Free Essay

Bianglala

In:

Submitted By istikirana
Words 1675
Pages 7
Biang-Lala
Cinta datang karena terbiasa, witing tresno jalaran soko kulino. Kalimat itulah yang sekarang ada di pikiran Faris. Sudah sebulan ini ia sering tersenyum sendiri, seperti orang-orang yang otaknya sudah tidak normal lagi. Namun sepertinya otak Faris memang sudah tidak normal, sebab ia telah dibutakan oleh perangai sosok Febiola Citra Larasati. Cewek berparas oriental yang biasa dipanggil Lala, dikenal Faris saat tidak sengaja bertemu di sebuah konser musik.

Lala memang penyuka musik jazz. Waktu itu Faris dipaksa kakak laki-lakinya untuk menemani pergi menonton konser musik jazz itu. Dengan berat hati ia menuruti keinginan kakaknya. Tak disangka di konser itu ia bertemu dengan teman lamanya, Cici. Faris pun dikenalkan dengan Lala oleh teman lamanya itu. Dari perkenalan singkat itulah Faris mulai jatuh cinta pada Lala.

Hingga jadilah Faris seperti saat ini, ia sedang tersenyum sendiri sambil mematut dirinya di hadapan cermin. Ia sedang menata rambutnya, memberi sedikit gel dan menyemprotkan parfum di seluruh tubuhnya. Hari ini adalah hari yang dinanti oleh Faris. Di sebuah taman, ia akan bertemu dengan Lala.

♀♂♀♂♀

Di bangku taman tepatnya di bawah sebuah pohon, Lala menunggu Faris. Ia mengenakan dress selutut berwarna merah, rambutnya yang sedikit pirang dibiarkan tergerai dengan sentuhan manis sebuah pita kecil yang juga berwarna merah. Kurang lebih 10 menit sudah Lala duduk sendirian.

Saat Lala asyik dengan ponselnya, tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyodorkan es krim vanilla kesukaannya. Lala terkejut. Ternyata cowok yang ditunggunya sedari tadi baru muncul. Sambil tersenyum Lala meggeser tempat duduknya dan membiarkan Faris duduk di sebelahnya.

“Ini buat aku ?” tanya Lala sambil menggenggam es krim vanilla.
“Iya. Tanda maafku karena udah buat kamu nunggu.” Faris menjawab sambil tetap menatap bola mata Lala.
“Aku belum lama kok. Tapi makasih ya.”
“Iya, sama-sama. Emm, Lala...” ucapan Faris terhenti. Lala hanya menatap menunggu Faris melanjutkan kata-katanya.
“Kamu cantik hari ini.” ucap Faris merampungkan kalimatnya.
Seketika itu kulit Lala yang memang putih tampak merona. Ia menyunggingkan senyum manisnya. Hingga setelah itu mereka asyik bercanda dengan membahas masa kecil masing-masing.

♀♂♀♂♀

Bagi Faris, Lala adalah sosok yang sempurna. Dari fisik, Lala memang sudah menarik. Bola matanya yang selalu berbinar membuat Faris tak pernah jemu untuk menatapnya, ditambah dengan senyuman Lala yang punya kekuatan tersendiri untuk menyihir Faris. Wajahnya yang imut dan tubuhnya yang mungil selalu membuat Faris merasa gemas dan.... rindu. Tidak hanya itu Lala merupakan cewek yang cerdas dan pandai bermain musik. Ia sering menggondol piala juara dalam bidang bermusik. Tapi Lala akan semakin cantik saat ia memainkan pianonya.

Besok cewek idaman Faris itu akan genap berusia 18 tahun. Saat ini Faris sedang sibuk memutar otak untuk menyiapkan kejutan-kejutan. Sempat terlintas di pikiran Faris untuk segera mengungkapkan perasaanya pada Lala bebarengan dengan hari ulang tahunnya tapi Faris masih terlalu takut dan ragu dengan fakta yang akan terjadi jika ia mengungkapkan perasaannya.

Bukan apa-apa, Faris memang takut perasaannya bertepuk sebelah tangan. Sebab ia trauma akan pengalaman dengan cewek-cewek sebelumnya. Namun Faris bertekat untuk kali ini ia harus berhasil merengkuh Lala agar menjadi pacarnya. Karena itu apapun akan ia lakukan untuk seorang Lala. Faris pun memutuskan untuk menelepon Cici yang telah memperkenalkan Lala dengan dirinya. Ia berniat untuk meminta pendapat.

“Halo Ci, ini gue Faris.” Sapa Faris memulai pembicaraan via telfon.
“Iya, ada apa Ris ?” sahut Cici.
“Besok Lala ulang tahun kan? Gue bingung nih, mau bikin surprise apa buat Lala.”
“Yaelah gue kira ada apa. Emm bentar deh gue mikir dulu. Apa ya enaknya ?”
Cici terdiam beberapa saat.
“Halo, Ci ? Lo masih denger gue, kan ?”
“Iya masih kok. Gini deh, si Lala paling suka sama balon. Jadi lu bisa bikin kejutan dengan balon-balon gitu. Gimana?”
“Hmm, oke deh. Gue pikir lagi konsepnya nanti. Sekalian gue mau nembak dia Ci.”
“Hah? Lu mau nembak dia? Tapi kan...”
“Tapi apa? Lu ngeraguin gue, tenang aja Ci. Gue udah jatuh cinta beneran sama Lala. Sudah dulu yaa. Bye...” Faris menutup teleponnya dengan Cici.

Kini di pikiran Faris sudah tergambar bagaimana kejutan yang akan disiapkan untuk Lala nanti. Dan di tangannya sekarang sedang menggenggam sebuah ponsel, ia berniat untuk mengirim pesan singkat pada Lala. Namun mendadak Faris menjadi ragu. Lagi-lagi Faris harus membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memikirkan kalimat yang akan ditulisnya.

Hai Lala, kalau besok sore nggak sibuk aku pengen ketemu kamu.
Faris
Begitulah akhirnya isi pesan singkat Faris untuk Lala setelah berkali-kali menulis dan mendelete. Dengan hati yang deg-degan, Faris menunggu balasan pesan dari Lala. Kakinya tak berhenti bergerak pertanda ia sangat gelisah. Dan setelah 15 menit berlalu, ponsel Faris berbunyi, tanda satu pesan masuk. Dilihatnya pada layar ponsel tertulis sebuah nama “Lala”.

Boleh, Faris. See you tomorrow.

Faris langsung bangkit dan berteriak “yess!”. Meskipun balasan pesan dari Lala sangat singkat tapi bagi Faris itu sudah cukup. Kali ini Faris memang telah dibuat gila oleh sosok seorang Lala.

♀♂♀♂♀

Lala tengah bersiap untuk pergi ke sebuah tempat yang masih dirahasiakan oleh Faris. Kali ini ia mengenakan legging warna-warni yang dipadu dengan dress mini berwarna kuning. Sudah hampir 10 menit ia mematut dirinya di depan cermin, namun untuk kesekian kalinya Faris terlambat datang. Memang seperti sudah langganan dan Lala pun juga telah hafal kebiasaan buruk Faris adalah datang terlambat. Namun disaat Lala ingin memarahi keterlambatannya, selalu saja Faris bisa mengambil hati Lala, hingga Lala lupa akan kekesalannya pada Faris.

Lala pun memutuskan untuk menunggu Faris di teras rumah. Belum lama ia duduk menunggu kedatangan Faris, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam yang berhenti. Lala hanya melihat dari kejauhan. Mobil itu tidak bergerak. Lala heran dan bingung. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah yang di dalam mobil itu Faris? Maka diputuskanlah ia untuk mendekati mobil tersebut.

Dari luar, tidak tampak sama sekali sosok yang berada di dalam mobil. Lala pun mengetuk kaca mobil itu. Namun tak disangka, tiba-tiba ada dua orang yang keluar dari mobil itu dan membungkam mulutnya menggunakan sapu tangan coklat dari belakang. Lala tidak bisa bernafas. Dalam keadaan seperti itu, Lala dipaksa masuk ke dalam mobil. Tanpa bisa melawan, Lala hanya menuruti perintah orang yang membungkamnya itu.

Dalam mobil terdapat 3 orang yang wajahnya tidak jelas karena mereka menggunakan topeng. Dua orang yang membungkamnya tadi duduk di samping kanan dan kirinya, sedangkan seorang lagi bertugas menjalankan mobil itu. Dalam batin Lala hanya bisa berdoa agar mereka tidak melakukan apa-apa terhadapnya. Ia berusaha tetap tenang dan tidak melawan.

“Kamu tidak perlu takut. Diam dan jangan bertindak nekat.” Ucap salah seorang dari ketiganya.

Perjalanan penculikan itu berlangsung selama 10 menit. Mobil itu tiba-tiba berhenti dan menurunkan Lala di pinggir jalan. Lala semakin dibuat tak mengerti setelah mobil itu meninggalkan dirinya sendirian di sebuah tempat yang asing baginya.

Tempat itu penuh dengan pohon-pohon tinggi, Lala menganggap itu hutan. Tapi di sekitarnya banyak bunga matahari yang tumbuh liar. Lala tersadar, ia tidak membawa tasnya yang berisi handphone, dompet dan barang bawaan lainnya yang mungkin bisa membantunya keluar dari tempat asing itu. Meskipun takut, diputuskannya untuk tetap berjalan mencari sesuatu atau seseorang yang bisa membantunya pulang. Namun baru sekitar sepuluh langkah Lala berjalan, ada sebuah balon yang terbang ke bawah dari atas pohon. Ia menangkap balon itu dan ternyata ada sebuah huruf “ H ”. Lala semakin bingung.

Masih dengan membawa balon itu, Lala melanjutkan langkahnya. Baru sepuluh langkah, lagi-lagi sebuah balon terbang kearah Lala dan bertuliskan huruf “A”. Tanpa berpikir panjang Lala membawa balon itu juga dan melanjutkan langkahnya kembali.

Seakan sudah bisa menebak, terbangnya balon dari atas pohon berulang lagi dan lagi hingga Lala sampai di sebuah pinggiran danau yang sangat indah. Di sana banyak bunga lili yang mengapung menghiasi danau. Airnya sangat bening bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya dari air danau itu. Untuk beberapa saat Lala lupa bahwa dirinya sedang tersesat. Ia justru asyik bermain air danau dengan tangannya. Kemudian Lala teringat bahwa ia masih menggenggam 18 balon yang didapatnya selama perjalanan tadi. Ia mencoba merangkai huruf-huruf yang tertulis di balon itu. Dan ternyata huruf-huruf itu menyusun sebuah kalimat “ HAPPY BIRTHDAY LALA ☺”.

Lala tersenyum membaca kalimat itu. Belum selesai ia menghembuskan nafas bahagia akan kejadian yang dialaminya saat ini, tiba-tiba datang segerombolan anak kecil yang membawa bunga matahari. Anak-anak kecil itu berjumlah 18 dan masing-masing membawa setangkai bunga matahari. Mereka memberikan bunga mataharinya pada Lala dengan mengucapkan “selamat ulang tahun kakak cantik” dan kemudian mereka berlari meninggalkan Lala.

Lala masih bingung dengan semua kejutan yang datang tiba-tiba pada dirinya. Tapi tak selesai disitu saja. Kembali tiba-tiba, Lala mendengar sebuah petikan gitar yang menyanyikan sebuah alunan romantis. Matanya mencari-cari siapa yang memainkan gitar itu. Mulanya terdengar jauh tapi lama-lama mendekat. Dan dari arah belakang, Faris berjalan dengan memainkan sebuah gitar. Lala tersipu. Ia benar-benar dibuat merasa spesial.

“Faris?” ucap Lala dengan heran.
“Happy birthday, Lala. Semoga kamu suka.” Faris menjawab sambil meletakkan gitarnya.
“Kenapa kamu melakukan semua ini ?”
“Karena kamu istimewa. Kamu tidak suka?”
“Aku suka, sangat suka. Meskipun mulanya aku merasa takut. Tapi terima kasih, Faris.”
“Iya Lala. Emm, Aku boleh bicara sesuatu?”

Lala mengangguk. Faris bergerak mendekati Lala. Ia meraih tangan Lala. Jantungnya serasa berdegup lebih cepat. Entah kenapa tiba-tiba Faris sangat susah untuk mengeluarkan kalimat-kalimat yang telah ia susun di rumah sebelum berangkat menemui Lala hari ini. Ia mencoba menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya.

Sementara Lala juga masih mengatur keterkejutan dirinya akan semua yang baru saja terjadi sambil menunggu kalimat yang akan diucapkan Faris.

“Aku suka kamu sejak pertama kita bertemu, Lala.”

Sekali lagi Lala dibuat terkejut. Kini justru ia yang terdiam dalam beberapa detik. Lala menunduk, memikirkan jawaban atas pernyataan cinta Faris pada dirinya. Dilema menyerbu dalam batinnya.

“Emm Faris, sebenarnya aku juga suka kamu sejak pertama kali kita bertemu...”
Faris tersenyum, ia yakin kali ini perasaannya akan terbalas.
“Aku selalu menunggu kamu mengungkapkan perasaanmu.” Ucap Lala melanjutkan kalimatnya.

Degup jantung Faris semakin tidak teratur. Antara yakin dan tidak yakin. Ia lumpuh karena tatapan Lala, ia bisu karena sentuhan Lala. Seketika Faris merasa bumi yang dipijaknya berhenti, menyempit dan akan menjatuhkannya. Dalam pikiran Faris berputar-putar prediksi kalimat pamungkas yang akan diucapkan Lala.

“Faris maafkan aku. Kamu terlambat. Baru saja kemarin aku jadian dengan kakakmu.”

♀♂♀♂♀

Similar Documents

Free Essay

Student

...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Hak Kekayaan Intelektual termasuk dalam kajian hukum perdata, karena ada segi dari hukum itu yang merupakan aspek hukum privat. Yang dilindungi dalam sistem perlindungan HKI adalah hak kekayaan intelektual dari pemilik hak. Dalam hukum perdata, disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 499 bahwa: “Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik”.[1] Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa dalam pandangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang dimaksud dengan kebendaan adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan hak milik, tanpa memperdulikan jenis atau wujudnya. Perlu diperhatikan disini bahwa penguasaan dalam bentuk hak milik ini adalah penguasaan yang memiliki nilai ekonomis. Suatu kebendaan yang dapat dimiliki tetapi tidak memiliki nilai ekonomis bukanlah kebendaan yang menjadi objek pembicaraan.[2] Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum HKI termasuk dalam lingkup hukum kebendaan sesuai yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Hal lain yang juga menjadikan hukum HKI termasuk dalam aspek hukum privat adalah dari segi pemberian lisensi. Agar tidak melanggar hak atau kuasa dari si pemilik hak kekayaan intelektual, pelaksanaan pemberian lisensi harus didahului dengan adanya perjanjian lisensi antara pemohon lisensi dan pemberi lisensi yakni si pemilik hak...

Words: 21677 - Pages: 87

Free Essay

Mimpi

...___________________________________________________________________________ Atabah / Tafsir Mimpi / m.s 3 dari108 Paparan singkat ini cukup kaya bagi orang yang mau merenungkannya dan mencermati maknanya. Kalaulah kami memaparkannya secara panjang lebar, niscaya menimbulkan kebosanan dan kejemuan. Kami berharap kepada Allah Ta’ala kiranya buku ini bermanfaat bagi kita dan kiranya Dia melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfaat, perut yang tidak pernah kenyang, nafsu yang tidak mau tunduk, doa yang tidak diterima, tabiat yang menyeret kepada ketamakan, dan ketamakan yang tidak pernah berakhir. Sesungguhnya Allah Ta’ala Mahakuasa atas segala yang dikehendakiNya, serta Maha melakukan apa yang dituju-Nya. Cukuplah bagiku Allah. Dialah sebaik-baik Pelindung ___________________________________________________________________________ Atabah / Tafsir Mimpi / m.s 4 dari108 Tafsir Mimpi Menurut Islam dan Barat Tafsir mimpi menurut Islam: Imam Ibnu Sirin, dalam bukunya Tafsir Mimpi Menurut Islam, berkata: Tidak semua mimpi dapat ditafsirkan makna yang terkandung didalamnya. Ada kalanya mimpi bagaikan angin lalu namun ada yang benar-benar menjadi kenyataan. Mimpi insan yang bertakwa merupakan perkhabaran yang akan berlaku, kerana Rasulullah tidak bermimpi melainkan mimpi baginda menjadi kenyataan. Sedangkan mimpi insan yang tidak beriman merupakan berita yang disebarkan oleh syaitan. Dalam suatu riwayat dikisahkan, seorang wanita bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya...

Words: 29184 - Pages: 117