tanggal
Pembayaran Jumlah
Angsuran Bunga Jumlah
Pembayaran Saldo
Pembayaran Paraf 01/01/08 3.564.000 01/01/08 594.000 2.970.000
1 01/02/08 247.500 49.500 297.000 2.722.500
2 01/03/08 247.500 49.500 297.000 2.475.000
3 01/04/08 247.500 49.500 297.000 2.227.500
4 01/05/08 247.500 49.500 297.000 1.980.000
5 01/06/08 247.500 49.500 297.000 1.732.500
6 01/07/08 247.500 49.500 297.000 1.485.000
Menurut akuntansi ( Utoyo widayat) mencari laba dan ruginya adalah sebagai berikut :
Setelah beberapa kali menunggak angsuran Eko maka perusahaan pada tanggal 1 Agustus 2008 menarik dan memiliki kembali dengan nilai wajar yang ditaksir sebesar Rp. 1.485.000,-.
Pembahasan
Harga jual Rp. 3.564.000 Harga pokok barang (Rp. 2.970.000)
Laba kotor Rp 594.000
Persentase laba kotor 16,67%
Piutang penjualan angsuran Rp. 3.564.000
Uang muka (Rp. 594.000)
Pelunasan piutang (feb ’08 s/d juli ’08 (6x247.500)) (Rp. 1.485.000)
Saldo piutang usaha juli ’08 Rp. 1.485.000

Saldo awal laba kotor ditangguhkan Rp. 594.000
Direalisasikan (16,67% X 594.000) (Rp 99.019,8) (16,67% X 1.485.000) (Rp. 247.549,5)
Saldo laba kotor yang dibatalkan Rp. 247.430,7
Perhitungan laba rugi pemilikan kembali
Jumlah tagihan yang diterima (Rp 594.000 + Rp 1.485.000) Rp. 2.079.000
Persentase laba kotor 16,67% (Rp. 346.569,3) Rp. 1.732.430,7
Harga pokok barang dagang Rp. 2.970.000
Harga pasar (Rp. 1.485.000) (Rp. (1.485.000) Rp. 247.430,7
Laba kotor yang telah diakui (99.019,8+ 247.549,5) Rp. 346.569,3
Rugi pemilikan kembali (Rp. 99.138,6)

Jurnal pemilikan kembali :
Keterangan Debit Kredit
Persediaan barang dagang – pemilikan kembali Rp. 1.485.000
Rugi pemilikan kembali Rp. 99.138,6
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 247.430,7 Laba pemilikan kembali Rp. 346.569,3 Piutang usaha angsuran Rp. 1.485.000

Jadi harga pokok barang tersebut sebesar Rp. 1.485.000 dan Toko ini menjual kembali barang bekas dengan tunai sebesar Rp. 1.782.000
Jika terjadi penjualan barang pada barang yang di tarik tersebut maka jurnalnya adalah

Pada saat penjualan kembali barang bekas
Keterangan Debit Kredit
Kas Rp. 1.782.000 Laba penjualan pemilikan kembali Rp. 297.000 Persediaan barang dagang Rp. 1.485.000

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai Akuntansi Penjualan Cicilan yang dilakukan Toko Irama Agung Elektronik, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Irama Agung melakukan pencatatan terhadap penjualan cicilannya belum dipisahkan dari penjualan tunai. Pada dasarnya konsep penjualan yang ada pada Irama Agung termasuk kedalam konsep penjualan cicilan, karena sifat pembayarannya dilakukan secara angsuran dalam jangka waktu melebihi 1 periode Akuntansi.
2. Dalam pembatalan kontrak toko ini tidak mencari laba atau rugi barang yang ditarik karena barang yang ditarik tersebut akan di jual kembali dengan harga turun dari harga sebenarnya.
3. Perusahaan menetapkan pengakuan laba kotor penjualan cicilan atas terjadinya penjualan. Penagihan piutang cicilan akan dilakukan setiap bulan, yang terhitung dari satu bulan setelah terjadinya transaksi penjualan.
4. Irama Agung ini tidak memakai bunga dalam penjualan cicilannya.

5.2 Saran
1. Pencatatan atas penjualan regular dengan penjualan cicilan hendaknya dipisahkan, agar dapat diketahui tingkat laba pada setiap jenis penjualan.
2. Memberikan bunga pada penjualan cicilan.
3. Hendaklah mencari rugi atau laba dalam pembatalan kontrak tersebut.
4. Membuatkan daftar cicilan barang elektronik.

Similar Documents

Free Essay

Jawaban an

...perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama. Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut : Persediaan awal                      xxx Pembelian                                xxx + Tersedia untuk dijual              xxx Penjualan                                 xxx – Persediaan akhir                      xxx (OK) Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini : Kas/ Piutang Dagang              xxx Penjualan                                 xxx HPP                                         xxx Persediaan barang                   xxx(OK) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)    Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup...

Words: 1633 - Pages: 7

Free Essay

Sak Etap

...blogspot.com STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SAK ETAP Mei 2009 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK IKATANAKUNTANINDONESIA Entitas tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP SAK ETAP STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Entitas tanpa Akuntabilitas Publik Hak cipta © 2009, Ikatan Akuntan Indonesia Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jl. Sindanglaya No. 1, Menteng Jakarta 10310 Telp. : (021) 3190-4232 Fax. : (021) 724-5078 email: iai-info@iaiglobal.or.id; dsak@iaiglobal.or.id website: http://www.iaiglobal.or.id Mei 2009 ii Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Entitas tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP SAK Entitas tanpa Akuntabilitas Publik disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal...

Words: 44879 - Pages: 180

Premium Essay

Xl Axiata

...PT XL AXIATA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN/ CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR/ FOR THE YEARS ENDED 31 DESEMBER/ DECEMBER 2011 DAN/ AND 2010 PT XL AXIATA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/ AND SUBSIDIARIES Halaman 1 Page LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali nilai nominal per saham) Catatan/ Notes 3 CONSOLIDATED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION AS AT 31 DECEMBER 2011 AND 2010 (Expressed in millions of Rupiah, except par value per share) 2011 Aset lancar Kas dan setara kas Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Piutang lain-lain - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Persediaan Pajak dibayar dimuka Uang muka dan beban dibayar dimuka Aset lain-lain Jumlah aset lancar Aset tidak lancar Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Piutang derivatif Aset lain-lain Jumlah aset tidak lancar Jumlah aset Liabilitas jangka pendek Hutang usaha dan hutang lain-lain - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Hutang pajak Beban yang masih harus dibayar Pendapatan tangguhan Liabilitas diestimasi Bagian pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Bagian obligasi yang jatuh tempo dalam satu tahun Jumlah liabilitas jangka pendek Liabilitas jangka panjang Pinjaman jangka panjang Liabilitas pajak tangguhan Obligasi Hutang derivatif Liabilitas diestimasi Jumlah liabilitas jangka...

Words: 42262 - Pages: 170

Free Essay

Laporan Keuangan Pt Astra Agro Lestari

...PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DAN ENTITAS ANAK/ AND SUBSIDIARIES LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN/ CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DESEMBER 2014 DAN 2013/ 31 DECEMBER 2014 AND 2013 PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DIRECTOR'S STATEMENT REGARDING RESPONSIBILITY FOR THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS OF ( 31 December 2014 ) SURAT PERNYATAAN DIREKSI TENTANG TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ( 31 Desember 2014 ) PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk DAN ENTITAS ANAK /AND SUBSIDIARIES We, the undersigned.- Kami yang bertanda tangan dibawah ini : 1. Nama Alamat Alamat Domisili Nornor Telepon Jabatan 2. Nama Alarnat Alamat Domisili Nomor Tel epon Jabatan Widya Wiryawan JI.Pulo Ayang Raya Blok OR-I Kawasan Inclustri Pub Gadung Jakarta 13930 11.Tebet Timur Dal am VI D16 Jakarta Selatan 021-4616555 Presiden DirekturlPresident Director 1. Rudy .11.Pulo Ayang Raya Blok OR-1 Kawasan Industrt Pula Gadung Jakarta 13930 JI. P Jayakarta 121 No. 54 Sawah Besar Jakarta Pusat 021-4616555 Direktur Keuangan7Finance Director 2. Men yatakan bahwa : Name Address Address of Domicile Telephone Number Position Name Address Address of Domicile Telephone Number Position Declare that : 1. Bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian perusahaan; 1_ We are responsible for the preparation and presentation of the company's consolidated financial statements; 2. Laporan keuangan...

Words: 31950 - Pages: 128

Premium Essay

Fafa

...PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. dan anak perusahaan/and subsidiaries Laporan keuangan konsolidasi beserta laporan auditor independen tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008/ Consolidated financial statements with independent auditors’ report years ended December 31, 2010, 2009 and 2008 The original consolidated financial statements included herein are in Indonesian language. PT INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 PT INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk. AND SUBSIDIARIES CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS WITH INDEPENDENT AUDITORS’ REPORT YEARS ENDED DECEMBER 31, 2010, 2009 AND 2008 Daftar Isi Table of Contents Halaman/ Page Laporan Auditor Independen Independent Auditors’ Report Neraca Konsolidasi …………………………………… 1-4 ………………………....Consolidated Balance Sheets Laporan Laba Rugi Konsolidasi …………………….. 5-6 ………………… Consolidated Statements of Income Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi ………….. 7-8 ……. Consolidated Statements of Changes in Equity Laporan Arus Kas Konsolidasi ……………………… 9-10 …………….Consolidated Statements of Cash Flows Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi …….. 11-214 ……Notes to the Consolidated Financial Statements *************************** The original consolidated financial statements...

Words: 128564 - Pages: 515