Free Essay

Bbiibuub

In:

Submitted By AliaHuda
Words 1703
Pages 7
Antara aku, dia dan “DIA”
“Apa? Kamu kena VMJ (virus merah jambu alias jatuh cinta) !” Pekik Riri saat aku dan dia saling bicara di balik rak tumpukan buku-buku yang rapi dan tinggi.
“Shht! Kecilkan suaramu.” Sahutku yang akhirnya membongkar perasaan yang ku pendam. Aku tipe orang yang suka memendam sesuatu dan terkadang bila ada masalah aku sering memikirnya. Tapi pada akhirnya aku nggak sanggup lagi menanggungnya dan kadang pecah seperti bom waktu bila aku tak mengungakapkannya. Aku sulit untuk percaya orang bahkan bisa dikatakan aku tak percaya diriku sendiri. Tapi, Riri adalah salah satu teman terdekatku, seorganisasi, bahkan seperjuangan dalam menuntut ilmu dan juga Islam. Jadi, aku percaya padanya dan bercerita padanya.
“Siapa sih dia?” tanya Riri. “Widi kan!” lanjutnya karna aku hanya diam saja.
“Bukan” jawabku
“hmmmm....kalau begitu pasti Arif.” Tebak Riri lagi
“Bukan”
“Aha! Aku tau Algi ya! Ya kan! Ya kan! Tebaknya
Aku hanya bisa terenyum karena kethuan oleh Riri
“cie...cie. ada yang jatuh cinta nih” ledek Riri
“udah ah kamu tu seharusnya jangan meledek aku”
“Ya, ya deh. Tapi kenapa sih kamu suka sama dia?” tanya Riri
“Karena dia satu-satunya orang yang istiqomah dalam menutut ilmu agama sedangkan teman yang lain meninggalkanya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana dia berjuang sendirian. Dan kulihat dia juga berubah ke arah lebih baik” jelasku
“Oh. Karena dia baik...tapi.......”
“teng....teng..teng” tiba-tiba tanda bel masuk kelas berbunyi padahal Riri belum sempat menyelesaikan kalimatnya
“Ayo kita masuk kelas” ajakku.
****
Awalnya aku tidak punya perasaan sama sekali dengan Algi. Kami satu sekolah tapi tidak satu kelas. Semua ini dimulai ketika aku megikuti ROHIS (Rohani Islam). Pada awalnya aku memang ikut-ikutan teman namanya Sita. Dia beberapa bulan ini tinggal di rumah kakanya yang kebetulan searah dengan jalan aku pulang. Jadi aku hanya ingin tak punya teman untuk pulang sama-sama. Mulanya aku pikir organisasi ini dari namanya saja pasti ceramah melulu yang buatku mengantuk, bosan, dan cuma bikin merah telinga saja. Tapi setelah aku ikut dan mendegarkan apa yang ustad/kaka sampaikan sungguh ternyata berbeda dari ceramah yang ku ikuti. Nama beliau ka Faiz. Bahasa beliau mudah dimengerti, serta tidak membosankan untuk didengarkan, apalagi kadang beliau memutarkan video-video yang menarik, inspiratif, dan lucu. Aku pun yang niat awalnya cuma ikut-ikutan mengubah niatku yang tidak baik itu menjadi bersungguh-sungguh dalam menutut Islam. Setelah ikut ROHIS beberapa minggu aku sadar betapa banyak yang tidak ku tahu tentang agamaku sendiri. Islam yang sempurna dan menyeluruh mengatur segala lini kehidupan. Aku selama ini mengira sudah tahu segalanya ternyata aku tak tahu apa-apa. Dan saat aku ikut ROHIS inilah aku semakin dekat dengan Algi walau kami jarang berkomunikasi. Dia begitu pendiam, sedang aku orang yang banyak bicara.
Setelah beberapa bulan aku ikut ROHIS dan kajian-kajian mengenai Islam. Kemudian, diadakanlah pemilihan untuk pengurus inti yaitu ketua umum yang membawahi anggota perempuan dan laki-laki, sekertaris, ketua nisa yaitu ketua yang memimpin khusus untuk anggota nisa dan ketunis kami menyingkatnya dibawah ketum. Aku, Algi, Arif, Widi, Riri, Tani, Laila memilih siapa yang cocok akan menjadi pengurus inti. Merekalah yang selama inilah yang istiqomah ikut dalam kegiatan ROHIS padahal banyak juga yang lain tapi yang lain yang kadang datang kadang tidak.
Kemudian, Ariflah yang menjadi ketum, karena Algi mendapat suara terbanyak kedua maka dialah yang menjadi sekertaris. Lalu di lanjutkanlah perhitungan suara untuk ketunis dan ternyata akulah yang jadi ketunis. Jujur aku bukannya senang tapi merasa sedikit bertambah beban serta tanggung jawab di pundakku, tapi aku percaya Allah tidak akan memberikan ujian meelbihi kemampuan hambanya
Dan setelah pemilihan itulah, kami semakin dekat walau sebenarnya aku tak pernah berkomunikasi dengan Algi. Aku hanya berkomunikasi dengan Arif. Karena begitulah seharusnya aturan komunikasi antara kami. Tapi aku tahu walau hanya melihat. Dia mulai berubah menjadi lebih baik rambutnya yang asalnya panjang dia potong. Apabila adzan ku lihat dia sering pergi bersama Arif dan Widi untuk sholat. Apabila dia berkata dia lemah lembut. Tak seperti diriku aku bahkan dijuluki Riri orang yang tempramen. Dan saat itulah aku mulai kagum pada Algi. Mungkin awalnya aku tak menyadarinya tapi lama-kelamaan aku sadar. Tapi aku terus menolaknya walau ku tahu itu fitrah.
Suatu hari aku bertemu dia di jalan ketika aku ingin ke rumah Sita. Aku akhirnya tahu dia tinggal di situ juga. Dia menanyakan aku sesuatu lalu hanya ku jawab anggukan. Setelah itu aku pun pamit.
Kemudian, Arif tiba-tiba memberitahu kami keputusan yang mengejutkan. Dia bilang dia tidak bisa lagi ikut ROHIS. Lalu aku pun kaget dan mencoba mencari solusi. Ku ceritakan semua masalah ini dengan ka Echy juga dengan kaka yang lainnya. Akhirnya kami tahu bahwa hanya Algilah yang masih bertahan. Karena itu, Algi menjadi ketum. Teman-temanku pun banyak yang berjatuhan dengan aalsan fokus belajar UAN. Hanya aku dan Rrilah yang tersisa. Waktu itu kami kelas 3 SMA. Aku semakin sedih aku menyalahkan diriku sendiri sebagai seorang pemimimpin aku ibarat pengembala domba yang tak mampu mengembalakan dombanya. Tapi nantinya aku sadar bahwa hidup ini adalah pilihan, dan itulah yang menjadi pilihan mereka.
Setelah itu aku semakin dekat dengannya. Kami menjadi sering berkomunikasi, baik bicara secara langsung maupun lewat telepon dan sms. Kadang, aku sangat gugup sehingga aku tak mampu mengedalikan emosiku. Seharusnya, perempuan yang sedang jatuh cinta baik tehardap orang yang dicintainya. Tapi aku malah sering lebih memarahinya menurutku. Sebab aku sangat grogi dan gugup bila di depanya. Jadinya nada suaraku tak wajar. Aku pun tak bisa menyangkal lagi, aku tahu aku sudah cinta padanya.
Aku mengakui aku menyukainya, dan jatuh cinta padanya. Tapi karena aku memahami bahwa pacaran itu itu tidak ada dalam Islam. Jadi meski aku menyukainya aku tak mengaku padanya. Aku hanya mencintai dia dalam dia. Melihatnya dari kejauhan. Menjaga diriku bukan karna dia tapi memang Islam mengatur seperti itu
Sampai akhirnya semua yang ku kira tak semanis kenyataannya. Sebelum hal yang menyedihkan dan mengecewakan sekaligus bodoh serta sesal ini terjadi, kami bersama-sama membagi selebaran tentang tidak bolehnya memperinngati hari valentine days. Sebab valentine days adalah budaya orang kafir. Jika umat Islam merayakan valetine days itu sama saja mereka ikut-ikutan orang kafir. Sedang kita tidak boleh mengikuti mereka sama saja kita mengikuti agama mereka. Lagipula orang-orang yang merayakan valentine days semuanya berbuat maksiat. Ku kira semua akan baik-baik saja.

Tetapi, pada hari itu tepat tanggal 14 Februari, saat aku dan teman-temanku sedang belajar di kelas. Tiba-tiba keributan terjadi, mereka bersorak dan rame-rame melihat kejadian itu lewat pintu dan jendela karena kebetulan guru kami sedang keluar. “Kejar di, Gi”. “Ayo Algi!” sorak teman-teman laki-laki sekelasku. Aku terkejut mendengar namanya disebut tapi ku hanya duduk diam saja dan membaca buku. Memang ulanya ku pikir Algi yang mereka bicarakan adalah Algi yang kusuka, tetapi jauh-jauh ku buang pemikiran tersebut. Sebab aku tak percaya dia yang bikin kehebohan dan di sekolah ini ada dua nama Algi. Karena, aku masih penasaran lalu aku bertanya dengan temanku Riri.
“Ada apa sih, Ri?”
“Tu si Algi masa bawa bunga trus ngejar-ngejar cewe. Cewenya ngga mau masih aja di kejar.” Jawabnya sambil geleng-geleng kepala
“Beneran! Tapi Algi Saif kan bukan Algi Sinan” tanyaku
“Kamu pikir siapa lagi? Ya Algi yang itulah” jawabnya
“Masa sih! Kamu bercanda ya sama aku! Sahutku
“Ya udah, kalau kamu nggak percaya lihat aja tuh sendiri” kata Riri lalu duduk kembali di kursinya.
Ternyata memang benar perkataan Riri, kalau Algi yang ku suka sedang mengejar siswi untuk memberi bunga. Padahal siswi tersebut tidak mau menerima bunga itu tapi tetap saja mendengarnya. Melihat hal itu sebenarnya hatiku sakit. Lalu aku kembali ke tempat dudukku.
“Gimana? Gitu yang namanya baik!” kata Riri saat aku sudah duduk. Aku memalingkan wajahku dan bersiap menjawabnya. Kebetulan Riri duduk di belakangku. Tapi saat aku mau menjawab guru kami tiba-tiba masuk dan memberi salam.
“Begitulah, lihat orang yang berlebihan” kata guru itu setelah mengucap salam. Guru itu bermaksud menyinggung Algi yang berkelakuan begitu.
*****
Saat itu, aku kelas 12 SMA jadi kami mendapat pelajaran tambahan. Aku dan Riri sedang berwudhu untuk sholat dzuhur. Lalu Riri berkata lagi “Begitukah yang namanya baik, Ya” katanya sambil menyebut namaku.
“Ha....ha.....ha....kamu tau saat aku melihat kejadian itu, aku hanya tertawa seperti ini” sahutku
“Kemarin waktu kamu cerita sebenarnya aku mau bilang, kamu harus teliti dulu” nasihatnya
“Sudahlah! Ayo kita wudhu” kataku

*********
Pulang sekolah, aku langsung mengistirhatkan tubuhku dan pikiranku. Aku berpura-pura dihadapan Riri bahwa aku baik-baik saja, tapi yang sebenarnya aku merasa sangat lelah, frsutasi dan sedih. Meski aku menjalani aktivitasku seperti biasa, menjadi orang yang penuh semangat, ceria, dan kadang suka marah tapi sebenarnya aku hanya berpura-pura. Aku pura-pura aku baik-baik saja di depan teman-temanku dan keluargaku. Sejujurnya aku masih sangat kepikiran dan menjadi stress.
Aku terlalu larut dalam kesedihan sehingga aku menyalahkan cinta, kenapa harus ada di dunia ini, diriku dan Dia. Tapi kemudian aku sadar ini bukanlah salah siapa-siapa. Bukan cinta karena cinta itu fitrah. Bukan diriku yang tiba-tiba jatuh cinta. Bukan Dia. Tapi yang salah adalah aku yang tak mampu mengontrol hati agar tak terlalu dalam jatuh ke sumur cinta. Aku yang seharusnya ingat bahwa ada yang lain yang harus cintaku padanya tidak boleh lebih besar dari pada Dia. Ya, Dia yang menciptakan perasaan cinta. Dia yang akan selalu membalas cintaku. Dia yang memeperhatikanku 24 jam dalam 1 minggu. Dia yang selalu menyayangi dan mengasihiku. Dia yang selalu mendegarkan kelu kesah dan ceritaku. Dia yang akan mengabulkan segala permintaanku. Dia adalah Allah SWT.
Aku beristgifar, memohon ampun kepada Allah sebab selama ini aku telah mencintai makhluk-Nya lebih besar dari pencipta-Nya. Seharusnya aku bersyukur karena Dia telah memperilhatkan bahwa dia bukanlah orang yang ta’at. Seharusnya aku bersegara untuk melupakannya dan medekat kepada Dia. Lalu aku membenahi diri, memperbaiki diri. Aku menyibukkan diri dengan mengikuti hal-hal yang bermanfaat. Aku berkata pada diriku sendiri untuk bisa mengontrol perasaan. Aku jugaberprinsip untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mencintai orang yang telah halal untukku serta tidak boleh lupa bahwa ada Allah dan rasul-Nya yang harus ku cintai lebih dari makhluk-Nya. Ku rasa memang benar bahwa tidak ada yang paling cemburu diantara insan yang jatuh cinta kecuali Allah SWT. Karena itu akhirnya aku berusaha menyonsong untuk perbaikan diriku dan belajar mencintai-NYA. Karena cinta pada Allah harus dipupuk.

Similar Documents