Free Essay

Btec

In:

Submitted By btecishard
Words 70871
Pages 284
Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.

Pendekar 4 Alis
Buku 2

Bandit Penyulam
Karya Khulung
Bab 1: Sejumlah Perampokan
Panas yang menyengat. Sinar matahari seperti pisau panas, menusuk tanpa belas kasihan pada jalanan yang kotor dan berdebu. Bahkan bekas luka di wajah Chang
Man Tian tampak terpanggang hingga merah.
Tepatnya ada tiga bekas luka, bekas luka itu dan sekitar 7 atau 8 macam luka dalam telah memberikan dirinya kemasyuran dan posisi yang ia nikmati sekarang ini. Bila cuaca berubah menjadi lembab atau hujan, luka dalamnya akan mulai berdenyut-denyut lagi, menyebabkan ruas-ruas tulangnya terasa sakit, dan ia tentu akan teringat lagi pada pertarunganpertarungan dahsyat di masa mudanya dan merasa sangat bersyukur.
Bisa bertahan hidup selama ini bukanlah hal yang mudah, bisa menjadi seorang wakil kepala perusahaan ekspedisi yang pendapatannya 500 tael perak sebulan malah lebih sulit lagi, karena posisi itu didapatkan dengan darah dan keringat. Akhir-akhir ini ia jarang mengawal sendiri barang-barang antaran perusahaannya. Kepala perusahaan ekspedisi
“Pembawa Kedamaian” adalah juga kakak seperguruannya. Mereka berdua menghabiskan waktu beberapa tahun terakhir ini dalam hidup yang tenteram dan damai, berlatih sedikit kungfu di pagi hari, minum arak di malam hari. Dengan melihat bendera “Pedang Besi Tombak Emas” sudah cukup membuat orang-orang di wilayah tenggara menjauh dari barang-barang antaran perusahaan “Pembawa
Kedamaian”.
Tetapi barang antaran kali ini terlalu penting, si pemilik meminta kedua saudara seperguruan itu melakukan sendiri seluruh proses antaran. Tapi karena sang kepala sedang sakit, Chang Man Tian terpaksa mengambil kembali sepasang pedang besinya yang masing-masing berbobot lebih dari 13 kg dan memimpin sendiri ekspedisi kali ini.
“Minggir…. Pembawa Kedamaian… Tolong minggir….” Si tua Zhao yang berada di depan berteriak-teriak untuk membuka jalan bagi rombongan ekspedisi itu. Ia telah berkecimpung di dunia ekspedisi ini selama 20 tahun. Ia masih memiliki suara yang menggelegar, terutama setelah ia meminum beberapa kendi arak Golok Api selama istirahat makan siang yang membuat tenaganya bangkit kembali lebih dari biasanya.
Chang Man Tian mengeluarkan sehelai saputangan berwarna hijau dan menghapus keringat di keningnya. Waktu tiada memberi ampun, tiba-tiba ia menyadari bahwa ia telah bertambah tua. Setelah misi kali ini selesai, mungkin sudah tiba waktunya untuk menggantung pedang dan berhenti dari pekerjaannya ini. Saat itu matahari benar-benar terik. Jika ada sebuah tempat untuk berteduh, mungkin tidak ada salahnya untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.
Chang Man Tian menyentakkan tali kekang kudanya dan berderap ke depan. Ia baru

Koleksi Kang Zusi

1

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. saja hendak memberikan instruksi pada si tua Zhao ketika tiba-tiba ia melihat seseorang, yang sedang sibuk menjahit, duduk di tengah jalan. Seorang laki-laki bertubuh besar dan berjenggot.
Selama berkelana di dunia persilatan 30 tahun lebih, Chang Man Tian belum pernah melihat seorang laki-laki menyulam, apalagi orang itu melakukannya di tengah terik matahari sambil duduk di tengah jalan raya.
“Mungkinkah ia gila?” Orang itu benar-benar tampak seperti orang gila, karena permukaan jalan itu sudah cukup panas untuk menggoreng sebutir telur, dan ia pun masih mengenakan sebuah mantel dari kain katun berwarna ungu kemerahmerahan.
Anehnya, sementara semua orang yang mengenakan selembar baju tipis saja telah dipenuhi oleh keringat, tidak terlihat setetes pun keringat di wajah laki-laki ini.
Chang Man Tian mengerutkan keningnya, mengangkat tangannya untuk memberi isyarat pada rombongannya agar berhenti, dan melirik ke arah si tua Zhao.
Si tua Zhao adalah orang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan, ia telah menjadi anak buah Chang Man Tian sejak Chang Man Tian pertama kali melakukan tugas ekspedisi.
Tentu saja ia langsung faham tentang keinginan majikannya. Maka ia pun tertawa kecil untuk membersihkan tenggorokannya dan berjalan menghampiri orang itu.
Laki-laki berjenggot itu sedang berkonsetrasi menyulam sebuah bunga, persis seperti seorang gadis yang baru jatuh cinta dan sedang duduk di kamarnya sambil menjahit gaun pengantinnya sendiri, ia seperti tidak sadar bahwa selusin lebih kereta kuda telah berhenti karena dirinya.
Bunga yang ia sulam di atas kain itu adalah bunga mawar, mawar hitam, sulamannya jauh lebih indah daripada yang bisa dibuat oleh gadis mana pun.
“Sobat, keahlian menyulammu itu benar-benar mengagumkan, tapi sayangnya ini bukan tempat untuk menjahit.” Si tua Zhao tiba-tiba berkata dengan keras.
Suaranya memang sudah menggelegar, dan sekarang ia sengaja menakut-nakuti laki-laki itu. Tapi tidak disangka, bukan hanya laki-laki itu tidak mengangkat kepalanya, ia bahkan tidak berkedip sedikit pun.
“Apakah ia bukan hanya gila tapi juga tuli?” Si tua Zhao berjalan lebih dekat lagi dan menepuk pundak orang itu.
“Sobat, bisakah kau biarkan kami lewat? Kau lihat….” Tiba-tiba ia berhenti dan ekspresi wajahnya berubah. Waktu ia tadi mengulurkan tangannya untuk menepuk pundak laki-laki itu, jarum di tangan laki-laki berjenggot itu kebetulan terangkat sedikit dan menusuk punggung tangannya. Apalah artinya tusukan jarum sekecil itu bagi seorang laki-laki yang tidak bakal mundur oleh goresan golok?
Si tua Zhao semula tidak perduli, tapi saat ia ingin menarik kembali tangannya, ternyata tidak bisa! Separuh tubuhnya telah kaku! Setan apa yang ada di ujung jarum itu?
Si tua Zhao mundur tiga langkah ke belakang dan mengamati tangannya dengan teliti. Tidak ada bengkak sedikit pun, tapi tangan itu tidak mematuhi perintah otaknya lagi. Ia terkejut dan juga marah.
Chang Man Tian melayang turun dari kudanya dengan indah dan berjalan dengan cepat ke arah laki-laki berjenggot itu.
“Indah sekali mawar yang kau sulam itu, sobat.” Ia berkata, sambil merangkap tangannya. Laki-laki berjenggot itu tidak mengangkat kepalanya, tapi tiba-tiba ia tertawa. “Aku bisa menyulam yang lainnya juga.”
“Benarkah? Apa?”
“Orang buta.”
“Orang buta tidak mudah disulam.” Chang Man Tian mendengus.
“Sebaliknya, orang buta yang paling mudah, dua kali tusuk dan kau dapat satu.”

Koleksi Kang Zusi

2

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Oh, benarkah? Bagaimana caranya?”
“Seperti ini.” Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan menusuk ke wajah si tua Zhao sebanyak dua kali.
Si tua Zhao mengeluarkan suara jeritan yang menyayat hati dan jatuh ke tanah.
Sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, ia meronta-ronta di atas tanah dengan kesakitan, sementara darah menyembur di antara jari-jarinya, darah dari matanya! Wajah Chang Man Tian berubah dan ia segera memegang pedangnya.
Tapi si brewok itu masih duduk di situ dengan santai, tampaknya ia hanya memikirkan urusannya sendiri saja.
“Lihat? Dua kali tusuk, satu orang buta.”
“Gerakan yang cepat, sobat.” Chang Man Tian tertawa kecil dan berkata dengan dingin. “Menyulam orang buta adalah keahlianku, 72 kali tusuk dan aku bisa memberimu 36 orang buta.” Si brewok menjawab seenaknya.
Untuk misinya kali ini, Chang Man Tian telah membawa 35 orang anak buah. Bila termasuk dirinya, jumlah mereka adalah 36 orang. Orang-orang yang ia bawa adalah jago-jago kelas satu, mereka semua telah maju dan berada di sampingnya.
“Apa yang kau lakukan di sini? Mau membalas dendam atau merampok barang?”
Walaupun ia terkejut, Chang Man Tian masih berusaha tetap tenang.
“Aku di sini untuk menjahit.”
“Apa yang akan kau jahit?”
“Pertama aku akan menjahit sendiri 36 orang buta, lalu aku akan menjahit kereta kuda senilai 800.000 tael untuk dibawa pulang bersamaku.”
Chang Man Tian tertawa panjang.
“Lucu, pedangku ini juga bisa menjahit sesuatu.”
“Apa?”
“Orang mati!” Tawanya berhenti, pedangnya pun telah terhunus.
Pedang besi yang besar ini mungkin bukan sebuah senjata yang sangat berat, tapi pedang itu tetaplah pedang yang telah digunakan oleh “Tuan Pedang Besi” di masa lalu. Chang Man Tian telah menyempurnakan pedang ini selama 40 tahun, kalau tidak bagaimana mungkin ia masih bisa hidup sampai sekarang?
Anak buahnya telah menghunus senjata mereka pula, seperti Golok Sayap Rajawali,
Tombak Sang Bijaksana, dan Pedang Gerbang Neraka.
Bila bertempur dengan penjahat, orang-orang perusahaan ekspedisi tidak perlu mematuhi aturan-aturan dunia persilatan, dan tidak perlu harus bertarung satu lawan satu.
“Liang Qing Zi, ayo! Tusuk matanya!” Chang Man Tian berteriak.
Jika kau ingin membutakan orang lain, maka orang lain pun tentu ingin membutakanmu! Ini adalah hukum di dunia mereka. “Sebuah gigi untuk sebuah gigi, sebuah mata untuk sebuah mata!” Tapi si brewok masih menyulam ketika sebuah pedang seberat lebih dari 13 kg berdesing ke arahnya.
Tombak Sang Bijaksana melakukan gerakan “Minuman Naga Beracun” dan menyerang pinggang orang itu, semua pegawai perusahaan Pembawa Kedamaian telah diberikan latihan satu atau dua ilmu kungfu oleh kedua saudara seperguruan itu. Karena itu, bila bertarung, mereka bisa saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna. “Selesai!” Si brewok besar itu tiba-tiba tertawa.
Ia telah menyelesaikan sulaman mawarnya dan jarum itu pun tiba-tiba melesat dari arah samping. Dalam sebuah kilatan sinar dingin di sekelilingnya, Chang Man Tian tiba-tiba menyadari bahwa sinar itu telah berada di depan matanya.
Tidak seorang pun bisa menguraikan kecepatan ini, dan hampir tidak ada orang yang mampu menghindarinya. Chang Man Tian meraung, pedang tiba-tiba terbang dari

Koleksi Kang Zusi

3

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tangannya, tapi tubuhnya telah roboh ke atas tanah.
“Buk!” Pedang besi itu menancap hampir setengah meter pada sebuah batang pohon di pinggir jalan. Saat itu si brewok besar telah selesai menyulam orang buta keempat. Tujuh puluh dua kali tusuk, tiga puluh enam orang buta. Kecepatan yang mengerikan, kekejaman yang luar biasa! Sehelai kain jatuh ke atas wajah Chang
Man Tian. Di atasnya tersulam sebuah mawar merah besar.
______________________________
Bila Jiang Zhong Wei berjalan, selalu terdengar suara gemerincing, seolah-olah ia adalah sebuah lonceng. Tentu saja ia bukan lonceng. Jiang Zhong Wei adalah
Komandan Pasukan Pengawal Istana Kerajaan Damai Selatan, orang yang sangat agung dan berkuasa.
Di dalam Istana Kerajaan ada sejumlah tempat yang sangat rahasia. Dan di pintupintu yang menuju ke tempat-tempat itu terpasang gembok. Dan semuanya ada di bawah pengawasannya. Siapa pun orang yang membawa 30 rangkaian kunci atau lebih tentu akan bergemerincing bila mereka berjalan.
Ia benar-benar orang yang dapat diandalkan. Ia bukan hanya tenang dan kalem, dan setia hingga ke tulang sumsumnya, ia juga telah melatih tubuhnya dalam “Ilmu
Keji Tigabelas Pengawal”, maka biarpun ilmunya itu belum mencapai taraf tak bisa ditembus oleh golok atau tombak, tetap saja sangat sukar untuk melukainya. Tapi tidak sukar baginya untuk melukai orang lain.
Telapak Pasir Besi-nya telah mencapai 90 % kesempurnaan dan mampu membelah balok kayu atau menghancurkan batu karang menjadi pasir. Bila Pangeran mempercayakan sebuah kunci lagi padanya, tentu ada perasaan lega di dadanya, tahu bahwa kunci itu akan aman. Saat itu ia hendak mengambil kembali sebuah untaian intan dan sepasang giok datar dengan sebuah lubang di tengahnya, yang biasanya digunakan pada upacara-upacara resmi di China, dari Ruang Harta
Kerajaan.
Hari ini adalah hari ulang tahun selir kesayangan Pangeran dan Pangeran telah menjanjikan perhiasan itu sebagai hadiah ulang tahunnya.
Seperti kebanyakan orang di dunia, Pangeran selalu bermurah hati pada wanita yang ia cintai.
Lorong yang panjang itu menyembunyikan ketenangan yang mencekam, karena tempat itu sangat dekat dengan Ruang Harta Kerajaan, siapa pun yang melewatinya akan mendapat hukuman mati!
Setelah memasuki daerah terlarang itu, setiap 7 atau 8 langkah tentu ada seorang pengawal yang dipilih sendiri oleh Jiang Zhong Wei, berdiri dalam keadaan siaga seperti patung batu.
Orang-orang ini telah melalui prosedur latihan yang keras dan ketat, seekor lalat yang terbang dan mendarat di wajah mereka atau seseorang yang menginjak kaki mereka pun tak akan sanggup menggerakkan mereka sedikit pun. Jiang Zhong Wei bukan hanya memiliki pengaruh yang sangat besar dan populer di antara mereka, perintah-perintah yang ia berikan juga jelas dan mutlak. Jika ada yang lalai dalam tugasnya dan membiarkan seekor anjing saja masuk ke daerah terlarang itu, maka hukuman mati akan menunggu mereka! Bahkan ia sendiri harus mengucapkan kata sandi untuk hari itu sebelum memasuki daerah tersebut.
Kata sandi untuk hari ini adalah: “Matahari dan Bulan bersinar terang”. Karena hari ini adalah hari yang sangat cerah menurut penanggalan.
Bahkan pada wajah Jiang Zhong Wei yang kaku dan serius itu terlihat sedikit perasaan bahagia. Karena ia juga diundang ke pesta ulang tahun selir kaisar itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya, ia akan segera berganti pakaian dan bergabung dengan pesta itu. Karena itu langkah kakinya sedikit lebih cepat daripada biasanya.
Delapan orang pengawal berpakaian sutera dan bersenjatakan golok berjalan

Koleksi Kang Zusi

4

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mengikutinya. Pengawal-pengawal berpakaian sutera itu adalah orang-orang yang berasal dari satuan pengawal terbaik, apalagi delapan orang ini adalah orang-orang pilihan di antara 100 orang pengawal berpakaian sutera. Jiang Zhong Wei adalah orang yang sangat berhati-hati.
Pintu-pintu besar yang menuju ke Ruang Harta Kerajaan dipasangi gembok yang sangat kuat. Ada 3 lapis pintu, masing-masing tebalnya lebih dari setengah meter, dan gembok di pintu-pintu itu semuanya dibuat oleh pandai besi terbaik.
Jiang Zhong Wei akhirnya membuka pintu terakhir dan hembusan udara yang dingin dan lembab menerpa wajahnya.
Tempat ini seperti kebanyakan ruang harta di seluruh dunia, dingin, lembab, gelap dan suram. Persis seperti kuburan.
Satu-satunya perbedaan adalah kuburan menyimpan orang-orang mati, di tempat ini seekor semut mati pun tidak ada.
Setiap kali Jiang Zhong Wei masuk ke sini, ia selalu mendapat sebuah fikiran yang aneh: jika seseorang berhasil memiliki seluruh harta yang ada di ruangan ini, tapi ia harus tinggal di dalamnya, apa enaknya hal itu? Bahkan jika kau memberikan seluruh harta di dunia ini padanya, ia tidak akan mau tinggal di tempat ini satu hari pun. Fikiran ini pun kembali muncul di benaknya kali ini. Ketika ia mendorong pintu itu hingga terbuka dan berjalan masuk, satu-satunya keinginannya adalah keluar secepat mungkin. Ia tidak menyangka kalau sekali ini ia masuk maka ia tak akan pernah keluar lagi!
Tak dapat dipercaya, di dalam ruangan yang dingin, lembab dan suram itu ada seseorang. Orang hidup.
Wajah orang ini tertutup oleh jenggotnya, ia mengenakan sehelai mantel katun berwarna ungu kemerah-merahan, dan anehnya, sedang duduk di atas sebuah peti harta sambil menjahit.
Jiang Zhong Wei bahkan tidak bisa membayangkan sesuatu seperti ini di dalam mimpinya, ia hampir tidak mempercayai matanya sendiri.
Tapi di depannya memang ada seseorang, sedang duduk di sana sambil menjahit, seorang laki-laki hidup.
“Apakah dia hantu?” Selain hantu, siapa lagi yang bisa masuk ke sini?
Jiang Zhong Wei tiba-tiba merasa bulu kuduknya berdiri dan ia bergidik sendiri. Lakilaki brewok itu sedang berkonsentrasi menyulam, persis seperti sikap seorang gadis yang sedang duduk di kamarnya sambil melamun tentang kekasihnya. Ia sedang menyulam bunga mawar, mawar hitam di atas sehelai kain satin merah.
“Bagaimana kau bisa masuk ke sini?” Jiang Zhong Wei memberanikan diri dan bertanya. “Aku berjalan masuk ke sini.” Si brewok besar bahkan tidak mengangkat kepalanya ketika ia menjawab dengan cara seenaknya.
“Kau tahu tempat apa ini?”
“Tempat untuk menjahit!”
“Jadi kau datang ke sini untuk menyulam?” Jiang Zhong Wei tertawa dingin.
“Karena hanya di sini aku bisa menyulam apa yang ingin kusulam!” Si brewok besar mengangguk. “Dan apakah itu?”
“Seorang Jiang Zhong Wei yang buta!”
Jiang Zhong Wei mundur ke belakang dan tertawa seperti orang gila. Hanya bila ia sedang marah dan bersiap untuk membunuh, ia tertawa gila seperti ini. Dengan suara tawa yang masih bergema, tubuhnya melesat maju. Telapak tangannya mengaung di udara seperti harimau ketika ia mengeluarkan ilmu Telapak Pasir Besi yang mampu menghancurkan balok kayu. Tiba-tiba ia merasa bagian tengah telapak tangannya kaku untuk sesaat, seolah-olah ia baru disengat oleh seekor lebah, tapi

Koleksi Kang Zusi

5

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. seluruh kekuatan di telapak-tangannya tiba-tiba dan secara misterius telah menghilang. Saat itulah sekilas sinar dingin tiba di depan matanya.
“Ilmu Keji Tigabelas Pengawal” mungkin merupakan ilmu terkuat di dunia dalam hal membuat kebal tubuh seseorang, tapi ilmu itu tidak mampu melindungi mata pemiliknya. Para pengawal yang berada di luar tiba-tiba mendengar suara jeritan yang menyayat hati dan berusaha mencoba masuk, tapi pintu besi itu telah ditutup dari dalam. Saat mereka akhirnya berhasil membuka paksa pintu itu, Jiang Zhong Wei yang tak sadarkan diri terlihat tergeletak di lantai, sehelai kain satin berwarna merah darah tampak menutupi wajahnya. Di atas kain satin itu tersulam sebuah mawar hitam!
______________________________
Dupa telah dinyalakan di ruang meditasi itu. Hua Man Lou telah selesai mandi dan duduk dalam diam di sana, menunggu.
Jika kau ingin merasakan masakan Hwesio Labu Pahit, bukan hanya kau harus membersihkan diri dulu, tapi kau juga harus sabar. Hwesio Labu Pahit bukanlah orang yang sering memasak, bukan hanya tamunya harus orang-orang tertentu, tapi suasana hatinya juga harus dalam keadaan baik. Tamu-tamu hari ini adalah orangorang yang istimewa, selain dari Hua Man Lou, juga ada Pertapa Cemara Kuno dan orang yang mengaku sebagai jago catur nomor 1, jago puisi dan arak nomor 2, dan jagoan nomor 3 dalam hal ilmu pedang: Tosu (pendeta Tao) Kayu.
Jelas orang-orang ini bukanlah tamu-tamu biasa, karena itu Hwesio Labu Pahit merasa sangat gembira hari ini. Pada saat matahari terbenam, suara lonceng yang nyaring dan jernih bisa terdengar, menandai datangnya malam. Saat itu Hua Man
Lou berjalan keluar. Pertapa Cemara Kuno dan Tosu Kayu telah menunggunya di halaman. Angin malam bertiup di hutan bambu, hari yang panas menyengat telah berada di sisi lain matahari terbenam.
“Kedua tetua telah menungguku, aku tak tahu bagaimana caranya memaafkan diriku sendiri.” Hua Man Lou tersenyum dan menyapa mereka.
Tosu Kayu tertawa. Tetua Sekte Wu Dang yang tidak pernah menurut dan selalu berbeda ini ternyata juga telah mengganti jubah tosu-nya yang ditambal lebih dari seribu kali itu dengan sebuah pakaian biru yang bersih dan berkilauan.
Karena ia tidak ingin terikat pada aturan-aturan dan harapan orang lain, ia bersedia melepaskan posisi Ketua Wu Dang. Tapi agar dapat merasakan masakan Hwesio
Labu Pahit, ia mau menderita sedikit.
Setiap orang tahu tentang sifat Hwesio Labu Pahit yang aneh.
“Tampaknya si tosu tua ini benar.” Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
“Apa yang dikatakan bapak pendeta?” Hua Man Lou bertanya.
“Aku mengatakan bahwa kau tentu tahu bahwa kita berada di sini. Bahkan jika kami berdiri tak bergerak, kau akan tetap tahu!” Tosu Kayu tertawa.
“Tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kau tahu kalau kami ada di sini.”
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas lagi.
“Aku juga tidak.” Tosu Kayu membenarkan. “Tapi aku punya sesuatu yang tak bisa kau tandingi.”
“Dan apakah itu?”
“Bila aku menemui sesuatu yang tak bisa kubayangkan, aku akan berhenti memikirkannya!” Tosu Kayu bergurau.
“Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa jika kau berhenti minum, kau tentu akan hidup sampai umur 300 tahun!” Pertapa Cemara Kuno bergurau juga.
“Untuk apa aku hidup selama 300 tahun jika aku tak boleh minum?”
Tirai bambu di ruang meditasi itu telah diangkat. Tapi dari arah sana tercium aroma makanan yang sangat enak, cukup enak untuk menggiring siapa pun ke meja dan mengharapkan makanan itu.
“Masakan sayur Hwesio Labu Pahit benar-benar tak ada tandingannya di dunia ini.”

Koleksi Kang Zusi

6

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
“Ia selalu mengatakan bahwa masakannya bahkan cukup untuk menggoda sang
Budha!” Tosu Kayu berkata sambil tertawa.
“Makanan telah diletakkan di atas meja, apa lagi yang kita tunggu?” Pertapa Cemara
Kuno memberi komentar.
Sambil menyingkap tirai bambu itu, mereka berjalan masuk, dan semuanya terkejut.
Bukan hanya makanan telah disiapkan di atas meja, di situ pun telah ada seseorang, yang sedang makan sepuas-puasnya.
Tamu tak diundang ini tidak menunggu mereka, ia pun tidak mandi. Kenyataannya, bukan hanya tubuhnya penuh dengan lumpur dan debu, tubuhnya pun menyiarkan bau keringat yang menyengat. Tapi bukan hanya Hwesio Labu Pahit tidak mengusirnya pergi, ia malah duduk di sampingnya, terus-menerus memasukkan makanan ke dalam mangkuknya, seolah-olah ia takut kalau tamu ini tidak cukup makannya. “Hwesio ini pilih kasih.” Tosu Kayu menarik nafas.
“Kita adalah orang yang ia undang, tapi ia membiarkan orang lain lebih dulu makan.”
Pertapa Cemara Kuno setuju.
“Dan ia menyuruh kita mandi, tapi orang ini tampaknya seakan-akan baru saja bergulingan di sebuah kubangan lumpur.” Tosu Kayu meneruskan.
Hwesio Labu Pahit tertawa mendengar ucapan mereka. “Benar, hwesio ini pilih kasih, tapi hanya untuk satu orang ini, jadi kalian tidak usah marah.”
“Kenapa kau begitu memperhatikannya?” Tosu Kayu bertanya.
“Karena aku tak tahu apa yang harus dilakukan bila aku bertemu dengannya.”
“Aku tidak menyalahkanmu,” Tosu Kayu pun tertawa. “Terakhir kali kami bertemu, orang ini mencuri dua kendi arak Merah Perawan yang telah kusimpan selama lebih dari 50 tahun. Dan yang bisa kulakukan hanyalah menatapnya dengan marah!”
“Bahkan sang Budha pun kehabisan akal bila orang ini muncul.” Hua Man Lou tersenyum masam.
Siapa lagi orang ini kalau bukan Lu Xiao Feng.
Sepiring daging babi dan sepiring tahu telah habis waktu Lu Xiao Feng akhirnya berhenti dan melemparkan sebuah senyuman ke arah 3 orang tamu itu.
“Silakan caci maki diriku jika kalian ingin, aku akan terus makan. Kalian suka mencaci-maki, aku kebetulan suka makan.”
“Orang lain mungkin akan terperdaya oleh tipuanmu, tapi aku tidak.” Tosu Kayu tertawa terbahak-bahak dan duduk. Segera tiga potong daging bebek juga menghilang ke dalam perutnya.
Hua Man Lou duduk di samping Lu Xiao Feng, dan segera mengerutkan keningnya.
“Kau biasanya tidak bau sama sekali, kenapa hari ini baumu seperti seekor anjing yang baru merangkak keluar dari kubangan?”
“Karena aku belum mandi selama 10 hari.”
“Berapa hari?” Hua Man Lou terkejut mendengar jawaban itu.
“Sepuluh hari.”
“Kenapa kau tidak mandi selama 10 hari ini?” Hua Man Lou mengerutkan keningnya tanda tidak setuju.
“Aku sibuk.”
“Sibuk melakukan apa?”
“Sibuk melakukan sesuatu karena kalah judi.”
“Dengan siapa kau kalah berjudi?”
“Selain SiKong Zhai Xing, siapa lagi?” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Bagaimana kau kalah darinya?”
“Ingat saat aku mempermalukan dirinya waktu kami bertanding salto?” Lu Xiao Feng tertawa. “Kali ini ia datang padaku dan ingin bertanding ulang. Bagaimana aku bisa menolak?” Koleksi Kang Zusi

7

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tentu saja kau menerima!”
“Tapi ternyata bajingan kecil itu tidak berbuat apa-apa selain berlatih salto terusmenerus pada akhir-akhir ini. Dalam dua jam ia bisa bersalto 680 kali! Apa lagi yang bisa kulakukan setelah itu?”
“Jadi kau kalah darinya?”
“Kami sepakat bahwa jika aku menang, ia harus, mulai saat itu, berlutut dan memberi hormat padaku, dan berteriak sekuat-kuatnya: ‘Paman!’ jika ia melihatku lagi. Dan jika aku kalah, maka dalam 10 hari berikutnya aku akan menggali dan mencarikan seekor cacing untuk setiap salto yang ia lakukan.”
Hua Man Lou tertawa.
“Tak heran kau sendiri mirip seekor cacing sekarang.”
“Apakah kau benar-benar menggali dan mencarikan 680 ekor cacing untuknya?”
Tosu Kayu tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan bertanya di antara deraian tawanya. “Beberapa hari pertama tidak seburuk itu, aku berhasil menemukan banyak cacing.”
Lu Xiao Feng menarik nafas dan memasang senyuman angkuh. “Tapi kemudian, mencari seekor cacing pun jadi lebih sukar daripada seorang pemalas yang mencari isterinya.” “Untuk apa si Raja Pencuri membutuhkan semua cacing itu?” Pertapa Cemara Kuno bertanya. “Ia tidak butuh!” Lu Xiao Feng menjawab dengan nada pahit. “Ia hanya ingin melihatku menggali cacing.”
“Siapa yang menyangka Lu Xiao Feng akan mengalami nasib seperti hari ini!” Tosu
Kayu tertawa terbahak-bahak. “Membuatmu merasa senang sekali!”
“Kau ingin bertaruh juga denganku?” Lu Xiao Feng mengusulkan, matanya sedikit berputar-putar di kelopak matanya.
“Taruhan apa?”
“Minum.”
“Aku tak akan terperdaya.” Tosu Kayu berkata sambil tersenyum.
“Jadi kau mengakui kekalahanmu?” Lu Xiao Feng meliriknya dari samping.
“Dari dulu aku telah mengakuinya. Dalam hal minum aku bukan tandinganmu, dalam hal ilmu pedang aku bukan tandingan XiMen Chui Xue dan Yie Gu Xing. Jika kau benar-benar ingin bertaruh denganku, mari kita bertanding catur!”
“Kau kira aku akan terperdaya?” Lu Xiao Feng tertawa.
“Orang lain tahu bahwa aku adalah jago nomor 1 di dunia dalam hal catur, tapi mereka tidak tahu bahwa ada satu lagi kemampuanku yang tak bisa ditandingi orang lain!” Tosu Kayu berkata dengan bangga.
“Apa itu?”
“Makan, kau mau bertanding makan denganku?”
“Aku ingin, tapi aku bukan gentong nasi!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
{Catatan: istilah “gentong nasi” atau “fan tong” adalah ejekan dalam bahasa China.}
“Siapa yang mengira kalau Lu Xiao Feng yang terkenal di seluruh dunia mau mengaku kalah. Ini benar-benar peristiwa langka.” Tosu Kayu pun menarik nafas.
“Kenyataannya, akhir-akhir ini ia bukan lagi orang yang paling terkenal di dunia persilatan!” Hwesio Labu Pahit tiba-tiba membuat pernyataan.
“Memangnya ada orang lain lagi?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Siapa menurutmu?”
“XiMen Chui Xue?”
“Kabar burung mengatakan bahwa ia sedang merawat Nona Sun dari Empat Cantik
E’Mei akhir-akhir ini dan tak pernah menunjukkan mukanya lagi di dunia persilatan sekarang!” Hua Man Lou menjawab untuk Hwesio Labu Pahit. Lu Xiao Feng tersenyum mendengarnya.
“Siapa yang mengira ia akan mengalami hal seperti ini sekarang? Dulu kukira ia

Koleksi Kang Zusi

8

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. akhirnya akan menjadi seorang hwesio.”
“Kami tidak menginginkan hwesio seperti itu di kalangan Budha!” Hwesio Labu Pahit menjawab. “Yah, kalau bukan XiMen Chui Xue, mungkinkah itu Yie Gu Xing?” Lu Xiao Feng mengalihkan pembicaraan.
“Juga bukan dia!”
“Akhir-akhir ini Yie Gu Xing jatuh sakit!” Tosu Kayu memberitahu.
“Ia bisa sakit juga?” Lu Xiao Feng tercengang mendengar berita itu. “Sakit apa?”
“Penyakit yang sama denganku. Penyakit malas.” Tosu Kayu tersenyum. “Bila kau terkena penyakit ini, tak perduli siapa pun dirimu, kau tak akan pernah membuat hal yang menggemparkan lagi!”
“Mungkinkah itu si Tauke dan Isteri Tauke?” Lu Xiao Feng bertanya setelah berfikir sebentar. “Si Tauke malah lebih pemalas!” Hua Man Lou tertawa dan menghilangkan pilihan itu. “Hwesio Jujur tidak mungkin melakukan hal yang menggemparkan, … tidak, tidak mungkin dia….” Lu Xiao Feng berfikir keras.
“Mungkinkah itu harimau betina dari Gunung Qi Xia?” Ia bertanya, setelah berfikir dalam-dalam. “Tidak, sama sekali tidak. Bukan hanya kau tidak kenal orang ini, kujamin kau pun belum pernah mendengar tentang dirinya!” Hwesio Labu Pahit menjawab.
“Orang macam apakah dia?”
“Seorang laki-laki yang bisa menyulam!” Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng tercengang sebentar sebelum ia tertawa.
“Memang ada beberapa orang laki-laki yang bisa menyulam. Dari beberapa orang penjahit yang kukenal, beberapa dari mereka bisa menyulam!”
“Tapi ia bukan hanya bisa menyulam bunga, ia pun bisa menyulam orang buta!”
Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng kembali tercengang.
“Menyulam orang buta?”
“Tampaknya ia telah menyulam paling sedikit 70 atau 80 orang buta dalam beberapa hari terakhir ini!”
“Bagaimana caranya ia menyulam orang buta?”
“Dengan sebatang jarum jahit, dua kali tusuk dan kau dapatkan satu!”
Lu Xiao Feng akhirnya memahami apa yang ia katakan.
“Orang-orang macam apakah orang buta yang ia sulam itu?”
“Paling sedikit ada 4 atau 5 orang yang kau kenal!”
“Siapa?”
“Chang Man Tian, Hua Yi Fan, Jiang Zhong Wei….”
“Jiang Zhong Wei dari Istana Kerajaan di Selatan?” Ucapannya belum selesai ketika ekspresi wajah Lu Xiao Feng berubah secara dramatis.
“Apakah ada Jiang Zhong Wei yang lain?”
“Tapi sejak ia memasuki Istana Kerajaan, ia tidak ikut campur lagi dalam urusan dunia persilatan, kenapa ada orang yang memburunya?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya. “Tidak ada yang memburunya, tapi seseorang memburu 18 untaian intan di Istana
Kerajaan!” Hwesio Labu Pahit menjawab.
“Orang ini bukan hanya membutakan Jiang Zhong Wei, tapi juga kabur bersama 18 untaian intan dari Istana Kerajaan?”
“Bukan hanya itu, ia juga mengambil 70 atau lebih karya seni dan kaligrafi yang tak ternilai harganya yang telah dikumpulkan oleh Hua Yu Gan, 800 ribu tael perak uang yang dipercayakan pada Perusahaan Ekspedisi Pembawa Kedamaian, dan kira-kira
90.000 tael daun emas dari kelompok Sungai Pasir Emas!” Hwesio Labu Pahit menghirup nafas dan meneruskan. “Dalam waktu sebulan, orang ini telah melakukan

Koleksi Kang Zusi

9

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
60 perampokan yang sangat besar, dan semuanya dilakukan seorang diri. Benarbenar menggemparkan, bukan?”
“Kenapa aku tidak mendengar apa-apa sedikit pun?” Lu Xiao Feng bertanya, masih agak terkejut mendengar berita itu.
“Akhir-akhir ini kau sibuk di wilayah Barat Laut, kejahatan-kejahatan ini terjadi di wilayah Tenggara. Beritanya pun baru tiba di sini beberapa hari terakhir ini, hanya saja kau sedang sibuk menggali cacing!” Hwesio Labu Pahit menjawab.
“Berita ini baru tiba di sini, dan kau telah tahu tentang semuanya!” Lu Xiao Feng berkata. "Mmm!"
“Sejak kapan kau jadi tertarik pada semua kejadian di dunia?” Lu Xiao Feng ingin tahu. “Jangan lupa, aku punya seorang adik seperguruan yang terkenal.” Hwesio Labu
Pahit menarik nafas.
“Jin Jiu Ling?”
“Untunglah aku hanya punya seorang saudara seperguruan seperti dia!” Hwesio Labu
Pahit tersenyum jengkel.
“Sekarang aku faham.” Lu Xiao Feng menarik nafas panjang.
“Apa yang kau fahami?”
“Jin Jiu Ling berteman baik dengan Jiang Zhong Wei, dan ia dulunya juga merupakan
Pemburu Hadiah Nomor Satu di dunia. Walaupun ia telah mencuci tangan dari pekerjaannya itu, tapi ia tentu akan ikut campur dalam masalah ini.”
Hwesio Labu Pahit setuju dengan ucapan Lu Xiao Feng. Sekali seseorang telah bekerja satu hari saja untuk pemerintah, sukar baginya untuk keluar begitu saja.
“Hingga hari ini, aku masih tidak mengerti kenapa ia memutuskan untuk melakukan pekerjaan seperti itu!” Hwesio Labu Pahit menarik nafas.
“Apa? Kau malah menginginkan dia jadi hwesio?” Tosu Kayu memotong.
“Seorang hwesio paling tidak tak akan memiliki banyak masalah dan tak perlu merasa cemas!” Hwesio Labu Pahit menjawab.
“Tapi hwesio juga tidak punya isteri!” Tosu Kayu menusuk dengan cepat. Hwesio
Labu Pahit tidak menjawab lagi. Setiap orang di dunia persilatan tahu bahwa kelemahan terbesar Jin Jiu Ling adalah ia menganggap dirinya sendiri lemah lembut dan memikat. Menurut kabar angin, ia dulu mau bekerja untuk pemerintah juga karena seorang wanita.
“Jin Jiu Ling diakui oleh masyarakat umum sebagai orang terbaik dalam 300 tahun sejarah Enam Pintu. Semua perkara, besar atau kecil, tentu akan terpecahkan bila ia turun tangan.” Lu Xiao Feng berkata.
“Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa masalah terbesarnya adalah ia terlalu hebat, terlalu cerdas.” Hwesio Labu Pahit kembali menarik nafas.
“Tapi orang yang paling cerdas pun tentu akan menemui sesuatu yang tak mampu ia pecahkan.” Lu Xiao Feng berkata, dan Hwesio Labu Pahit setuju.
“Mungkin kasus ini adalah kasus yang tak bisa ia pecahkan, maka ia menginginkan bantuan.” Hwesio Labu Pahit kembali menyetujui pendapat itu.
“Dan karena kau hanya punya seorang adik seperguruan seperti dia, kau tentu mau menolongnya mencarikan bantuan!” Lu Xiao Feng menarik nafas dan tertawa masam. “Sayangnya, kebetulan aku adalah seorang pembantu yang sempurna. Bila seseorang menemui sesuatu yang tak bisa mereka selesaikan, mereka selalu datang padaku, karena itu….”
“Karena itu….?” Hwesio Labu Pahit bertanya.
“Karena itu waktu kau mengundangku ke sini untuk makan, kau mungkin tidak melakukannya dengan hati yang tulus.”
“Jangan lupa kalau kamu-lah yang masuk ke sini, aku tidak mengundangmu.”
“Mungkin aku memang tidak beruntung.” Lu Xiao Feng menertawakan nasibnya

Koleksi Kang Zusi

10

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sendiri. “Kenapa aku masuk begitu saja ke sini?”
“Tampaknya akhir-akhir ini kau memang kurang beruntung!” Tosu Kayu tertawa.
“Tapi kali ini aku tak mau, aku tak perduli apakah ia menyulam bunga atau menambal celana, bukan urusanku. Aku tak perduli betapa besarnya peristiwa ini, aku tidak ingin ambil bagian!”
“Ia tidak ingin melibatkanmu kok, kenapa kau rewel?” Hwesio Labu Pahit berkata padanya. “Tidak?” Lu Xiao Feng terkejut.
“Memang tidak!” Seorang laki-laki menjawab, sambil tersenyum.
Tentu saja ia tak lain tak bukan adalah Jin Jiu Ling.
Seperti yang diketahui oleh orang-orang di dunia persilatan, ada dua hal pada diri Jin
Jiu Ling yang sangat sedikit orang yang mampu menandinginya. Pakaiannya, dan matanya. Mata Jin Jiu Ling tidak terlalu besar, juga tidak terlalu bersinar-sinar, tapi selama ia memasang matanya pada sesuatu, ia tak akan pernah melupakannya.
Pakaian yang dikenakan oleh Jin Jiu Ling selalu terbuat dari bahan kain terbaik, dengan model terakhir, dan dibuat dengan sangat teliti. Bahkan kipas lipat yang digenggam di tangannya itu adalah benda yang tak ternilai harganya. Bila keadaan mendesak, kipas itu bahkan bisa digunakan sebagai senjata. Keahlian Jin Jiu Ling dalam hal mencari dan menotok urat syaraf termasuk jajaran kelas satu.
Kenyataannya, segala hal pada dirinya adalah kelas satu.
Jika araknya bukan arak kelas satu, ia tak pernah mau meminumnya. Jika wanitanya bukan kelas satu, ia bahkan tak mau meliriknya. Jika kereta-kudanya bukan kelas satu, ia tak akan pernah mau menaikinya. Tapi ia bukanlah orang kaya kelas satu.
Untunglah baginya, ia memiliki banyak kemampuan untuk mendapatkan uang. Ia adalah seorang ahli dalam menilai lukisan dan kaligrafi antik serta memiliki kemampuan yang ajaib dalam menilai keaslian sebuah benda. Dengan dua macam kemampuan itu saja telah cukup menjamin dirinya untuk menikmati kehidupan kelas satu selama sisa hidupnya.
Di samping itu, ia masih seorang laki-laki yang sangat tampan dan menarik, dan tidak terlihat begitu tua. Ini membuat dirinya bisa mengeluarkan uang yang sangat sedikit untuk sesuatu yang seharusnya bisa membuatnya bangkrut. Senyuman si cantik yang orang lain mungkin harus menghabiskan seribu tael emas untuk mendapatkannya, biasanya bisa ia dapatkan hanya dengan uang sepeser saja.
Itulah sebabnya ia selalu hidup nyaman, dan juga sangat merawat dirinya sendiri, sedikit pun tidak kelihatan seperti jago kungfu yang namanya saja mampu membuat gemetar para penjahat, tapi malah lebih mirip seperti seorang petualang cinta yang suka menulis puisi dan naik kuda.
“Apakah kau mendapatkan sesuatu yang berharga?” Pertapa Cemara Kuno segera bertanya ketika melihatnya masuk.
Hobi utama Pertapa Cemara Kuno adalah mengumpulkan karya seni dan kaligrafi klasik. Koleksinya sedikit pun tidak lebih buruk daripada koleksi Hua Yu Gan.
“Semua barang bagus telah dibawa ke Gunung Huang oleh pertapaku yang baik, apa lagi yang tersisa untuk kutemukan?” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Bahkan tidak satu lukisan pun?”
Jin Jiu Ling berhenti sebentar sebelum tersenyum lagi.
“Aku punya sebuah bunga yang baru diciptakan!”
“Oh, ya? Ayo, perlihatkan pada kami!” Pertapa Cemara Kuno meminta. Tapi Jin Jiu
Ling memang sedang mengeluarkannya. Itu adalah sehelai kain satin berwarna merah darah, di atasnya tersulam sebuah mawar hitam.
“Apa ini?” Pertapa Cemara Kuno bertanya setelah terkejut sejenak saat melihatnya.
“Akhir-akhir ini memang banyak pesanan untuk sulaman.” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Mungkinkah ini hasil karya Dewi Jarum, Nyonya Xue?” Pertapa Cemara Kuno bertanya. Koleksi Kang Zusi

11

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tidak, seorang laki-laki yang menyulamnya.”
“Laki-laki penyulam yang satu itu?” Ekspresi Pertapa Cemara Kuno berubah hebat saat mendengar ucapan tersebut.
Jin Jiu Ling mengangguk.
“Ini adalah sulaman yang ia buat di dalam Ruang Harta Kerajaan.”
“Apakah ia benar-benar duduk di sana sambil menyulam?” Lu Xiao Feng bertanya.
Jin Jiu Ling mengangguk lagi.
“Waktu Jiang Zhong Wei membuka pintu, ia sedang duduk di sana sambil menyulam bunga ini!”
“Ruang Harta Kerajaan tentu dijaga luar dalam oleh sepasukan pengawal, bagaimana ia bisa masuk?”
“Tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa masuk, bahkan tak seorang pun tahu di mana mulainya.” Jin Jiu Ling tersenyum agak lelah.
“Dan ia tidak meninggalkan petunjuk apa-apa?”
“Tidak.”
“Orang macam apakah dia?”
“Ia adalah orang yang berjenggot besar dan mengenakan sebuah mantel katun yang sangat besar walaupun di siang hari yang terik.”
“Dan?”
“Dan ia adalah seorang laki-laki, dan ia tahu cara menyulam, dan ia sangat ahli dalam hal itu!”
“Itu saja yang kau tahu?”
“Itu saja yang aku tahu, dan itu juga yang diketahui semua orang, tidak ada orang yang tahu lebih banyak lagi daripada diriku.”
“Kungfu macam apa yang ia gunakan?”
“Tak tahu!”
“Bahkan Jiang Zhong Wei pun tidak tahu?”
“Bahkan seseorang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan seperti Chang
Man Tian pun tidak tahu, apalagi Jiang Zhong Wei?” Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Telapak Besi Jiang Zhong Wei mungkin yang terbaik di wilayah Tenggara.”
“Tapi ia tetap tidak punya satu kesempatan pun untuk melakukan sebuah gerakan!”
Jin Jiu Ling menarik nafas lagi.
“Bagaimana mungkin seseorang yang begitu tangguh tiba-tiba muncul begitu saja….?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
“Kau tadi mengatakan bahwa kau tak akan ikut campur dalam urusan ini, kenapa kau mengajukan semua pertanyaan ini?” Hwesio Labu Pahit bertanya dengan dingin.
“Apa salahnya bertanya?”
“Tentu saja tidak ada salahnya.” Jin Jiu Ling kembali tersenyum letih. “Semua yang kuketahui, telah kau ketahui sekarang.”
Lu Xiao Feng menatapnya beberapa saat.
“Mengapa kau memberitahu semuanya padaku?” Tiba-tiba ia bertanya.
“Karena kau bertanya.”
“Tidak ada alasan lain?”
“Tidak.”
“Dan kau bukan sengaja menungguku di sini?”
“Bagaimana aku bisa tahu kalau kau akan datang ke sini?” Jin Jiu Ling tak tahan untuk tidak tersenyum letih lagi.
“Dan kau tidak bermaksud mencariku?”
“Tidak.”
“Bagus, sekarang aku bisa bersantai dan minum arak.” Lu Xiao Feng berkata sambil tersenyum. Walaupun mulutnya mengatakan “bagus”, senyumannya tampak sangat canggung, sangat tidak wajar, dan tampaknya ia tidak ingin minum arak lagi.
Tapi sekarang giliran Jin Jiu Ling yang tiba-tiba tersenyum.

Koleksi Kang Zusi

12

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tapi karena sekarang kau ada di sini, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu!”
Ia berkata. Mata Lu Xiao Feng segera bersinar-sinar.
“Aku tahu, aku tahu kau tentu akan menanyakan sesuatu padaku!” Ia tertawa dan berkata. “Untuk memecahkan kasus ini dan menemukan Bandit Penyulam, mungkin hanya satu orang di seluruh dunia ini yang mampu melakukannya.” Jin Jiu Ling berkata.
Mata Lu Xiao Feng bersinar semakin terang, siapa lagi selain dirinya yang bisa menyelesaikan misteri ini?
“Siapa orang yang kau bicarakan itu?” Tapi, walaupun demikian, ia sengaja bertanya, ingin mendengar Jin Jiu Ling mengatakannya sendiri.
“SiKong Zhai Xing!”
“Siapa yang kau katakan?” Lu Xiao Feng bertanya setelah dibuat tertegun sebentar.
“SiKong Zhai Xing.” Jin Jiu Ling mengulangi. Lu Xiao Feng memalingkan wajahnya, tidak memperdulikannya lagi.
Tapi Jin Jiu Ling seolah-olah tidak melihat dan meneruskan.
“SiKong Zhai Xing dikenal sebagai Raja Pencuri, dan ia benar-benar seorang jenius yang hanya muncul sekali dalam seabad. Jika ada orang di dunia ini yang bisa menebak bagaimana caranya Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta Kerajaan, maka orang itu tentulah SiKong Zhai Xing.”
Lu Xiao Feng telah mulai minum, tampaknya ia juga tidak tertarik untuk mendengarkan lagi.
Tapi Jin Jiu Ling meneruskan.
“Jika kita ingin memecahkan kasus ini, maka kita harus menemukan SiKong Zhai
Xing. Tapi sayangnya, ia adalah tipe orang yang keberadaan dan gerak-geriknya selalu merupakan misteri, jadi….”
“Jadi kau ingin bertanya padaku di mana kau bisa menemukannya?” Lu Xiao Feng tak bisa menahan dirinya lagi.
“Benar.”
Lu Xiao Feng tiba-tiba, dan dengan keras, meletakkan cangkir yang berada di tangannya ke atas meja.
“Jadi dari tadi kau membuang-buang waktu dengan menceritakan semua sampah itu padaku, hanya bertujuan untuk mencari dia?”
“Siapa lagi yang bisa kumintai pertolongannya selain dia?” Jin Jiu Ling menarik nafas. Lu Xiao Feng tiba-tiba melompat bangkit dan menunjuk hidungnya sendiri.
“Aku!” Ia berteriak. “Kenapa kau tidak memintaku?”
Jin Jiu Ling tertawa, tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kau tak akan mampu!”
“Apa maksudmu aku tak akan mampu?” Lu Xiao Feng tampak melompat lebih tinggi.
“Tak mungkin kau bisa melakukan ini.” Jin Jiu Ling masih menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kenapa tidak bisa?”
“Karena kasus ini terlalu berbahaya,” Jin Jiu Ling menjawab seenaknya. “Di samping itu, kau tadi mengatakan bahwa kau tidak ingin ambil bagian dalam urusan ini.”
“Siapa bilang aku tidak ingin ambil bagian? Aku akan ikut campur dalam urusan ini untuk menunjukkan padamu bahwa aku mampu.” Sekarang Lu Xiao Feng sampai menjerit. “Aku masih ingin bertaruh bahwa kau tak akan mampu memecahkan kasus ini!”
“Baik!” Lu Xiao Feng memukulkan tangannya ke atas meja. “Apa pun yang ingin kau pertaruhkan, aku setuju!”
Ia belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia melihat orang lain tertawa. Memang, semua orang sedang tertawa. Itulah jenis tawa yang kau dapatkan bila kau tiba-tiba melihat seseorang menginjak seonggok tahi anjing. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari

Koleksi Kang Zusi

13

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. bahwa ia memang baru saja menginjak setumpuk tahi anjing, tumpukan yang sangat besar dan bau sehingga ia tak bisa menarik kakinya walaupun ia ingin.
“Lebih baik memancingnya daripada mengundangnya, begitulah kata pepatah.” Tosu
Kayu menarik nafas setelah tertawa terbahak-bahak.
Makan malam telah selesai. Pertapa Cemara Kuno adalah orang yang sangat merawat diri, ia bangun pagi dan tidur cepat. Tosu Kayu punya sebuah penyakit: penyakit malas; dan Hwesio Labu Pahit harus mengikuti sebuah upacara malam.
Maka hanya 3 orang yang tersisa di ruang tamu tersebut.
Lu Xiao Feng menatap mawar hitam di atas kain satin merah itu.
“Kapan pertama kalinya orang ini muncul?” Tiba-tiba ia bertanya.
“Tanggal 3 Juni, orang pertama yang bertemu dengannya adalah Chang Man Tian.”
Jin Jiu Ling menjawab.
“Dan terakhir kalinya?”
“Terakhir yang kuketahui adalah 13 hari yang lalu, apakah masih ada perampokan baru atau tidak beberapa hari terakhir ini, aku tidak tahu!”
“Tigabelas hari yang lalu aku sedang sibuk bertanding salto dengan SiKong Zhai
Xing, jelas bukan dia pelakunya.”
“Aku memang tidak mencurigai dia!”
“Dan kau pun memang tidak ingin meminta bantuannya.” Lu Xiao Feng mencela dengan dingin.
Jin Jiu Ling tertawa.
“Yang kutahu adalah bahwa kau baru saja menggali 600 ekor cacing untuknya, maka kau tentu sedang merasa tidak senang pada dirinya!”
“Jadi kau sengaja memancingku?”
“Bagaimana lagi aku bisa melibatkanmu dalam hal ini?” Jin Jiu Ling tertawa dan menjawab. “Tampaknya aku seharusnya tidak coba-coba berteman dengan orang-orang yang menekuni pekerjaan seperti kalian!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Tidak perduli apa, karena kita semua telah terseret dalam urusan ini, lebih baik kita mencari cara untuk keluar darinya.”
“Pertama, kita harus menebak orang macam apakah dia.” Lu Xiao Feng berkata setelah berfikir dalam-dalam.
“Setuju.”
“Dari yang kuketahui, bukan hanya orang ini melakukan pekerjaannya dengan cepat dan bersih, ilmu kungfunya juga termasuk kelas satu, tidak mungkin ia merupakan orang yang baru muncul di dunia persilatan.”
“Aku pun berfikiran demikian, ia tentu seorang sangat terkenal yang sedang menyamar. Tapi aku tak bisa menebak siapa dia.”
“Ia sengaja memakai jenggot besar dan mantel katun yang besar, dan duduk di tengah jalan sambil menyulam; semua itu untuk menarik perhatian orang-orang sehingga tak seorang pun memperhatikan hal-hal lain pada dirinya!”
“Tampaknya kau seharusnya juga menekuni pekerjaan sepertiku.” Jin Jiu Ling bergurau. “Bahkan seekor rubah tua sepertiku, yang telah menghabiskan waktu sepuluh tahun atau lebih di Enam Pintu tak bisa menganalisa keadaan ini dengan cara yang lebih baik darimu.”
Lu Xiao Feng sengaja memasang muka kaku.
“Kau telah menyeretku dalam masalah ini, kau tak perlu menjilat-jilat pantatku lagi sekarang!” “Satu jilatan, dua jilatan, tak ada yang bisa mengalahkan jilatan pantat! Tak ada salahnya menjilat pantat beberapa kali lebih banyak daripada yang diperlukan!” Jin
Jiu Ling tertawa.
“Tak perduli betapa baik samarannya, selalu ada kelemahannya di suatu tempat,”
Hua Man Lou tiba-tiba bicara. “Mungkin Chang Man Tian dan yang lainnya tidak

Koleksi Kang Zusi

14

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. melihat; mungkin mereka melihat, tapi menganggap hal itu tidak penting.”
“Sangat mungkin!” Jin Jiu Ling setuju.
“Karena itu, jika kita menanyai mereka lagi secara mendetil; mungkin kita bisa menemukan beberapa petunjuk baru!” Hua Man Lou menarik kesimpulan.
“Kita?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
“Kita!”
“Apakah ‘kita’ termasuk kamu?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Jangan lupa, aku buta.” Hua Man Lou tersenyum. “Bagaimana mungkin aku tidak boleh terlibat dalam urusan orang buta lainnya?”
Lu Xiao Feng dan Jin Jiu Ling saling berpandangan satu sama lain, mereka berdua merasa sedikit bersalah. Mereka telah bicara “buta-ini” dan “buta-itu” sejak tadi, sama sekali lupa bahwa ada seorang laki-laki buta yang sedang duduk tepat di samping mereka. Memang orang-orang sering bersikap seolah-olah Hua Man Lou bukanlah orang yang buta.
Lu Xiao Feng terbatuk ringan beberapa kali.
“Ok, mari kita berpencar agar tugas kita bisa dilakukan dengan lebih cepat. Kalian berdua pergi mencari Chang Man Tian dan Jiang Zhong Wei!”
“Dan kau?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Aku akan mencari seseorang!” Lu Xiao Feng memasukkan kain satin merah itu ke dalam bajunya.
“Siapa?”
“Seekor harimau betina!”
“Yang mana?”
“Yang paling cantik, tentunya.” Lu Xiao Feng tersenyum. Jin Jiu Ling juga tersenyum.
“Jangan lupa, yang paling cantik adalah juga yang paling buas. Berhati-hatilah supaya tidak tergigit!”
“Oh, ia akan berhati-hati, kau bisa yakin akan hal itu!” Hua Man Lou meyakinkannya.
“Kenapa begitu?”
“Karena ia telah digigit beberapa kali!” Hua Man Lou tersenyum.
Ada empat harimau betina di dunia persilatan. Tampaknya keempat-empatnya semuanya pernah menggigit Lu Xiao Feng satu atau dua kali.
Bab 2: Mengunjungi Dewi Jarum Xue
Lereng bukit. Di bawah sinar senja, lereng bukit yang hijau itu menampilkan warna ungu yang ganjil dan tak nyata. Sekarang hari telah senja, dan lereng gunung itu tertutup oleh segala jenis bunga mawar yang sedang berbunga. Dua gadis muda dengan rambut dikepang sedang memetik bunga. Dari mulut mereka mengalun irama lagu pegunungan yang lembut dan manis.
Lagu mereka lebih lembut dan halus daripada angin musim panas yang hangat, mereka sendiri lebih cantik daripada bunga-bunga. Waktu Lu Xiao Feng berjalan mendaki lereng bukit itu, lagu mereka tiba-tiba berhenti dan mereka berdua menatap Lu Xiao Feng dengan mata mereka yang besar dan terang. Untunglah Lu
Xiao Feng telah biasa melihat wanita memandangnya, maka ia tidak menjadi malu tapi malah tersenyum.
“Hei, apa yang kau lakukan di sini?” Gadis muda ini bermata besar dan memiliki beberapa bintik kecil di hidungnya, semua itu malah membuatnya tampak lebih manis dan menarik.
“Bunga-bunga di sini begitu indah, tidak bolehkah aku melihat bunga-bunga ini?” Lu
Xiao Feng menjawab, masih sambil tersenyum.
“Tidak!” Mata gadis berhidung bintik itu bertambah besar. “Tempat ini milik kami, kami tidak menerima laki-laki!”
“Gadis kecil seharusnya tidak cepat marah.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Gadis-

Koleksi Kang Zusi

15

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. gadis seperti itu mungkin tak akan menemukan seorang suami!”
“Itulah sebabnya aku tidak pernah bersikap ketus!” Gadis satunya lagi berwajah bulat dan bila ia tersenyum maka dua buah lesung pipi muncul, membuatnya tampak manis dan lembut, persis seperti yang ia katakan.
“Jika kau sangat menyukai bunga, bagaimana bila kuberikan 2 buah?” Ia terus tersenyum manis.
“Bagus!”
Gadis berlesung pipi itu berjalan menghampiri dan, sambil tersenyum manis, memasukkan tangannya ke dalam keranjang-bunganya. Yang ia keluarkan dari dalam keranjang itu bukanlah bunga, tapi gunting yang tiba-tiba ia tusukkan ke arah
Lu Xiao Feng. Gerakan gadis yang manis dan lembut ini luar biasa cepatnya, kejam, dan keji.
Bahkan Lu Xiao Feng pun tercengang. Untunglah ini bukan pertama kalinya seorang wanita berusaha menusuknya dengan gunting dan ia tampaknya memang telah menduganya. Sambil memutar tubuhnya dengan cepat, ia mundur sejauh 5 m atau lebih ke belakang.
“Orang ini tampaknya hanya seorang sampah masyarakat, jangan biarkan dia kabur!” Gadis berhidung bintik berseru. Sebuah gunting juga muncul di tangannya dan ia pun terjun ke arena pertarungan. Gerakan-gerakannya juga tidak lebih lambat sedikit pun.
“Gunting digunakan untuk memotong bunga, sejak kapan digunakan untuk memotong orang?” Lu Xiao Feng bergurau. Ia menghindari beberapa serangan pertama, tapi serangan kedua gadis itu makin lama semakin keji. Ia berusaha keras untuk merenggut gunting itu dari tangan mereka, memiliki sebuah lubang besar di tubuhmu tentunya bukan sebuah gagasan yang lucu.
Pada saat itulah seseorang tiba-tiba muncul di lereng bukit.
“Jika kalian ingin memotongnya, cukup potong saja 2 kumis kecilnya itu, tapi kalian jangan memotong orangnya sampai mati!” Sambil tersenyum, ia memberi perintah.
Pakaiannya berwarna putih seperti salju, terbuat dari bahan yang ringan dan lembut.
Ia berdiri dengan anggun dan ringan di atas puncak bukit, seolah-olah kapan saja ia bisa terbang terbawa oleh angin. Ia sedang memandang Lu Xiao Feng dengan sepasang mata yang dipenuhi oleh kehangatan dan kelembutan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.
Kedua gadis itu tiba-tiba berhenti dan berjumpalitan ke belakang, dan mendarat di hadapannya. “Nona kenal orang ini?”
“Mmhmm!”
“Siapa orang ini?”
“Kalian tak melihat kalau dia punya 4 alis mata?”
“Lu Xiao Feng? Orang ini adalah Lu Xiao Feng?” Kedua gadis itu mulai cekikikan tak terkendali ketika mengetahui hal tersebut. “Tak heran tampangnya seperti seorang penjahat waktu ia tersenyum!”
“Nona adalah seorang harimau betina, tapi siapa yang mengira kalau pelayanpelayannya juga begitu keji.” Lu Xiao Feng menarik nafas dan tersenyum sabar.
“Jika aku lebih lamban sedikit, mungkin sudah ada 17 atau 18 buah lubang di tubuhku.” “Salah siapa kau lama sekali tidak datang ke sini untuk menemuiku?” Si nona menggigit bibirnya. “Aku pun sebenarnya tergoda untuk menusukkan 18 buah lubang ke tubuhmu. Tapi….”
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi wajahnya telah memerah, merah seperti matahari terbenam di pegunungan sana. Ternyata ia sangat pemalu.
Lu Xiao Feng memandangnya, seperti terpesona.
Wajah si nona semakin memerah.

Koleksi Kang Zusi

16

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kenapa kau memandangku, tak mungkin sebatang bunga tumbuh di wajahku.” Ia berkata dengan ringan.
“Gadis kecil yang begini sopan dan pemalu, siapa yang menduga kalau ia adalah
‘Ruskha Dingin’, Xue Bing. Di dunia persilatan, siapa pun yang melihatnya tentu akan sakit kepalanya.” Lu Xiao Feng menarik nafas lagi dan bergumam pada dirinya sendiri. “Dunia yang aneh, bukan?”
“Apakah kepalamu juga sakit bila melihatku?” Xue Bing bertanya.
“Tidak, kepalaku tidak.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Tapi jantungku berdebar 3 kali lebih cepat daripada biasanya!”
“Orang ini mungkin memiliki sepasang mata penjahat, tapi mulutnya lebih manis daripada madu!” Gadis berlesung pipi tertawa dan berbisik.
“Jika mulutnya tidak manis, bagaimana dia bisa membuat Nona memikirkannya setiap detik setiap harinya?” Gadis yang satunya lagi balas berbisik.
“Kalian tidak tahu kapan waktunya diam? Siapa bilang aku selalu memikirkan bangsat tak berperasaan ini?” Xue Bing melirik dengan marah pada kedua gadis itu dan berkata, wajahnya pun memerah. Ia mencibirkan mulut tapi tersenyum, marah tetapi malu, tapi akibatnya matahari terbenam yang terang dan indah itu seperti kehilangan seluruh warnanya.
“Aku seharusnya datang dari dulu, kenapa aku menunggu sampai hari ini?” Lu Xiao
Feng kembali bergumam pada dirinya sendiri, dan menarik nafas.
“Aku tahu kenapa.” Xue Bing menjawab dengan anggun.
“Kau tahu?”
“Kau melihatku dan melupakan yang lain, tapi waktu kau melihat yang lain, kau pun lupa sama sekali padaku.” Xue Bing menggigit bibirnya lagi. “Kau adalah seorang laki-laki yang tidak memiliki perasaan sedikit pun.”
“Jika aku tahu aku akan mendapat caci-maki, mungkin seharusnya aku tidak datang!” Lu Xiao Feng tersenyum dengan lembut dan sabar.
“Kau kira aku tidak bisa melihat fikiranmu? Jika kau tidak memiliki keperluan yang mendesak, maukah kau datang?” Xue Bing berkata dengan dingin.
“Aku memang memiliki sebuah keperluan yang mendesak,” Lu Xiao Feng mengakui.
“Tapi bukan untukmu!”
“Katakanlah! Kau ke sini untuk bertemu siapa?” Xue Bing memasang muka serius.
“Untuk menemui Nyonya!”
“Apa tujuanmu?” Xue Bing merasa aneh. “Mengapa kau ingin bertemu ibuku?”
“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padanya!”
“Aku tak akan mengijinkanmu mengganggu ibuku. Jika kau punya pertanyaan, tanya saja padaku, itu sama saja.”
“Tapi tak mungkin kau bisa membantu dalam hal ini.”
“Apa itu?”
“Sulam-menyulam.”
“Sulam-menyulam? Kau ingin belajar menyulam? Sejak kapan kau menjadi penjahit?” Xue Bing semakin heran.
“Hanya penjahit yang boleh belajar menyulam?”
“Bahkan jika kau membunuhku, aku masih tidak percaya bahwa kau benar-benar ingin belajar menjahit!”
Sekali lagi Lu Xiao Feng harus bersabar.
“Tapi benar-benar ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada ibumu, bisakah kau bawa aku menemuinya?”
“Aku masih keturunan ‘Dewi Jarum’ Nyonya Xue, ingat? Mengapa kau tidak bertanya padaku?” “Karena aku tahu kau tak pernah mau menyentuh jarum jahit sama sekali.” Lu Xiao
Feng menarik nafas. “Dulu kau pernah bercerita padaku, sekali saja kau memegang jarum jahit, kau tentu akan tertidur!”

Koleksi Kang Zusi

17

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kau masih ingat itu?”
“Aku mengingat setiap kata yang pernah katakan padaku. Maka lebih baik kau segera membawaku ke tempat ibumu!”
“Aku tidak mau. Kau mau apa?” Xue Bing tersenyum misterius.
Nyonya Xue tahun ini telah berusia 77 tahun, tapi tak seorang pun bisa yakin kalau ia berumur 77 tahun. Dalam ruangan yang tidak begitu terang, banyak orang yang tentu akan mengira kalau usianya tidak lebih dari 38 tahun. Tingkah laku dan gayanya selalu patut dan sempurna, matanya masih berkilauan dan jernih. Bahkan, bila ia melihat seorang laki-laki muda yang ia sukai, maka tatapan polos seorang gadis remaja masih bisa terlihat di matanya.
Lu Xiao Feng kebetulan adalah seorang pemuda yang ia sukai. Lu Xiao Feng pun sangat menyukainya. Ia selalu berharap agar setiap wanita bisa secantik wanita ini saat seusianya – tentu dunia ini akan menjadi lebih indah daripada sebelumnya.
“Seharusnya kau lebih sering datang dan menemuiku, kau tahu.” Nyonya Xue tersenyum. “Seorang wanita setua diriku bukan lagi merupakan bahaya bagi pemuda sepertimu. Paling tidak kau seharusnya tak takut kalau aku berusaha memaksamu menikahiku!” “Aku ingin datang lebih sering, tapi Xue Bing tidak mengijinkan!” Lu Xiao Feng sengaja menarik nafas secara berlebih-lebihan.
“Oh?”
“Tadi saja ia tidak mau membawaku ke sini menemuimu!”
“Kenapa?”
“Aku pun tak tahu kenapa.” Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya seperti orang tak berdosa. “Aku rasa dia tentu cemburu.”
Nyonya Xue tertawa lagi. Matanya mulai bersinar-sinar dan keriput di wajahnya pun menghilang. “Bisakah kau lihat ini sebentar?” Lu Xiao Feng mengambil kesempatan itu untuk menyerahkan kain satin berwarna merah itu padanya.
“Apa itu?” Nyonya Xue hanya melirik kain satin itu sekilas sebelum perasaan tak suka muncul di wajahnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata lagi.
“Aku bisa menyulam lebih baik daripada ini sejak aku berusia 6 tahun!”
“Aku tidak memintamu memeriksa bunga ini,” Lu Xiao Feng tersenyum. “Aku memintamu untuk melihat kain satin dan benangnya.”
“Aku telah melihat berjuta-juta benda seperti ini dalam hidupku, dan kau ingin aku melihatnya lagi?”
“Itulah sebabnya aku memintamu untuk melihatnya, karena kau telah begitu banyak melihat benda seperti ini. Bisakah kau menduga dari mana kain satin dan benang ini berasal, dan toko mana yang menjualnya?”
Nyonya Xue memegang kain satin itu dan menyentuhnya sedikit dengan kuku jarinya. “Kain satin ini berasal dari toko Tanda Kemujuran di ibukota, benangnya dibeli di toko Lambang Keberuntungan. Kedua toko ini dimiliki oleh orang yang sama, letaknya di wilayah Dinding Penyekat Yang Lengket.” Ia segera mengambil kesimpulan. “Dan hanya di toko mereka di ibukota sana kita bisa membeli barang-barang ini?”
“Kedua toko ini hanya ada di satu lokasi, tidak ada cabangnya!”
“Apakah mereka juga mengirimnya ke luar daerah atau menjualnya ke toko-toko lain?” “Bahkan jika toko-toko lain memiliki barang-barang ini, mereka tentu mendapatkannya dengan datang langsung ke toko itu dan membelinya!” Nyonya Xue menerangkan lebih jauh. “Kedua toko ini membuat barang-barang bermutu tinggi yang mereka jual sendiri. Mereka tidak membuat banyak, juga tidak mengiklankannya. Pemiliknya, Yan Ah Fu adalah orang sangat sederhana yang tidak

Koleksi Kang Zusi

18

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. berusaha menjadi kaya dalam bisnis ini!”
“Di mana letak tokonya di ibukota?”
“Di sebuah jalan kecil yang sangat terpencil di belakang Istana Musim Dingin.
Selama bertahun-tahun ia tak pernah memasang iklan sedikit pun. Selain orang yang benar-benar ahli, sangat sedikit orang yang mengetahuinya!” Nyonya Xue tibatiba tersenyum. “Sejujurnya, apakah kau jatuh cinta pada gadis ini tapi tak bisa menemukannya karena ia bersembunyi darimu? Karena itu kau berusaha mencarinya dengan menggunakan kain ini?”
{Catatan: Istana Musim Dingin adalah istana di mana isteri-isteri dan selir-selir
Kaisar sebelumnya berdiam sampai saat kematian mereka.}
Lu Xiao Feng terkejut, setelah beberapa lama baru ia tersadar.
“Wanita? Apakah seorang wanita yang menyulam ini?” Ia akhirnya berujar.
“Tentu saja seorang wanita yang menyulam ini.”
“Apakah… apakah kau yakin?”
“Apakah kau bisa keliru saat mengenali seorang wanita? Apakah kau bisa keliru mengenali seorang gadis muda dan menyangkanya seorang wanita tua?” Nyonya
Xue membuat kaku wajahnya, tampaknya ia agak jengkel mendengar pertanyaan itu. “Tidak.”
“Aku paling tidak 10 kali lebih ahli dalam hal ini dibandingkan kamu terhadap wanita.
Jika aku keliru, maka aku merelakan anakku itu untukmu.”
“Bahkan jika kau benar-benar merelakan dia untukku, aku tak berani mengambil hadiahku.” Lu Xiao Feng bergurau.
“Mengapa tidak? Menurutmu dia buruk rupa?” Mata Nyonya Xue terbelalak marah.
“Oh tidak, sama sekali tidak buruk.” Lu Xiao Feng tersenyum. “Hanya sedikit galak.
Terakhir kali bertemu, ia hampir menggigit putus telingaku.”
Xue Bing sejak tadi berdiri dengan patuh di sana, tanpa membuat suara sedikit pun.
Tapi sekarang wajahnya memerah dan kepalanya makin menunduk.
“Kau bilang ia galak, tapi bila aku memandangnya, dia bukan hanya tidak galak, tapi manis dan penurut seperti seorang malaikat!” Nyonya Xue pun tersenyum. Ia menggenggam tangan Xue Bing. “Anakku, satu-satunya masalahmu adalah kau terlalu pemalu. Kenapa wajahmu gampang memerah? Wanita menggigit pria adalah sesuatu yang wajar dan biasa!”
Sekarang, bahkan bagian bawah telinga Xue Bing pun telah memerah karena malunya. “Memangnya aku mau menggigit dia? Dia itu bau!” Ia menjawab.
“Jika kau tidak menggigitnya, lalu bagaimana kau tahu kalau ia bau?” Nyonya Xue tertawa keras.
“Mmmm!” Xue Bing mencibirkan mulutnya sebelum berlari masuk ke dalam karena malu. Tapi walaupun demikian, ia tak lupa untuk melirik Lu Xiao Feng dan berbisik.
“Hati-hati!”
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya, ia seperti terpesona.
“Kau ingin mengejarnya, kan?” Nyonya Xue tersenyum begitu lebarnya sehingga matanya nyaris hanya berupa sebuah garis tipis. “Silakan! Apa yang menghalangimu?” Lu Xiao Feng bimbang, matanya tidak lepas dari kain satin merah di tangan si nyonya. “Apa yang kau pandangi? Kau kira aku menginginkannya?” Ia menertawakan Lu Xiao
Feng dan melemparkan kain itu kembali padanya. “Jika ada 2 helai, tentu aku bisa membuat sepasang sepatu untuk anak gadisku, tapi hanya ada satu….”
“Apa yang akan kau buat?” Lu Xiao Feng memotongnya sebelum ucapannya selesai.
“Sepatu, memangnya apa lagi. Ini adalah kain permukaan sebuah sepatu.”
Lu Xiao Feng kembali terkejut.

Koleksi Kang Zusi

19

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Apakah itu sepasang sepatu merah?” Ia bergumam.
“Tentu saja sepatu merah.” Nyonya Xue tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan heran. “Bagaimana kau bisa membuat sepatu hitam dari kain merah? Tampaknya kau begitu cerdas, sejak kapan kau berubah jadi orang tolol?”
“Baru saja,” Lu Xiao Feng menarik nafas, “karena ketakutan pada sesuatu.”
“Apa yang kau takuti?”
“Aku takut kalau-kalau dia menunggu di luar pintu untuk menggigitku!”
Ia benar-benar digigit ketika ia berjalan keluar dari ruangan itu. Xue Bing benarbenar menunggunya di luar, dan gigitan itu cukup menyakitkan.
“Aku benar-benar peramal yang hebat. Aku terlalu pintar meramalkan sesuatu.” Lu
Xiao Feng tertawa letih, menggosok-gosok telinganya dengan keras.
“Salahmu sendiri kenapa tadi mempermalukanku. Dan kenapa pula kau katakan bahwa aku tidak mau membawamu ke sini?”
Ia menatap Lu Xiao Feng dengan marah dan mencela. “Jika bukan karena aku, bagaimana kau bisa berada di sini? Kau beruntung aku tidak menggigit kupingmu itu sampai buntung.”
Lu Xiao Feng hanya bisa menutup mulutnya. Bila seorang gadis selalu mencari keributan denganmu, laki-laki yang cerdas tentu akan menutup mulutnya rapatrapat.
Tiba-tiba, Xue Bing merenggut kain satin merah itu dari tangannya.
“Katakan padaku, siapa yang menyulamkan ini untukmu? Kenapa kau memperlakukannya seperti sebuah harta yang tak ternilai?”
“Karena kain itu memang sebuah harta yang tak ternilai.”
“Harta tak ternilai apanya,” Xue Bing mendengus. “Bagiku harganya bahkan tidak sampai setael.”
“Kali ini kau keliru. Kain ini paling tidak bernilai sama dengan 18 untaian intan, ditambah dengan 800 ribu tael perak, dan 9000 potong daun emas!”
“Kau gila!” Xue Bing menatapnya dengan perasaan terkejut.
“Tidak.”
“Jika tidak, kenapa kau membuat dusta yang tidak masuk akal begitu?”
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia tahu, walaupun ia tidak memberitahu gadis ini sekarang, cepat atau lambat ia tentu akan tahu sendiri. Maka ia memutuskan lebih baik memberitahunya sendiri sekarang.
Xue Bing mendengarkan ceritanya sambil membisu, matanya mulai bersinar-sinar.
“Selain dari benda kecil ini, tidak ada petunjuk lain?” Ia bertanya setelah Lu Xiao
Feng selesai bercerita.
“Tidak.”
“Dan itulah sebabnya kau bermaksud pergi ke ibukota dan mengunjungi toko Tanda
Kemujuran untuk menyelidiki kapan mereka menjual kain ini dan pada siapa?
Apakah aku benar?”
“Aku hanya berharap akhir-akhir ini tidak banyak kain satin merah yang terjual.”
“Toko dan pembuat bahan pakaian biasanya mempunyai catatan jual-beli paling tidak untuk masa setahun ke belakang.” Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya dan berkata. “Itulah sebabnya aku harus pergi sekarang juga.”
“Bagus, kita akan berangkat besok!”
“Kita?” Lu Xiao Feng tampak terkejut.
"Kita."
“Dan ‘kita’ ini termasuk kamu?”
“Tentu saja!”
“Jika ‘kita’ ini termasuk kamu, maka itu tidak termasuk aku!” Lu Xiao Feng berkata apa adanya.
“Kau tidak ingin membawaku ke sana?” Xue Bing menatapnya dengan tajam.

Koleksi Kang Zusi

20

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tidak.”
Xue Bing menatapnya beberapa lama sebelum matanya tiba-tiba berputar-putar sedikit. “Waktu ibuku tadi mengatakan sesuatu tentang sepatu merah, kau tampak terkejut.” “Mm!”
“Apakah kau pernah melihat seseorang yang memakai sepatu merah?”
“Banyak orang yang memakai sepatu merah!”
“Tapi di antara mereka ada orang-orang yang istimewa. Seperti, contohnya, ada orang yang seharusnya tidak memakai sepatu merah, tapi masih juga memakai sepasang sepatu merah.” Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah. Ia masih tidak melupakan kalau Kaisar Rajawali Emas yang palsu itu, setelah mati pun, masih mencengkeram sebuah sepatu merah di tangannya.
“Apakah kau tahu mengapa orang-orang ini mengenakan sepatu merah?” Xue Bing bertanya dengan santai. Melihat ekspresi di wajah Lu Xiao Feng, ia tahu kalau ucapannya telah mengena.
“Tidak.”
“Apakah kau tahu siapa orang-orang yang mengenakan sepatu merah ini? Kau tahu rahasia macam apa yang dimiliki sepatu merah ini?”
“Tidak.”
“Nah, aku tahu.”
Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam, jantungnya mulai berpacu lagi. “Rahasia sepatu merah” ini benar-benar menggugah hatinya. Tapi ia tidak bertanya. Karena ia tahu walaupun ia bertanya sekarang, Xue Bing tak akan mau menjawabnya.
“Kau ingin tahu rahasia ini?” Xue Bing bertanya dengan santai, sambil meliriknya dari sudut matanya sekarang.
“Ya.”
“Kalau begitu, kau mau membawaku ke ibukota?”
“Ya!” Lu Xiao Feng tersenyum kesal. “Sangat mau!”
______________________________
Lu Xiao Feng benar-benar tidak suka naik kereta kuda. Ia lebih suka naik kuda, atau bahkan berjalan kaki. Tapi saat ini ia sedang duduk di dalam sebuah kereta, karena
Xue Bing menyukainya. Xue Bing merupakan seorang gadis yang bertingkah-laku sangat baik dan pemalu, dalam artian ia tidak pernah berjalan dengan langkahlangkah kaki yang besar, paling tidak ia suka berpura-pura seperti itu.
Untunglah kereta itu sangat stabil, karena jalan pun sangat mulus. Jalan raya menuju ibukota memang sangat bagus. Duduk di dalam kereta, Lu Xiao Feng mengurut-urut dagunya, karena dagunya terasa sangat sakit. Tiba-tiba ia menyadari bahwa akhir-akhir ini ia tampaknya terlalu sering tersenyum sabar dan lelah, begitu seringnya sehingga dagunya pun menjadi sakit. Xue Bing duduk di seberangnya, menghadapnya, memandangnya; matanya kembali dipenuhi oleh kelembutan dan kegembiraan yang tak mampu diuraikan oleh orang lain.
“Bisakah kau beritahu rahasia itu sekarang padaku?” Lu Xiao Feng tak bisa menahan dirinya lagi.
“Rahasia? Rahasia apa?” Xue Bing secara menakjubkan bersikap seolah-olah ia sama sekali telah lupa tentang persoalan itu!
“Rahasia sepatu merah itu tentu saja, memangnya apa lagi?”
“Oh, rahasia itu. Sekarang belum waktunya mengungkapkan rahasia itu!”
“Kapan waktunya tiba untuk mengungkapkannya?”
“Bila aku sedang bahagia, dan sekarang aku tidak begitu bahagia.”
“Mengapa kau tidak bahagia?”
“Tidak seorang pun yang akan merasa bahagia bila ada seorang tolol besar duduk di seberangnya.” Koleksi Kang Zusi

21

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Siapa orang tolol itu?”
“Kau.”
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa ia sedang tertawa sabar lagi.
“Jadi siapakah aku ini? Seorang bangsat tak berperasaan? Atau seorang tolol besar?”
“Keduanya.” Xue Bing tertawa kecil dengan santai. “Karena jika kau bukan seorang bangsat tak berperasaan, maka tak mungkin kau akan memperlakukan aku dengan demikian buruk. Dan jika kau bukan seorang tolol besar, kau tak akan membuangbuang waktu dengan pergi ke ibukota!”
“Kenapa aku menjadi tolol kalau pergi ke ibukota?” Lu Xiao Feng merasa bingung.
“Coba katakan, apa rencanamu setelah tiba di sana?”
“Kau tahu persis apa yang hendak kulakukan!”
“Menanyakan pada pedagang di toko Tanda Kemujuran tentang siapa yang membeli kain satin ini, benar kan?”
“Benar!”
“Kau tahu berapa potong kain seperti ini yang mereka jual setiap harinya? Bahkan, seandainya mereka mengingat semua detil penjualannya, apakah kau bermaksud menyelidiki semua pembelinya?”
“Tapi tidak mungkin ada orang sebanyak itu yang hanya membeli kain satin merah dan benang hitam.”
“Dan di samping itu, orang ini melakukan semua perampokan seorang diri. Jadi mungkin ia sendiri juga yang membeli semua barang ini.” Xue Bing menambahkan.
“Ya, urusan ini sangat rahasia, maka sebaiknya tidak melibatkan orang kedua dalam hal ini!”
“Tapi mengapa menurutmu ia hanya membeli benang hitam dan kain satin merah?”
Xue Bing tiba-tiba mendengus.
“Karena ia hanya menggunakan 2 macam barang ini.”
“Dan itulah sebabnya ia hanya membeli 2 macam barang ini dan barang lainnya tidak? Apakah ada aturan yang melarangnya membeli barang lain?”
“Tapi ia hanya menggunakan 2 macam barang ini!”
“Dan karena ia tidak menggunakannya, ia tidak mungkin membelinya? Apakah ia harus membeli benang hitam dan kain satin merah dalam jumlah yang amat besar untuk menarik perhatian orang lain dan membuat urusan jadi mudah bagimu?” Xue
Bing mendengus dengan dingin. “Apakah kau benar-benar mengira ia seorang tolol besar sepertimu?”
Bahkan Lu Xiao Feng pun tak mampu menjawab pertanyaan itu.
“Karena urusan ini begitu rahasia dan beresiko, lalu mengapa ia harus meninggalkan petunjuk yang begitu besar dan mudah diikuti untukmu? Bahkan jika ia meninggalkan sedikit petunjuk di sana, saat kau tiba di toko Tanda Kemujuran kau mungkin akan menemukannya telah habis terbakar.”
Setelah terdiam beberapa lama, Lu Xiao Feng akhirnya tersadar dan menarik nafas.
“Tampaknya aku benar-benar tolol.”
“Dan seorang bangsat yang tak berperasaan!”
“Dan karena itu tak ada gunanya pergi ke ibukota!”
“Hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja.”
“Jika kita tidak akan pergi ke ibukota, lalu mengapa kau tadi ingin mengambil jalan ini?” “Karena aku tahu ada sebuah tempat yang menyediakan arak enak di depan sana.
Dan aku tahu bahwa kau adalah orang yang sangat pemurah dan tentu mau mengundangku minum secangkir atau dua cangkir.” Xue Bing menjawab dengan manis. “Ternyata aku bukan hanya orang yang tolol dan tidak berperasaan, aku pun masih punya sifat yang baik.” Lu Xiao Feng tersenyum sabar. “Paling tidak aku bukan orang yang kikir.”

Koleksi Kang Zusi

22

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Selama seorang laki-laki memiliki sifat itu, tentu selalu banyak gadis yang menyukainya.” Menyingkap tirai ke samping, pinggiran sebuah sungai kecil bisa terlihat di kejauhan.
Di hutan pohon willow itu, sehelai bendera hijau bertuliskan “ARAK” tampak melambai-lambai. “Inilah warung araknya.” Mata Xue Bing tampak bersinar-sinar.
“Tempat yang bersih dan indah!”
“Dan araknya juga benar-benar bagus; sangat enak!”
Melihat matanya yang bersinar-sinar, Lu Xiao Feng pun tersenyum.
“Sejak kapan kau jadi suka alkohol?”
“Baru-baru ini.”
“Perasaanmu kurang enak akhir-akhir ini?”
“Akhir-akhir ini ibuku tidak mengijinkan aku minum. Semakin ia melarangku, semakin aku ingin, dan di samping itu….” Ia melirik pada Lu Xiao Feng dan meneruskan dengan nada pahit. “Waktu kita berpisah terakhir kalinya, aku menyuruhmu datang dan berkunjung ke tempatku, tapi tidak pernah kau lakukan, jadi bagaimana mungkin aku bisa merasa enak?”
Lu Xiao Feng tidak berani menjawab, karena ia tahu jika ia menjawab, telinganya mungkin akan digigit lagi.
Ia tidak ingin menjadi orang yang hanya memiliki satu telinga. Satu telinga benarbenar tidak cocok dengan empat alis mata.
Tempat itu ternyata benar-benar indah. Sungai kecil yang berkelok-kelok melatari pemandangan di tempat itu, pohon willow mengelilinginya dalam warna yang hijau.
Terutama sekarang, saat senja datang, air sungai yang berwarna hijau memantulkan sinar matahari yang kemerah-merahan ke wajah orang-orang, membuat wajah mereka tampak merah seperti bunga persik. Di luar hutan pohon willow ada beberapa rumah kecil. Meja-meja arak diletakkan di tepi sungai yang berpasir, dengan beberapa semak bunga melati tumbuh di dekatnya, yang dapat membantu menenangkan fikiran orang. Xue Bing tiba-tiba menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya Lu Xiao Feng datang ke sini, ia bahkan tahu ke mana harus pergi untuk buang air. Tapi beberapa saat yang lalu ia masih berpura-pura belum pernah mendengar tentang tempat ini.
“Bajingan ini tampaknya benar-benar telah belajar untuk bersikap bodoh sekarang.
Sekarang apa yang harus kulakukan? Ini bisa menjadi masalah.” Xue Bing menarik nafas. Ia berfikiran bahwa Lu Xiao Feng persis seperti seekor ikan, hampir mustahil untuk ditangkap. Mungkin sebaiknya ia harus memikirkan ide-ide baru dan lebih baik untuk digunakan terhadapnya.
Pelayan datang menghampiri. Ia adalah orang desa biasa dengan alis mata yang tegak, mata yang lurus, dan tangan yang besar.
“Pertama, berikan kami 500 gram arak Hijau Bambu dengan 4 piring makanan dingin, 4 piring lagi makanan panas yang baru dimasak. Lalu pergi ke belakang dan sembelih seekor ayam betina yang tua untuk dijadikan sop.” Sebenarnya ia tidak makan sebanyak itu, tapi ia suka melihatnya – memang ada beberapa orang yang suka melihat makanan berada di hadapan mereka bila mereka sedang minum, Nona
Xue adalah salah satu dari mereka.
“Sebanyak itu untuk dua orang? Kau ingin mengisi penuh perutmu hingga mati?” Si pelayan memandangnya dan berkata dengan dingin. Xue Bing terkejut, ia tentu saja belum pernah bertemu dengan pelayan seperti ini sebelumnya. Si pelayan mendengus dan meneruskan ucapannya. “Seorang wanita yang terlalu banyak makan tidak akan pernah menikah. Jika kau ingin menikahi si kumis kecil yang di sana itu, sebaiknya kau jangan makan banyak-banyak. Kalau tidak ia tak akan sanggup memberimu makan.”
“Siapa kau?” Xue Bing makin terkejut. “Kau mengenal si kumis kecil itu?”

Koleksi Kang Zusi

23

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Mata si pelayan berputar-putar sebentar sebelum ia tiba-tiba mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. Mata Xue Bing makin lama semakin membesar ketika ia mendengarkan bisikannya, sampai akhirnya ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan tertawa kecil. Sambil memegang tangan si pelayan, ia balas membisikkan sesuatu. Mereka berdua tampak akrab. Di tempat itu masih ada beberapa tamu lain, dan sekarang mereka semua sedang memandangnya sedemikian rupa sehingga mata mereka hampir melompat keluar dari tempatnya.
Seorang wanita yang pemalu, sopan, anggun, dan lemah lembut seperti dirinya mau bersikap begitu akrab dengan pelayan yang bertampang petani itu? Xue Bing tampaknya tidak memperdulikan betapa anehnya pandangan orang lain terhadapnya, si pelayan pun tampaknya tidak perduli. Akhirnya, setelah membuang hajat, Lu Xiao Feng kembali, ia tampak sangat tidak senang.
“Kita akan minum, kenapa kau tidak senang?” Mata Xue Bing berkedip-kedip. Lu
Xiao Feng menjawab dengan sebuah dengusan dingin dan muka yang kaku.
“Kapan kau belajar bersikap begitu ramah pada laki-laki di depan umum?” Ia bertanya. “Laki-laki?” Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya. “Laki-laki mana?”
“Pelayan tadi itu laki-laki, bukan?” Lu Xiao Feng tetap memasang muka kaku. Tidak ada laki-laki yang senang bila melihat gadis yang datang bersamanya bersikap akrab dengan laki-laki lain.
“Kau benar-benar tolol, ya?” Xue Bing tertawa dan berbisik padanya. “Tadi aku bersikap sedikit ramah padanya, dan bila nanti ia memberi kita tagihan, tentu tagihan itu akan sedikit lebih murah. Kau faham logika ini, bukan?”
Tapi Lu Xiao Feng tidak faham, Xue Bing bukan tipe gadis seperti itu.
Sekarang pelayan itu datang kembali dengan membawa cangkir dan sumpit.
“Buk!” Ia meletakkan cangkir-cangkir itu dengan kasar di atas meja dan melirik dengan kesal pada Lu Xiao Feng.
“Bunga yang begini cantik, kenapa dibuang di atas tumpukan kotoran?” Ia bergumam pada dirinya sendiri. Kali ini Lu Xiao Feng pun jadi terdiam. Ada apa dengan pelayan ini? Xue Bing menutupi mulutnya sedemikian rupa agar tidak keluar suara tawanya yang keras.
Lu Xiao Feng mengamati kepergian pelayan itu dan tiba-tiba ia pun tertawa. Ia hendak mengatakan sesuatu waktu tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki berjalan menghampiri dalam keadaan mabuk, tubuhnya sempoyongan hampir roboh. Ia memegang secangkir arak di tangan yang satu dan menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan tangannya yang lain.
“Aku mengenalimu, kita pernah bertemu sebelumnya.” Ia berkata, dengan sebuah senyuman dungu di wajahnya.
Lu Xiao Feng hanya bisa tersenyum. Ia memang pernah bertemu dengan orang ini, di jamuan pesta seseorang beberapa waktu yang lalu. Ia masih ingat bahwa namanya Sun Zhong, ia juga cukup terkenal di dunia persilatan. Waktu itu, seperti saat ini, ia dalam keadaan sangat mabuk sehingga lidahnya pun membengkak.
Lu Xiao Feng memiliki dua buah prinsip. Ia tidak akan mengganggu orang-orang yang tidak mabuk di saat ia sendiri sedang mabuk, dan bila ia tidak mabuk maka ia pun tidak akan mengganggu orang yang sedang mabuk.
Tapi Sun Zhong ingin mengganggunya, sampai-sampai orang ini pun sekarang duduk di hadapannya.
“Aku masih ingat kumismu ini, tapi aku tidak ingat namamu.”
Mungkin memang sebaiknya ia tidak ingat. Tapi Lu Xiao Feng tentu saja tidak berkata demikian padanya.
Sun Zhong tiba-tiba memalingkan kepalanya dan memandang Xue Bing.
“Gadis kecil yang bersamamu ini benar-benar cantik, persis seperti bunga narsiskus.
Jika kau memerasnya, maka akan keluar airnya.” Ternyata ia datang untuk Xue

Koleksi Kang Zusi

24

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Bing. Waktu ia melihat betapa akrabnya Xue Bing dengan pelayan tadi, ia pun merasa tergoda. Wajah Xue Bing memerah dan ia menundukkan kepalanya, bahkan seakan-akan terlalu malu untuk membuka kelopak matanya.
“Sobat, tampaknya kau sedang mabuk, mengapa tidak beristirahat?” Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia benar-benar tidak ingin ada masalah, bagi dirinya sendiri atau pun
Sun Zhong. Tidak ada orang yang pernah mengganggu “Ruskha Dingin” bisa tenang hidupnya. Tapi tampaknya Sun Zhong tidak mendengarkan dan terus menatap Xue
Bing. Tiba-tiba ia kembali menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan keras.
“Sobat, jika kau memberikan gadis ini padaku untuk hari ini saja, maka kau selalu bisa datang padaku jika kau mendapat masalah di dunia persilatan.”
Lu Xiao Feng, anehnya, tetap mampu menjaga ketenangannya.
“Aku tidak ingin mendapat masalah,” Ia menjawab apa adanya. “Tapi tampaknya kau sendiri yang akan mendapatkannya, nasehatku padamu adalah….”
“Aku sudah memberimu muka dengan mengajukan permintaan tadi!” Sun Zhong tidak membiarkan dirinya menyelesaikan ucapannya sebelum berteriak di mukanya.
“Kau mau mengalah?”
“Mengapa kau tidak bertanya sendiri padanya?” Lu Xiao Feng menyerah dan menarik nafas. “Aku tidak perlu bertanya, aku tahu ia menyukaiku.” Sun Zhong tertawa dengan keras. “Memangnya apa yang kau miliki yang tidak aku punya?”
Wajah Xue Bing semakin memerah, wajahnya semakin menunduk, ia tampak semakin cantik dan polos.
“Nona kecil, bagaimana bila kau dan aku minum-minum di sana?” Sun Zhong menelan air liurnya. Dengan wajah memerah, Xue Bing hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Kamu harus ikut, baik kau mau atau tidak!” Sun Zhong mengulurkan tangannya dan memegang tangan Xue Bing.
“Bisakah kau lepaskan tanganku?” Xue Bing semakin menundukkan kepalanya dan bertanya dengan perlahan.
“Tidak!” Sun Zhong tertawa dan menjawab.
“Kau benar-benar tidak mau?” Xue Bing bertanya, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat.
“Bahkan jika kau memotong tanganku, aku tak akan melepaskanmu!”
“Bagus!” Tiba-tiba gadis itu merenggut golok yang terpasang di pinggang Sun
Zhong. Ketika ia melihat wajah gadis itu menjadi pucat, Lu Xiao Feng tahu kalau ada sesuatu yang akan terjadi. Ia baru saja hendak mengatakan sesuatu, tapi saat itu golok tersebut telah terhunus. Dengan sebatang golok terbang berkilauan di depan matanya, Sun Zhong tampaknya tersadar sedikit dan ia berusaha merampas kembali golok itu. Tapi, dalam sekejap tangannya telah terpotong dan jatuh ke atas tanah sambil memercikkan darah.
Bola matanya tiba-tiba terbeliak dan matanya melotot ketika ia menatap tangannya yang buntung dan kembali memandang pada Xue Bing, tampaknya ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Dan pada saat ia akhirnya mulai mempercayainya, tubuhnya pun roboh ke tanah, diiringi oleh suara jeritan yang menyayat hati. Orang mabuk memang selalu bereaksi lebih lambat. Baru sekarang teman-temannya, yang tadinya menonton dari samping dengan gembira, maju dengan marah.
“Mengapa kau memotong tangannya?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya, sengaja tidak memperdulikan orang-orang yang menerjang mereka itu.
“Ia yang menyuruhku!” Xue Bing menjawab dengan muka yang marah.
“Tapi ia sedang mabuk!”
“Tapi ia tetap seorang manusia.”
Lu Xiao Feng tiba-tiba merenggut golok itu dari tangan gadis tersebut dan, dengan perlahan menjepitnya di antara kedua jarinya, lalu menggerakkan tangannya dengan

Koleksi Kang Zusi

25

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. perlahan. “Tak!” Golok baja itu patah menjadi dua bagian. Ia mengulangi perbuatannya itu lagi. Dengan hanya menggunakan kedua jarinya dan beberapa kali jepitan, sebatang golok yang terbuat dari baja yang telah dilebur dan ditempa lebih dari 100 kali telah terpotong-potong menjadi 10 bagian kecil.
“Aneh, bagaimana mungkin sampah seperti ini bisa memotong tangan seseorang?”
Ia mengerutkan keningnya. Orang-orang yang hendak menyerang itu berhenti dengan serentak, terkejut tak terkira dan hampir tidak mempercayai pertunjukan yang baru mereka lihat itu.
“Sobat, siapa namamu?” Salah seorang dari mereka akhirnya bertanya.
“Margaku Lu!”
“Lu seperti pada kata ‘jalan’?”
"Lu seperti pada nama Lu Xiao Feng!"
"Kau… kau adalah Lu Xiao Feng?" Wajah-wajah yang takjub tadi digantikan oleh wajah-wajah yang berubah warna menjadi hijau. Lu Xiao Feng mengangguk.
Tidak seorang pun yang bicara lagi ketika mereka mengangkat teman mereka yang tergeletak di atas tanah itu, membalikkan tubuh, dan mulai berbaris keluar.
“Tidak mengenali Lu Xiao Feng, kedua tanganmu memang pantas dibuntungi!”
“Tampaknya nama Lu Xiao Feng pun sanggup membuat mundur orang-orang jahat, siapa yang mengira?” Xue Bing tertawa manis.
“Aku tahu kau memang suka membuat keributan,” Lu Xiao Feng kesal dan menarik nafas. “Seharusnya aku tidak membawamu!”
“Apakah kejadian tadi itu kesalahannya atau kesalahanku?”
“Tapi kau seharusnya tidak memotong tangannya.”
“Ia yang menyuruhku!”
“Ia sedang mabuk!”
“Dan karena mabuk, ia berhak mengganggu orang lain?”
“Orang mabuk tetaplah manusia,” Pelayan tadi kebetulan datang lagi bersama makanan dan arak dan berkomentar. “Orang-orang seperti itu patut dipotong paling sedikit 180 kali.”
“Benar, ucapanmu cukup beralasan!” Xue Bing menjawab dengan manis.
“Hmph!” Pelayan itu, sekali lagi, meletakkan dengan kasar nampan berisi makanan dan arak itu di atas meja dan pergi, ia bahkan tidak melirik Lu Xiao Feng sama sekali. “Dan orang sepertimu patut dipotong paling sedikit 360 kali.” Lu Xiao Feng berkata dengan dingin. Wajahnya berubah menjadi gelap dan ia tiba-tiba menyerang. Ia memungut sebuah potongan golok dengan kedua jarinya dan menyambitkannya dengan suara mendesing ke arah punggung si pelayan. Pelayan itu tidak berpaling, tapi tiba-tiba ia melesat ke depan, seolah-olah ia mendadak punya sepasang sayap.
Bagaimana mungkin seorang pelayan warung arak memiliki kungfu yang demikian hebat? “Aku tahu kau bukan orang baik-baik, ternyata kau seorang penjahat yang bisa terbang!” Lu Xiao Feng mendengus. Ia mengibaskan tangannya dan sebilah potongan golok kembali melesat seperti kilat ke arah pinggang si pelayan. Pelayan itu sedang berada di udara tanpa ada sesuatu di sekitarnya yang bisa digunakan untuk menghindar atau membelokkan arah serangan itu. Serangan Lu Xiao Feng benar-benar sangat cepat, tampaknya ia tidak mungkin bisa lolos lagi.
“Kau benar-benar akan membunuhnya?” Xue Bing bertanya.
“Jangan khawatir, ia tak akan mati.” Lu Xiao Feng menjawab dengan dingin.
Sebelum ia menyelesaikan jawaban itu, si pelayan telah bersalto tiga kali di udara, menangkap potongan golok itu, dan mendarat dengan perlahan di atas tanah.
Xue Bing menatapnya, lalu menatap Lu Xiao Feng, dan tersenyum cerah.

Koleksi Kang Zusi

26

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Jadi kau telah tahu siapa dia!”
“Aku hanya tahu kalau ia adalah penjahat!” Lu Xiao Feng memasang wajah serius.
“Jika aku penjahat, lalu kau apa?” Si pelayan tiba-tiba tertawa.
“Bapaknya penjahat!”
Pelayan itu tidak pergi dan mengambilkan makanan lagi, tapi malah duduk.
“Sayangnya kau tidak melakukan pelanggaran hukum, yang bisa kau lakukan hanyalah menggali beberapa ekor cacing tanah!”
“Menggali cacing?” Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya.
“Oh, kau tidak tahu?” Si pelayan tertawa. “Ia tidak terlalu ahli dalam melakukan halhal lain, tapi sangat ahli dalam mencari cacing. Dalam 10 hari ia telah menggali 680 ekor cacing untukku!”
“Untuk apa kau membutuhkan semua cacing itu?” Xue Bing ingin tahu.
“Aku tidak butuh satu ekor pun, aku hanya suka menonton dia menggali cacing.”
Xue Bing tertawa.
“Pernahkah kau melihat dia menggali cacing?”
“Belum!”
“Oh, seandainya aku tahu sebelumnya, aku tentu akan mengundangmu nonton juga.” Si pelayan menarik nafas. “Waktu ia menggali cacing, lagak dan gayanya sangat sempurna. Anggun dan indah, kau tahu, bahkan penyanyi teater terbaik pun akan dibuat malu. Sayang sekali kau tidak melihatnya.”
“Tak apa-apa, masih ada waktu lain.” Setelah berhenti tertawa beberapa lama, barulah akhirnya Xue Bing bisa menjawab.
“Memangnya ada waktu lain?” Si pelayan ingin tahu.
“Tentu saja!” Xue Bing menjawab dengan muka kaku. “Mencari cacing tanah itu seperti minum arak: bisa kecanduan! Sekali seseorang menggali cacing, kau tak bisa mencegahnya menggali lagi bahkan jika kau ingin!”
“Bila lain kali aku menggali beberapa ekor cacing, aku tentu akan menyumpalkannya semua ke mulut kalian!” Lu Xiao Feng memotong dengan dingin.
Pelayan yang aneh itu, tentu saja, tak lain tak bukan adalah SiKong ZhaiXing.
Tamu-tamu lain telah lama pergi karena ketakutan. Maka mereka bertiga bisa berbincang-bincang dengan tenang di warung kecil itu. Satu-satunya yang menderita adalah pemilik warung arak yang kecil ini.
“Hidupmu sudah enak sebagai seorang pencuri, mengapa kau beralih ke bisnis menjual arak?” Xue Bing bertanya sambil menuangkan secangkir arak untuk SiKong
ZhaiXing.
“Karena ia juga kecanduan!” Malah Lu Xiao Feng yang menjawab. Ia masih tidak lupa kalau dulu SiKong ZhaiXing pernah menyamar sebagai Zhao si Muka Bopeng.
Hal itu bukanlah sesuatu yang mudah dilupakan orang.
“Saat itu aku memperdayaimu, tapi rasanya tidak sebaik hari ini.” SiKong ZhaiXing tertawa. “Tampaknya kali ini kau tidak benar-benar berusaha memperdayaiku.” Lu Xiao Feng menatap langsung ke mata SiKong ZhaiXing. Tidak ada pelayan di dunia ini yang memiliki masalah tingkah laku yang demikian besar. Jika ia bukan berusaha menarik perhatian Lu Xiao Feng dengan sengaja, lalu mengapa ia bertingkah seperti tadi?
“Waktu kau dulu menyerbu masuk ke dalam api yang menyala-nyala untuk menolong Zhao si Muka Bopeng, aku tiba-tiba menyadari bahwa kau adalah seorang sahabat yang baik!” SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
“Tapi kau masih menyuruhku menggali cacing untukmu.”
“Kenapa kau? Khawatir kalau orang lain tidak tahu tentang hal itu?” SiKong ZhaiXing tertawa lagi. “Ke mana pun kau pergi, pada setiap orang yang kau temui, kau tentu menyebut-nyebut hal itu!”
“Jadi kau telah bertemu Hua Man Lou dan Jin Jiu Ling?” Mata Lu Xiao Feng bersinarsinar.

Koleksi Kang Zusi

27

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Mm!”
“Dan mereka memberitahumu bahwa aku akan mencari Xue Bing?”
SiKong ZhaiXing mengangguk.
“Jadi kau menduga bahwa kami tentu akan melewati tempat ini dan berhenti di sini untuk minum?”
“Maka aku menunggu di sini!”
“Menunggu di sini hanya untuk ikut minum arak?”
“Kau tahu bukan demikian halnya, dan aku pun tidak ingin berdusta padamu!”
SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
“Aku hanya tahu bahwa kita bersahabat.”
“Hal yang aneh adalah, kebetulan ada banyak orang yang menginginkan aku mencuri sesuatu darimu!” SiKong ZhaiXing menarik nafas.
“Apa yang sekarang diincar?”
“Kau punya sehelai kain satin merah?”
“Kau tahu aku memilikinya, dan aku tidak ingin berdusta padamu.” Lu Xiao Feng tersenyum. “Dan ada sebuah mawar hitam yang tersulam di kain satin merah itu?”
“Apakah kain ini yang ingin kau curi?”
“Benar.”
“Kau telah mengakui bahwa kita bersahabat, dan kau masih ingin merampokku?”
“Karena aku telah berjanji pada seseorang!”
“Mengapa kau membuat janji itu?”
“Aku terpaksa!”
“Mengapa?”
“Karena aku banyak berhutang budi pada orang ini!”
“Siapa orang itu?”
“Kau tahu kalau aku tidak akan memberitahukannya padamu, mengapa bertanya?”
SiKong ZhaiXing tersenyum letih.
“Rasanya kau pun berhutang budi padaku.” Lu Xiao Feng tertawa. “Bukan hanya aku telah menyelamatkanmu, aku pun menggali 680 ekor cacing untukmu.”
“Itulah sebabnya aku bersikap jujur dan menceritakan hal ini padamu sekarang!”
“Tapi walaupun kau memberitahukan hal ini padaku, kau tetap akan mencuri dariku?” “Sehelai kain satin merah seperti itu kan harganya tidak mahal.”
“Dan kau tidak pernah mencuri sesuatu yang tidak bernilai!”
“Karena kau telah melihat kain itu, tentu tidak banyak lagi gunanya untukmu, bukan?” “Kau ingin aku menyerahkannya saja padamu?”
“Itulah yang ingin kukatakan dari tadi!”
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
“Mengapa kita tidak membuat sebuah perjanjian?”
“Perjanjian macam apa?” SiKong ZhaiXing bertanya.
“Asal kau beritahukan padaku siapa yang memintamu untuk mencurinya dariku, aku akan membiarkanmu mencurinya!”
“Tak ada orang yang mau menyetujui perjanjian seperti itu!”
“Jika kita tidak bisa membuat sebuah perjanjian, maka kita hanya bisa bertaruh.” Lu
Xiao Feng menarik nafas.
“Bagaimana cara taruhannya?”
“Kau tahu berapa banyak kamar tamu yang ada di belakang?”
“Enam.”
“Aku akan menginap di sini malam ini dan menunggumu untuk datang dan mencurinya dariku!”
“Jika kau tahu aku akan datang untuk mencurinya, bagaimana mungkin aku bisa

Koleksi Kang Zusi

28

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. berhasil?” SiKong ZhaiXing mengerutkan keningnya.
“Kau adalah Raja Pencuri, ingat?” Lu Xiao Feng tertawa. “Tidak pernah gagal mencuri sesuatu, aku yakin kau akan menemukan caranya.”
“Dan bagaimana jika aku benar-benar punya rencana tentang cara mencurinya?”
Mata SiKong ZhaiXing tiba-tiba mulai bersinar-sinar.
“Benda itu sekarang ada padaku, jika kau berhasil mencurinya, maka aku bersedia menggali 680 ekor cacing lagi untukmu!”
“Aku bisa menggunakan cara apa pun yang aku mau?”
“Tentu saja. Apa pun yang kau mau!”
“Beberapa metode tidak akan kugunakan terhadap seorang sahabat!”
“Hanya untuk malam ini, kau boleh berhenti menganggapku sebagai sahabatmu!”
“Baik! Jadi!” SiKong ZhaiXing tiba-tiba mengangkat sebuah cangkir dan menghabiskan isinya dalam satu tegukan. “Dan jika aku kalah, aku pun akan menggali cacing untukmu!”
“Aku tidak ingin kau menggali cacing!”
“Kau masih ingin aku berlutut di hadapanmu dan memanggilmu ‘Paman!’ setiap kali kita bertemu?”
“Kali ini sapaannya diubah menjadi ‘Ayah!’” Lu Xiao Feng tertawa.
“Baik! Setuju!”
“Dan siapa pun yang mengingkarinya adalah anak kura-kura!”
“Tampaknya, tak perduli siapa pun yang menang, aku akan ditraktir nih!” Xue Bing tertawa dan berkata dengan senang.
“Tapi sekarang belum malam.” SiKong ZhaiXing berkata.
“Jadi kita masih bersahabat!”
“Maka aku ingin mengundangmu minum!”
“Aku hanya berharap kau tidak memasukkan racun ke dalam minuman ini.” Lu Xiao
Feng tersenyum.
“Dan aku hanya berharap kau tidak membuatku mabuk!” SiKong ZhaiXing balas tersenyum. Bab 3: Kau Menipu Aku Berdusta
Malam. Tapi malam belum begitu larut. SiKong ZhaiXing tidak mabuk, dan telah pergi. Lu Xiao Feng, tentu saja, tidak diracuni. SiKong ZhaiXing bukan tipe orang yang suka memasukkan racun ke dalam arak. Di samping itu, jika ia menggunakan racun, Lu Xiao Feng tidak akan meminumnya.
Tapi terlihat secercah senyuman di wajah Xue Bing.
“Ia tentu akan kalah kali ini!” Ia tiba-tiba menarik nafas.
“Ia tentu kalah?”
“Benda itu ada padamu, dan kau tahu kalau ia akan datang untuk mencurinya.
Bagaimana mungkin ia bisa berhasil?”
“Ia adalah Raja Pencuri, dan seorang Raja Pencuri tentu memiliki segala macam cara yang aneh dan ganjil untuk mencuri sesuatu benda!”
“Kau benar-benar tidak yakin kalau kau dapat mengalahkannya?” Xue Bing bertanya. Lu Xiao Feng tertawa kecil dan menuangkan secangkir arak untuk dirinya sendiri.
Tapi ia tidak meminumnya, ia hanya menatapnya, seakan-akan terpesona olehnya.
“Apa yang sedang kau fikirkan? Orang yang menginginkan dia mencuri benda itu darimu?” Xue Bing bertanya.
Lu Xiao Feng tidak membantahnya.
“Mungkinkah orang ini adalah orang yang sama dengan orang yang menyulamnya?”
Xue Bing bertanya.
“Sangat mungkin.”

Koleksi Kang Zusi

29

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Jika aku adalah kamu, aku akan memutar otakku untuk mencari cara agar bisa memaksanya memberitahuku siapa orang itu.”
“Kau bukan aku!”
“Bagus juga kalau begitu,” Xue Bing tersenyum manis. “Jadi aku tidak menanggung semua kekhawatiran dan kesulitan yang kau miliki!”
“Dan itulah sebabnya kau sangat bahagia!”
“Ya, sangat bahagia!”
“Nah, karena kau sedang bahagia, kau akan memberitahu kan?” Lu Xiao Feng tibatiba tersenyum.
“Memberitahu apa?” Xue Bing tampaknya telah lupa lagi.
“Tentang sepatu merah, tentunya!”
Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, dan merasa bahwa ia tak bisa menyimpan rahasia ini lagi.
“Kau tahu Paviliun Baju Hijau?” Ia tiba-tiba bertanya.
Lu Xiao Feng mengangguk. Tentu saja ia tahu.
“Nah, Sepatu Merah itu seperti Paviliun Baju Hijau, sebuah organisasi yang sangat rahasia. Satu-satunya perbedaannya dengan Paviliun Baju Hijau adalah tidak ada laki-laki di dalam organisasi ini. Maka mereka lebih keji dan kuat daripada Paviliun
Baju Hijau!”
“Mengapa begitu?”
“Karena wanita memang lebih kuat daripada pria.” Xue Bing tertawa dan menjawab dengan cerdik.
“Dan?”
“Dan tidak ada lagi, itu saja.”
“Itu saja?” Lu Xiao Feng ‘hampir melompat keluar dari kulitnya’. “Apa maksudmu dengan ‘itu saja’?”
“Itu saja, artinya itu saja yang aku tahu.” Xue Bing menjawab dengan santai. “Itu artinya, walaupun kau menodongkan sebilah pisau di leherku, aku tak bisa bercerita lebih banyak lagi.”
Lu Xiao Feng terdiam dan hanya memandangi gadis itu dengan tatapan bodoh selama beberapa saat.
“Wanita memang lebih kuat daripada laki-laki,” ia menarik nafas, “mereka tidak bermain secara jujur!”
“Sejak kapan aku tidak bermain dengan jujur?” Xue Bing menatapnya. “Apakah aku tidak memberitahumu siapa orang-orang yang memakai sepatu merah ini? Apakah aku juga tidak memberitahumu bahwa Sepatu Merah adalah sebuah organisasi yang sangat rahasia? Kau tidak puas juga?”
“Ternyata bukan hanya mereka tidak bermain dengan jujur, mereka juga merasa lebih pintar sendiri.” Lu Xiao Feng tersenyum sabar.
“Kau tahu kalau si penyulam berjenggot besar itu adalah seorang wanita yang menyamar, kan?” Xue Bing tampaknya agak malu karena ucapan Lu Xiao Feng itu dan mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. “Dan kau juga tahu kalau ia memakai sepatu merah. Kau tahu cukup banyak sebenarnya!”
“Dan itulah sebabnya aku merasa puas.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Sangat puas!”
“Nah, karena kau merasa puas, mengapa kau tidak menuangkan secangkir arak untukku?” Xue Bing tersenyum.
“Wajahmu sudah lebih merah daripada sepatu-sepatu merah yang mereka pakai,” Lu
Xiao Feng menjawab dengan dingin. “Dan kau masih ingin minum lagi?”
“Aku ingin mabuk malam ini,” Xue Bing menggigit bibirnya. “Di samping itu, di sini ada sebuah tempat tidur. Jika aku mabuk, aku akan berbaring di tempat tidur itu.”
“Jangan lupa kalau aku pun berada di kamar ini!”
“Jadi kenapa kalau kau berada di ruangan ini?” Xue Bing meliriknya dari sudut matanya. “Memangnya aku takut padamu?”

Koleksi Kang Zusi

30

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kau berusaha mabuk agar kau bisa mengumpulkan cukup keberanian untuk merayuku?” Lu Xiao Feng pun meliriknya dari sudut matanya.
Wajah Xue Bing kembali memerah, tapi kali ini ia tidak menundukkan kepalanya, tapi malah menatap langsung ke mata Lu Xiao Feng.
“Kau tidak ingin aku merayumu?”
“Sejak awal kau memang berencana untuk merayuku?”
“Memangnya siapa dirimu? Fan An? Song Yu?”
{Catatan: Fan An dan Song Yu adalah dua orang penakluk wanita dan playboy terkenal dalam dongeng.}
Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit.
“Apa yang kau lakukan?” Xue Bing bertanya.
“Aku berdiri, maka tentu saja aku akan pergi!”
“Kau benar-benar ingin pergi?”
“Karena kau tidak akan merayuku, lalu untuk apa aku tinggal di sini?”
“Puh!” Xue Bing tertawa kecil. “Kau ini bodoh. Aku tidak merayumu, tapi tak bisakah kau yang merayuku?”
“Sayangnya aku tidak biasa merayu orang, selalu orang lain yang biasanya merayuku!” “Tidak bisakah kau membuat sebuah pengecualian untukku?” Sekarang ucapan Xue
Bing sudah hampir berupa bisikan. Wajahnya semakin memerah, lebih merah daripada bunga persik di musim semi, merah seperti persik madu. Lu Xiao Feng tibatiba menarik nafas dan duduk kembali dengan lambat.
“Apa yang kau takutkan?” Xue Bing memandangnya dan menggoda. “Kau bahkan belum mulai merayuku, dan kau telah basah kuyup oleh keringat!”
“Karena aku merasa sangat kepanasan!”
“Aku juga merasa kepanasan!”
“Tapi kau adalah salju dan es, bagaimana mungkin kau bisa merasa kepanasan?” Lu
Xiao Feng bergurau.
{Catatan: Di sini Lu Xiao Feng membuat lelucon berdasarkan nama Xue Bing. “Xue” adalah homofon dari kata salju dan “Bing” berarti es.}
“Aku pun heran, mengapa aku merasa kepanasan?” Ia berkedip-kedip beberapa kali dan tiba-tiba bertepuk tangan tersadar. “Aku tahu!”
“Apa yang kau tahu?”
“SiKong ZhaiXing mungkin tidak memasukkan racun ke dalam arak, tapi memasukkan semacam obat bius yang membuat kita merasa seolah-olah sedang terpanggang!” “Dan jika kita merasa kepanasan, kita tentu akan melepaskan pakaian kita.”
“Benda itu ada padamu, dan jika kau melepaskan pakaianmu, hal itu akan memberinya kesempatan yang ia butuhkan!”
“Aku ingin tahu dari mana si Raja Pencuri mendapat ide yang begini bodoh!” Lu Xiao
Feng menarik nafas.
“Caranya ini mungkin bodoh, tapi sangat efektif!”
“Sayangnya benda itu sama sekali tidak ada padaku,” Lu Xiao Feng tertawa dan berkata dengan terus terang. “Maka ia tetap tidak bisa mencurinya!”
“Kau telah menyembunyikan benda itu di tempat lain?” Xue Bing bertanya setelah dibuat tercengang oleh ucapannya itu.
“Menyembunyikannya di sebuah tempat yang tidak akan pernah difikirkannya dalam sejuta tahun.” Lu Xiao Feng tertawa. “Bahkan jika ia memiliki 30 buah tangan, yang bisa ia curi dariku di sini hanyalah beberapa helai pakaianku yang usang.”
“Kau jahat sekali!” Xue Bing cekikikan.
“Memang selalu begitu.”
Saat itu ada seseorang yang sedang berada di atas atap bangunan seberang. Tentu saja, ia tak lain tak bukan adalah SiKong ZhaiXing. Saat ini ia sedang mencaci-maki

Koleksi Kang Zusi

31

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Lu Xiao Feng di dalam hatinya.
“Si keparat kecil ini benar-benar bajingan!” Ia lupa kalau ia sendiri adalah seorang bajingan, seorang yang bukan bajingan tidak akan pernah bersembunyi di atas atap dan menguping percakapan orang lain.
“Di mana bajingan kecil ini menyembunyikannya?” SiKong ZhaiXing mulai mengingat-ingat ke mana saja Lu Xiao Feng pergi seharian tadi. Tadi mereka minum-minum di luar, dan ketika waktunya telah tiba, mereka pindah ke dalam.
Selain dari 2 tempat ini, Lu Xiao Feng hanya pernah buang hajat sekali!
“Mungkinkah ia menyembunyikannya di tempat buang hajat?” Itu adalah kemungkinan yang sangat bagus, Lu Xiao Feng si bangsat ini bisa melakukan apa saja. “Atau mungkinkah ia menyembunyikannya di dalam kendi arak, tempat yang ia kira tidak akan pernah aku fikirkan!”
Sekarang Lu Xiao Feng telah melepaskan jubah luarnya dan meletakkannya di punggung kursi di dekat jendela. Jendela itu tidak ditutup. Benda itu jelas tidak berada di dalam jubah tersebut, kalau tidak ia tak akan bersikap begitu tidak memperdulikannya! Lu Xiao Feng bukanlah orang yang tidak teliti, dan menggali 680 ekor cacing pun tidaklah lucu. SiKong ZhaiXing memutuskan untuk pergi. Ia baru saja hendak bangkit tapi tiba-tiba berhenti dan matanya bersinar-sinar. Jika Lu Xiao Feng memang menyembunyikan benda itu di dalam jubah, bukankah itu adalah tempat yang tidak ia perkirakan sama sekali? Apakah ia sengaja mengucapkan kata-kata tadi agar didengar oleh SiKong ZhaiXing?
“Bangsat kecil ini benar-benar seekor rubah cilik!” SiKong ZhaiXing tertawa pada dirinya sendiri. “Tapi sayangnya hari ini kau bertemu dengan seekor rubah tua!”
Senyumannya membuat tampangnya sedikit mirip dengan seekor rubah tua.
Jubah itu tergantung di atas punggung kursi sana, ia bisa melihatnya, tapi tidak bisa menyentuhnya. Maka apa yang harus ia lakukan? Tentu saja rubah tua ini punya cara. “Raja Pencuri” bukanlah gelar yang ia curi. Suara tawa terdengar dari dalam ruangan itu, apa yang membuat mereka begitu gembira?
“Apakah mereka sedang menertawakan orang tolol yang berada di luar, yang sedang makan angin dan menonton mereka minum arak?”
SiKong ZhaiXing tiba-tiba melompat turun dari atap, mendorong pintu hingga terbuka, dan berjalan masuk. Mata Xue Bing hampir melompat keluar dari kelopaknya ketika ia melihat SiKong ZhaiXing dengan perasaan terkejut, seakanakan ia tidak pernah membayangkan bahwa orang ini akan muncul secara tiba-tiba.
Lu Xiao Feng juga demikian.
Tapi SiKong ZhaiXing tidak memperdulikan mereka, duduk, dan meminum secangkir arak. “Minum arak rasanya memang lebih enak daripada makan angin.” Ia bergumam pada dirinya sendiri.
“Siapa yang menyuruhmu makan angin?” Xue Bing tersenyum.
“Aku sendiri!”
“Apakah kau juga seorang tolol besar seperti dia?” Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya dan tertawa.
“Bahkan walaupun aku bukan orang tolol, paling tidak aku berkepala kosong.”
“Kau mengakui kalau kau berkepala kosong?” Xue Bing berusaha menahan tawanya.
“Jika aku tidak berkepala kosong, lalu mengapa aku mau bertaruh dengannya?”
SiKong ZhaiXing menarik nafas.
“Kau fikir itu tidak ada gunanya?”
SiKong ZhaiXing mengangguk.
“Dan itulah sebabnya taruhan ini dibatalkan!”
“Taruhan ini dibatalkan?” Lu Xiao Feng hampir menjerit. “Apa maksudmu taruhan ini

Koleksi Kang Zusi

32

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dibatalkan?” “Taruhan ini dibatalkan, artinya taruhan ini dibatalkan!”
“Tapi kita telah membuat perjanjian!”
“Banyak perjanjian yang kemudian dibatalkan. Dan banyak ucapan yang bisa dianggap sebagai kentut!”
“Aku tidak faham,” Lu Xiao Feng tersenyum sabar setelah menatapnya sambil tercengang heran sebentar. “Mengapa kau tiba-tiba membatalkan taruhan ini?”
“Kau kira aku tidak tahu ‘kotoran apa yang sedang kau keluarkan’?” SiKong ZhaiXing mendengus. “Memangnya ‘kotoran macam apa yang aku keluarkan’?”
“Kau akan membiarkanku mencuri benda itu dan kemudian mengikutiku untuk melihat pada siapa aku memberikan benda itu.” SiKong ZhaiXing mendengus.
“Dengan cara itu, walaupun aku menang, aku juga yang rugi akhirnya.”
“Bagaimana kau bisa berfikir begitu?” Lu Xiao Feng tampak seperti seorang anak kecil yang polos. “Aku tidak faham.”
“Kau pasti faham, kau lebih faham daripada siapa pun!”
“Mengapa aku sengaja membiarkanmu menang?” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Kau benar-benar mengira kalau aku suka menggali cacing?”
“Karena kau benar-benar ingin mengetahui siapa orang yang menyuruhku mencuri benda itu. Dan untuk itu, hanya ini satu-satunya cara. Untuk mendapatkan apa yang engkau inginkan, kau bersedia melakukan apa saja!”
“Kau benar-benar menganggap aku orang seperti itu?” Lu Xiao Feng tersenyum sabar. “Aku tidak perduli kau orang macam apa, aku tidak mau meneruskan taruhan ini lagi. Karena aku telah memutuskan bahwa aku tidak boleh terperdaya olehmu!” Ia menuangkan secangkir arak dan meminumnya dalam satu tegukan. Setelah itu ia mundur dan tertawa sebanyak 3 kali. “Arak yang bagus! Rasanya jauh lebih enak daripada angin!”
Kalimatnya itu belum selesai ketika ia berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya, dan duduk termangu sebentar sebelum sebuah senyuman tiba-tiba tersungging di bibirnya.
“Orang ini benar-benar seekor rubah tua!”
“Kau benar-benar bermaksud membiarkan dia menang?” Xue Bing bertanya.
“Rubah tua itu benar, memang hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa tahu siapa yang memberikan tugas itu padanya!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Dan semua yang kau ucapkan tadi memang untuk memberitahu padanya di mana benda itu berada?”
“Tepat sekali!”
“Tapi aku masih tidak bisa membayangkan di mana tepatnya kau menyembunyikannya!” Xue Bing menarik nafas.
“Benda itu ada di dalam pakaianku!”
“Di dalam jubah yang ada di kursi itu?” Xue Bing tertegun.
“Dari tadi ada di situ!”
“Tapi barusan kau bilang….”
“Aku mengatakan itu karena aku tahu bahwa cepat atau lambat ia akan tahu bahwa aku sedang berusaha untuk mengalihkan perhatiannya!”
“Aku masih tidak faham.”
“Aku sengaja meletakkan jubahku di sana, tentu saja orang biasa tidak akan curiga kalau benda itu ada di dalamnya. Tapi ia bukan orang biasa, ia adalah si ‘Raja
Pencuri’!”
“Maka kau telah menduga bahwa cepat atau lambat dia akan tahu kalau benda itu ada di dalamnya!”
“Aku memang meletakkannya di sana agar dia bisa mencurinya!”

Koleksi Kang Zusi

33

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Jadi, ternyata kau memasang tipuan di dalam sebuah tipuan lain.” Xue Bing akhirnya mengerti. “Kau memang bermaksud membiarkan dia mencurinya!”
“Ya, aku ingin dia mencurinya, tapi aku tidak boleh membuatnya terlalu mudah karena aku tidak ingin dia curiga!”
“Tapi ia tetap saja curiga dan tidak mau terperdaya!”
“Itulah sebabnya aku mengatakan bahwa ia benar-benar seekor rubah tua,” Lu Xiao
Feng menarik nafas. “Sayangnya, walaupun….”
“Apanya yang sayang?”
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa kecil.
“Sayangnya ia tetap saja terperdaya akhirnya!”
Xue Bing tercengang sebentar sebelum akhirnya tersenyum lembut.
“Aku tidak faham lagi.”
“Ia tetap mencuri benda itu!”
“Kapan ia mencurinya?”
“Barusan!”
Xue Bing tak tahan untuk tidak mengambil jubah yang ada di kursi itu dan mengguncang-guncangnya sedikit. Sehelai kain satin merah terjatuh, di atasnya tersulam sebuah mawar hitam.
“Bukankah barangnya masih ada di sini?”
“Tapi kain satin ini bukan yang asli lagi!”
“Kau bilang dia telah mengganti kain satin milikmu itu dengan kain ini?”
“Perhatikan dengan teliti, bukankah ada beberapa perbedaan di antara keduanya?”
Perbedaannya memang tidak jelas, tapi ada.
“Ia mungkin telah mengetahui dari Jin Jiu Ling seperti apa kain satin itu dan sulamannya, lalu ia mencari seseorang untuk membuat sulaman seperti itu untuk ditukarkan dengan kain milikku!”
“Ia begitu cepat, tak heran kalau ia dijuluki si ‘Raja Pencuri’!” Xue Bing menarik nafas. “Tadi aku mengamatinya sepanjang waktu dan tetap tidak melihat bagaimana ia melakukannya.”
“Ia mungkin mengira bahwa aku pun tidak melihatnya.” Lu Xiao Feng tersenyum. “Ia mungkin mengira bahwa aku masih belum tahu!”
“Kau telah memeriksa kain satin ini berulang kali. Dan sekarang, karena benda itu tidak dicuri, kau tentu akan menyembunyikannya di suatu tempat. Bagaimana pun juga, kau tentu tidak akan mengeluarkannya dengan segera!”
“Itulah sebabnya ia mengira bahwa aku tidak akan menyadari dengan segera bahwa barang ini palsu!”
“Dan sekarang, karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia tentu akan berusaha memberikannya pada orang yang menyuruhnya!”
“Ia memang harus menyelesaikan tugasnya!”
“Lalu mengapa kau tidak membuntutinya sekarang juga?”
“Karena aku tahu bahwa tidak mungkin ia akan berangkat sekarang juga!”
“Mengapa tidak?”
“Karena ia khawatir kalau aku jadi curiga!”
Xue Bing berfikir sebentar.
“Karena tampaknya kau tidak akan segera tahu tentang pertukaran kain itu, maka ia mungkin mengambil kesempatan ini dan bersantai sejenak!”
“Semakin ia bersikap santai, semakin tidak mungkin aku mencurigainya!”
“Dan saat kita berangkat besok pagi, ia bisa mengantarkan kepergian kita dan kemudian dengan hati-hati ia bisa kembali dan menyelesaikan tugasnya!”
“Tampaknya, jika kau terus ikut dengan kami, kau pun akhirnya akan menjadi seekor rubah kecil!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
Mata Xue Bing berputar-putar sedikit dan sebuah ekspresi yang mirip sebuah senyuman tapi bukan senyuman muncul di wajahnya.

Koleksi Kang Zusi

34

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?” Ia bertanya dengan suara yang hampir seperti bisikan.
“Hmm, tentunya aku akan menemaninya!” Lu Xiao Feng sengaja tidak mengacuhkan ekspresi wajah gadis itu.
“Kau ingin meninggalkanku di sini untuk menemani dia!” Xue Bing seperti hendak melompat bangkit lagi.
“Ia tidak akan mencoba merayuku, aku pun tidak akan merayunya.” Lu Xiao Feng menjawab seenaknya. “Aku jauh lebih aman bila bersamanya!”
Xue Bing menggigit bibirnya dan menatapnya dengan pahit. Tiba-tiba ia tersenyum menggoda. “Akhirnya aku tahu siapa kau!”
“Oh? Siapakah aku ini?”
“Kau seekor anjing!”
“Kenapa aku ini seekor anjing?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Jika SiKong ZhaiXing adalah seekor rubah tua, bukankah kau menjadi seekor anjing pemburu rubah?” Xue Bing menggoda.
______________________________
SiKong ZhaiXing sedang berbaring di atas ranjang, menggunakan tangannya sebagai bantal. Ia sedang memusatkan perhatiannya pada cangkir arak yang ada di atas dadanya. Lu Xiao Feng sering minum arak seperti itu. Bukan hanya itu, bila Lu Xiao
Feng minum dengan cara seperti ini, ia tak pernah menumpahkan setetes arak pun.
Jika Lu Xiao Feng bisa melakukan sesuatu, maka SiKong ZhaiXing harus mempelajarinya. Bukan hanya mempelajarinya, tapi juga harus mampu menguasainya lebih baik daripada Lu Xiao Feng.
Ia tiba-tiba mendengar seseorang tertawa di luar kamarnya.
“Itu adalah tipuanku dan hanya milikku sendiri. Kau tak akan pernah bisa mempelajarinya!” Seorang laki-laki mendorong pintu hingga terbuka dan berjalan masuk. Lu Xiao Feng, tentu saja.
SiKong ZhaiXing tidak menoleh saat mendengar komentar itu, tapi ia malah tetap berkonsentrasi pada cangkir arak yang ada di atas dadanya.
“Apa yang kau inginkan sekarang?” Ia bertanya dengan dingin.
“Yang kuinginkan? Tak ada, aku ke sini hanya untuk menemanimu!”
“Kau meninggalkan dia sendirian hanya untuk menemaniku?”
“Apakah taruhannya sekarang telah dibatalkan?” Bukannya menjawab pertanyaan itu, Lu Xiao Feng malah tertawa dan mengajukan pertanyaannya sendiri.
“Uh huh!”
“Jadi kita masih bersahabat?”
“Uh huh!”
“Nah, karena kita masih bersahabat, lalu mengapa aku tidak boleh datang dan menemanimu?” “Tentu saja boleh, tapi sekarang kufikir aku sebaiknya pergi dan menemani dia!”
SiKong ZhaiXing menghirup nafas dalam-dalam. Cangkir arak di atas dadanya segera terbang ke bibirnya, dan arak di dalam cangkir itu pun terbang ke dalam mulutnya juga. Sayangnya, tidak semua arak yang berhasil masuk ke dalam mulutnya, setengahnya lagi tertumpah ke sekujur tubuhnya.
“Sudah kubilang tadi,” Lu Xiao Feng tertawa senang melihat nasibnya. “Kau tak akan menguasai gerakan itu walau kau mencoba seumur hidupmu!”
SiKong ZhaiXing melirik dengan marah pada Lu Xiao Feng sebelum ia mulai bangkit.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah secara dramatis, seluruh wajahnya menjadi kaku dan mulai berkernyit. Seluruh tubuhnya mengejang, seolah-olah sebilah pedang tipis baru saja ditusukkan ke dalam perutnya.
“Ada apa?” Bahkan Lu Xiao Feng pun menjadi terkejut melihat perubahan itu. SiKong
ZhaiXIng membuka mulutnya, mencoba bicara, tapi tak ada yang keluar. Lu Xiao

Koleksi Kang Zusi

35

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Feng segera berlari ke sisinya dan membantunya duduk. Tiba-tiba ia mencium bau yang aneh.
Ia memungut cangkir arak itu dan mengendusnya. Ekspresi wajahnya berubah secara dramatis.
“Ada racun di dalam cangkir ini!” Sekarang wajah SiKong ZhaiXing telah pucat pasi dan butir-butir keringat yang besar berkumpul di keningnya.
“Dari mana asal arak ini? Apakah ada orang yang datang ke sini sebelumnya?” Lu
Xiao Feng bertanya.
SiKong ZhaiXing berusaha menggelengkan kepalanya sedikit dan menatap kendi arak yang ada di atas meja. Masih ada sedikit arak di dalam kendi itu.
Lu Xiao Feng mengambil kendi itu dan mengendusnya, arak di dalam kendi itu tidak beracun. “Racunnya ada di cangkir!” Cangkir itu mungkin selalu ada di dalam kamar. Saat
SiKong ZhaiXing menguping di atas atap tadi, seseorang tentu telah datang ke sini dan meletakkan sesuatu pada cangkir itu.
“Biasanya kau selalu berhati-hati!” Lu Xiao Feng menghentakkan kakinya dengan frustrasi. “Mengapa kau begitu sembrono sekarang!”
SiKong ZhaiXing mengkertakkan giginya dan akhirnya tiga patah kata keluar dari mulutnya. “Biara Masih Senja!”
“Kau kenal seseorang di sana yang bisa menyembuhkanmu? Kau ingin aku membawamu ke sana?”
“Cepat… cepat….” SiKong ZhaiXing berjuang untuk mengangguk sedikit.
“Baiklah, aku akan mencari Xue Bing, kami akan membawamu ke sana!” Lu Xiao
Feng memondong SiKong ZhaiXing dan berlari keluar, mencari Xue Bing.
Tapi Xue Bing tak berhasil ditemukan. Cangkir arak yang belum selesai ia minum masih ada di atas meja, tapi ia telah menghilang di udara. Di atas piring yang tadinya ada beberapa potong daging sapi, sekarang ada sepasang tangan, sepasang potongan tangan! Lu Xiao Feng mengenalinya sebagai tangan Sun Zhong.
Mungkinkah ia telah mengumpulkan beberapa orang dan kembali untuk membalas dendam dan membawa pergi Xue Bing? Tapi kenapa mereka yang tadi berada di ruangan sebelah tidak mendengar apa-apa?
Xue Bing bukan orang yang gampang ditundukkan, bagaimana ia bisa dibawa pergi dengan begitu mudah? Lu Xiao Feng tidak punya waktu untuk memikirkan semua itu. Saat ini, segalanya harus dikesampingkan dulu, hal yang terpenting adalah menyelamatkan SiKong ZhaiXing. Di samping itu, perubahan keadaan ini terlalu mengejutkan, terlalu luar biasa. Tak perduli betapa pun ia berusaha, ia tak berhasil menyimpulkan apa-apa. Untunglah kereta kuda yang mereka tumpangi tadi masih ada di sini.
Lu Xiao Feng membangunkan kusirnya dan melompat ke atas kereta bersama
SiKong ZhaiXing yang sekarang tampaknya benar-benar tidak mampu bergerak lagi.
“Kau tidak boleh mati. Kau bukan orang baik-baik, bagaimana mungkin nyawamu begitu pendek?” Ia bergumam padanya, dan pada dirinya sendiri.
Ajaib, SiKong ZhaiXing tidak mati dan tetap berada dalam keadaan sekarat di sepanjang perjalanan ke Biara Masih Senja.
Biara Masih Senja terletak di dalam sebuah hutan bambu hitam, sebuah hutan bambu hitam di lereng gunung. Pintu gerbang ke atas gunung tampak terbuka, tapi dunia manusia tertinggal di belakang untuk selamanya, di luar hutan bambu itu.
Mustahil kereta kuda bisa naik ke lereng gunung, maka Lu Xiao Feng pun memondong SiKong ZhaiXing, berjalan menelusuri hutan bambu, melangkah dengan perlahan di atas daun-daun yang berguguran. Bersamaan dengan hembusan angin, terdengar dentangan lonceng yang menandakan datangnya malam. Tapi malam belum turun, warna matahari terbenam memenuhi seluruh angkasa, hari masih

Koleksi Kang Zusi

36

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. senja. “Kau mampu! Hal ini memang sukar, tapi kau pasti mampu!” Lu Xiao Feng bergumam ketika ia menunduk untuk melihat SiKong ZhaiXing yang berada di dalam pondongannya, sambil berusaha menarik nafas. Tubuh SiKong ZhaiXing menggigil sedikit dan ia mengerang dengan perlahan, seolah-olah ia mendengar kata-kata Lu
Xiao Feng.
“Bagaimana perasaanmu?” Lu Xiao Feng segera bertanya.
“Aku lapar!” SiKong ZhaiXing tiba-tiba membuka matanya.
“Kau lapar?” Lu Xiao Feng terkejut.
“Yeah, dua hari terakhir ini kau naik kereta dan makan-minum sepuas hatimu dan aku hanya bisa bersembunyi di dalam kereta sambil mengunyah roti kue yang dingin. Bagaimana mungkin aku tidak kelaparan?” SiKong ZhaiXing mengedipngedipkan matanya pada Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng terdiam. Ia seperti baru menelan 600 ekor cacing hidup.
“Hati-hati membawaku, jangan jatuhkan aku ya?” SiKong ZhaiXing memberi perintah. “Oh, aku akan berhati-hati, tapi aku khawatir hal itu tak akan membunuhmu!” Lu
Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya. Tiba-tiba ia mengangkat tubuh SiKong
ZhaiXing di atas kepalanya dan membantingkannya ke atas tanah. Tapi sebelum
SiKong ZhaiXing menyentuh tanah, tiba-tiba ia bersalto di udara. Malah, ia bersalto sebanyak 7 atau 8 kali dan mendarat dengan perlahan di atas tanah. Ia melirik Lu
Xiao Feng dan mulai tertawa, tertawa begitu kerasnya hingga tubuhnya pun membungkuk. “Seharusnya kubiarkan kau mati di sana!” Lu Xiao Feng berkata dengan nada pahit.
“Hanya orang baik yang mati muda, bagaimana mungkin orang sepertiku mati?”
SiKong ZhaiXing masih tertawa. Ia mengakui bahwa dirinya memang bukan orang baik-baik. “Kau tidak diracuni orang, ya?”
“Tentu saja tidak, siapa yang bisa meracuni seekor rubah tua yang abadi seperti diriku?” “Racun yang ada di cangkir arak itu adalah sesuatu yang kau masukkan sendiri?”
“Itu bukan racun!” SiKong ZhaiXing tertawa dengan nada penuh kemenangan. “Itu hanya ramuan jamu yang baunya seperti racun. Tapi tidak ada akibatnya sedikit pun walau kau memakannya sebanyak 1 kg.”
“Kau pura-pura keracunan untuk membuatku sibuk dan membawamu ke sini.”
“Jika aku tidak melakukan hal itu, lalu bagaimana lagi caranya agar aku bisa keluar dari tempat itu?”
“Bagaimana kau bisa melakukan semua itu? Di sepanjang jalan kau pura-pura sekarat dan tidak bergerak sedikit pun!”
“Aku punya cara sendiri. Jangan lupa, bukan saja aku ini si ‘Raja Pencuri’, aku juga seekor rubah tua yang cerdik!”
“Tapi jika bukan karena seekor rubah kecil, tipuanmu itu mungkin tidak akan berhasil semudah ini!” Lu Xiao Feng tiba-tiba mendengus.
“Rubah kecil?” SiKong ZhaiXing tampak terkejut mendengar pernyataan itu. “Selain dari dirimu, apakah ada seekor rubah kecil lagi?”
“Mungkin bukan seekor rubah kecil, tapi tentu saja seekor rubah betina!” Lu Xiao
Feng mendengus.
“Aku tahu kalau aku tidak bisa mengelabuimu terus-menerus!” SiKong ZhaiXing tertawa terbahak-bahak. “Kau tidak sebodoh itu!”
“Kapan kau merencanakan tipuan ini dengan Xue Bing?”
“Waktu kau pergi untuk buang hajat!”
“Mengapa ia mau menuruti rencanamu?”
“Mungkin karena ia jatuh cinta padaku!” SiKong ZhaiXing berkata dengan

Koleksi Kang Zusi

37

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. seenaknya. “Ia bisa jatuh cinta pada seekor rubah tua sepertimu?”
“Aku rasa kau tidak faham, semua wanita mencintai rubah tua!” SiKong ZhaiXing menertawakan dirinya sendiri.
“Tampaknya ia telah terhipnotis oleh salah satu tipuan jahatmu, sedemikian rupa sehingga ia mau melakukan sesuatu seperti ini!” Lu Xiao Feng menarik nafas, tapi tiba-tiba ia mengajukan sebuah pertanyaan lagi. “Jika ia pergi untuk menyelesaikan tugasmu dan memberikan barang itu pada pemiliknya, lalu apa arti sepasang potongan tangan itu?”
“Potongan tangan?” SiKong ZhaiXing tampak bingung. “Potongan tangan yang mana?” “Potongan tangan Sun Zhong!”
“Di mana tangan itu?”
“Di atas piring tempat daging sapi itu!”
“Aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu!” SiKong ZhaiXing mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya.
“Kau benar-benar tidak tahu?”
“Kapan aku berdusta padamu?” SiKong ZhaiXing menarik nafas.
“Kau selalu berdusta padaku!” Lu Xiao Feng menjawab dengan nada pahit.
“Seorang jenius sepertimu? Bagaimana mungkin aku mampu membuatmu percaya pada dusta-dustaku?” SiKong ZhaiXing mengedip-ngedipkan matanya.
“Tentu saja kau tidak mampu,” Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak menarik nafas lagi. Sambil tersenyum sabar, ia meneruskan. “Tapi sayangnya aku adalah orang yang terlalu baik.”
“Apakah orang baik di luar sana adalah Lu Xiao Feng?” Seseorang tiba-tiba bertanya dari balik pintu gerbang.
Pintu gerbang itu setengah tertutup, di baliknya ada sebuah halaman kecil di mana seseorang duduk di sebuah kursi bambu di bawah pohon putih yang terdapat di halaman. Matahari senja menyinari pohon putih itu, dan juga menyinari wajahnya yang pucat. Hidungnya tegak dan keningnya menonjol keluar, siapa pun bisa melihat dalam sekilas pandangan bahwa ia tentu orang yang agung dan berpengaruh. Tapi di bagian wajahnya di mana seharusnya matanya yang jernih dan berkilauan berada, sekarang hanya ada dua buah lubang hitam.
“Jiang Chong Wei!” Lu Xiao Feng berseru dengan heran ketika ia memasuki halaman itu. “Bagaimana kau bisa berada di sini?”
“Jika aku tidak di sini, lalu ke mana lagi aku pergi?” Jiang Chong Wei tersenyum.
Senyumannya tampak sedih dan murung. “Aku bukan apa-apa selain seorang lakilaki buta sekarang, Istana Kerajaan tidak akan memakai seorang laki-laki buta sebagai komandan pengawal. Walaupun mereka tidak memaksaku pergi, aku pun tentu akan pergi sendiri!”
Ketika Lu Xiao Feng mengamati wajahnya, hatinya pun dipenuhi oleh perasaan sedih. Jiang Chong Wei adalah orang yang sangat berbakat dengan masa depan gemilang di depannya. Tapi seorang laki-laki buta….
Lu Xiao Feng tiba-tiba menoleh ke arah SiKong ZhaiXing.
“Kau mengenalnya?” Ia menatap SiKong ZhaiXing. SiKong ZhaiXing mengangguk.
“Kau tahu kenapa ia menjadi seperti ini?”
SiKong ZhaiXing menarik nafas. Ia pun merasa tidak enak di dalam hatinya.
“Karena kau tahu, sekarang kau seharusnya memberitahu padaku siapa orang itu.”
“Siapa?”
“Orang yang menyulam kain itu, orang yang menyuruhmu mencurinya dariku!”
“Kau kira mereka adalah orang yang sama?”
“Benar!”
“Mungkin kain satin itu memang milik orang itu, tapi mengapa orang itu ingin aku

Koleksi Kang Zusi

38

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mencurikannya?” “Mungkin ada sebuah rahasia padanya dan orang itu takut kalau aku menemukannya.” “Kau telah memeriksa kain itu berulang kali?”
“Tidak cukup sering!”
SiKong ZhaiXing tidak menjawab. Ia tampak ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
“Kau berhutang budi pada orang ini. Tapi jika orang ini melakukan semua perbuatan itu, jika kau masih memiliki secercah rasa kemanusiaan di hatimu, maka kau seharusnya tidak melindungi orang ini!”
“Kau memaksaku untuk mengatakannya?”
“Kau harus memberitahuku!”
“Baiklah, kuberitahu padamu.” SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas. “Orang itu adalah dia!”
Ia tiba-tiba menunjuk ke depannya. Lu Xiao Feng secara naluriah menoleh ke arah yang ia tunjuk dan melihat seseorang berjalan keluar dengan lambat dari dalam biara, dengan kepala tertunduk. Dia adalah seorang pendeta wanita Tao yang berjubah ungu, berkaus kaki putih, dan sebuah jepit rambut ungu yang terbuat dari giok terpasang di rambutnya yang hitam legam. Wajahnya pun tampak pucat. Di matanya yang jernih seperti air terlihat perasaan sedih dan gelisah yang bahkan memberikan dirinya kecantikan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata, sederhana tapi seperti tidak berasal dari alam dunia, cantik seperti semburat sinar matahari ungu di ujung langit sana. Dengan kepala tertunduk, ia mendekat perlahan dengan sebuah mangkuk yang berisi obat panas yang beruap di tangannya.
Ketika Lu Xiao Feng melihatnya, ia segera tahu kalau SiKong ZhaiXing berdusta lagi.
Orang yang ia cari tidak mungkin dia. Ia menoleh dengan maksud bertanya lebih jauh, tapi SiKong ZhaiXing telah menghilang. Saat Lu Xiao Feng menoleh ke arah pendeta wanita berjubah ungu itu, rubah tua ini telah melesat keluar dari pintu seperti sebuah meteor. Untuk sesaat tadi Lu Xiao Feng memang seperti agak terhipnotis. Kenyataannya, siapa pun akan seperti terhipnotis bila melihat kecantikan yang luar biasa ini.
Tapi jika ia berusaha memburunya sekarang, hal itu akan sia-sia. SiKong ZhaiXing mungkin bukan orang tercepat di dunia, tapi kemampuannya tidak jauh dari itu. Lu
Xiao Feng menarik nafas dan bersumpah bahwa suatu hari nanti ia akan menangkap rubah tua ini dan memaksanya menelan 680 ekor cacing, cacing-cacing yang ia gali sendiri. Sinar matahari terbenam mulai menghilang. Angin yang dingin membuat daun-daun pohon putih itu bergemerisik saat tertiup angin. Pendeta berjubah ungu itu mendekat dengan perlahan, masih tidak mengangkat kepalanya.
“Qing Xia, kaukah itu?” Jiang Chong Wei tiba-tiba bertanya.
“Ini aku, sudah waktunya minum obat.” Suaranya lembut seperti angin malam.
“Lu Xiao Feng, kau masih ada di sini?”
“Aku di sini.”
“Ini adalah adikku, Qing Xia, ia adalah tuan rumah di sini. Sekarang kau tentu mengerti kenapa aku berada di sini!”
“Jin Jiu Ling dan Hua Man Lou sedang mencarimu!” Lu Xiao Feng tiba-tiba memberitahunya. “Aku tahu!”
“Mereka tahu kau berada di sini?”
“Mereka telah datang ke sini!”
“Apa yang dikatakan Hua Man Lou padamu?”
Sebuah ekspresi yang sangat aneh tiba-tiba muncul di wajah Jiang Chong Wei.
“Ia berkata padaku, jangan lupa kalau dia pun buta; dan lebih jauh lagi, jangan lupa juga kalau dia memiliki kehidupan yang luar biasa!” Ia berkata dengan perlahan-

Koleksi Kang Zusi

39

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lahan. “Tentu saja kau tidak lupa!”
“Dan itulah sebabnya aku masih hidup!” Seorang laki-laki seperti dia tiba-tiba menjadi buta, bukanlah hal yang mudah untuk memiliki keberanian agar tetap hidup. “Ia benar-benar orang yang luar biasa!” Lu Xiao Feng menarik nafas pertanda kagum. “Ia tidak seperti orang lain,” Jiang Chong Wei pun mengangguk dan menarik nafas.
“Ia unik. Ia selalu mencari cara agar orang lain tetap hidup!”
“Aku seharusnya sudah tahu bahwa alasan utamanya mencarimu adalah untuk mengatakan hal ini padamu!”
“Ia pun mengajukan beberapa pertanyaan padaku!”
“Pertanyaan macam apa?”
“Tentang apa yang terjadi pada hari itu di Ruang Harta Kerajaan!”
“Aku juga ingin menanyakan hal itu padamu. Selain dari apa yang kau ceritakan pada Jin Jiu Ling, apakah kau melihat hal lain yang mencurigakan?”
“Tidak!” Wajah Jiang Chong Wei tampak berkernyit-kernyit lagi karena ketakutan.
“Bahkan jika pun ada, aku tak akan memberitahukannya padamu!” Ia berkata dengan perlahan.
“Mengapa tidak?”
“Karena aku tidak ingin kau menemukan orang ini!”
“Mengapa tidak?” Lu Xiao Feng merasa bingung.
“Karena aku tidak pernah melihat orang yang memiliki kungfu demikian mengerikan.
Bahkan jika kau menemukan orang ini, kau tak akan mampu menandinginya!”
Tubuhnya pun sekarang menggigil, seolah-olah ia sedang teringat pada orang yang mengerikan itu, dan pada jarumnya. Darah menetes-netes dari jarum; segar, merah, darah….
Lu Xiao Feng ingin bertanya lagi, tapi Jiang Qing Xia tiba-tiba memotongnya dengan dingin. “Kau sudah terlalu banyak bertanya, luka-lukanya masih belum sembuh. Aku tidak ingin ia teringat lagi pada kejadian hari itu.”
“Tak apa, aku akan sembuh dengan segera!” Jiang Chong Wei berusaha memaksakan sebuah tawa.
“Kau akan segera sembuh, aku yakin itu!” Lu Xiao Feng pun tertawa dipaksa. “Aku tahu kau adalah orang yang tangguh!”
“Karena kau ada di sini, mengapa tidak tinggal selama beberapa hari?” Tawa Jiang
Chong Wei sekarang lebih riang dan tidak dipaksakan lagi. “Mungkin aku bisa mengingat sesuatu nantinya untukmu!”
“Bagaimana mungkin ia tinggal di sini?” Jiang Qing Xia mengerutkan keningnya.
“Tidak pernah ada laki-laki di sini!”
“Bukankah aku juga laki-laki?” Jiang Chong Wei tertawa.
“Tapi kau….”
“Jika aku boleh tinggal di sini, maka dia pun boleh!” Ekspresi wajah Jiang Chong Wei menjadi gelap.
“Tapi aku…” Lu Xiao Feng berusaha memotong.
“Tak perduli apa, kau harus tinggal di sini,” Jiang Chong Wei juga memotong ucapannya. “Hua Man Lou dan Jin Jiu Ling mungkin akan kembali dalam beberapa hari lagi, kau tak pernah tahu itu. Mereka pun sedang mencarimu!”
“Tapi kau harus segera tidur setelah memakan obatmu!” Jiang Qing Xia berkata.
“Aku akan pergi tidur. Mengapa kau tidak menjadi tuan rumah yang baik dan membawa dia ke belakang dan memberi dia sesuatu untuk dimakan? Kau tidak boleh membiarkan seorang tamu kelaparan!”
“Silakan Tuan yang dermawan mengikuti saya,” Tanpa ekspresi, Jiang Qing Xia

Koleksi Kang Zusi

40

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. menoleh dan mempersilakan Lu Xiao Feng dengan dingin.
Ia bahkan tidak memandang mata Lu Xiao Feng. Ia benar-benar seorang wanita yang dingin, bahkan lebih dingin daripada es.
Bab 4: Sepasang Sepatu Merah
Warna senja semakin gelap, lentera di ruang meditasi belum dinyalakan. Sinar terakhir dari matahari terbenam jatuh di lorong yang menuju ke kamar tamu di belakang ruang meditasi. Sinar itu menerpa tiang-tiang kayu yang tua dan mulai lapuk, membuatnya tampak mengkilap seperti dulu. Bersama hembusan halus angin malam di bulan Juli, tercium aroma lembut dari gunung dan pepohonan di kejauhan sana, yang membuat hati manusia dipenuhi oleh perasaan riang dan gembira.
Jiang Qing Xia berjalan dengan sangat lamban, Lu Xiao Feng juga berjalan dengan sangat lamban. Jiang Qing Xia tidak mengucapkan sepatah kata pun, Lu Xiao Feng juga tidak membuka mulutnya. Tampaknya ia menyadari bahwa dirinya adalah tamu tak diundang. Tamu yang tak diundang setidaknya harus cukup bijaksana untuk tetap menutup mulutnya. Halaman di sisi mereka tampak sepi, tak seorang pun terlihat atau terdengar suaranya. Tempat ini memang tempat yang sepi, orangorang kesepian biasanya pendiam.
“Tuan yang dermawan, silakan masuk!” Jiang Qing Xia mendorong sebuah pintu hingga terbuka dan menoleh pada Lu Xiao Feng dengan wajah serius.
“Terima kasih banyak!” Lu Xiao Feng menjawab dengan muka yang serius. Lampu di ruangan itu belum dinyalakan, bahkan sinar matahari terbenam pun tak mampu menembus dindingnya. Lu Xiao Feng berjalan dengan perlahan memasuki ruangan itu, seolah-olah ia agak takut masuk ke sana. Mungkinkah ia takut kalau perempuan sedingin es itu akan mengurungnya di dalam ruangan sedingin es ini?
“Setan tidak ada di dalam ruangan ini, apa yang kau takutkan?” Jiang Qing Xia berkata dengan dingin.
“Setan memang tidak ada di dalam kamar ini,” Lu Xiao Feng tersenyum sabar, “tapi ia ada di dalam fikiran!”
“Fikiran siapa?”
“Fikiranmu!”
“Kau sendiri setannya!” Jiang Qing Xia menggigit bibirnya. Tiba-tiba pendeta wanita sedingin es ini berubah, berubah seperti menjadi orang yang benar-benar berbeda.
Dengan kuat ia mendorong Lu Xiao Feng masuk, mendorongnya hingga terduduk di atas sebuah kursi, lalu menekan pundaknya dengan kedua tangannya agar ia tetap duduk, dan menggigit telinganya.
“Ini baru mirip seekor harimau betina,” Lu Xiao Feng tertawa. “Tadi kau bertingkah seperti….” “Seperti apa?” Jiang Qing Xia menatapnya dengan marah.
“Seperti harimau mati!” Jiang Qing Xia bahkan tidak menunggu ucapan Lu Xiao Feng selesai sebelum menggigit telinganya lagi.
Lu Xiao Feng hampir menjerit karena kesakitan.
“Apakah kalian semua dilatih oleh pawang yang sama atau apa? Kenapa suka menggigit telinga?” Ia tersenyum dipaksa.
“Kalian semua? Siapa itu ‘kalian semua’?” Jiang Qing Xia kembali menatapnya dengan marah. Lu Xiao Feng tidak menjawab, tiba-tiba ia sadar kalau ia telah membuat sebuah kesalahan lagi.
“Apakah telingamu sering digigit?” Jiang Qing Xia tidak mau mengalihkan pembicaraan. “Aku sedang dikelilingi anjing atau apa ya, mengapa telingaku digigit?”
Tapi mata Jiang Qing Xia semakin membesar dan tatapannya semakin marah.
“Jadi kau menyebutku seekor anjing? Itu yang kau katakan?” Lu Xiao Feng kembali

Koleksi Kang Zusi

41

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tersudut dan tak tahu harus mengatakan apa.
“Katakan yang sebenarnya, berapa banyak orang yang telah menggigit telingamu?”
Jiang Qing Xia bertanya dengan marah, ia masih menatap Lu Xiao Feng dengan gusar. “Cuma… cuma kamu!”
“Benar?”
“Siapa lagi yang berani menggigitku?”
“Bagaimana dengan Xue Bing? Apakah ia berani?”
“Ia bahkan terlalu takut untuk menyentuhku, ia beruntung aku tidak menggigitnya.”
“Tentu kau sekarang bicara yang baik-baik, tapi bila kau sedang berhadapan dengannya, aku berani bertaruh kalau kau akan terlalu takut untuk mengatakan apa-apa!” Jiang Qing Xia mencibir.
“Mengapa aku harus takut?” Lu Xiao Feng tertawa. “Kau kira aku takut padanya?”
Jiang Qing Xia pun tiba-tiba tertawa, tertawa seperti seekor rubah cilik yang licik.
“Baiklah, silakan! Aku di sini, ayo kita lihat kau bisa apa!” Saat itu seseorang berkata dengan dingin dari luar pintu.
Jantung Lu Xiao Feng seperti tenggelam. Ia bahkan tak perlu berpaling untuk melihat bahwa orang itu adalah Xue Bing. Bertemu dengan satu harimau betina saja sebenarnya sudah cukup buruk.
Hal yang lebih buruk daripada bertemu dengan satu harimau betina adalah bertemu dengan dua harimau betina pada saat yang bersamaan. Kepala Lu Xiao Feng tibatiba terasa tiga kali lebih besar. Jiang Qing Xia cekikikan sambil menyalakan lampu.
Sinar lampu itu menyinari wajah Xue Bing. Wajahnya memerah lagi, merah seperti merica, tapi kali ini karena marah.
“Lebih dulu mengambil inisiatif.” Tentu saja Lu Xiao Feng tahu persis mengapa hal ini penting. “Aku memang sedang mencarimu! Tidak kusangka kau malah berani mencariku!”
Tiba-tiba ia melompat bangkit dan berkata dengan dingin pada Xue Bing, memberikannya tatapan paling gusar yang bisa ia tampilkan.
“Mengapa… mengapa aku tidak berani datang mencarimu?” Melihat dirinya begitu marah, Xue Bing jadi melunak.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Kami adalah sahabat lama,” Jiang Qing Xia memotong dan menjawab untuk Xue
Bing. “Dan kami juga diajari oleh pawang yang sama, khusus dalam ilmu menggigit telinga, mengapa ia tidak boleh berada di sini?”
“Aku bertanya padamu, apa yang sedang kau lakukan di sini?” Lu Xiao Feng tetap menatap Xue Bing dengan marah, tanpa menghiraukan Jiang Qing Xia.
“Kau tahu pasti bahwa aku berada di sini untuk menyampaikan sesuatu!” Anehnya, ia mengakui hal itu dengan santai, bahkan tidak ada tanda-tanda kebimbangan sedikit pun di wajahnya. “Tentu saja kain satin merah itu!”
“Kau tidak menyangkalnya?” Sekarang giliran Lu Xiao Feng yang agak tercengang.
“Itu bukan sesuatu yang memalukan, mengapa aku harus menyangkalnya?”
“Kau membantu seseorang menipuku!” Lu Xiao Feng hampir berteriak. “Apakah itu sesuatu yang dapat dibanggakan?”
“SiKong ZhaiXing bukan orang lain, ia sahabatmu, kau sendiri yang mengatakannya!” Bahkan Lu Xiao Feng pun harus mengiyakan hal itu. Xue Bing tertawa kecil dan meneruskan dengan bangga. “Aku membantu sahabatmu, kau seharusnya berterimakasih!”
“Kau membantunya menjualku, dan aku seharusnya berterimakasih?” Lu Xiao Feng kembali tercengang.
“Kain satin itu tidak berguna lagi untukmu tapi sangat berguna untuknya. Yang aku lakukan adalah membantunya membawanya ke sini, bagaimana aku bisa menjualmu?” Ia tampak lebih marah daripada Lu Xiao Feng dan merasa sepuluh kali

Koleksi Kang Zusi

42

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lebih benar daripada Lu Xiao Feng. “Di samping itu, bukankah dia itu temanmu?
Bukankah kau pun berdusta padanya? Dan sesudah itu kau merasa bangga dan puas pada dirimu sendiri. Jadi mengapa aku tidak boleh berdusta padamu?”
“Tapi kau… kau… kau seharusnya membantuku!”
“Memangnya salah siapa kau begitu puas pada dirimu sendiri? Seolah-olah tidak ada orang di dunia ini yang lebih baik darimu. Aku tidak tahan pada sikapmu itu!” Xue
Bing menyeringai.
Lu Xiao Feng tidak menjawab. Ia tiba-tiba menyadari bahwa bila seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita, hal itu seperti seorang pelajar bertemu dengan segerombolan serdadu: berdebat hanyalah usaha yang sia-sia. Di dalam hati seorang wanita tampaknya tidak ada kata-kata “benar” dan “salah”. Semua yang ia lakukan hanya berdasarkan keinginannya dan jika kau beradu debat dengannya, ia selalu punya bahan debatan 10 kali lebih banyak daripada kamu.
“Aku bahkan belum mengusut ucapanmu di belakangku tadi dan kau malah berusaha menekanku?” Seringai itu menghilang dari wajah Xue Bing.
“Ini yang disebut ‘lebih dulu mengambil inisiatif’, semua laki-laki di dunia ini melakukannya!” Jiang Qing Xia mendengus.
“Dan apa yang hendak kau katakan untuk dirimu sendiri sekarang?” Xue Bing mengejek. “Hanya satu hal yang ingin kukatakan!” Lu Xiao Feng tersenyum sabar.
“Katakanlah!” Xue Bing memberi perintah.
“Kepada siapa kau berikan kain satin itu?”
“Lu Dong Bin!”
“Siapa lagi Lu Dong Bin ini?” Lu Xiao Feng tercengang sekali lagi.
“Kau bahkan tidak tahu siapa Lu Dong Bin? Bagaimana kau bisa hidup sampai usia
30 tahun?” Xue Bing terheran-heran.
“Lu Dong Bin adalah Lu Chun Yang, pendeta Tao yang bernyanyi dan terbang dalam perjalanannya ke Danau Dong Ting. Kau tidak tahu?” Jiang Qing Xia menerangkan.
{Catatan: Lu Dong Bin adalah salah seorang ahli filsafat Tao paling terkenal dalam cerita rakyat China. Kisah mengenai dirinya sangat banyak dan beragam. Ia bagi para penganut Tao sama seperti Budha bagi para pengikut Budha.}
“Kukira Lu Dong Bin suka mawar putih, sejak kapan ia ingin mawar hitam yang tersulam di atas kain satin merah?” Lu Xiao Feng tersenyum lemah.
“SiKong ZhaiXing tidak menyuruhku untuk memberikan kain satin itu pada seseorang,” Xue Bing akhirnya menerangkan. “Ia hanya ingin aku meletakkannya di depan altar Lu Dong Bin.”
“Dan di manakah altar itu?”
“Di dalam kuil kecil di belakang sana.”
“Sudah berapa lama kau berada di sini?”
“Belum terlalu lama, tapi cukup lama untuk mendengar ucapanmu yang memburukburukkan diriku!” Xue Bing menjawab dengan dingin.
______________________________
Di dalam hutan bambu di belakang biara ada sebuah kuil kecil. Bagian dalam kuil itu diterangi oleh sebuah lampu yang selalu menyala, yang cahayanya menerpa wajah
Mahaguru Tao Chun Yang yang sedang tersenyum. Walaupun ia mungkin tak dapat menikmati daging dan kemenyan yang berada di atas altar di depan biara, tapi ia masih tetap sangat puas. Lu Dong Bin adalah dewa yang cerdas, dewa yang cerdas itu seperti orang-orang yang cerdas, mereka semua faham bagaimana caranya puas dan bahagia. Lu Xiao Feng tidak menunggu ucapan Xue Bing selesai sebelum berlari ke sana dan menemukan bahwa sehelai kain satin merah bersulamkan mawar hitam berada di kaki altar. Saat ia memungut kain satin itu, Jiang Qing Xia dan Xue Bing pun tiba.
“Masih ada di sini!” Lu Xiao Feng bergumam pada dirinya sendiri ketika ia

Koleksi Kang Zusi

43

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. membolak-balik kain itu di dalam genggamannya dan tenggelam dalam renungan.
“SiKong ZhaiXing tentu tidak mengira kalau Xue Bing akan begitu cepat memberitahu hal yang sebenarnya padamu sehingga ia tidak buru-buru datang ke sini untuk mengambilnya.” Jiang Qing Xia menebak-nebak.
“Mungkin memang bukan dia yang akan mengambilnya!” Lu Xiao Feng tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata, sambil menatap langsung ke mata pendeta wanita itu.
“Lalu siapa kalau bukan dia?” Jiang Qing Xia bertanya.
“Kamu!”
“Apakah kau gila?” Jiang Qing Xia tertawa. “Untuk apa aku memerlukan kain satin ini?” “Aku sendiri hendak menanyakan hal itu padamu!”
“Kau benar-benar mengira bahwa aku adalah orang yang menyuruhnya mencuri barang ini darimu?” Ekspresi wajah Jiang Qing Xia pun berubah.
Lu Xiao Feng mengiyakan hal itu.
“Jika aku yang menyuruh dia mencurinya, lalu mengapa ia membawamu ke mari?”
“Mungkin ia harus menyelesaikan urusan ini sendiri tapi ia tak bisa ‘melepaskan aku dari ekornya’; atau mungkin tiba-tiba ia sadar dan merasa bahwa ia telah berbuat salah padaku; atau mungkin ia membawaku ke sini dengan tujuan agar aku tidak mencurigaimu!” “Jadi menurut pendapatmu aku adalah si Bandit Penyulam?” Wajah Jiang Qing Xia menjadi merah karena marah.
Lu Xiao Feng tidak menyangkalnya.
“Mungkin kau tidak sebodoh itu,” Jiang Qing Xia tiba-tiba tertawa lagi. “Tapi kau lupa satu hal!”
“Oh?”
“Kau lupa kalau Jiang Chong Wei adalah kakakku! Mengapa aku tega membutakan kakakku sendiri?” Segera setelah ucapannya selesai, ia berbalik untuk pergi, seakanakan ia telah bosan berdebat dengan orang tolol ini.
“Tunggu!” Tapi Lu Xiao Feng menghalangi jalannya.
“Apa yang hendak kau katakan sekarang?” Jiang Qing Xia mendengus.
“Hanya satu hal!”
“Ok, aku akan mendengarkan perkataanmu tentang satu hal lagi!”
“Jiang Chong Wei tidak punya adik, dan kau tidak punya saudara laki-laki. Nama keluargamu yang asli pun bukan Jiang!”
Seluruh warna di wajah Jiang Qing Xia pun menghilang dan wajahnya berubah pucat pasi. “Bagaimana… bagaimana… bagaimana kau tahu hal itu?”
“Aku pun tidak tahu.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Tapi aku tak bisa mencegah jika nasib menginginkan aku menemukan hal-hal yang seharusnya tidak kuketahui!”
“Apa lagi yang kau ketahui?” Jiang Qing Xia menatap gusar dengan matanya yang setajam pisau.
“Kau benar-benar ingin aku mengatakannya?”
“Katakanlah!”
“Dulu kau adalah calon isteri Jiang Chong Wei, tapi karena sesuatu alasan kau malah menjadi seorang biarawati. Kau pura-pura tidak mengenalku di hadapannya karena kau tidak ingin mengusik perasaannya, tidak ingin ia tahu….”
“Diam!” Jiang Qing Xia tiba-tiba menjerit. Seluruh tubuhnya bergetar.
“Aku pun sebenarnya tidak ingin mengatakannya!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Itu benar, Jiang Chong Wei dan aku dijodohkan waktu kami masih kecil.” Tubuh
Jiang Qing Xia masih gemetaran tak terkendali, tapi ia masih menjawab dengan gigi yang dikertakkan. “Tapi waktu kami dewasa dan bertemu, kami menyadari bahwa tidak mungkin kami bisa bersama-sama, maka….”

Koleksi Kang Zusi

44

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Maka kau pun menjadi seorang biarawati?” Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya.
Jiang Qing Xia mengangguk.
“Selain menjadi seorang biarawati, apa lagi yang bisa kulakukan?” Air mata bercucuran dari matanya.
Seorang gadis seperti dia menjadi seorang biarawati pada usia muda, tentu hal itu berkaitan dengan sebuah cerita yang tragis dan menyakitkan.
“Kau seharusnya tidak memaksanya mengatakan semua ini!” Xue Bing menggigit bibirnya dan menegur Lu Xiao Feng dengan keras, matanya yang menatap Lu Xiao
Feng pun telah berurai dengan air mata.
“Tak apa-apa, aku memang ingin mengatakannya!” Jiang Qing Xia tiba-tiba berseru.
Dengan perlahan ia menghapus air matanya dengan lengan bajunya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. “Walaupun aku seorang biarawati, aku masih muda dan tak tahan terhadap kesunyian dan kesepian seperti ini. Maka aku pun pergi ke luar dan berpetualang sekali dua kali di dunia luar. Maka aku pun berkenalan dengan beberapa orang pria, dan berkenalan denganmu!”
Lu Xiao Feng pun diam-diam menarik nafas – walau seorang wanita telah menjadi seorang biarawati, bukan berarti ia mati, ia masih punya hak terhadap hidupnya sendiri dan berhak menikmati kehidupan yang ia rasa sesuai.
“Jika kau kira aku tidak ingin Jiang Chong Wei tahu, maka kau keliru. Dan jika kau mengira bahwa aku membutakannya karena aku tidak ingin menikah dengannya, maka kau lebih keliru lagi. Ia….”
Tiba-tiba ia berhenti dan ia menatap keluar jendela dengan terkejut.
Jiang Chong Wei telah berjalan masuk dari kegelapan di luar sana, berjalan masuk dengan tangan meraba-raba untuk mencari jalan. Wajahnya tampak pucat pasi.
“Kejadian itu bukan karena ia tidak ingin menikah denganku, tapi karena aku yang tak bisa mengambilnya sebagai isteriku!” Ia berkata dengan perlahan.
“Mengapa?” Xue Bing tak tahan untuk tidak bertanya.
“Karena aku….”
“Kau tidak perlu memberitahu mereka,” Jiang Qing Xia berteriak sekali lagi dengan putus asa. “Kau tidak perlu memberitahu siapa-siapa!”
Jiang Chong Wei tersenyum, senyuman yang sedih dan sepi.
“Tidak apa-apa, aku memang ingin mengatakannya.” Wajahnya penuh dengan perasaan sakit. “Aku tak bisa mengambilnya sebagai isteriku, karena aku telah lama menjadi laki-laki yang cacat, aku tak bisa menjadi suami siapa-siapa, dan tidak bisa menjadi ayah siapa pun!”
Xue Bing akhirnya faham, tapi sekarang ia menyesal telah bertanya. Mengapa ia harus tahu? Bukankah penderitaan orang lain juga menyakitkan bagi diri kita sendiri? “Semua hal yang dilakukan Qing Xia, aku tahu semuanya.” Jiang Chong Wei meneruskan. “Tak perduli apa yang ia lakukan, aku tidak menyalahkan dia sedikit pun. Di samping itu, aku juga tahu bahwa, walau di luarnya tidak kelihatan, ia sama sekali bukan seorang wanita yang hina!”
Kepala Jiang Qing Xia menunduk dan air mata mengalir menuruni pipinya. Bagi seorang wanita yang muda dan rapuh seperti dirinya, berjuang melawan perasaan dan emosi jiwa mudanya adalah hal yang hampir mustahil, tak perduli apa yang ia lakukan, semua itu bisa dimaafkan oleh orang lain. Tapi ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri sedikit pun.
“Tak perduli apa pun yang engkau katakan, aku bisa menjamin bahwa ia benarbenar bukan orang yang membutakanku!” Jiang Chong Wei mengambil kesimpulan.
“Kau yakin? Kau cukup lama memperhatikan orang itu untuk bisa memastikan bahwa orang itu bukan dia?” Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya. Hatinya pun penuh dengan perasaan simpati, tapi urusan ini terlalu penting, maka ia terpaksa menelan perasaannya dan berusaha memastikan.

Koleksi Kang Zusi

45

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tentu saja!” Jiang Chong Wei segera menjawab tanpa bimbang sedikit pun.
“Apa yang kau lihat sehingga kau begitu yakin kalau orang itu bukan dia?”
“Aku… aku tahu begitu saja, jangan lupa bahwa waktu pertama kali kami bertemu, ia masih seorang anak kecil!”
“Tapi kalian berdua telah bertahun-tahun tidak saling bertemu, kan?”
“Apa yang hendak kau katakan?” Wajah Jiang Chong Wei tertekuk dan ia bertanya dengan dingin. “Kau ingin menyindir bahwa aku sedang berdusta untuknya?”
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia benar-benar kehabisan akal untuk menyelidiki lebih jauh. “Selama kita tidak memiliki perasaan menyesal dan keraguan di hati kita, tak usah perdulikan apa yang ia fikirkan!” Jiang Qing Xia berkata dengan dingin.
Jiang Chong Wei mengangguk. Jiang Qing Xia telah berjalan ke sisinya dan meletakkan tangannya di pundaknya untuk membantunya berjalan.
“Mari kita pergi!” Ia berkata.
Lu Xiao Feng hanya bisa menundukkan kepalanya dan membiarkan mereka lewat.
Cahaya lampu tampak redup, lantai terbuat dari lempengan batu hijau. Jiang Qing
Xia memakai sepasang sepatu berwarna hijau yang sama sekali tidak cocok dengan jubahnya yang berwarna ungu. Biasanya ia adalah seorang wanita yang sangat teliti.
“Tunggu!” Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata lagi.
“Kau belum selesai?” Jiang Qing Xia bermaksud mengacuhkannya, tapi tiba-tiba ia melihat bahwa Lu Xiao Feng sedang menatap kakinya, maka ia mendengus.
“Aku menemukan sesuatu yang agak aneh!”
“Apanya yang begitu aneh?”
Tatapan mata Lu Xiao Feng masih tidak lepas dari kakinya.
“Mengapa ada warna merah di dalam sepatumu yang berwarna hijau?” Ia bertanya lambat-lambat. Ekspresi wajah Jiang Qing Xia berubah lagi dan ia secara naluriah berusaha menyembunyikan kakinya di bawah jubahnya.
“Jubah Tao-mu tidak cukup panjang untuk menyembunyikan kakimu,” Lu Xiao Feng berkata seadanya. “Di dalam sepatu hijau itu, kau seharusnya tidak memakai sepatu merah!” Sepatu merah! Ekspresi wajah Jiang Chong Wei pun tampak berubah.
“Hebat sekali matamu!” Jiang Qing Xia tiba-tiba tertawa dengan dingin. Sebelum suara tawanya hilang, ia telah menyerang. Ia berusaha menggunakan dua buah jarinya yang indah dan seperti anggrek itu untuk mengorek mata Lu Xiao Feng!
Gerakannya cepat dan akurat!
“Kau seharusnya hanya mencoba menggigit telinga, kau seharusnya tidak mencoba mengorek biji mataku!” Lu Xiao Feng menarik nafas. Saat ia mengucapkan 12 kata itu, Jiang Qing Xia telah menyerang sebanyak 11 kali. Gerakan yang demikian cepat!
Serangan yang demikian cepat! Jiang Qing Xia adalah salah satu dari empat orang wanita yang paling ditakuti di dunia persilatan. Mereka semua cantik luar biasa, tapi mereka semua adalah harimau betina. Tak terhitung banyaknya laki-laki yang telah terluka di bawah cakar mereka.
Bila wanita menyerang, gerakan mereka akan lebih cepat dan lebih keji daripada serangan laki-laki. Karena mereka tahu bahwa kekuatan mereka tak bisa menandingi kekuatan pria, maka mereka tidak ingin terlibat dalam perkelahian yang berlangsung lama dengan laki-laki! Jadi gerakan mereka hanya ditujukan untuk mengambil nyawa! Tapi Lu Xiao Feng tidak seperti laki-laki lain, ia bahkan lebih cepat daripada Jiang Qing Xia.
Bahkan, dengan mudah ia menghindari 11 buah serangan Jiang Qing Xia tanpa menangkisnya. Tampaknya ia tidak ingin balas menyerang, tapi jika ia balik menyerang, Jiang Qing Xia mungkin tak akan mampu menghindar.
“Senjata rahasia!” Jiang Qing Xia mengkertakkan giginya dan berteriak. Lu Xiao Feng

Koleksi Kang Zusi

46

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. segera mundur sejauh 2 meter atau lebih, tapi Jiang Qing Xia tidak melepaskan senjata rahasia apa pun. Tubuhnya malah berjumpalitan di udara dan melesat ke arah pintu keluar. Saat itu, Lu Xiao Feng tiba-tiba mengulurkan tangannya dan, dengan kecepatan seperti kilat, merampas sepatunya. Dan hanya berhasil menyambar sepatunya, bukan orangnya. Di dalam sepatu kain berwarna hijau itu, benar-benar ada sepasang sepatu merah – sepatu sulam dari kain satin merah. Tapi orangnya telah diselubungi oleh kegelapan dan segera menghilang.
Lu Xiao Feng tidak memburunya. Xue Bing juga tentu saja tidak, ia tampaknya masih terkejut.
Jiang Chong Wei berdiri di sana tanpa bergerak, raut mukanya tampak kelabu.
“Ia telah pergi?” Tiba-tiba ia bertanya.
“Ia telah pergi!” Lu Xiao Feng menjawab.
Tinju Jiang Chong Wei terkepal erat dan sudut matanya berkernyit tak terkendali, membuat rongga matanya yang gelap seperti gua tampak semakin mengerikan.
“Apakah si Bandit Penyulam itu juga memakai sepatu merah?” Lu Xiao Feng bertanya. Ekspresi wajah Jiang Chong Wei tampak semakin tersiksa. Akhirnya, dengan lambat ia mengangguk.
“Mengapa kau tidak mengatakan apa-apa tadi?”
“Aku benar-benar tidak ingat, setelah kau mengatakannya barulah aku teringat!”
Tepat saat kilauan ujung jarum tiba di depan matanya, ia melihat sepasang sepatu merah itu. Merah seperti darah.
“Mata seperti apa yang kau miliki?” Xue Bing akhirnya menarik nafas. “Aku tak melihat sedikit pun warna merah di sepatunya.”
“Aku juga tidak!”
Xue Bing tercengang.
“Aku hanya berfikir bahwa warna sepatunya sama sekali tidak cocok dengan pakaiannya, dan tampaknya sepatu itu juga agak kebesaran, seperti sesuatu yang dipakai untuk sementara dan dengan tergesa-gesa!”
“Maka kau menguji dia?”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Berada di sekitar orang sepertimu benar-benar berbahaya!” Xue Bing menarik nafas lagi. “Sun Zhong mungkin tidak akan setuju,” Lu Xiao Feng tersenyum. “Ia mungkin yakin bahwa kau lebih berbahaya daripada aku!”
“Seharusnya aku memotong kedua kakinya juga!” Xue Bing bergurau.
“Apakah ia datang dan mengganggumu lagi?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Ia tak akan berani!”
“Lalu bagaimana potongan tangannya bisa berada di atas piring di mejamu?”
“Tangan apa?” Xue Bing tampak bingung mendengar pertanyaan itu.
“Kau tidak melihat tangan itu?”
“Tidak!”
“Tak mungkin tangan itu bisa merangkak naik ke atas piring, kan?” Lu Xiao Feng tersenyum sabar. Ia sama sekali tak bisa membayangkan kejadian yang sebenarnya.
“Ada satu hal lagi yang tak bisa kubayangkan,” Xue Bing berkata. “SiKong ZhaiXing menginginkan aku membawa kain itu ke sini, lalu mengapa ia pun membawamu ke mari?” “Tak seorang pun bisa membayangkan mengapa orang seperti dia berbuat seperti itu,” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Maka lebih baik tidak memikirkannya.”
“Aku juga tidak faham, mengapa Jiang Qing Xia melakukan sesuatu seperti ini?”
Jiang Chong Wei bertanya dengan muram.
“Kau juga bisa berhenti memikirkannya sekarang!” Lu Xiao Feng menjawab.
“Mengapa?”

Koleksi Kang Zusi

47

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Karena ia tidak melakukannya.” Lu Xiao Feng kembali tersenyum.
“Ia tidak melakukannya?” Jiang Chong Wei terkejut mendengar pernyataan itu. “Ia bukan si Bandit Penyulam?”
“Mustahil. Kungfu-nya memang lumayan, tapi masih sangat jauh untuk berharap bisa membutakan jago-jago seperti Chang Man Tian dan Hua Yi Fan dalam satu gerakan!” “Kau yakin kalau ia tidak berpura-pura lemah?”
“Aku yakin!”
“Dan itulah sebabnya kau membiarkan dia pergi!” Jiang Chong Wei menarik nafas dalam-dalam. Lu Xiao Feng tidak menyangkalnya. Jika ia mampu merampas sepatu seseorang, maka ia pun tentu bisa menangkap kaki orang itu. Sekali kaki seseorang tertangkap, maka tak mungkin orang itu bisa meloloskan diri.
“Jika ia tidak bersalah, lalu mengapa ia lari?” Jiang Chong Wei mengerutkan keningnya sambil berfikir dalam-dalam.
“Karena ia memiliki sebuah rahasia lain yang ia tidak ingin orang lain mengetahuinya!” Lu Xiao Feng mengambil kesimpulan.
“Rahasia apa?”
“Rahasia sepatu merah!”
“Si Bandit Penyulam juga memakai sepatu merah,” Jiang Chong Wei mengangguk.
“Mungkinkah mereka berasal dari organisasi yang sama?”
“Mungkin ya, mungkin juga tidak.” Lu Xiao Feng menjawab. Ia tahu benar bahwa apa yang barusan ia katakan adalah benar-benar tidak berguna, tapi ia tetap saja mengatakannya. “Bandit Penyulam itu sangat tangguh dan kuat, berjenggot, tapi ia adalah seorang wanita yang mengenakan sepatu merah.”
Hanya itu saja yang mereka tahu, tapi mereka pun tidak yakin akan hal ini, dan masih belum berhasil membuktikannya.
“Ia dulu seorang gadis yang sederhana, polos dan baik,” Ekspresi wajah Jiang Chong
Wei tampak sendu. “Ia bisa menjadi pasangan yang sempurna bagi seorang pria, mungkinkah ia benar-benar telah berubah?”
“Kapan terakhir kalinya kau bertemu dengannya?” Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
“Belum lama, ia tentu datang menemuiku pada setiap hari ulang-tahunku di setiap tahunnya!” “Kapan hari ulang-tahunmu?”
“Tanggal 14 Mei!”
“Kapan perampokan itu terjadi?”
“Tanggal 11 Juni.”
Lu Xiao Feng tidak berkata apa-apa lagi. Jiang Chong Wei tampaknya ingin mengatakan sesuatu, tapi karena sesuatu hal ia membatalkannya dan hanya mengeluarkan desahan nafas yang panjang dan lelah. Dengan kepala tertunduk, ia berputar dan berjalan pergi dengan cara meraba-raba.
Melihat bayangannya yang kesepian menghilang dalam kegelapan, Xue Bing tak tahan untuk tidak menarik nafas juga.
“Ia tentu merasa gundah dalam hatinya sekarang!”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Jiang Qing Xia mengunjunginya pada tanggal 14 Mei, dan tidak sampai sebulan kemudian, perampokan itu terjadi!”
“Itu hanya sebuah kebetulan saja!”
“Tapi tingkat keamanan Ruang Harta Kerajaan begitu tinggi sehingga seekor lalat pun tidak bisa masuk, bagaimana mungkin si Bandit Penyulam berhasil masuk?”
“Ada gagasan?”
“Menurutku, mungkin seseorang telah masuk ke Istana Kerajaan dan memeriksa tata ruang tempat itu untuknya serta membuatkan cetakan kunci Ruang Harta

Koleksi Kang Zusi

48

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dengan menggunakan lilin.” Mata Xue Bing tampak bersinar-sinar ketika ia menjelaskan dugaannya.
“Dan menurutmu orang itu tak lain tak bukan adalah Jiang Qing Xia!”
Xue Bing tidak membantah dan menarik nafas. “Hanya dia yang sangat dekat hubungannya dengan Jiang Chong Wei, dan hanya Jiang Chong Wei yang memiliki kunci Ruang Harta itu!”
“Menurutmu, ia diam-diam membuatkan cetakan kunci, membuat duplikatnya dari cetakan itu, dan memberikannya pada si Bandit Penyulam?”
“Benar!”
“Dan si Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta dengan menggunakan kunci itu untuk membuka pintu Ruang Harta.”
“Aku fikir, itulah yang seharusnya terjadi!”
“Dugaanmu cukup beralasan, tapi kau melupakan dua hal!”
“Apa?”
“Pintu Ruang Harta itu dijaga siang dan malam, bagaimana mungkin seseorang berjenggot besar bisa membuka pintu Ruang Harta dan berjalan masuk tanpa terlihat oleh penjaga? Ia tak terlihat oleh siapa pun.”
Xue Bing tidak punya penjelasan untuk hal ini.
“Bukan hanya itu, waktu Jiang Chong Wei masuk ke Ruang Harta pada hari itu, pintu itu masih terkunci dari luar. Bagaimana mungkin si Bandit Penyulam bisa mengunci pintu dari luar setelah ia memasuki Ruang Harta itu?”
“Yah, kalau gagasanku keliru, lalu bagaimana menurutmu cara ia melakukannya?”
Wajah Xue Bing kembali memerah.
“Ia tentu menggunakan sebuah cara yang unik, mungkin hal itu tak ada hubungannya dengan Jiang Qing Xia!”
“Sayangnya, kau pun tidak bisa membayangkan dengan tepat caranya yang unik itu.” Xue Bing menjawab dengan dingin.
“Itulah sebabnya aku harus melakukan sebuah percobaan!”
“Melakukan sebuah percobaan?”
“Untuk melihat apakah aku bisa menemukan sebuah cara untuk masuk!”
Mata Xue Bing terbelalak takjub dan ia memandang dengan heran.
“Kau mabuk lagi?”
“Aku belum minum setetes pun arak hari ini!”
“Jika kau tidak mabuk, maka kau pasti gila! Orang yang normal dan sehat tak akan pernah berfikir untuk melakukan hal seperti itu!”
“Oh?”
“Kau tahu ada berapa banyak penjaga di dalam Istana Kerajaan?”
“Lebih dari 800 orang!”
“Dan kau tahu bahwa setiap penjaga membawa sebuah Busur Zhu Ge yang sangat kuat? Sehingga bila ada orang yang tertangkap, mereka akan segera merubahnya jadi seekor landak?”
“Aku tahu!”
“Dan kau tahu ada berapa banyak jago kungfu di Istana Kerajaan di samping penjaga-penjaga itu?”
“Seperti jumlah bintang di langit!”
“Dan kau tahu bahwa ilmu pedang Pangeran Muda diajarkan sendiri oleh Majikan
Benteng Awan Putih?”
“Menurut kabar burung, ia adalah petarung terbaik di Istana Kerajaan!”
“Dan kau tahu bahwa tempat-tempat terlarang di Istana Kerajaan semuanya membawa maut bagi siapa saja yang tertangkap di dalamnya, tanpa melalui pengadilan lagi?”
“Aku tahu!”
“Tapi kau masih ingin mencoba masuk?”

Koleksi Kang Zusi

49

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ya!”
“Kau ingin mati?”
“Tidak!”
“Apa yang membuatmu berfikir bahwa kau bisa mencoba masuk dan keluar dalam keadaan hidup-hidup?”
“Tak ada!”
“Lalu mengapa kau ingin mengambil resiko?” Xue Bing menggigit bibirnya. “Hanya untuk membuktikan bahwa Jiang Qing Xia tidak bersalah?”
“Aku hanya ingin tahu apakah ia benar-benar ada hubungannya atau tidak dengan seluruh masalah ini.”
“Kau benar-benar demikian perduli padanya?”
“Karena aku menyukainya!”
Xue Bing tiba-tiba melompat bangkit dan menatapnya dengan gusar.
“Baiklah, pergilah dan mampuslah!” Ia berseru dengan keras.
Angin semakin lembut, halaman yang sunyi itu bahkan semakin sunyi. Lu Xiao Feng berjalan keluar, dan Xue Bing mengikutinya.
“Apakah kita menuju ke Tenggara sekarang?”
“Kita? Lagi?” Lu Xiao Feng seperti seseorang yang mulutnya penuh dengan jeruk limau yang masam.
“Tentu saja kita!” kata Xue Bing dengan wajah yang kaku. “Kau kira kau bisa meninggalkanku sendirian di sini?”
Lu Xiao Feng memang ingin melakukan hal itu, tapi ia tahu bahwa sekali perempuan seperti ini memutuskan untuk mengikutimu, kau tak bisa menyingkirkannya tak perduli apa pun yang kau coba lakukan.
“Untuk apa kau ikut denganku? Ingin menemaniku bila aku mati?”
“Tidak!” Xue Bing menggigit bibirnya lagi. “Aku hanya ingin melihat seperti apa dirimu setelah kau mati!”
______________________________
Jalan itu hampir seluruhnya tertutup oleh lempeng batu hijau, pohon-pohon kapas merah yang lebih merah daripada daun maple berbaris di sepanjang jalan, warnawarna dunia tampak cerah dan indah seperti saat fajar.
“Inikah kota Wang Ping?”
“Mmhmm!”
“Kudengar makanan di sini adalah yang terbaik!”
“Kau pernah mencicipinya?”
“Tidak, tapi kudengar beberapa jenis masakan di sini adalah yang terbaik!”
“Coba beritahu aku.”
“Sayap Besar dari Tiga Lingkaran Besar, Ayam Seratus Warna dari Wen Tian,
Sayuran Danau dari Xi Yuan, Rumah Siput Yang Dibakar dari Nan Yuan….”
Xue Bing baru bicara sampai di situ sebelum ia terpaksa berhenti, karena ia sadar bahwa air liurnya hampir menetes.
“Itu belum seberapa, makanan terbaik yang ada di sini mungkin belum pernah kau dengarkan sebelumnya!” Lu Xiao Feng berkata dengan acuh tak acuh.
“Kau ingin mengajakku makan sekarang juga?” Mata Xue Bing bersinar-sinar.
“Selama kau bersikap sebagai seorang gadis yang baik, kujamin kau akan mendapatkan sesuatu yang enak untuk dimakan!”
Jelas ia pernah datang ke tempat ini karena ia memasang tampang seperti seekor kuda tua yang mengenali jalan pulangnya. Dengan Xue Bing mengikuti di belakangnya, ia berputar dan berbelok-belok menelusuri jalan dan tiba di sebuah jalan kecil yang sangat sempit. Jalan itu tidak begitu terang, dan di atas tanahnya masih tersisa lumpur bekas hujan beberapa hari yang lalu. Di kedua sisi jalan ada berbagai jenis warung pedagang kecil, tapi semua pintunya juga sangat sempit.
Orang-orang yang keluar-masuk semua tampak lusuh.

Koleksi Kang Zusi

50

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ada makanan enak di tempat seperti ini?” Xue Bing bergumam pada dirinya sendiri.
Tapi ia tidak berani untuk bertanya keras-keras. Tempat ini seperti sebuah negeri yang asing baginya, ia tak mengerti sepatah kata pun yang diucapkan oleh penduduk setempat. Ia benar-benar agak khawatir kalau-kalau Lu Xiao Feng meninggalkannya di sini sendirian.
Saat itulah ia menyadari bahwa ada sebuah aroma yang lezatnya tak terkira terbang bersama angin. Ia belum pernah mencium aroma yang begitu harum. Tampaknya Lu
Xiao Feng sama sekali tidak berdusta padanya, benar-benar ada sesuatu yang enak untuk dimakan di tempat ini.
“Aroma apa ini?” Ia bertanya.
“Aroma makanan terenak di dunia, kau akan setuju setelah kau mencicipinya!” Lu
Xiao Feng berkata padanya.
Tepat di ujung jalan itu ada sebuah warung yang sangat kecil, di pintu depannya ada sebuah tungku yang sangat besar. Di atas tungku ada sebuah panci besar berisi masakan, aroma tadi berasal dari panci ini. Tapi bagian dalam warung tampak sangat kotor. Dinding, kursi, meja, semuanya hitam berminyak karena asap, bahkan papan nama di atas pintu pun sudah begitu gelapnya sehingga kata-katanya tidak bisa dikenali. Tapi aroma ini benar-benar terlalu menggoda. Mereka baru saja duduk waktu seorang pelayan menghidangkan dua mangkuk besar daging giling untuk mereka. Tampaknya tempat ini tidak menyediakan makanan lain. Daging itu masih beruap, bukan hanya aromanya harum, sepertinya rasanya juga enak.
Lu Xiao Feng segera mengambil sebuah sendok dan menyerahkannya pada Xue
Bing.
“Makanlah selagi masih panas, rasanya kurang enak kalau sudah dingin!”
Xue Bing mencoba sesendok, lalu sesendok lagi. Rasanya luar biasa enak.
“Apa isinya?” Ia bertanya. “Selain daging, sepertinya ada yang lain juga.”
“Kau menyukainya?”
“Lezat sekali!”
“Jika rasanya lezat, maka makanlah lagi dan jangan bicara lagi!”
Lu Xiao Feng menghabiskan satu mangkuk dan menambah satu mangkuk lagi. Tibatiba ia membuat sebuah isyarat aneh pada si pelayan. Pelayan itu tadinya bersikap seolah-olah ia tidak begitu memperdulikan tamu-tamu dari luar kota ini.
Tapi setelah ia melihat isyarat Lu Xiao Feng itu, sikapnya segera berubah.
“Ada ‘pa?” Ia datang berlarian sambil tersenyum lebar.
“Aku k’sini tuk cari s’seorang!” Lu Xiao Feng menjawab.
“S’apa yang kau cari?”
“Raja Ular.”
Ekspresi wajah si pelayan tampak berubah sedikit.
“U’tuk ‘pa kau m’ncarinya?”
“Margaku Lu, b’lang begitu pad’anya, ia ‘kan tahu!”
Si pelayan bimbang sebentar sebelum akhirnya mengangguk sedikit.
“T’nggu di sini!”
Xue Bing terheran-heran selama itu. Akhirnya, setelah si pelayan keluar melalui sebuah pintu sempit di belakang, ia tak bisa menahan dirinya lagi dan bertanya.
“Apa yang barusan kalian bicarakan?”
“Aku meminta bantuannya untuk menemukan seseorang!”
“Seseorang di tempat seperti ini? Siapa?”
“Raja Ular!”
“Raja Ular? Dan siapakah Raja Ular ini?”
“Di sepanjang jalan menuju ke sini, apa yang kau lihat?” Lu Xiao Feng tidak menjawab tapi malah bertanya padanya.
“Itu bukan jalan, hanya sebuah gang kecil dan kotor.”

Koleksi Kang Zusi

51

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ini adalah sebuah jalan, dan bisa dibilang merupakan jalan paling terkenal di kota ini!” “Oh?”
“Kau tahu apa yang ada di jalan ini?”
“Beberapa pedagang yang lusuh dan tidak rapi, dan beberapa orang yang kumal!”
“Tahukah kamu apa yang dilakukan orang-orang itu?”
“Aku bahkan tidak memandang pada mereka, apalagi memikirkan tentang mereka!”
“Kau seharusnya melakukannya!”
“Mengapa?”
“Karena di antara mereka, paling tidak ada 10 orang buronan yang kepalanya berharga, paling sedikit ada 20 orang pencuri ulung, setidak-tidaknya ada 30 orang jagoan. Jika kau bermusuhan dengan mereka, hampir mustahil untuk bisa melakukan sesuatu di kota ini!”
“Aku faham sekarang, ini adalah jalan tempat para penjahat!”
“Raja Ular adalah raja di jalan ini, ia juga merupakan pemimpin dari mereka semua.
Hanya satu kata darinya dan mereka semua tentu bersedia melakukan apa saja yang kau minta pada mereka!”
“Kau tidak bermaksud meminta orang-orang ini untuk bertarung bagimu, bukan?”
“Jika aku membutuhkan bantuan untuk berkelahi, aku sudah punya pembantu yang hebat seperti dirimu, mengapa aku membutuhkan orang lain?” Lu Xiao Feng tertawa.
“Lalu untuk apa kau menanyakan si Raja Ular?”
“Aku ingin memintanya membantuku….”
Ia belum selesai bicara waktu pelayan tadi datang kembali sambil berlarian.
Sikapnya pada Lu Xiao Feng berubah sekali lagi, sekarang lebih hangat dan lebih hormat. “Jadi T’uan ad’lah t’man lama. Sehar’snya T’uan bil’ng t’di!”
“Dia m’sih ingat pad’ku?” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Tent’ saja! Bos bilang T’uan ad’lah sah’bat yang baik. Ia menyuruh hamba membawa T’uan deng’n segera!”
Di balik pintu sempit di belakang sana ada sebuah gang yang bahkan lebih sempit lagi. Dari dalam selokan yang gelap, tercium bau busuk yang sangat menyengat, lalat-lalat beterbangan di mana-mana. Di ujung gang, ada sebuah pintu kecil lagi.
Setelah mendorong pintu itu hingga terbuka, mereka tiba di sebuah halaman yang sangat luas. Kira-kira 10 orang atau lebih laki-laki bertubuh kuat dan tidak mengenakan pakaian tampak sibuk bermain dadu di halaman itu, begitu asyiknya mereka sehingga tubuh mereka bersimbah dengan keringat. Di sudut sana ada beberapa puluh kandang, di dalam beberapa kandang ada ular-ular berbisa, di dalam kandang-kandang yang lain ada kucing liar dan anjing liar. Seseorang sedang menarik seekor anjing kuning keluar dari sebuah kandang dan, dengan sebuah gerakan yang cepat, membenamkan anjing itu ke sebuah bak mandi besar sehingga hewan itu tenggelam di air dan mati lemas. Xue Bing hampir muntah melihatnya.
Tapi Lu Xiao Feng tampaknya tidak tergoyahkan.
“Nah, ini baru benar-benar seorang ahli membunuh anjing,” Ia berkata dengan santai. “Dengan cara itu tidak setetes pun darah yang hilang. Daging anjing seperti itu pasti rasanya benar-benar enak!”
Xue Bing tidak menjawab, ia khawatir kalau ia bicara maka seluruh daging yang barusan ia makan akan tertumpah keluar.
Dua orang laki-laki bertubuh besar yang tadinya asyik mengamati teman-temannya bermain dadu tiba-tiba berjalan menghampiri.
“K’lian ke sini u’tuk Raja Ular?” Mereka menatap Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng mengangguk. Kedua laki-laki itu saling melirik satu sama lain sebelum tiba-tiba menyerang, berusaha menyergap Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng tidak bergerak, kedua laki-laki itu baru saja menyentuhnya ketika

Koleksi Kang Zusi

52

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mereka sendiri tiba-tiba terpental ke udara.
Si pelayan bersorak dengan gembira.
“S’dah kub’lang kungf’nya h’bat, k’lian tid’k perc’ya juga pad’ku. Ada l’gi yang m’u cob’-coba?” Semua orang yang berada di halaman itu berpaling dan memandang Lu Xiao Feng dengan segan, perlahan-lahan mereka mundur untuk memberi jalan baginya.
Si pelayan membawanya ke sebuah warung kecil lainnya dan menaiki sebuah tangga yang sangat sempit dan tiba di sebuah pintu yang amat sempit. Pintu itu tertutup oleh sebuah tirai yang terbuat dari manik-manik hitam.
“Raja Ular berada di dalam, silakan!”
Bagaimana mungkin pemimpin yang mampu mengendalikan para penjahat kota ini tinggal di sebuah tempat yang begini kumal? Xue Bing merasa amat aneh, sampai ia berjalan melewati pintu. Bagian dalam ternyata merupakan dunia yang benar-benar berbeda dengan bagian luar. Bahkan seorang gadis manja seperti Xue Bing yang dibesarkan dalam keluarga kaya-raya pun belum pernah melihat ruangan yang perabotannya begini mewah dan mahal. Setiap benda, setiap barang di ruangan ini adalah mahakarya yang tak ternilai harganya, mulai dari cangkir teh yang terbuat dari giok putih hingga mangkuk buah yang terbuat dari kristal Persia, begitu juga dengan lukisan-lukisan di dinding. Dua di antaranya adalah potret Wu Dao Zi, satunya lagi adalah lukisan kuda yang dibuat oleh Han Gan dan satu lagi adalah hasil karya Kaisar sendiri.
Seseorang sedang duduk bersandar di sebuah kursi goyang yang dipasangi bantalan.
Sambil tersenyum, ia mengulurkan tangannya ke arah Lu Xiao Feng. Hampir tidak ada daging sama sekali di tangan itu. Xue Bing tak pernah melihat orang yang begitu kurus dalam hidupnya. Bukan hanya tidak ada daging di tangannya, wajahnya yang pucat pun tampak tidak lebih dari sehelai kulit yang menggelantung di tulang.
Walaupun di luar cuaca sedang panas terik, kursi itu dilapisi oleh sehelai kulit harimau, dan orang itu mengenakan sebuah mantel yang amat besar. Xue Bing tak bisa membayangkan bahwa pemimpin semua penjahat di kota itu bertampang seperti ini. Lu Xiao Feng telah berjalan menghampiri dan menjabat tangannya eraterat.
“Tidak kukira bahwa kau benar-benar ingat pada orang cacat sepertiku dan mau datang mengunjungiku!” Raja Ular tersenyum.
Xue Bing menarik nafas lega, akhirnya seseorang mengucapkan kata-kata yang bisa ia fahami.
“Sudah lama aku ingin mengunjungimu, tapi kali… kali ini aku ke sini bukan hanya untuk menemuimu!” Lu Xiao Feng menjawab.
“Tak apa-apa, kau sudah berada di sini, dan aku benar-benar senang karenanya!”
“Aku ingin meminta sesuatu darimu.”
“Kau datang ke sini, tentu saja untuk meminta sesuatu dariku, kenyataan bahwa kau berfikir untuk datang padaku adalah bukti bagiku bahwa kau masih menganggapku sebagai seorang sahabat, itu sudah lebih dari cukup!” Ia tertawa dengan tulus dan berpaling pada Xue Bing. “Di samping itu, kau membawa seorang wanita yang begini cantik, belum pernah aku melihat yang secantik ini!”
Wajah Xue Bing memerah.
“Margaku Xue, lengkapnya Xue Bing!” Ia menjawab dengan malu. Tiba-tiba ia menyadari bahwa walaupun fisik Raja Ular lemah, ia tetaplah seorang yang sangat berani dan terus terang, juga seorang sahabat yang sangat setia. Ia tiba-tiba menyadari bahwa kesannya terhadap orang ini adalah sangat baik.
“Xue Bing? Apakah kau Xue Bing dari keluarga Jarum Dewi Xue?”
Xue Bing mengangguk dengan wajah memerah.
“Siapa yang tahu kalau aku bisa melihat si cantik yang paling terkenal di dunia persilatan?” Raja Ular tertawa dan berkata dengan keras. Sambil menjabat tangan

Koleksi Kang Zusi

53

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Lu Xiao Feng dengan erat, ia berkata, “Tampaknya bukan hanya seleramu sangat tinggi, nasibmu juga sangat mujur. Jika aku jadi kau, aku akan minum sekarang juga!” Kali ini Lu Xiao Feng tampaknya sangat patuh dan ia segera menuangkan minuman dan meminumnya. Di atas meja memang ada sebuah cangkir emas berbentuk tanduk, dan araknya berwarna kuning gelap.
Arak itu hampir habis ketika Raja Ular akhirnya bicara lagi.
“Apa yang kau inginkan? Jika aku memilikinya, kau boleh mengambilnya. Jika aku tidak memilikinya, aku akan mencarikannya untukmu!”
“Aku ingin sebuah peta!”
“Peta apa?”
“Sebuah peta mengenai tata ruang Istana Kerajaan, berikut lokasi penjaga dan perangkap di sana serta waktu pergantian para penjaga!”
Ini, tentu saja, bukan hal yang mudah untuk didapatkan. Tapi Raja Ular tampaknya tidak keberatan, ia juga tidak bertanya peta itu digunakan untuk apa.
Jawabannya sangat sederhana.
“Baik!”
Lu Xiao Feng tidak mengucapkan terima kasih padanya, persahabatan mereka jauh melebihi kata itu.
Raja Ular memandang mata Lu Xiao Feng dengan perasaan puas di matanya. Ia faham perasaan Lu Xiao Feng. Ia hanya mengajukan satu pertanyaan.
“Di mana kau hendak menginap malam ini?”
“Penginapan ‘Seperti Yang Anda Harapkan’!”
“Sebelum matahari terbenam besok, aku akan mengirimkan seseorang bersama peta itu padamu.”
______________________________
Angin di tepi sungai selamanya dingin dan menyegarkan. Malam itu hawanya dingin seperti air. Di langit tampak bulan dan bintang, dan ada beratus-ratus bintang seperti api di atas perahu nelayan. Dengan hati senang, mereka berjalan-jalan dengan perlahan di tepi sungai. Kota ini benar-benar indah, mereka menyukainya, dan juga menyukai orang-orang di kota ini.
“Aku akhirnya memahami sesuatu!” Xue Bing tiba-tiba menarik nafas dengan lembut. “Apa itu?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Kau benar-benar memiliki banyak sahabat yang hebat!”
“Terutama seorang sahabat seperti si Raja Ular,” Lu Xiao Feng setuju. “Siapa pun yang memiliki sahabat seperti dia pasti beruntung!”
Xue Bing berhenti dan mengamati lampu di perahu nelayan yang berkerlap-kerlip di sungai dan gelombang air sungai yang diterangi oleh sinar bulan. Hatinya penuh dengan perasaan riang dan gembira.
“Aku suka tempat ini, nanti aku mungkin akan bertempat-tinggal di sini!”
“Bukan hanya orang-orang di sini hebat, cuacanya juga bagus, dan banyak makanan enak di sini!”
“Terutama daging giling yang kita makan tadi,” Xue Bing berkata dengan malu. “Aku tak akan pernah melupakannya!”
“Jika kau tahu daging itu terbuat dari apa, maka kau benar-benar tidak akan pernah melupakannya!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Memangnya terbuat dari apa?”
“Daging ular dan kucing.”
______________________________
Xue Bing masih muntah-muntah. Ia telah muntah 5 kali. Waktu ia kembali ke penginapan, ia mencari sebuah baskom cucian dan bersembunyi di sudut kamar, muntah-muntah. Ia sedang memuntahkan sisa-sisa air di perutnya saat ini. Lu Xiao

Koleksi Kang Zusi

54

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Feng hanya tersenyum sambil menonton di pinggir.
Akhirnya Xue Bing berhenti muntah-muntah dan berpaling. Ia menatap Lu Xiao Feng dengan gusar.
“Tentu ada sesuatu yang salah padamu, kau suka melihat orang lain menderita.” Ia menggerutu dengan nada yang pahit dan gigi dikertakkan.
“Aku tidak suka melihat orang lain menderita,” Lu Xiao Feng masih tersenyum. “Aku hanya suka melihatmu menderita sedikit!”
“Apa salahku padamu?” Xue Bing melompat bangkit. “Mengapa kau menyiksaku seperti ini?”
“Bukankah orang seperti ini tidak punya hati?” Lu Xiao Feng menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik nafas. “Aku mengajaknya makan makanan yang begitu lezat, dan ia masih menuduhku menyiksanya!”
“Jadi, menurutmu, seharusnya aku berterima-kasih padamu?”
“Tepat!”
“Aku sangat berterima-kasih, begitu berterima-kasihnya sehingga aku ingin menggigitmu sampai mampus!”
Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan menarik Lu Xiao Feng. Ia menggigit telinganya. Gigitan itu tidaklah keras….
______________________________
Angin begitu lembut, malam begitu sunyi. Dua orang muda-mudi yang berkasihkasihan di sebuah kota yang aneh tetapi indah – jika kau seorang laki-laki, bukankah kau berharap menjadi Lu Xiao Feng? Jika kau seorang wanita, bukankah kau berharap dirimu adalah Xue Bing?
______________________________
Senja, senja lagi. Sambil bergandengan tangan, mereka kembali dari kota. Ada sebuah amplop besar di atas meja.
Hanya ada 3 kata di atas amplop itu.
“Beruntung Tidak Mengecewakanmu!”
Di bawah sinar bintang, jalan yang terbuat dari lempengan batu hijau itu berkilauan seperti cermin.
“Haruskah kau pergi?” Xue Bing memegang tangan Lu Xiao Feng seerat-eratnya. Lu
Xiao Feng mengangguk.
“Dan kau tidak mengijinkan aku ikut denganmu?”
Lu Xiao Feng mengangguk lagi.
Gadis itu berpaling, karena air mata telah menitik dari matanya, ia tidak ingin Lu
Xiao Feng melihatnya.
“Jika kita berdua pergi, maka kesempatan bagi kita untuk tetap hidup jadi tinggal setengahnya!” Ia menjelaskan.
“Tapi… bagaimana mungkin aku menunggumu di luar sendirian?”
“Kau boleh pergi untuk mencari seseorang buat dijadikan teman berbincang-bincang atau minum-minum.”
“Siapa yang bisa kucari?”
“Siapa pun, selama mereka punya lidah yang bisa bicara dan mulut yang bisa minum!” Lu Xiao Feng bergurau.
Xue Bing menegakkan kepalanya dan menatap Lu Xiao Feng dengan gusar. Ia menendang tulang kering pemuda itu dengan agak keras.
“Ok, baik! Aku akan pergi dan mencari laki-laki lain, kau pergilah dan mampuslah!”
Ia berkata dengan keras.
Bab 5: Resiko Mencari Petunjuk
Angin masih lembut, malam masih hening. Tapi Lu Xiao Feng tahu betul bahwa malam yang tenang ini mungkin menyembunyikan perangkap yang tak terhitung

Koleksi Kang Zusi

55

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. jumlahnya, angin yang lembut ini mungkin membawa anak-anak panah yang mematikan. "Di dalam Istana Kerajaan, sebenarnya hanya ada 620 orang penjaga, pada malam hari mereka dibagi menjadi 3 giliran jaga."
"Tiap giliran jaga ada 200 orang, dan setiap giliran dibagi lagi menjadi 6 kelompok."
"Dari 6 kelompok ini, ada yang berpatroli menelusuri Istana, ada yang tetap berjaga di luar kediaman Pangeran, dan ada yang bersembunyi di halaman dan aula untuk menjebak tamu tak diundang."
"Satu kelompok yang berpatroli di luar Ruang Harta terdiri dari 54 orang anggota.
Mereka terbagi lagi menjadi regu-regu yang terdiri dari 9 orang. Mulai pukul 8 malam, mereka mulai berpatroli mengelilingi daerah di sekitar Ruang Harta, dan selang waktu antara tiap regu paling lama adalah 5 menit."
Raja Ular telah menemukan banyak hal tentang semua ini. Jelas ia mempunyai orang di dalam Istana Kerajaan. Untuk memasuki Istana Kerajaan, hanya ada satu cara - lewat sebuah halaman kecil di sudut Barat Laut. Di situlah letak markas para penjaga, dan juga merupakan tempat yang paling tidak dijaga di seluruh Istana
Kerajaan. Penjaga yang sedang tidak bertugas mungkin semuanya kelelahan dan bahkan telah tertidur sebelum sampai di tempat tidur mereka. Lu Xiao Feng telah mengamat-amati tembok istana, tapi ia masih merasa tidak enak. Ia tidak ingin mengucapkan kata-kata tadi pada Xue Bing, tapi ia terpaksa, ia tak boleh membiarkan Xue Bing mengambil resiko ini bersamanya.
Walaupun yang ingin ia lakukan adalah mencari tahu apakah seseorang bisa masuk sendiri ke Ruang Harta atau tidak, walaupun yang ingin ia lakukan adalah mencari tahu bagaimana caranya si Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta sehingga ia bisa mendapatkan petunjuk untuk diikuti, tapi ia juga tahu betul bahwa memasuki Istana
Kerajaan itu seperti meletakkan kakinya di pintu kematian. Sekali ketahuan, maka ia akan mati di bawah hujan golok dan panah.
Para penjaga di dalam Istana Kerajaan tak akan mau mendengarkan penjelasannya.
Ia tak boleh membiarkan Xue Bing mengambil resiko ini.
Tapi mengapa ia mau mengambil resiko ini? Bahkan ia sendiri tidak terlalu yakin bahwa ia tahu jawaban untuk pertanyaan ini. Mungkin tak lebih karena ia terlahir sebagai orang yang suka mengambil resiko. Mungkin ia terdorong bukan hanya oleh perasaan ingin tahu tetapi juga perasaan tersaingi. Tak perduli apa, ia telah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan menyingkap siapa sebenarnya Bandit
Penyulam itu.
Di dalam halaman ada sebaris bangunan yang agak sederhana, sekali waktu suara dengkuran bisa terdengar dari dalamnya. Di belakangnya, lampu di dapur besar masih menyala, jelas seseorang sedang sibuk mempersiapkan makan malam untuk para penjaga yang hendak kembali dari tugasnya. Sekarang adalah waktu para penjaga giliran pertama kembali dari tugasnya dan kelompok jaga kedua menggantikannya. Kelompok jaga ketiga masih terlelap dalam mimpi mereka.
Lu Xiao Feng bukanlah si Raja Pencuri, karena ia tak pernah mencuri. Tapi mencuri seperangkat pakaian seragam dari sekelompok orang yang sedang tidur adalah jauh dari sukar bagi orang seperti dia.
Maka sekarang ia telah memiliki satu stel lengkap pakaian seragam penjaga, ia memakainya di luar pakaian malamnya yang ketat. Para penjaga itu adalah orangorang muda yang bertubuh besar dan kuat, maka tubuh mereka semua sama tingginya dan sebangun dengan dirinya. Tapi ia harus cepat. Selama pergantian giliran jaga, sedikit kebingungan dan kekacauan tentu tak dapat dihindarkan, dan karena kekacauan itu perasaan kurang waspada tentu tak dapat dihindarkan pula.
Ini adalah kesempatan terbaiknya. Ia telah menemukan rute tercepat ke Ruang
Harta berdasarkan peta itu.
Dalam perjalanannya ia bertemu dengan para penjaga yang baru pulang dari

Koleksi Kang Zusi

56

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tugasnya, tapi ia tidak menghindari mereka, dan mereka pun tidak memperhatikannya. Seseorang terlambat muncul selama pergantian giliran jaga bukanlah hal yang luar biasa. Di samping itu, dari 800-an orang penjaga di dalam Istana Kerajaan, ada beberapa di antaranya yang merupakan orang-orang baru. Kawasan Ruang Harta mencakup daerah yang luas. Di sebelah kiri ada sebuah hutan pohon persik, tapi bunga-bunganya telah gugur. Lu Xiao Feng bersembunyi di hutan sampai sebuah regu patroli lewat sebelum melompat keluar dengan ringan dan perlahan dan masuk ke dalam barisan di belakang orang terakhir.
Gerakannya, tentu saja, sama sekali tidak terdengar. Dan regu-regu patroli lain yang mereka lewati jelas tidak melihat bahwa regu ini bertambah 1 orang anggotanya di belakang. Tugas regu ini adalah berpatroli di luar Ruang Harta, maka ia mengikuti mereka mengelilingi seluruh Ruang Harta untuk satu putaran. Hatinya bertambah dingin. Dinding Ruang Harta terbuat dari balok-balok raksasa dan hampir tidak ada lubang di mana pun, apalagi jendela. Tampaknya seekor lalat pun tidak bisa masuk.
Sesudah menunggu orang di depannya berbelok di tikungan, Lu Xiao Feng tiba-tiba melayang ke atas atap Ruang Harta. Mungkin ada sebuah lubang udara di atap, bahkan jika atap itu tertutup oleh genteng, genteng-genteng itu tentu tak sukar untuk digeser. Ia tahu bahwa sejumlah orang golongan hitam di dunia persilatan suka menggunakan cara ini. Maka sekarang ia meniru mereka dan memeriksa atap itu dengan teliti. Ia masih tak berhasil menemukan jalan masuk.
Ia menggeser beberapa lembar genteng untuk menemukan bahwa di bawahnya ada
3 lapis kawat baja yang tampaknya mustahil untuk dipotong walaupun dengan menggunakan golok yang paling tajam. Ruang Harta ini persis seperti peti baja yang kedap udara. Lupakan saja lalat, bahkan angin pun tak bisa masuk. Jadi bagaimana caranya si Bandit Penyulam masuk? Di samping Ruang Harta ada sebuah bangunan yang agak kecil, bagian dalamnya tampak gelap gulita.
Seperti seekor burung, ia melayang. Sekarang ia benar-benar menyerah dan hanya ingin mencari jalan keluar secepat mungkin. Saat ia melayang, tiba-tiba ia melihat seseorang berdiri di dalam bangunan kecil tadi. Dia adalah seorang laki-laki berwajah pucat, berjenggot tipis, dan mengenakan jubah putih seperti salju. Dalam kegelapan, matanya seperti sepasang bintang yang dingin. Jantung Lu Xiao Feng tenggelam, dan tubuhnya pun melayang turun.
Dengan gerakan "Balok Seribu Ton", ia mendarat di atas tanah. Tepat saat itu, ia melihat kilauan sebatang pedang melesat langsung ke arahnya dari atas atap seberang. Seumur hidupnya, belum pernah ia melihat kilatan pedang yang demikian spektakuler dan cepat.
Tiba-tiba, seluruh tubuhnya seolah-olah terbungkus oleh sebuah aura, aura pedang, aura yang sanggup menggigilkan seorang manusia, siapa pun orangnya, hingga ke pusat tulangnya. Kilatan pedang itu tampaknya, luar biasa sekali, bahkan lebih menakutkan daripada kilatan pedang XiMen ChuiXue. Hampir tak ada orang di dunia ini yang mampu bertahan terhadap serangan itu. Lu Xiao Feng pun tidak, bahkan walaupun ia berusaha. Ia menjejakkan kakinya ke tanah dan melesat mundur.
Kilatan pedang itu mengikutinya, memburunya. Tak perduli betapa cepat ia mundur, ia tak bisa menjauh dari serangan itu, apalagi di belakangnya tidak ada lagi tempat untuk mundur.
Tubuhnya telah mepet ke salah satu dinding Ruang Harta itu. Kilatan pedang itu, seperti sebuah petir, meluncur ke arah dadanya. Tak ada gunanya berusaha menghindar ke samping, bahkan jika ia mampu. Apa pun gerakan yang bisa ia lakukan sekarang tentu akan terlalu lambat, akan terlambat. Ia menghadapi ancaman kematian!
Tapi saat inilah, dadanya tiba-tiba melesak ke dalam, melesak begitu dalamnya sehingga dadanya seperti menempel ke tulang belakangnya. Serangan pedang itu

Koleksi Kang Zusi

57

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mengandung tenaga dan posisi yang telah terukur, tapi tidak memperhitungkan kalau tubuh Lu Xiao Feng tiba-tiba bisa menjadi lebih kurus. Perubahan ini adalah sesuatu yang tak dapat dibayangkan oleh siapa pun. Maka waktu kilatan pedang itu mencapainya, pedang itu terhenti di tengah jalan, karena seharusnya dadanya sekarang telah tertusuk dan tidak perlu menambah tenaga dan menusukkan pedang itu lagi.
Orang yang benar-benar jagoan tentu selalu teliti dan kikir dalam hal mengeluarkan energi sehingga tidak membuang-buang tenaga walaupun sedikit. Apalagi orang ini adalah seorang jagoan di antara para jagoan! Ia tak pernah membayangkan kalau serangannya ini tidak mencapai sasarannya. Tapi Lu Xiao Feng masih tidak bisa pergi ke mana-mana, yang harus ia lakukan hanyalah mendorongkan pedangnya ke depan sedikit lagi dan Lu Xiao Feng tetap akan mati.
Tapi, pada saat yang genting ini, Lu Xiao Feng menyerang! Tiba-tiba ia mengulurkan
2 buah jarinya dan menjepit pedang itu! Tak seorang pun bisa menguraikan kecepatan dan kecekatan gerakan ini, karena jika kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri, kau tak akan pernah mempercayainya. Laki-laki berjubah putih itu turun kembali ke tanah. Ia tidak berusaha mengalirkan energi lagi ke dalam pedangnya tapi malah menatap dingin pada Lu Xiao Feng dengan matanya yang gemerlapan seperti bintang.
Lu Xiao Feng balas menatapnya.
“Majikan Benteng Awan Putih?” Tiba-tiba ia bertanya.
“Kau mengenalku?” Orang itu menjawab dengan dingin.
“Selain dari Majikan Benteng Awan Putih, siapa lagi di dunia ini yang bisa membuat sebuah serangan seperti itu?” Lu Xiao Feng menarik nafas.
Orang itu akhirnya mengangguk.
“Lu Xiao Feng?” Tiba-tiba ia juga bertanya.
“Kau mengenalku?”
“Selain dari Lu Xiao Feng, siapa lagi yang bisa bertahan terhadap seranganku itu?”
Lu Xiao Feng tersenyum. Siapa pun akan merasa senang bila mendengar “Majikan
Benteng Awan Putih” berkata demikian. Menurut kabar angin, ia tak pernah memuji siapa pun, tapi kalimat tadi jelas merupakan sebuah pujian.
“Empat tahun yang lalu, kau menggunakan gerakan yang sama dan menangkap serangan pedang dari Tosu Kayu.” Ye Gu Cheng meneruskan. “Hingga saat ini ia masih menyatakan bahwa gerakanmu itu benar-benar tak ada tandingannya di dunia ini.” “Ia adalah sahabatku, banyak orang yang suka melebih-lebihkan sedikit tentang sahabatnya!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Empat bulan yang lalu, ia melihatku menggunakan serangan ‘Malaikat Khayangan’ tadi. Ia juga menyatakan bahwa gerakan tadi tak ada bandingnya di dunia ini.”
“Memang benar!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Tapi ia masih berpendapat bahwa kau mampu menghentikan gerakanku itu!”
“Oh?”
“Aku tidak mempercayainya, maka aku harus mencobanya!”
“Kau tahu kalau aku akan datang ke sini?”
Ye Gu Cheng mengangguk.
“Dan kau sedang menungguku di sini?”
Ye Gu Cheng mengangguk lagi.
“Bagaimana jika aku tak mampu menangkap serangan tadi?”
“Maka kau bukanlah Lu Xiao Feng!” Ye Gu Cheng menjawab dengan bersahaja.
“Bahkan Lu Xiao Feng pun mungkin tak sanggup menangkap seranganmu tadi!” Lu
Xiao Feng tersenyum sabar.
“Jika Lu Xiao Feng tak mampu menangkap serangan tadi, maka Lu Xiao Feng tidak akan menjadi Lu Xiao Feng yang sekarang.”

Koleksi Kang Zusi

58

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Jika Lu Xiao Feng tidak menangkap serangan tadi, maka Lu Xiao Feng tentu telah mati sekarang!”
“Benar!” Ye Gu Cheng mengiyakan dengan dingin. “Orang mati adalah orang mati.
Mayat tidak memiliki nama!”
Tiba-tiba ia menarik dan pedang itu kembali ke sarungnya. Ia juga merupakan orang pertama yang mampu menarik pedangnya dari jepitan jari-jari Lu Xiao Feng.
“Tampaknya kau memang tidak ingin membunuhku!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Oh?”
“Karena jika kau mau, sekarang adalah kesempatan berikutnya untuk melakukannya.” Ye Gu Cheng memandang wajah Lu Xiao Feng.
“Tidak banyak lawan sepertimu di dunia ini. Bila satu terbunuh, maka berkurang satu orang!” Ia berkata dengan lambat-lambat. Dalam matanya yang gemerlap seperti bintang tiba-tiba terlihat sinar mata kesepian. “Aku orang yang sangat angkuh, maka aku tidak memiliki banyak teman. Aku tidak perduli tentang hal itu. Tapi hidup di dunia ini tanpa ada lawan yang berharga, itulah baru kesepian yang sesungguhnya.” Lu Xiao Feng pun menatapnya.
“Jika kau menginginkan seorang teman, kau selalu bisa menemukan seseorang!” Ia tersenyum. “Oh?”
“Paling tidak kau bisa menemukan satu sekarang juga!”
“Tampaknya mereka tidak berdusta tentangmu, kau benar-benar orang yang suka bersahabat!” Mata Ye Gu Cheng tampak menunjukkan sedikit perasaan gembira.
“Mereka? Mereka siapa?”
Ye Gu Cheng tidak menjawab, ia memang tak perlu melakukannya. Karena Lu Xiao
Feng telah melihat Jin Jiu Ling dan Hua Man Lou.
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa Ye Gu Cheng dan XiMen ChuiXue memiliki banyak kesamaan. Mereka berdua adalah orang-orang yang sangat kesepian dan angkuh. Tak seorang pun di antara mereka yang memandang tinggi terhadap nyawa manusia – baik itu nyawa musuhnya atau nyawa mereka sendiri, bagi mereka itu sama saja. Gerakan mereka selalu tidak kenal ampun, karena gaya mereka hanya terdiri dari gerakan-gerakan dan serangan yang mematikan. Mereka berdua juga suka mengenakan pakaian putih.
Dan mereka berdua selalu bersikap dingin seperti es di pegunungan sana.
Mungkinkah hanya manusia seperti ini yang bisa menguasai ilmu pedang tiada tandingan? Waktu Lu Xiao Feng mengangkat cangkir araknya, ia melihat sesuatu hal lagi. Ye Gu Cheng juga tidak menyentuh alkohol, ia bahkan tidak minum teh. Yang ia minum hanyalah air putih. Segera setelah Lu Xiao Feng mengangkat cangkirnya, arak telah masuk ke mulutnya.
Ye Gu Cheng memandangnya, tampaknya ia sangat heran.
“Kau suka minum arak?” Ia bertanya.
“Dan aku meminumnya dengan cukup cepat!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Itulah yang membuat aku heran!”
“Kau berpendapat minum arak itu hal yang sangat membingungkan?”
“Arak bisa merusak tubuh seseorang dan mengacaukan fikiran seseorang. Tapi, secara fisik dan mental, kekuatanmu tetap berada di puncaknya!”
“Sebenarnya aku tidak sering minum sebanyak ini,” Lu Xiao Feng tersenyum. “Hanya bila merasa sedih barulah aku minum sekalap ini!”
“Kau sedang sedih?”
“Bagaimana mungkin seseorang tidak merasa sedih bila ia dikhianati oleh sahabatsahabatnya?”
Hua Man Lou tersenyum, tentu saja ia faham maksud ucapan Lu Xiao Feng itu.

Koleksi Kang Zusi

59

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kau berpendapat bahwa kami telah mengkhianatimu?” Jin Jiu Ling pun tersenyum.
“Kalian tahu kalau aku akan datang ke sini, dan kalian tahu bahwa ada pedang tiada tanding menungguku di sini. Dan kalian berdua bersikap seperti sepasang Cao Cao dan menonton pertunjukan itu di pinggir.” Lu Xiao Feng memasang muka serius.
“Kami tahu kalau kau akan datang ke sini karena kami tahu bahwa kau tentu ingin memeriksa sendiri apakah orang bisa masuk ke dalam Ruang Harta!” jawab Jin Jiu
Ling.
“Jadi itulah sebabnya kalian menungguku di sini, untuk melihat apakah aku bisa masuk!” “Tapi waktu kau melompat ke atas atap barulah kami melihatmu!” aku Jin Jiu Ling.
“Maka kalian menunggu untuk melihat apakah aku benar-benar akan terbunuh oleh
Tuan Ye!”
“Kau tahu betul bahwa ia sebenarnya tidak ingin membunuhmu!” Jin Jiu Ling memprotes. “Tapi serangan tadi beneran lho!”
“Lu Xiao Feng kan juga beneran!” Jin Jiu Ling tertawa. Ia benar-benar orang yang pintar bermain kata-kata. Mustahil bagi siapa pun untuk marah padanya. “Sebelum kau datang, kami telah tiba pada sebuah kesimpulan!”
“Apa itu?”
“Bahwa jika Lu Xiao Feng tidak bisa masuk, maka tidak ada seorang pun manusia di dunia ini yang bisa.”
“Apakah si Bandit Penyulam bukan seorang manusia?”
Jin Jiu Ling tidak menjawab.
“Aku benar-benar tak bisa menemukan cara untuk masuk. Bahkan jika aku punya kunci Ruang Harta, aku tak bisa membuka pintunya tanpa terlihat oleh penjaga; bahkan jika aku bisa membuka pintu itu, tak mungkin aku bisa mengunci pintu dari sebelah luar.”
“Waktu Jiang Chong Wei masuk ke Ruang Harta hari itu, pintu masih terkunci dari luar!” ucap Jin Jiu Ling.
“Aku tahu.”
“Maka, menurut logika, tentu ada jalan lain untuk masuk ke Ruang Harta dan itulah jalan yang digunakan oleh si Bandit Penyulam!”
“Tapi kenyataannya jalan seperti itu tidak ada.”
“Tentu ada,” Hua Man Lou tiba-tiba berkata. “Hanya saja, kita tidak berhasil menemukannya.” Ye Gu Cheng dari tadi duduk di sana dalam diam dan dengan dingin mengamati mereka, tampaknya ia benar-benar tidak tertarik pada urusan ini. Ia hanya tertarik pada satu hal.
“XiMen ChuiXue adalah sahabatmu?”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Ada seseorang yang sedang menungguku di luar, kalian bisa menebak siapa orang ini?” Tiba-tiba ia bertanya. Ia khawatir kalau Ye Gu Cheng mulai bertanya-tanya tentang XiMen ChuiXue, maka ia segera bertanya, ia berusaha mengalihkan pokok pembicaraan. Tapi Ye Gu Cheng tidak mau merubah pokok pembicaraan.
“Pernahkah kau bergebrak dengannya?”
“Tidak!” Lu Xiao Feng terpaksa menjawab kali ini.
“Bagaimana ilmu pedangnya?”
“Tidak buruk.” Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman.
“Apakah DuGu YiHe mati di bawah pedangnya?”
Lu Xiao Feng terpaksa mengangguk.
“Ini berarti bahwa ilmu pedangnya telah berada di atas ilmu pedang Tosu Kayu.”
Perasaan gembira dan bergairah tiba-tiba muncul di wajah Ye Gu Cheng yang dingin

Koleksi Kang Zusi

60

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dan ia meneruskan dengan lambat-lambat. “Jika aku bisa beruji coba dengannya, maka inilah sebuah kebahagiaan dalam hidupku!”
“Arak, kenapa tidak ada arak di sini!” Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit dan berteriak.
“Biar kuambilkan untukmu.” Jin Jiu Ling menawarkan diri.
“Ambil dari mana?”
“Di sini ada sebuah gudang bawah tanah untuk menyimpan arak.”
“Kau bisa masuk?”
“Mungkin tidak ada satu pun tempat di Istana Kerajaan ini yang tak bisa ia masuki sekarang!” Hua Man Lou tertawa mendengar pertanyaan Lu Xiao Feng itu.
“Benarkah?”
“Kau menyusup ke dalam Istana Kerajaan dan masih tidak tahu siapa yang baru diangkat sebagai Komandan Istana Kerajaan?” Hua Man Lou bertanya.
“Bisakah Komandan Jin membawaku ke gudang arak?” Lu Xiao Feng tertawa dan memohon. Gudang arak itu berada di dalam bangunan kecil di samping Ruang Harta. Jin Jiu
Ling membuka pintu dengan kuncinya. Seorang penjaga telah menyalakan lentera untuk mereka.
Setelah memasuki ruangan itu, mereka harus mengangkat salah satu lempengan batu dan menuruni beberapa tangga sebelum tiba di gudang arak. Dan betapa besarnya gudang arak itu!
“Jika aku seorang yang benar-benar pencandu minuman keras, maka kalian tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan tempat ini walaupun kalian menodongkan sebilah pisau di leherku!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Aku tahu banyak orang yang berpendapat bahwa kau memiliki masalah itu, tapi kau tentu saja bukan seorang pencandu minuman!” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Benarkah?”
“Kau datang ke sini hanya karena kau khawatir kalau Ye Gu Cheng akan memaksamu untuk membawanya pada XiMen ChuiXue!”
“Aku benar-benar mengkhawatirkan pertemuan 2 orang ini.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Sekali salah seorang dari mereka menghunus pedangnya, hampir tak ada orang di dunia ini yang bisa membuat mereka menyarungkannya lagi!”
“Tapi mereka akan bertemu juga cepat atau lambat!”
“Dan apa yang akan terjadi pada hari itu adalah sesuatu yang tak sanggup kubayangkan!” Lu Xiao Feng tersenyum lelah.
“Kau khawatir kalau ia akan membunuh XiMen ChuiXue?”
“Aku juga khawatir kalau XiMen ChuiXue akan membunuhnya!” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Mereka berdua adalah jago-jago pedang yang luar biasa. Jika salah satu dari mereka mati, itu adalah hal yang sangat disayangkan. Hal yang paling menakutkan adalah mereka berdua hanya tahu jurus membunuh. Sekali pedang terhunus, maka seseorang harus mati!”
“Mutlak harus mati?”
“Mmhmm!”
“Tapi tak ada yang ‘mutlak’ di dunia ini!” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Oh?”
“Ruang Harta itu tadinya dianggap ‘mutlak’ tak dapat ditembus, tapi tetap saja seseorang berhasil masuk. Ia tak mungkin turun dari langit atau muncul dari tanah, kan?” Mata Lu Xiao Feng tiba-tiba berkilauan.
“Apakah gudang arak ini berada di bawah Ruang Harta?”
“Tampaknya begitu!”
“Jika kita berdua menggali sebuah lubang di langit-langit tempat ini, tidak bisakah kita masuk ke Ruang Harta?”
Mata Jin Jiu Ling pun berkilat-kilat.

Koleksi Kang Zusi

61

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Sebelah luar gudang arak ini mungkin tidak dijaga dengan ketat, tapi orang tetap harus punya kunci untuk bisa masuk ke sini!” Jin Jiu Ling berkata.
“Apakah Jiang Chong Wei memiliki kuncinya?”
Jin Jiu Ling mengangguk.
“Tapi ia tak akan pernah memberikan kunci itu pada si Bandit Penyulam!”
“Tentu saja ia tidak, tapi orang lain kan bisa!”
“Siapa?”
“Seseorang yang dekat dengannya, seseorang yang bisa mengambil kunci itu darinya dan membuat cetakannya!”
“Menurutmu orang itu adalah Jiang Qing Xia?” Mata Jin Jiu Ling berkilauan.
“Tampaknya kau memang pantas dikenal sebagai orang yang paling cerdas di Enam
Pintu!” Lu Xiao Feng menepuk pundaknya dengan keras.
Sambil membawa sebuah kendi arak yang besar, Lu Xiao Feng kembali ke tempat teman-temannya. Ia memutuskan untuk mengadakan sebuah perayaan. Ia tidak yakin apakah ia pernah sebahagia ini sebelumnya.
“Apa yang membuat kalian begitu gembira? Apakah kalian menemukan harta di tengah gudang arak itu?” Hua Man Lou bertanya ketika mendengar suara tawa mereka. “Benar!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Harta seperti apa?”
“Seutas benang!”
“Benang? Benang macam apa?” Hua Man Lou tidak faham.
“Benang yang tak bisa kau lihat, tapi kita hanya perlu mengikuti benang ini dan kita akan dapat menemukan ekor rubah itu!”
“Rubah apa?” Hua Man Lou masih agak bingung.
“Rubah yang bisa menyulam, tentu saja!” Lu Xiao Feng tertawa.
Sekarang, akhirnya ia bisa merasa yakin akan sesuatu. Jiang Qing Xia dan si Bandit
Penyulam itu berasal dari organisasi yang sama. Maka yang harus ia lakukan adalah menemukan Jiang Qing Xia dan ia tentu akan dapat menemukan si Bandit Penyulam.
“Kau yakin bahwa kau bisa menemukan Jiang Qing Xia?”
“Sedikit.”
“Bagaimana rencanamu tentang cara mencarinya?”
“Aku berencana mencari sepasang sepatu merah. Sepasang sepatu merah yang seharusnya tidak dipakai, tapi karena sesuatu sebab tetap dipakai juga!”
“Gagasanmu makin lama semakin tidak bisa difahami!” Hua Man Lou menarik nafas dan tersenyum.
“Kujamin bahwa kau akan segera memahaminya!” Lu Xiao Feng tertawa. Tiba-tiba ia melihat bahwa seseorang telah menghilang dari ruangan itu. “Di mana Ye Gu
Cheng?”
“Ia tidak suka minum, dan tidak suka menonton orang lain minum, dan sekarang telah tiba waktunya bagi dia untuk pergi tidur!” Hua Man Lou menjawab.
“Menurutmu dia benar-benar pergi tidur?”
“Aku hanya tahu bahwa jika ia benar-benar ingin menemukan XiMen ChuiXue, maka tidak ada orang yang bisa menghentikannya!” Hua Man Lou menarik nafas lagi.
______________________________
Lu Xiao Feng tidak sering mabuk, tapi ia sering berpura-pura mabuk. Karena bila ia berpura-pura mabuk, ia bisa membuat semua suara berisik yang ia inginkan tanpa mendapat kesulitan karenanya. Hua Man Lou tidak memperdulikan suara berisik yang ia buat, tapi ini adalah Istana Kerajaan, ia tidak ingin Lu Xiao Feng merusak
‘periuk nasi’ Jin Jiu Ling.
Lu Xiao Feng mengetuk-ngetukkan sumpitnya pada cangkir arak untuk membuat irama. Koleksi Kang Zusi

62

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Sungai Kuning mengalir di antara awan-awan putih,
“Benteng yang sunyi bertengger di atas gunung yang bagaikan golok.
“Mengapa seruling harus menggunakan pohon willow untuk mengucapkan selamat tinggal, “Angin musim semi tak bisa melewati Gerbang Yu Men.”
Itu adalah syair terkenal dari penyair dinasti Tang, Wang Zhi Huan, dan kebetulan juga merupakan puisi kesukaan Majikan Benteng Awan Putih Ye Gu Cheng. Jelas ia masih sedang memikirkan tentang Ye Gu Cheng. Jelas, ia masih belum mabuk.
{Saya minta maaf untuk terjemahan kasar dari puisi yang indah ini. Bagi yang memahami bahasa China:
Huang He yun shang bai yun bian,
Yi pian gu cheng wan ren shan.
Qiang di he xu chou yang liu,
Chun feng bu du yu men guan.
Puisi ini adalah salah satu puisi terbesar dan paling terkenal di China. Isinya sebenarnya ada kaitannya juga dengan Ye Gu Cheng. “Gu Cheng” dalam nama Ye
Gu Cheng berarti “benteng/kota yang sunyi” dan nama julukannya cocok benar dengan puisi ini. Gerbang Yu Men sendiri adalah simbolis dan merupakan gerbang yang paling sering disebut-sebut dalam puisi China. Letaknya di pertemuan antara
Tembok Besar dan Sungai Kuning. Isi puisi ini juga menyiratkan karakter Ye Gu
Cheng. Bila baris-baris terakhir bicara tentang bagaimana angin musim semi tidak pernah melewati Gerbang Yu Men, ini berarti bahwa pohon willow tidak akan pernah tumbuh subur, karena tak ada Musim Semi.}
Ia selesai menyanyikan satu puisi dan berpindah ke puisi yang lain. Seolah-olah ia sedang merasa gatal untuk menyanyikan puisi-puisi itu dengan suara keras.
“Kau bilang seseorang sedang menunggumu di luar, siapakah dia?” Hua Man Lou tiba-tiba bertanya.
Lu Xiao Feng berhenti bernyanyi. Tentu saja ia tidak benar-benar mabuk, tapi Xue
Bing mungkin saja. Bila seseorang sedang cemas dan kesal, sangat mudah baginya untuk mabuk. Lu Xiao Feng melompat bangkit dan berlari keluar.
“Menurutmu, siapa yang sedang menunggunya di luar?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Pasti Xue Bing!” Hua Man Lou bahkan tidak perlu berfikir sama sekali.
“Tentu saja!”
“Aku tahu kalau Xue Bing sangat menyukainya, dan ia juga selalu menyukai Xue
Bing!”
Tapi Xue Bing tidak menunggunya di penginapan. Kenyataannya, ia malah belum kembali ke sana sejak mereka berpisah. Lu Xiao Feng tahu bahwa, saat ini, hanya ada satu cara baginya untuk menemukan Xue Bing – Raja Ular. Kali ini ia tidak membutuhkan seseorang untuk menunjukkan jalan.
Malam telah larut, tapi Raja Ular masih belum tidur. Ia pun tidak terkejut saat melihat Lu Xiao Feng.
“Aku sedang menantikanmu!”
“Kau sedang menungguku? Kau tahu aku akan datang ke sini?”
Raja Ular mengangguk.
“Xue Bing tadi ke mari?” Ia bertanya lagi.
Raja Ular mengangguk lagi.
“Ia lama berada di sini, minum. Minum yang banyak. Dan ia pun banyak bicara!”
“Apa yang ia katakan?”
“Ia bilang bahwa kau seorang bajingan, dan bahwa kau sama sekali bukan manusia.”
Walau ia tersenyum, tanda-tanda kecemasan terlihat jelas dari senyumannya.
“Ia tentu mabuk!” Lu Xiao Feng tersenyum sabar.
“Tapi ia tetap bersikeras ingin pergi, ia ingin mencarimu. Aku tak bisa menghentikannya, tapi aku pun tak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Maka aku

Koleksi Kang Zusi

63

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hanya bisa mengutus 2 orang untuk membuntutinya dan melindunginya kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi!”
“Apakah kedua orang itu telah kembali?”
“Mereka tak akan kembali!” Raja Ular menarik nafas.
“Mengapa tidak?” Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah.
“Seseorang telah menemukan mayat mereka, tapi Nona Xue tidak terlihat di manamana!” Ekspresi wajah Raja Ular pun tampak sangat serius.
Mayat-mayat itu ditemukan di sebuah gang yang gelap. Luka yang mematikan tampak di mata mereka. Saat mereka mati, mereka telah buta.
“Bandit Penyulam!” Tubuh Lu Xiao Feng menjadi dingin. Mungkinkah Xue Bing telah jatuh ke tangan Bandit itu? Mungkinkah ia tahu bahwa Lu Xiao Feng telah menemukan rahasianya? Paling tidak hal ini membuktikan satu hal – petunjuk yang ditemukan Lu Xiao Feng itu benar! Berhasil menemukan sebuah fakta dalam awan keraguan dan kebimbangan yang bergolak seharusnya merupakan hal yang menggembirakan. Tapi Lu Xiao Feng merasa seolah-olah hatinya telah tenggelam hingga ke ujung kakinya dan terinjak oleh dirinya sendiri. Tiba-tiba ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Xue Bing ternyata lebih kuat daripada yang ia kira.
Sekembalinya ke paviliun kecil itu, ia menemukan Raja Ular masih menunggunya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Raja Ular menuangkan secangkir arak dan memberikannya padanya. Lu Xiao Feng mengangkat cangkir itu, tapi kemudian meletakkannya kembali.
“Kau tidak ingin minum?”
“Aku hanya ingin meringankan kepalaku sedikit!” Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. Senyumannya membuatnya tampak seperti sedang menangis. Raja Ular tak pernah melihatnya demikian sedih sebelumnya.
“Aku punya lebih dari 3000 orang saudara yang bekerja untukku, selama Nona Xue masih berada di dalam kota ini, aku akan menemukannya!” Kata-katanya itu tidak bermaksud sekedar untuk menghibur Lu Xiao Feng, ia benar-benar memiliki kekuasaan sebesar itu. Tapi, saat ia menemukan Xue Bing, tubuh gadis itu pun mungkin sudah dingin.
“Pernahkah kau dengar tentang seorang laki-laki berjenggot yang bisa menyulam?”
Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
“Walaupun tidak pernah, kurasa kau datang ke sini karena urusan ini!” Raja Ular menggeleng. “Kedua orangmu itu mati di tangan orang ini, maka….”
“Jadi kau khawatir kalau Nona Xue juga telah jatuh ke tangan orang ini?”
Lu Xiao Feng mengangkat cangkir itu sekali lagi.
Tapi kali ini Raja Ular yang menghentikannya.
“Jika kau benar-benar ingin meringankan kepalamu sedikit, maka cara terbaik adalah tidur sebentar!”
“Jika kau adalah aku, bisakah kau tidur?” Lu Xiao Feng tersenyum letih.
“Aku tidak pernah tidur satu malam pun dalam 10 tahun ini,” Raja Ular tersenyum letih juga. “Ini adalah sebuah penyakit juga. Tapi penyakit ini telah membuatku jadi ahli dalam masalah ini, maka aku punya obat khusus untuk masalah tersebut.”
Obat itu adalah semacam bubuk putih yang berada di dalam sebuah botol giok berwarna hijau dan transparan. Raja Ular menuangkannya sedikit ke dalam arak.
“Kau bisa duduk di sini dan menatap hampa selama 10 tahun lagi dan kau tetap tak akan berhasil menyelamatkan Nona Xue. Tapi jika kau bisa tidur sebentar dan meringankan segala fikiranmu, mungkin kau bisa menemukan sebuah cara untuk menyelamatkannya.” Lu Xiao Feng bimbang sebentar sebelum akhirnya meneguk arak itu.
______________________________

Koleksi Kang Zusi

64

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Saat ia bangun, hari telah siang, sinar matahari menembus masuk melalui tirai sutera hijau itu. Raja Ular sedang duduk di bawah tirai dan, dengan sehelai kain yang berwarna putih seperti salju, sedang menggosok sebatang pedang hingga mengkilap. Sebatang pedang yang sangat tipis dan sempit yang terbuat dari besi bermutu tinggi yang telah ditempa sebanyak ratusan kali. Pedang ini bisa dililitkan di pinggang seperti sebuah ikat pinggang. Inilah senjata Raja Ular yang terkenal:
“Pedang Ular Gesit”.
“Apa yang sedang kau lakukan?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya sambil duduk. “Aku sedang menggosok pedangku.”
“Tapi sudah 10 tahun kau tidak pernah menggunakan pedang itu lagi.”
“Aku sedang menggosoknya, aku tidak bermaksud menggunakannya.”
Ia tidak memandang mata Lu Xiao Feng, seakan-akan ia khawatir kalau Lu Xiao Feng nanti menemukan sebuah rahasia tertentu. Walau bermandikan sinar matahari, air mukanya tetap tampak pucat pasi. Hanya orang-orang yang benar-benar menderita insomnia (penyakit tak bisa tidur) yang bisa tahu betapa menakutkan dan betapa menyakitkan penyakit itu. Ini bukanlah sebuah penyakit lagi, tapi sebuah hukuman dan siksaan yang lebih mengerikan daripada penyakit mana pun. Orang ini telah tersiksa selama 10 tahun.
Lu Xiao Feng menatapnya.
“Dan aku tak pernah bertanya tentang masa lalumu!” Ia akhirnya berkata lambatlambat setelah beberapa lama.
“Memang tidak.”
“Aku tidak bertanya, mungkin hanya karena aku telah tahu!”
“Apa yang kau ketahui?” Ekspresi wajah Raja Ular segera berubah.
“Aku tahu kau dulu bukanlah si Raja Ular. Seorang sepertimu tidak akan pernah menjadi seorang Raja Ular jika kau tidak berusaha menghindar dari sesuatu yang sangat menyakitkan.”
“Menjadi Raja Ular bukanlah hal yang aneh,” Raja Ular menjawab dengan dingin.
“Bisakah kau katakan bahwa hidupku tidak jauh lebih nyaman daripada sebagian besar manusia di dunia ini?”
“Tapi kau bukanlah orang seperti ini. Jika bukan karena melarikan diri dari sesuatu, kau tak akan pernah bersembunyi di gang-gang gelap di kota ini!”
“Jadi orang seperti apakah aku ini?”
“Aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa kau adalah sahabatku. Dan di antara sahabat seharusnya hanya ada kejujuran!”
Air muka Raja Ular tampak bertambah pucat sebelum ia tiba-tiba menarik nafas lelah. “Seharusnya kau tidak bangun begitu cepat!”
“Tapi aku telah bangun sekarang!”
“Menurutmu, aku melarikan diri dari apa?”
“Kebencian dan balas dendam! Tidak banyak hal di dunia ini yang bisa menyebabkan rasa sakit seperti yang dilakukan oleh perasaan benci!”
Ekspresi wajah Raja Ular benar-benar tampak merasa sakit.
“Kau datang ke sini untuk melarikan diri dari kebencian itu dan menyembunyikan dirimu dalam gang-gang gelap di kota ini. Karena kau tahu bahwa musuhmu tak pernah mengira bahwa kau akan menjadi si Raja Ular.”
Raja Ular ingin menyanggahnya, tapi ia tidak membuka mulutnya.
“Tapi kau pun tak pernah melupakan kebencian ini. Itulah sebabnya, segera setelah mendapat kesempatan, kau akan menyelesaikan seluruh urusan itu!” Tiba-tiba ia berjalan menghampiri, meletakkan tangannya di pundak Raja Ular, menatap lurus ke matanya, dan berkata, sambil menekankan setiap kata. “Apakah kau menemukan kesempatanmu sekarang? Apakah kau mendapatkan keterangan tentang

Koleksi Kang Zusi

65

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. keberadaan musuhmu?”
Mulut Raja Ular tetap tertutup, tapi ekspresi wajahnya tampak semakin sakit!
“Siapakah musuhmu itu? Apakah orang itu berada di kota ini?”
Mulut Raja Ular masih tetap terkunci.
“Kau tidak perlu memberitahuku, tapi aku pun tak akan membiarkanmu pergi.”
“Sudah cukup banyak hal yang harus kau khawatirkan, mengapa kau masih turut campur dalam urusan orang lain?” Raja Ular bertanya dingin dengan wajah yang kaku. “Aku tahu betul bahwa kau tidak ingin orang lain membalas budi baikmu, itulah sebabnya kau tidak mau bercerita padaku.”
Raja Ular menutup mulutnya lagi.
“Dan aku pun tidak ingin membalas budimu, aku hanya ingin berjual-beli denganmu!” “Berjual-beli apa?” Raja Ular tak tahan untuk tidak bertanya.
“Biarkan aku berurusan dengan orang itu untukmu, dan kau mencari Xue Bing untukku!” “Kau benar,” Raja Ular mengepalkan tinjunya dengan erat, tapi tangannya yang kurus dan pucat tak berhenti bergetar. “Aku punya seorang musuh, dan memang ada sebuah urusan yang belum terselesaikan antara aku dan orang itu.”
“Jadi dugaanku benar!”
“Karena hal ini adalah urusan pribadiku, mengapa aku harus membiarkanmu menggantikanku?” Raja Ular mendengus.
“Karena tanganmu gemetaran,” Lu Xiao Feng balas mendengus. “Karena selama 10 tahun ini kau sakit, karena kau telah tersiksa hingga ke titik di mana kau bahkan tidak tampak seperti seorang manusia lagi. Karena jika kau pergi sekarang, itu sama saja dengan bunuh diri!”
Tubuh Raja Ular yang kaku tiba-tiba menjadi lemas di kursinya, seolah-olah seluruh tubuhnya telah melunglai.
Tapi Lu Xiao Feng masih belum melunak. “Mungkin itulah yang kau inginkan, mati.
Karena kau merasa bahwa hidup terus adalah jauh lebih menyakitkan daripada mati.
Tapi aku tidak ingin melihatmu mati di tangan orang itu, dan tidak ingin melihat orang yang menghukummu hingga menderita seperti ini hidup di dunia ini.” Ia menggenggam tangan Raja Ular yang dingin dengan erat dan meneruskan, sambil menekankan setiap patah katanya. “Karena kita bersahabat!”
Raja Ular memandang matanya, tiba-tiba air matanya mulai mengucur seperti pancuran. “Pernahkah kau melihat isteriku? Tentu saja belum. Maka kau juga tak akan pernah tahu betapa hangat dan lembutnya dia sebagai seorang wanita.” Ia bergumam.
“Pernahkah kau melihat kedua puteraku? Mereka adalah anak-anak yang cerdas dan lucu, mereka baru berumur 5 dan 6 tahun….”
“Mereka tewas di tangan manusia itu?” Lu Xiao Feng bertanya dengan rahang terkatup rapat.
“Ia bukan manusia!” Raja Ular mulai sesenggukan lagi, suaranya semakin serak.
“Hatinya lebih berbisa daripada ular atau kalajengking, sifatnya juga lebih kejam daripada monster. Mungkin ia adalah seorang setan betina yang telah melarikan diri dari neraka jahanam!”
“Ia seorang wanita?”
Raja Ular mengangguk.
“Siapa namanya?”
“Nyonya Pertama Gong Sun.”
Raja Ular menjelaskan lagi. “Namanya yang sebenarnya adalah Gong Sun Lan, ‘Lan’ seperti dalam anggrek. Menurut kabar burung, ia adalah keturunan dari si cantik yang termasyur Nyonya Pertama Gong Sun di jaman awal Dinasti Tang. Maka orang-

Koleksi Kang Zusi

66

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. orang yang mengenalnya semua memanggilnya Nyonya Pertama Gong Sun juga.”
“Tapi aku tidak mengenalnya, aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.”
“Ia tidak terkenal, ia juga tidak ingin terkenal. Menurutnya, kemasyuran itu hanya akan membawa kesulitan.”
“Paling tidak ia tentu seorang wanita yang sangat cerdas.” Desah Lu Xiao Feng.
Siapa lagi yang lebih tahu tentang kesulitan dan kecemasan yang datang bersamaan dengan kemasyuran selain dari Lu Xiao Feng?
“Tapi ia menggunakan banyak nama alias, nama-nama itulah yang mungkin kau kenal!” “Oh?”
“Wanita Penjagal, Lebah Bunga Persik, Wanita Lima Racun, Nenek Perampas Jiwa….
Kau tentu telah mendengar semua nama ini sebelumnya!”
“Mereka semua itu adalah dia?” Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah.
“Semuanya.”
“Tampaknya ia benar-benar seorang wanita yang sangat hebat dan menakutkan.” Lu
Xiao Feng menarik nafas dan bertanya. “Jika gerak-geriknya begitu rahasia, lalu bagaimana caramu menemukannya?”
“Aku tidak menemukan dia, dialah yang menemukan aku.” Raja Ular memasukkan tangannya ke dalam bajunya dan mengeluarkan sehelai amplop yang tadinya tergulung kusut tapi kemudian dilicinkan kembali.
“Aku tahu siapa dirimu, dan aku juga tahu kau tentu benar-benar ingin menemuiku.
Saat senja hari bulan purnama, aku akan menunggumu di Gerbang Barat. Sebaiknya kau datang membawa beberapa keping uang perak dan mengundangku untuk menikmati masakan sayur-sayuran yang terkenal di sana.”
Tulisan tangan itu sangat rapi, sangat indah. Di bagian bawah di mana orang biasanya mencantumkan tanda-tangannya, malah terdapat gambar sebatang bunga anggrek. “Ia memberikan surat ini pada salah satu anak-buahku yang berada di bagian selatan kota dengan instruksi menyerahkannya langsung padaku!”
“Ia tidak memberikan surat ini langsung padamu, mungkin karena ia tidak tahu di mana kau tinggal!” Lu Xiao Feng termenung setelah berfikir sebentar.
“Memang tidak banyak orang yang bisa sampai ke tempatku yang kecil ini!”
“Gerbang Barat, apakah itu Pintu Gerbang Barat di mana ada sebaris pohon plum di sebelah dalamnya?”
“Ya.”
“Dan hari ini adalah hari bulan purnama?”
“Hari ini tanggal 15.”
“Ia mengatur pertemuan itu pada malam hari, sekarang masih pagi dan kau telah bersiap-siap untuk pergi?”
“Kau fikir sekarang ini waktu apa? Pagi?”
Lu Xiao Feng tiba-tiba melihat bahwa sinar matahari di luar sana mulai pudar, ternyata matahari sudah hampir terbenam.
“Dosis obat itu sebenarnya cukup untuk membuatmu tidur sampai besok pagi, tapi tampaknya tidak ada obat yang cukup kuat untukmu.”
“Mungkin karena aku benar-benar sudah hampir mati rasa.” Lu Xiao Feng tersenyum sabar. “Aku tahu kalau aku benar-benar bukan tandingannya,” Raja Ular memandang Lu
Xiao Feng. “Tapi kau….”
“Kau tidak perlu mencemaskanku, aku pernah bertemu dengan orang-orang yang 10 kali lebih menakutkan daripada dia dan aku masih bisa berada di sini.” Ia tidak membiarkan Raja Ular menjawab dan meneruskan. “Tapi masih ada satu hal yang membuatku khawatir!”
“Apa?”

Koleksi Kang Zusi

67

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku khawatir kalau aku tak dapat menemukannya. Karena ia memiliki segala macam nama yang berbeda, maka ia tentu memiliki segala macam wujud yang berbeda-beda pula. Di samping itu, semua wanita hanya perlu mengganti pakaiannya dan mereka akan tampak benar-benar berbeda.”
“Keahlian menyamarnya memang benar-benar luar biasa dan ia sangat jarang memperlihatkan wajahnya yang asli pada orang lain. Tapi ia memiliki sebuah cacat, selama kau tahu cacat ini, maka kau akan selalu dapat mengenalinya!”
Tampaknya setiap wanita memang memiliki semacam cacat.
“Apa cacatnya?” Lu Xiao Feng cekikikan sedikit.
“Cacatnya sangat luar biasa.” Tampaknya, semakin cerdas dan cantik wanita itu, semakin luar biasa pula cacatnya. “Ia memiliki sebuah kebiasaan. Tak perduli apa pun yang ia pakai, tak perduli ia sedang menyamar jadi apa, sepatu yang ia kenakan tidak pernah berubah!”
“Sepatu macam apa yang ia kenakan?” Mata Lu Xiao Feng tampak berkilauan.
“Sepatu merah!”
Lu Xiao Feng tersentak.
“Sepatu sulam berwarna merah darah, seperti yang dipakai oleh pengantin di hari pernikahannya. Kecuali bukan angsa yang tersulam di sepatu itu, tapi burung hantu!” Bab 6: Cara Meloloskan Diri Yang Cerdik
Gerbang Barat terletak di bagian barat kota. Tempat itu adalah sebuah taman bunga dan kebun yang amat besar. Matahari telah terbenam, di bawah naungan pohon, di dalam pondok-pondok dan paviliun, menyala sejumlah lentera yang terang seperti bintang. Bersama hembusan angin malam, tercium harum bunga, dan juga bau arak. Bulan tampak bundar seperti sebuah cermin yang bergelantungan di salah satu pohon. Dua batang pohon kapas berwarna merah seperti buah cherry saling bertautan dengan akar yang saling mengait, dan berdiri miring satu sama lain, seperti dua orang kekasih yang saling berpelukan dengan lembutnya.
Lu Xiao Feng tiba-tiba teringat pada Xue Bing lagi. Bila Xue Bing muncul di dalam fikirannya, seakan-akan seseorang telah menusuk hatinya dengan sebatang jarum.
Ia bukanlah orang yang tidak berperasaan, tapi ia juga tahu bahwa ini bukanlah saatnya untuk bersedih. Ia telah berjalan mengelilingi taman itu sebanyak satu kali.
Malam itu tidak banyak tamu wanita di tempat itu, tapi ia masih harus mencari seorang wanita yang mengenakan sepatu merah. Tetapi ia tidak menjadi gelisah.
Karena Gong Sun Lan tidak tahu bahwa ada seseorang seperti Lu Xiao Feng yang sedang mencarinya di taman ini. Ini tentu saja memberi keuntungan baginya. Bulan yang berbentuk seperti piring dingin telah beranjak naik semakin tinggi di langit malam. Sinar bulan yang kabur dan samar-samar tampak cukup indah untuk memikat hati manusia. Jika Xue Bing berada di sisinya, ia tentu akan merengek minta dicarikan tempat duduk dan minta dipesankan seporsi besar masakan yang terkenal di tempat ini.
Di depan orang lain, ia selalu bersikap sangat pemalu, wajahnya memerah sebelum ia bisa mengucapkan sepatah kata pun. Tapi bila bersama Lu Xiao Feng, maka ia tiba-tiba seperti berubah menjadi seorang anak kecil yang manja. Meributkan tentang satu hal sebentar, selanjutnya mengomel tentang hal lain, hampir tidak ada saat-saat yang damai di antara mereka. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari sesuatu – ia menyukai omelan gadis itu, suka mendengar omelannya, melihatnya mengomel, suka melihatnya melakukan suatu kenakalan di depannya, suka….
Ia berhenti melamun lebih jauh. Ia bersiap-siap untuk berjalan ke arah lain.
Tepat saat ia hendak berputar, tiba-tiba ia melihat seorang nenek berjalan keluar dari bawah naungan sebatang pohon. Ia adalah seorang nenek yang sangat tua dan

Koleksi Kang Zusi

68

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mengenakan gaun atau jubah hijau yang telah ditambal lebih dari seratus kali. Di atas punggungnya seperti ada sebuah batu karang raksasa yang membuat tubuhnya jadi bungkuk.
Maka, bila ia berjalan, ia selalu terbungkuk-bungkuk seperti sedang mencari sesuatu di atas tanah. Sinar bulan menerangi wajahnya dan tampaklah wajah yang penuh keriput, seperti sehelai kertas kapas yang telah digulung-gulung tapi kemudian dilicinkan kembali.
“Kacang gula!” Di tangannya tergantung sebuah keranjang bambu yang tertutup oleh sehelai kain katun yang sangat tebal. “Kacang goreng gula yang segar, lezat dan masih panas. Hanya sepuluh sen sekatinya!”
Wanita tua yang miskin dan kesepian serta telah memasuki usia senja ini masih perlu keluar dan berteriak sekeras mungkin dengan suaranya yang serak itu untuk menjual kacang gulanya.
Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa sangat iba padanya, ia memang seorang laki-laki yang penuh perasaan belas kasih.
“Nenek, ke sinilah, aku beli dua kati.” Kacang itu benar-benar harum aromanya dan panas, dan juga segar, persis seperti yang ia teriakkan tadi.
“Kau bilang tadi harganya sepuluh sen sekatinya?”
Nenek itu mengangguk, ia masih terbungkuk-bungkuk, seakan-akan ia sedang tertarik pada sepatu Lu Xiao Feng, padahal itu terjadi karena ia tidak bisa berdiri tegak lagi.
“Tidak, sepuluh sen sekati tidaklah mungkin!” Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya. “Hanya sepuluh sen, Tuan, menurutmu itu masih terlalu mahal?”
“Kacang yang begini bagus harganya paling tidak 10 tael perak sekati dan aku tidak mau membayarnya kurang dari satu sen pun!”
Si nenek tersenyum. Senyuman itu membuat keriput di wajahnya makin kelihatan. –
Apakah orang ini memang dungu ataukah ia seorang yang benar-benar amat kaya?
“Sepuluh tael perak sekati, jika kau mau menjualnya dengan harga itu, maka aku akan membeli dua kati darimu.”
Tentu saja si nenek setuju.
“Aku bahkan mau menjualnya dengan harga 20 tael perak sekati!” Mengapa orang semakin tamak bila mereka semakin tua?
“Tapi aku membutuhkan bantuanmu!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Tuan, apa yang bisa dibantu oleh sekantung tulang tua seperti diriku ini?” Si nenek balas tersenyum secara sekilas.
“Hanya kau yang bisa melakukan ini!”
Mengapa?
“Karena kau terbungkuk-bungkuk seperti itu sehingga kau seolah-olah sedang mencari sesuatu di atas tanah.” Lu Xiao Feng tersenyum. “Aku butuh bantuanmu untuk menemukan sesuatu!”
Menemukan apa?
“Aku ingin kau menemukan seorang wanita yang memakai sepasang sepatu merah untukku. Bukan sepatu merah biasa, tetapi sepasang sepatu merah dengan sulaman burung hantu di atasnya.”
Si nenek pun tersenyum. Tak ada yang lebih cocok untuk diminta dari seseorang seperti dia. Bahkan jika ia merunduk-runduk di bawah pakaian orang lain, tak ada orang yang akan curiga padanya.
Ia mengambil uang 20 tael perak itu. Senyumannya begitu lebar sehingga matanya hanya tampak seperti dua garis yang tipis.
“Tunggulah di sini, Tuan, aku akan memberitahumu setelah aku menemukannya.”
“Jika kau bisa menemukannya, maka aku akan membeli 5 kati lagi darimu saat kau kembali nanti.”

Koleksi Kang Zusi

69

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Si nenek meneruskan langkahnya dengan gembira. Lu Xiao Feng juga merasa bahagia, bukan hanya bahagia, tapi juga bangga. Hanya orang cerdas seperti dirinya yang bisa memikirkan cara yang demikian cerdik. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ia adalah seorang yang jenius. Tapi ia lupa sesuatu – hidup orang-orang jenius biasanya singkat!
Kacang itu masih panas, panas dan mengundang air liur. Lu Xiao Feng memutuskan untuk memberi selamat pada dirinya sendiri atas kerja kerasnya. Ia menemukan sebuah batu cadas yang besar dan relatif bersih untuk diduduki. Setelah duduk, ia membuka kulit sebutir kacang dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya ketika ia tiba-tiba teringat lagi pada Xue Bing. Xue Bing sangat suka makan kacang.
Pada hari yang dingin, ia selalu meletakkan kacang di pangkuannya dan menggunakannya untuk menghangatkan tangannya sebelum memakan kacang itu satu demi satu. Sekali waktu saat Lu Xiao Feng bertemu dengannya, ia sedang asyik makan kacang.
Hari itu sangat dingin. Tangan Lu Xiao Feng rasanya seperti akan buntung dalam hawa yang dingin membeku itu. Gadis itulah yang menggenggam tangannya dan meletakkannya di atas pangkuannya. Bahkan hingga saat ini, kehangatan yang manis itu tampaknya masih terasa di ujung jari Lu Xiao Feng. Tapi di manakah si dia sekarang berada? Bagaimana mungkin Lu Xiao Feng sanggup memakan kacang ini?
Dari balik semak-semak bunga di kejauhan sana, sebuah suara nyanyian yang sedih dan memilukan terdengar mengalun di udara malam.
“Rambut hitam acak-acakan, malam yang telah hening larut, alis mata yang membawa kebencian memikirkan bukit-bukit di kejauhan, tunas bambu yang sedang tumbuh membawa keharuman, untuk siapakah air mata mengalir, untuk siapakah air mata terbagi?”
Suara nyanyian yang indah itu penuh dengan semacam kenangan yang tebal dan tak dapat ditembus.
Lu Xiao Feng menarik nafas dengan lembut. Kacang-kacang yang tadinya berada di tempatnya karena tertahan oleh sabuk yang diletakkan di atas pangkuannya, sekarang jatuh ke tanah dan berserakan. Bahkan ia sendiri tidak menyadari bahwa ia adalah orang yang demikian sentimentil dan mudah gelisah.
Ia bersandar pada sebatang pohon di samping batu cadas yang ia duduki dan menutup matanya.
“Bagaimana jika aku tidak pernah menemukannya lagi?”
Tiba-tiba ia merasa amat tertekan dan putus asa, bahkan tidak ingin bergerak sedikit pun. Tubuhnya sama sekali tak bergerak sehingga ia mirip seperti orang mati. Saat itulah nenek penjual kacang tadi muncul kembali dari balik kegelapan. Mata Lu Xiao
Feng tidak sepenuhnya tertutup, matanya masih terbuka sedikit seperti sebuah garis tipis. Reaksi awalnya adalah ia akan duduk dan bertanya pada si nenek apakah ia telah menemukan wanita bersepatu merah itu. Tapi tiba-tiba, ia melihat bahwa matanya yang tadi tua dan kabur sekarang berkilauan dengan sinar setajam pisau, sinar pembunuh. Seorang nenek seperti ini seharusnya tidak memiliki sinar mata seperti itu. Jantung Lu Xiao Feng tiba-tiba seperti tertusuk oleh seberkas cahaya, cahaya inspirasi. Ia menahan nafasnya. Nenek itu memandang padanya, memandang pada kacang-kacang yang berserakan di atas tanah, pada bibirnya yang kering, di mulutnya mulai tersungging sebuah senyuman yang menyeramkan dan keji. Di bawah bayang-bayang pepohonan, air muka Lu Xiao Feng tampak pucat pasi.
“Kacang yang begini enak,” si nenek bergumam. “Satu saja cukup untuk membunuh paling sedikit 3 orang, sayang sekali kalau membiarkannya berserakan saja di sini.”
Maka ia berjalan menghampiri dengan terpincang-pincang. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa walaupun jalan si nenek lambat dan canggung, langkah kakinya

Koleksi Kang Zusi

70

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sangat ringan. Pakaian yang ia kenakan pun begitu panjangnya hingga terseret-seret di tanah, menutupi kakinya. Sepatu macam apakah yang ada di kaki itu? Lu Xiao
Feng tiba-tiba membuka matanya, menatap si nenek. Anehnya, si nenek tidak terkejut, paling tidak Lu Xiao Feng tak melihat tanda-tanda kekagetan di wajahnya.
Ia benar-benar seorang wanita yang tak mudah tergoyahkan dan dapat mempertahankan sikapnya dan tersenyum seperti saat mereka bertemu pertama kalinya tadi.
“Tampaknya tidak ada perempuan bersepatu merah di sekitar sini, tapi ada dua orang yang bersepatu kuning dan ungu!”
Lu Xiao Feng membalas senyumannya.
“Di sini ada seorang wanita bersepatu merah, aku telah menemukannya!”
“Tuan telah menemukannya? Di mana Tuan menemukannya? “
“Di sini. Kamu!”
“Saya?” Si nenek memandangnya dengan heran. “Mengapa seorang nenek tua sepertiku memakai sepatu merah?”
“Mataku bisa menembus benda-benda.” Lu Xiao Feng berkata seenaknya. “Dan aku bisa melihat saat ini juga sepatu merah itu ada di kakimu, dan burung hantu itu tersulam di sepatu tersebut!”
Nenek itu tiba-tiba tertawa. Tawanya terdengar seperti suara denting lonceng perak, bukan, bahkan jauh lebih merdu di telinga daripada suara lonceng perak.
“Kau tidak memakan kacang gulaku?”
“Tidak.”
“Kacang goreng gula yang begitu lezat, mengapa kau tidak memakannya?”
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Karena aku seorang yang romantis!”
“Orang yang romantis tidak makan kacang gula?” Si nenek mengedip-ngedipkan matanya. “Kadang-kadang ya, tapi hanya yang tidak beracun.”
Si nenek tertawa, tawa yang bunyinya seperti suara denting lonceng perak.
“Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng!”
“Kau tahu bahwa aku adalah Lu Xiao Feng?”
“Berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki 4 alis di wajahnya?” Ia tertawa.
Lu Xiao Feng pun tertawa. Tawanya, tentu saja, tidak menggelitik seperti suara si nenek, ini karena ia bukan benar-benar sedang tertawa. Ia tahu kalau si nenek hendak menyerang, dan juga tahu bahwa serangan ini tidak akan mudah dihadapi.
Ia benar.
Tepat saat ia mulai tertawa, si nenek mengeluarkan sepasang pedang pendek, belati, dari keranjangnya, pedang dengan seutas selendang sutera berwarna merah menyala terikat pada gagangnya. Tepat saat ia melihat pedang itu, kedua bilah pedang itu pun berkilauan dan telah tiba di tenggorokannya. Serangan yang demikian cepat! Pedang yang begitu cepat!
Lu Xiao Feng tidak berani menangkap pedang itu dengan tangannya, ia khawatir kalau badan pedang telah dilumuri dengan racun. Biasanya ia merupakan orang yang suka seenaknya dan acuh tak acuh, tapi di saat-saat genting antara hidup dan mati, tidak banyak orang yang lebih bijak dan teliti daripada dirinya bisa ditemukan di dunia ini. Seperti seekor ikan yang sedang berenang, tiba-tiba ia melayang menjauh. Bukan hanya reaksinya cepat, gerakan itu sendiri bahkan lebih cepat. Tapi tidak perduli ke mana pun ia pergi, kilauan pedang yang terang dan menari-nari itu tetap mengikutinya.
Kilauan pedang itu berwarna-warni dan berkerlap-kerlip, di bawah hawa pedang yang dingin dan tak kenal belas kasihan itu, daun-daun di pepohonan rontok dari dahannya dan perlahan-lahan melayang turun ke tanah hanya untuk dicabik-cabik sesaat kemudian oleh kilatan pedang itu. Tubuh Lu Xiao Feng telah basah kuyup oleh

Koleksi Kang Zusi

71

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. keringat. Ia dulu beranggapan bahwa XiMen ChuiXue dan Ye Gu Cheng adalah jagojago pedang yang paling menakutkan di dunia persilatan, tapi ia tidak membayangkan bahwa ada seseorang seperti ini di dunia.
“Gong Sun si Cantik dari Masa Lampau, tarian pedangnya bergerak ke segala penjuru, para penonton seperti gunung yang kehilangan warnanya dalam kesedihan, dunia mengaku kalah dan tunduk untuk selamanya.”
“Indah seperti Yi yang melesat di antara 9 matahari, angkuh seperti kaisar yang melompat naik ke atas punggung naga, datang seperti guntur yang keras dan mengguncangkan dunia, pergi seperti murninya air sungai dan samudera….”
Mungkin tidak ada penonton yang seperti gunung di sini, tapi wajah Lu Xiao Feng memang telah kehilangan warnanya. Bahkan bulan purnama yang terang benderang pun kehilangan sinar dan warnanya di bawah hawa pedang yang membekukan ini.
Mungkinkah ini tarian pedang yang dulu diajarkan Nyonya Gong Sun Cui di jaman dulu pada murid-muridnya?
Baru sekarang Lu Xiao Feng benar-benar menyadari bahwa sutera dan pedang tidak hanya bisa digunakan dalam tarian untuk menghibur orang, tapi juga bisa digunakan untuk membunuh. Kapan saja ia bisa terbunuh oleh pedang-pedang ini.
Mengendalikan pedang-pedang itu dengan kain sutera merah ternyata membuat pedang-pedang itu jauh lebih cepat dan gerakannya jauh lebih lincah daripada hanya menggunakan tangan. Dan kecepatan pedang-pedang itu dalam perubahan gerakan dan variasinya benar-benar amat membingungkan.
Baju Lu Xiao Feng telah robek di beberapa tempat dan sekarang punggungnya pun terpaksa telah mepet pada sebatang pohon.
“Sing!” Suara desing terdengar saat pedang-pedang itu terbang membelah udara seperti sepasang naga merah yang memburu ke arahnya. Kali ini tak ada lagi tempat untuk melarikan diri baginya.
Sudut bibir Nyonya Pertama Gong Sun sekali lagi membentuk sebuah senyuman yang keji. Tapi ia pun tahu bahwa kemampuan terbaik Lu Xiao Feng adalah menemukan cara untuk bertahan hidup dalam situasi yang amat genting. Tiba-tiba tubuh Lu Xiao Feng merosot turun di batang pohon seperti seekor ular, dan terus merosot sampai ke tanah.
“Duk!” Badan pedang itu telah mengenai batang pohon dan menancap di dalamnya.
Saat itulah Lu Xiao Feng melompat bangkit dari tanah dan, dengan sebuah sentilan tangannya, memotong jadi dua selendang sutera yang terikat pada gagang pedang itu! Ini sama saja seperti memotong tangan yang memegang kedua pedang itu.
Tubuh Nyonya Pertama Gong Sun pun melayang dan ia berjumpalitan di udara, membuat gaunnya yang panjang itu berkibar-kibar. Akhirnya, Lu Xiao Feng melihat sepatunya. Sepatu merah!
Bulan yang terang benderang masih bergantung di tengah angkasa, sepatu merah itu hanya terlihat sekilas dalam sinar bulan sebelum tubuh wanita itu melesat pergi sejauh 10 meter lebih. Tentu saja Lu Xiao Feng tidak mau membiarkannya pergi seperti itu. Tapi saat ia mulai mengejar, ia telah ketinggalan selangkah di belakang.
Satu langkah yang tak bisa ia perpendek lagi.
Tak perduli apa pun yang ia lakukan, jarak di antara mereka tetap 10 meter. Lu Xiao
Feng telah bertemu dan melihat sejumlah jagoan ilmu meringankan tubuh di dunia persilatan. Tentu saja, SiKong ZhaiXing adalah yang terbaik di antara mereka, tapi
Yan TieShan, Huo TianQing, XiMen ChuiXue dan Hwesio Jujur tidak terlalu jauh di bawahnya. Tapi jika orang-orang itu berlari menjauh dari Lu Xiao Feng pada saat ini, ia tentu telah berhasil mengejar mereka. Ia tiba-tiba menyadari bahwa bukan hanya ilmu pedang “nenek” ini yang sangat tangguh, tapi ilmu meringankan tubuhnya pun telah mencapai tingkatan yang belum pernah ia temui sebelumnya. Bunga-bunga, pohonpohon, taman, hutan, pondok-pondok, altar, paviliun, gedung-gedung, semuanya

Koleksi Kang Zusi

72

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. seperti terbang di bawah kaki mereka dan menghilang.
Berikutnya adalah deretan atap rumah, lalu jalan-jalan. Nyonya Pertama Gong Sun masih belum melambat, jelas ia bukan seorang nenek yang kemampuannya mundur oleh usia tuanya. Tapi Lu Xiao Feng adalah seorang pemuda bertubuh kuat yang sedang berada di puncak kekuatan mental dan fisiknya, maka ia pun tidak melambat. Nyonya Pertama Gong Sun menyadari bahwa menyingkirkan orang di belakangnya ini bukanlah urusan yang gampang.
Jalan yang sekarang mereka lewati tampak terang benderang. Malam masih belum begitu larut dan jalan ini kebetulan merupakan jalan yang paling ramai dan sibuk di kota itu. Di sana ada dua atau tiga buah warung teh dan warung arak yang berbedabeda di sepanjang jalan bersama dengan berbagai macam pedagang di kedua sisinya, beberapa di antaranya menjual peralatan rumah tangga dan bumbu masak, sementara beberapa lainnya sibuk menjual makanan seperti bubur ikan dan angsa bakar. Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba turun dan mendarat di tengah jalan raya.
“Tolong! Tolong!” Ia pun mulai menjerit.
Ia berlari ke sebuah warung teh sambil menjerit-jerit. Lu Xiao Feng mengikutinya dengan rapat. Tapi seorang nenek yang menjerit-jerit minta pertolongan dengan seorang laki-laki muda yang kuat sedang mengejarnya, bukanlah pemandangan yang indah bagi orang-orang itu, mereka juga tak senang melihat kejadian seperti itu. Sekarang telah ada beberapa orang pemuda yang tampaknya marah sedang berteriak-teriak dan memaki Lu Xiao Feng, bahkan di antaranya ada yang mengeluarkan pisau. Lu Xiao Feng tahu kalau ia berada dalam kesulitan.
Tentu ia bisa saja berusaha memberi penjelasan pada orang-orang muda yang pemberani dan adil ini, yang berusaha melakukan apa yang mereka anggap benar, tapi orang-orang ini tampaknya tidak sabar lagi untuk memukulinya hingga jadi bubur! Tujuh atau delapan orang di antara mereka tiba-tiba menyerangnya secara serentak, ada yang mengayun-ayunkan golok, yang lainnya membawa bangku, dan mereka mengepung Lu Xiao Feng.
“Hei, ken’pa kau mengej’r-ngej’r seor’ng wan’ta tua di teng’h jal’n sini? Kau ing’n memp’rkosanya?” Mereka berteriak-teriak padanya.
Lu Xiao Feng tak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Ia ingin menjelaskan, tapi tak tahu harus mulai dari mana. Ia ingin menyerang, tapi tidak tega melakukannya. Sementara ia sedang bimbang, sebuah bangku datang mengaung dari atas. Yang bisa ia lakukan adalah mengulurkan tangan dan menangkis dengan tangannya. “Bum!” Tangannya baik-baik saja, tapi bangku itu hancur berantakan. Orang-orang itu terperanjat dan terdiam selama beberapa saat. Saat itulah seseorang tiba-tiba bergegas maju dan memberikan tamparan di setiap wajah mereka. Tapi anehnya, tak satu pun dari pemuda-pemuda itu yang membalas serangan itu, mereka juga tidak berusaha menghindar.
Lu Xiao Feng akhirnya menarik nafas lega, ia mengenali orang ini sebagai salah satu dari dua orang laki-laki yang berada di halaman luar paviliun Raja Ular yang mencoba untuk mengujinya kemarin.
“Ap’kah kali’n bangs’t-bangs’t ini tida’k ta’u s’apa dia?” Orang itu menunjuk Lu Xiao
Feng dan berkata dengan keras. “Beli’u ad’lah sah’bat b’ik Raja Ular dan or’ang y’ang memil’ki kungfu terb’ik di dunia, Luk Siu Fung!”
Bagi orang-orang muda ini, nama Lu Xiao Feng tidak berarti banyak, tapi sahabat
Raja Ular tentu saja tidak boleh disentuh. Maka orang-orang yang menghunus golok pun segera menyarungkan goloknya, orang-orang yang membawa bangku segera meletakkan bangkunya dan mereka masing-masing berjalan menghampiri Lu Xiao

Koleksi Kang Zusi

73

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Feng dan meminta maaf! Tapi Lu Xiao Feng telah mengambil kesempatan itu untuk keluar dari kepungan itu dan berlari ke pintu belakang. Tadi ia melihat Nyonya
Pertama Gong Sun melarikan diri lewat pintu belakang ini, tapi sekarang hanya ada seekor anjing tak bertuan yang sedang menggerogoti sebatang tulang di selokan.
Sedikit pun tidak terlihat bayangan Nyonya Pertama Gong Sun.
Lu Xiao Feng menarik nafas dan berputar, ia tahu tidak ada gunanya mengejar lagi.
Laki-laki bertubuh besar itu telah mengikutinya sampai ke sini dan sekarang berjalan menghampirinya. “K’mi b’ru saja hend’k menc’ri Tuan di G’rbang Bar’t,” sambil tersenyum, ia berkata pada Lu Xiao Feng, berusaha keras untuk menghilangkan dialek lokalnya. “Tapi terny’ta Tuan m’lah ada di sini!”
“Apakah ada sesuatu yang terjadi?”
Orang itu mengangguk.
“K’mi t’lah menem’kan di mana nona itu berada, ia….” Jika ada satu hal yang perlu ditakutkan di dunia ini, itu adalah bila orang-orang Canton berusaha mengucapkan bahasa Mandarin. Sambil tergagap-gagap dan ucapannya pun terpotong di sana-sini, orang itu telah mengeluarkan butiran keringat yang besar-besar karena frustrasinya.
Tapi Lu Xiao Feng lebih frustrasi lagi.
“Di mana dia?” Ia memotong.
“Aku ‘kan memb’wa Tuan ke s’na!”
Jalan itu masih ramai, tapi melihat laki-laki bertubuh besar ini berjalan ke arah mereka, orang-orang itu semuanya dengan diam-diam dan penuh hormat menyingkir ke samping.
“Marg’ku juga Luk, ‘ku Luk Guang.” Tampaknya ia merasa terhormat karena memiliki marga Lu juga.
Tapi Lu Xiao Feng hanya berharap agar dia mengurangi bicaranya dan berjalan lebih cepat. “Aku meng’gumi T’an, k’ngfu T’an ben’r-ben’r yang terb’ik.” Tapi Lu Guang tetap berusaha keras untuk membuatnya terkesan.
“Ini en’ak, T’an mau?” Ia berkata sambil memasukkan tangannya ke dalam baju dan mengeluarkan beberapa butir kacang gula, kacang goreng gula yang panas dan tampak lezat!
Tapi Lu Xiao Feng seperti melihat seekor ular berbisa.
“Dari mana kau mendapatkan ini?” Ia bertanya sambil mencengkeram tangan Lu
Guang.
“Aku memb’linya, tentu s’ja!” Lu Guang menjawab setelah terkejut sebentar. “Aku tid’k pern’h meng’mbil barang or’ng lain tanpa al’san!”
“Di mana kau membelinya? Di mana orang yang menjualnya padamu?”
“Di s’na.”
Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Lu Guang itu, di sana benar-benar ada seorang penjual kacang. Orang itu sedang sibuk menggoreng sekaleng besar kacang. Kacang memang bukan barang langka, banyak orang yang menjualnya di mana-mana. Lu
Xiao Feng menarik nafas lega, tapi telapak tangannya telah penuh dengan keringat dingin. Sambil merenung kembali, ia menyadari bahwa saat-saat ia tadi membuka kulit kacang itu bisa jadi merupakan saat yang paling berbahaya dalam hidupnya. Jika ia memasukkan kacang itu ke dalam mulutnya, ia tak akan menjadi Lu Xiao Feng lagi saat ini.
“Orang mati adalah orang mati. Orang mati tidak punya nama.” Bahkan detik-detik saat pedang Ye Gu Cheng mengancam dadanya tidaklah begitu berbahaya seperti saat tadi. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ternyata ada untungnya juga tadi merasa romantis. Di samping itu, paling tidak ia sekarang telah menemukan di mana Xue
Bing berada.

Koleksi Kang Zusi

74

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa sangat bahagia.
“Jadi namamu juga Lu, hah? Hebat!” Ia tersenyum dan menepuk pundak Lu Guang.
“Bila kita punya waktu, aku akan mengundangmu minum teh bersamaku.”
Minum teh adalah hobinya orang-orang Canton, tidak makan sih oke-oke saja, tapi tidak minum teh adalah tak dapat dimaafkan.
Tapi, dengan tidak terduga, Lu Guang menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak minum teh, aku hanya minum arak!”
Lu Xiao Feng tertawa, tertawa begitu keras dan kuatnya sehingga orang-orang di jalan itu berpaling dan menatapnya. Tapi ia tidak perduli.
Bila ia sedang bahagia, ia ingin setiap orang di dunia ini tahu dan bahagia bersamanya. Sekarang, Lu Guang telah berbelok ke sebuah gang sempit. Gang ini berada di antara sebuah toko roti dan tukang jahit. Gang itu sendiri sangat sempit dan tidak mungkin dua orang bisa berjalan berdampingan di situ. Gang itu seperti sebuah ruang kecil yang sengaja disisakan oleh kedua toko itu saat mereka membangun tokonya.
Mungkin hal itu terjadi karena kedua toko itu tidak saling akur, tak ada yang mau mempunyai sebuah dinding milik bersama yang memisahkan mereka dengan orang yang tidak mereka sukai. Tapi di ujung gang itu ada sebuah pintu kecil bercat merah. Seorang laki-laki sedang berdiri di depan pintu itu dengan gelisah. Begitu gelisahnya ia sehingga ia terus-menerus menggosok kedua tangannya.
Saat melihat Lu Guang, orang itu berjalan menghampiri dan berbisik di telinganya.
Ekspresi wajah Lu Guang segera berubah secara dramatis. Ia berpaling pada Lu Xiao
Feng dengan sebuah senyuman tanda bersalah di wajahnya.
“Di s’ni temp’tnya. Aku…aku t’k bisa m’suk bers’ma Tuan.”
Mengapa ia tidak bisa masuk? Mungkinkah ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana? Lu Xiao Feng berlari masuk. Ia tak memperdulikan apa yang mungkin ia temui selama ia bisa menemukan Xue Bing.
Di halaman itu hanya ada dua buah kamar, di dalamnya pun telah ada dua orang.
Tak satu pun di antara mereka itu Xue Bing. Keduanya laki-laki, salah satunya adalah Jin Jiu Ling. Lu Xiao Feng merasa terkejut melihat perubahan situasi ini.
“Apa yang kau lakukan di sini? Di mana Xue Bing?”
Jin Jiu Ling tidak menjawab, ia malah mengulurkan tangannya – di tangannya ada sehelai baju, baju putih yang ringan dan lembut. Baju Xue Bing. Tentu saja Lu Xiao
Feng mengenalinya, ekspresi wajahnya pun berubah. Baju Xue Bing ada di sini, tapi orangnya tidak. Baju ini tidak mungkin bisa bangkit dan berjalan ke sini dan orangnya pun tidak mungkin melepaskan bajunya di sini dan berjalan ke luar dalam keadaan telanjang. Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa lututnya lemah. Ia mundur dengan sempoyongan sejauh 2 langkah ke belakang sebelum jatuh ke atas sebuah kursi.
Perutnya mulai terasa sakit lagi.
Ekspresi wajah Jin Jiu Ling pun tampak muram.
“Kau mengenali ini sebagai baju Xue Bing, kan?” Akhirnya ia bertanya dengan lambat-lambat. Lu Xiao Feng mengangguk. Waktu ia berpisah dengan Xue Bing, gadis itu sedang memakai baju ini.
“Jika bajunya ada di sini, maka ia tentu berada di sini juga tadi!”
“Kau melihatnya?” Lu Xiao Feng masih menyisakan sebuah harapan.
Tapi Jin Jiu Ling menggelengkan kepalanya.
“Waktu kami tiba di sini, tempat ini telah sepi.”
“Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?”
“Bukan kami yang menemukan tempat ini.”
“Raja Ular?”
Kali ini Jin Jiu Ling mengangguk.

Koleksi Kang Zusi

75

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ia benar-benar seorang sahabat yang baik, ia melakukan segalanya untukmu!”
Lu Xiao Feng tidak menjawab. Ia sedang bertanya-tanya di dalam hatinya.
“Apakah aku melakukan segala yang aku bisa untuk dia?”
“Mulai pagi ini, semua orang yang berada di bawah pimpinannya mulai mencari Xue
Bing untukmu!”
Mereka sangat efektif dalam mencari seseorang, karena mereka menerobos sampai ke sudut-sudut terdalam di kota ini, terutama warung-warung teh, warung arak, penginapan, pedagang kecil, bahkan gerobak-gerobak yang menjual makanan kecil.
Ini biasanya merupakan tempat-tempat di mana berbagai macam orang berada, dan karena itu merupakan tempat terbaik untuk mendapatkan informasi.
Mereka mulai menyisiri tempat-tempat ini untuk mencari informasi serta mencari tahu apakah ada orang-orang asing yang mencurigakan muncul akhir-akhir ini.
Setiap orang, tidak perduli siapa, tentu harus makan dan minum. Tak ada siapasiapa di hotel-hotel, maka mereka pun bertanya-tanya apakah ada rumah-rumah yang telah menyewakan kamar kosong pada orang asing. Dengan tiga ribu orang anggota kelompok itu menanyakan hal yang sama ke seluruh penjuru kota, tentu sesuatu akan muncul ke permukaan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Di belakang Toko Roti Keluarga Mai, ada sebuah rumah kecil. Tiga atau empat bulan yang lalu, rumah itu disewakan pada seseorang.”
Waktu ditanya, pemilik rumah berkata seperti ini.
“Orang yang menyewa rumah itu adalah seorang yang amat tampan dan juga sangat murah hati karena ia telah membayar di depan uang sewa untuk setahun. Tapi sejak itu ia tidak pernah muncul lagi, maka rumah itu tetap kosong selama ini. Tampaknya tidak ada siapa-siapa di dalamnya.”
Tidak ada orang di dunia ini yang mau menyewa sebuah rumah dan kemudian hanya membiarkannya kosong. Di balik semua ini tentu ada sebuah alasan, sebuah rahasia.
“Waktu mereka mendapatkan informasi ini saat senja hari, salah seorang dari mereka segera pergi ke sini. Saat itu sepertinya ada suara erangan perempuan di dalam sini. Orang itu tidak berani berlaku gegabah dan pergi mencari bala bantuan.
Tapi, waktu mereka kembali, tidak ada siapa-siapa lagi di sini.”
“Bagaimana kau tahu semua ini?”
Jin Jiu Ling tersenyum.
“Saudara-saudara yang dulu bekerja untukku sekarang semuanya telah terkenal dan hebat!” Ia menepuk pundak laki-laki di sampingnya dan tersenyum. “Ini adalah
Ketua Para Pemburu Hadiah di kota ini, Lu Shao Hua.”
Baru sekarang Lu Xiao Feng melihat bahwa di sampingnya sedang berdiri seorang laki-laki bertubuh pendek tapi kuat, berambut putih tapi tidak begitu tua, dan mengenakan pakaian berwarna hijau. Bahkan walaupun bentuk tubuhnya tidak seperti orang normal, matanya berkilat-kilat penuh dengan tenaga, hidungnya bengkok seperti paruh burung elang, dan pinggangnya agak menggelembung, menunjukkan bahwa di samping memakai sebuah cambuk lemas atau tombak bengkok atau senjata lainnya yang luwes, ia juga mungkin membawa rantai dan borgol yang tersembunyi di balik bajunya.
Siapa pun yang telah menghabiskan waktu beberapa hari di dunia persilatan, tentu akan segera mengenalinya sebagai salah seorang jagoan top di Enam Pintu, “Elang
Botak” Lu Shao Hua. Orang ini dikenal di dunia bawah tanah daerah Tenggara sebagai pemburu hadiah yang paling efektif dan paling ditakuti.
“Walaupun aku adalah seorang abdi masyarakat dan bekerja untuk pemerintah, aku selalu mengagumi Raja Ular. Jika mungkin, aku ingin selalu saling memahami dengan orang-orang di bawah komandonya!” Lu Shao Hua tersenyum dan berkata.
Tapi kenyataannya, ia tahu betul bahwa jika ia ingin menjaga kedamaian kota ini, sebaiknya ia tidak menimbulkan keributan dengan Raja Ular dan orang-orangnya.
“Tapi waktu terbitnya fajar, sekitar 3000 orang anak buah Raja Ular mulai bergerak

Koleksi Kang Zusi

76

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tanpa seorang pun dari kami tahu apa yang sedang terjadi, aku tak bisa tinggal diam dan menonton saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa.” Maka ia mengirimkan para pemburu hadiah untuk mendapatkan informasi dan mencari tahu tentang kejadian itu. Kota ini adalah kota terbesar di selatan, sebuah tempat di mana kelompok masyarakat yang terbaik dan terjahat bertemu dan bercampur. Untuk dapat naik ke posisi Pemimpin para pemburu hadiah di sebuah tempat seperti ini, tentulah membutuhkan seseorang yang istimewa.
Lu Shao Hua meneruskan. “Waktu informasi tiba padaku bahwa hal ini berhubungan dengan Pendekar Besar Lu, maka aku segera berusaha menemukan cara untuk menyampaikan informasi ini kepada Bos.”
Walaupun Jin Jiu Ling telah lama tidak menjadi bos-nya lagi, ia masih tetap memelihara kebiasaan untuk memanggilnya seperti itu. Lu Xiao Feng sekarang faham mengapa Lu Guang tadi tidak mau masuk ke tempat ini. Dengan adanya
Pemimpin para pemburu hadiah di tempat ini, sebaiknya mereka memang menghindari tempat ini.
“Pakaian Nona Xue ada di sini, tapi orangnya tidak. Hanya ada satu penjelasan!” berkata Jin Jiu Ling.
Lu Xiao Feng mendengarkan. Ia percaya pada analisa Jin Jiu Ling, tapi hatinya terasa kacau lagi.
“Orang yang menculik dan membawanya ke sini telah menyadari bahwa mereka telah ditemukan, maka orang itu segera membawanya pergi. Tapi karena pakaiannya yang putih seperti salju ini terlalu menyolok, orang itu lalu menukarnya!”
“Apakah di sini ada pakaian ganti?” Lu Shao Hua membuka laci di sudut kamar, di dalamnya masih ada 6 atau 7 stel pakaian yang berbeda-beda, ada yang untuk lakilaki, ada yang untuk wanita, ada yang untuk orang tua, dan ada pula yang untuk orang-orang muda.
“Di sini hanya ada sebuah ranjang dan ruangannya pun hanya cukup untuk tempat tinggal satu orang. Tapi di sini ada 6 atau 7 macam pakaian yang berbeda-beda, ini membuktikan satu hal.” Jin Jiu Ling menarik kesimpulan.
“Ini membuktikan bahwa orang ini tentu seorang ahli menyamar dan kapan saja bisa muncul dalam wujud berbagai macam orang yang berbeda-beda!” Lu Xiao Feng menyelesaikan dugaannya yang belum selesai dilontarkan itu.
“Tapi di sini cuma ada pakaian, tidak ada sepatu. Ini juga membuktikan sesuatu!” Jin
Jiu Ling meneruskan.
“Ini membuktikan bahwa tidak perduli ia sedang menyamar sebagai apa, ia selalu memakai sepatu yang sama!” Lu Xiao Feng menyimpulkan.
“Sepatu merah?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Benar, sepatu merah, sepatu merah yang terbuat dari sutera merah, seperti yang dipakai pengantin baru di saat pernikahannya!”
“Ada beberapa petunjuk yang memperlihatkan bahwa laki-laki tampan yang menyewa tempat ini sebenarnya adalah seorang wanita yang sedang menyamar!”
Jin Jiu Ling berkata.
“Benarkah?”
“Tempat ini penuh dengan debu, sebuah bukti nyata bahwa telah lama tidak ada orang yang tinggal di sini. Alat kebutuhan sehari-hari juga tidak terlihat di sini. Tapi di sini ada sebuah cermin!” Wanita memang suka bercermin, tapi “Laki-laki juga suka bercermin, dan untuk menyamar pun dibutuhkan sebuah cermin!” Lu Xiao Feng menawarkan pendapatnya.
Jin Jiu Ling berjalan ke meja yang berada di dekat jendela dan mengambil cermin itu. “Di sini ada bekas tangan seseorang,” ia berkata. “Tampaknya masih sangat baru.”
“Bekas tangan seorang wanita?” Lu Xiao Feng bertanya.
Jin Jiu Ling mengangguk.

Koleksi Kang Zusi

77

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Tapi tidak mungkin bekas tangan Xue Bing. Ia disekap di sini. Bahkan jika tangannya tidak terikat, paling tidak urat darahnya tentu tertotok.” Selimut dan seprai tempat tidur tampak berantakan, seolah-olah seseorang tadinya tidur di atas ranjang. “Jika dugaanku benar, maka selama ini ia tentu berbaring di ranjang ini.” Jin Jiu Ling menarik kesimpulan.
“Anak buah Raja Ular tadi melaporkan bahwa ia mendengar suara rintihan wanita, maka dugaanku adalah Nona Xue tentu sedang terluka!” Komentar Lu Shao Hua itu mendapatkan tatapan marah dari Jin Jiu Ling. Ia tidak ingin Lu Xiao Feng mengetahui fakta itu, ia tidak ingin Lu Xiao Feng nantinya jadi terlalu khawatir.
“Bahkan jika ia tidak mengatakannya, aku pun telah menduga demikian!” desah Lu
Xiao Feng.
“Tapi tidak ada bekas-bekas darah di ruangan ini.” Jin Jiu Ling segera menyahut.
“Maka apa pun lukanya itu, tentu tidak serius!”
Kata-kata itu hanyalah untuk menghibur Lu Xiao Feng. Jika luka yang diderita Xue
Bing adalah luka dalam, maka tak perduli betapa pun parahnya luka itu, tentu tidak ada bekas-bekas darah. Tapi walaupun demikian, Lu Xiao Feng senang mendengar kata-kata itu, ia perlu dihibur saat ini.
“Jelas orang ini membawa pergi Xue Bing dengan tergesa-gesa, itulah sebabnya ada petunjuk-petunjuk yang tertinggal di sini!” Jin Jiu Ling meneruskan.
“Kapan ia pergi?”
“Sebelum gelap!”
Saat itu Lu Xiao Feng sedang dalam perjalanan ke Gerbang Barat untuk memenuhi perjanjian. “Nenek” penjual kacang itu pun belum muncul. Bisa saja ia berangkat bersama Xue Bing dan pergi ke Gerbang Barat. Mungkin dialah orang yang menyewa tempat ini.
“Tempat ini disewa 2 bulan yang lalu,” Jin Jiu Ling menambahkan. “Tepatnya, tanggal 11 Mei.”
“11 Mei?” Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah mendengar fakta itu.
“Perampokan di Istana Kerajaan terjadi pada tanggal 11 Juni. Hari mulai ia menyewa tempat ini adalah tepat sebulan sebelum kejadian itu.”
“Dan juga 3 hari sebelum hari ulang tahun Jiang Chong Wei!” Lu Xiao Feng menambahkan. “Apa hubungannya hari ulang tahun Jiang Chong Wei dengan urusan ini?”
“Pada hari ulang tahunnya, Jiang Qing Xia datang mengunjunginya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.”
“Dan hari itulah ia membuat cetakan kunci untuk gudang arak.” Mata Jin Jiu Ling tampak berkerlap-kerlip.
“Untuk menghindari kecurigaan orang bahwa ia mungkin ada hubungannya dengan semua ini, mereka menunggu kira-kira 20 hari lagi sebelum membuat gerakan!”
“Untuk melakukan perampokan yang demikian besar, diperlukan sejumlah rencana, belum lagi mereka harus mencari tahu tentang detil keamanan dan tata ruang Istana
Kerajaan. Barulah kemudian rencana itu bisa dilaksanakan dengan kemungkinan berhasil.” “Tentu saja ia tidak bisa terus-menerus muncul sebagai seorang laki-laki berjenggot, maka ia pun berencana pergi ke sebuah tempat terpencil untuk melakukan penyamaran pada malam itu.” Lu Xiao Feng menarik kesimpulan.
“Dan inilah tempat yang sempurna untuk itu!” Jin Jiu Ling setuju.
“Karena tempat ini berada di tengah-tengah bagian tersibuk dan paling ramai di kota ini, tak seorang pun yang akan curiga!”
“Tampaknya ia sangat mahir dalam mengambil keuntungan dari kesalahan asumsi orang lain!” desah Jin Jiu Ling.
Lu Shao Hua selama itu mendengarkan dalam bisu. Tapi sekarang ia tidak bisa diam

Koleksi Kang Zusi

78

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lagi. “Mungkinkah orang yang menyewa tempat ini adalah si Bandit Penyulam?”
“Walaupun kita belum yakin betul saat ini, menurutku keyakinan kita adalah 60 atau
70 %!” Lu Xiao Feng menjawab.
“Lebih dari 70 %!” Jin Jiu Ling tiba-tiba menyanggah.
“Benarkah?”
“Aku berani mengatakan bahwa paling tidak kita 90 %, jika tidak lebih, yakin tentang hal itu saat ini!”
“Apa yang membuatmu begitu yakin?”
“Karena ini!” Jin Jiu Ling mengeluarkan sebuah dompet kecil dari sutera merah. “Aku tadi menemukannya di dalam laci sana. Lihatlah apa isinya!”
Di dalam dompet itu tak lain tak bukan ada sebungkus jarum jahit yang masih baru!
______________________________
Dari toko roti Keluarga Mai di mulut gang, Lu Shao Hua membeli beberapa potong kue bulan yang baru dikeluarkan dari panggangannya. Bulan purnama masih akan muncul sampai Perayaan Musim Gugur, tetapi kue bulan telah masuk ke pasaran. Lu
Xiao Feng memaksakan dirinya untuk makan setengah potong. Jalan ini sangat sunyi. Mereka berjalan kaki sambil makan – Bandit Penyulam tentu tak akan pernah kembali ke tempat itu lagi, maka tidak ada gunanya bagi mereka untuk tinggal di sana lebih lama lagi.
“Jarum ini semuanya terbuat dari besi terbaik dan dibakar lebih dari 100 kali, ini bukanlah jarum biasa!” kata Jin Jiu Ling.
“Apakah ujungnya dilumuri racun?”
“Tidak.” Jawab Jin Jiu Ling. “Ia membiarkan korban-korbannya tetap hidup mungkin dengan tujuan untuk membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita, tapi seorang laki-laki berjenggot yang bisa menyulam.”
“Dan ia memang tidak perlu membunuh mereka!”
“Menurutmu, mungkinkah dia adalah Jiang Qing Xia?”
“Tidak, tidak mungkin!” Lu Xiao Feng menjawab. “Ilmu kungfu Jiang Qing Xia memang tidak lemah, tetapi bila dibandingkan dengan orang itu, ia masih jauh sekali!” Ia meneruskan. “Tugas Jiang Qing Xia adalah mencari tahu tentang tata ruang
Istana Kerajaan dan membuat kunci duplikat untuknya!”
“Menurutmu, Jiang Qing Xia berada di bawah komandonya?”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Jiang Qing Xia adalah orang yang cukup termasyur di dunia persilatan, dan terkenal angkuh pula, bagaimana mungkin ia bersedia menjadi bawahan orang lain?” Jin Jiu
Ling bertanya-tanya.
“Karena orang itu jauh lebih baik daripada Jiang Qing Xia dalam segala hal.” Desah
Lu Xiao Feng. “Tidak pernah dalam hidupku aku bertemu dengan seorang wanita dengan kemampuan kungfu yang begitu luar biasa dan juga licik!”
“Kau bertemu dengannya?” Jin Jiu Ling terkejut mendengar berita itu.
“Bukan hanya melihatnya, tapi juga hampir terbunuh olehnya!” Lu Xiao Feng tersenyum murung.
“Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?”
“Aku datang untuk memenuhi perjanjian bagi seorang sahabat di Gerbang Barat!”
“Perjanjian? Perjanjian macam apa?”
“Perjanjian hutang jiwa!” Lu Xiao Feng menarik nafas lelah.
“Dengan siapa sahabatmu itu membuat perjanjian?”
“Nyonya Pertama Gong Sun, Gong Sun Lan.”
“Kurasa aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.” Jin Jiu Ling mengerutkan keningnya.
“Itu karena ia memang bukan orang yang terkenal, dan tidak pernah ingin jadi

Koleksi Kang Zusi

79

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. terkenal!” “Orang macam apakah dia?”
“Tak tahu.”
“Jika kau telah bertemu dengannya, lalu bagaimana kau bisa tidak tahu orang macam apakah dia?” Jin Jiu Ling bertambah bingung.
“Aku hanya melihat seorang nenek penjual kacang dan membeli dua kati kacang gula darinya. Jika aku memakan satu butir saja, maka kau tidak akan bicara denganku saat ini.”
“Kacang gula Nenek Xung!” Jin Jiu Ling hampir menjerit.
“Kacang gula Nenek Xung?” Lu Xiao Feng tidak memahami arti kalimat itu.
“Dua tahun yang lalu, sering ditemui orang-orang yang mati di jalan raya.” Jin Jiu
Ling menjelaskan. “Mereka semua diracun sampai mati dan di dekat tubuh mereka selalu berserakan beberapa butir kacang gula.”
“Dan semua peristiwa itu terjadi pada malam bulan purnama.” Lu Shao Hua pun tahu tentang kejadian itu.
“Malam ini sedang bulan purnama.” Lu Xiao Feng berkata.
“Dulu aku ditugaskan untuk menangani beberapa kasus ini, tapi aku tak pernah berhasil menemukan petunjuk apa pun,” Lu Shao Hua menjelaskan lagi. “Orangorang yang tewas itu bukan dibunuh oleh musuh bebuyutan yang membalas dendam, mereka juga bukan dibunuh karena uang.”
“Tapi karena orang-orang yang mati itu sebagian besar adalah orang-orang yang tidak terkenal, maka peristiwa itu tidak menimbulkan gelombang besar di dunia persilatan.” Jin Jiu Ling menambahkan keterangannya. “Hanya orang-orang yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang mengetahui hal ini.”
“Dua tahun yang lalu, ada seorang pegawai perusahaan ekspedisi bernama Zhang
Fang yang baru saja terlibat dalam bisnis tersebut, ia pun mati seperti itu.” Berkata
Lu Shao Hua. “Tapi sebelum mati, ia mengucapkan dua kalimat.”
“Apa yang ia katakan?”
“Kalimat pertama adalah: ‘Kacang gula Nenek Xung.’ Kami bertanya siapakah Nenek
Xung itu? Mengapa perempuan itu meracuninya? ‘Karena setiap bulan purnama, ia selalu ingin membunuh’.”
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Jadi dia bukan hanya si Wanita Penjagal, Lebah Bunga Persik, dan Wanita Lima
Racun, tapi juga Nenek Xung!”
“Menurutmu, si Bandit Penyulam juga dia?”
“Aku awalnya tidak yakin, tapi ada beberapa hal yang membuktikan bahwa ia adalah si Bandit Penyulam!”
“Hal seperti apa?”
“Aku telah mengejarnya sampai di jalan raya di mana toko roti Keluarga Mai berada sebelum aku kehilangan dia, sekarang aku faham kenapa ia berlari ke arah sini.”
“Karena ia tinggal di jalan ini dan lebih mengenal lingkungan sekitarnya daripada kamu!” “Di samping itu, pakaian yang ada di dalam laci tadi sesuai dengan postur tubuhnya.
Didengar dari suaranya, bisa dipastikan bahwa ia belum tua, maka dengan mudah ia bisa menyamar sebagai seorang pemuda tampan!”
Tapi bukan hanya itu hal-hal yang terpenting!
Lu Xiao Feng meneruskan. “Walaupun ia menyamar sebagai seorang nenek tua, ia tetap memakai sepasang sepatu merah – sepatu sutera berwarna merah menyala.
Menurut kabar angin, di sepatu itu ada sulaman burung hantu.”
“Tidak perduli apa pun, setidak-tidaknya kita sekarang tahu siapa Bandit Penyulam itu!” Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Sayangnya kita tidak berhasil menemukannya, bahkan kita tidak memiliki petunjuk di mana akan memulainya!” ucap Lu Shao Hua.

Koleksi Kang Zusi

80

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kita punya.” Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata.
“Kita punya sebuah petunjuk?”
“Kita bukan hanya memiliki sebuah petunjuk, kita punya lebih dari satu!” Lu Xiao
Feng meneruskan. “Yang pertama, kita tahu bahwa Jiang Qing Xia mengenalnya.
Yang kedua, karena dia punya markas untuk perampokan di tempat ini, maka di tempat-tempat lain tentu juga ada markasnya yang digunakan untuk perampokannya yang lain!”
“Benar!” Mata Jin Jiu Ling tampak bersinar-sinar. “Tidak perduli apa pun, seorang penjahat yang ahli tentu memiliki beberapa kebiasaan khusus. Bagi mereka, sangat sukar untuk merubahnya.”
“Itulah sebabnya aku berpendapat bahwa ia tentu memiliki sebuah markas di Nan
Hai!”
Nan Hai adalah kota tempat tinggal Hua Yu Gan.
Mata Lu Shao Hua pun tampak berkilauan. “Pemimpin para pemburu hadiah di Nan
Hai adalah Meng Wei. Dulu ia juga merupakan anak buah Bos Jin. Aku bisa memintanya untuk mulai mencari sekarang juga. Mungkin saat kalian tiba di sana, mereka telah menemukannya!”
“Kau bisa memintanya untuk melakukan itu sekarang juga?”
“Selama bertahun-tahun ini kami punya suatu cara untuk berkomunikasi,” Lu Shao
Hua mengangguk. “Dan kami juga berkomunikasi dengan menggunakan cara yang tercepat!” “Cara apakah itu?”
“Burung merpati.”
“Mungkin ia bermaksud membawa Xue Bing ke sana. Jika kita bertindak cepat, mungkin kita dapat menangkapnya di sana!” ucap Jin Jiu Ling.
“Aku akan meminta Meng Wei untuk bersikap ekstra hati-hati dan tenang waktu memimpin pencarian supaya tidak mengejutkannya!”
“Kau akan menuliskan surat itu sekarang juga?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Ya.”
Ia baru saja hendak mempercepat langkahnya waktu Jin Jiu Ling tiba-tiba memanggilnya kembali.
“Satu hal lagi!”
Lu Shao Hua berhenti dan menunggu instruksinya.
“Berapa banyak uang upeti yang kau dapatkan setiap bulannya dari orang-orang
Raja Ular?” Jin Jiu Ling bertanya, sambil tersenyum.
Wajah Lu Shao Hua tampak memerah, tapi ia masih takut untuk mengatakan yang sebenarnya. “Delapan ratus tael perak, tapi itu dibagi untuk kami semua!”
“Apakah kau tahu bahwa Raja Ular adalah sahabat Lu Xiao Feng?” Wajah Jin Jiu Ling menjadi gelap. “Apakah kau tahu bahwa sahabat Lu Xiao Feng juga adalah sahabat
Jin Jiu Ling?”
“Aku tahu,” Kepala Lu Shao Hua makin menunduk. “Mulai besok aku akan berhenti mengumpulkan uang itu.”
“Bagus, mulai besok aku akan mengganti kerugianmu itu dengan menaikkan gajimu!” Jin Jiu Ling tersenyum.
Lu Shao Hua memandangnya dengan sorot mata yang penuh dengan perasaan terima kasih. Sambil membungkuk dalam-dalam, ia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, dan tanpa perlu bicara apa-apa lagi.
Lu Xiao Feng mengawasi kepergiannya, lalu ia tiba-tiba menarik nafas.
“Sekarang aku tahu mengapa orang lain mengatakan bahwa kau adalah orang nomor satu dalam 300 tahun sejarah Enam Pintu!”
“Mengapa?” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Karena kau bukan hanya pintar membeli hati orang, kau juga pintar menjual

Koleksi Kang Zusi

81

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. teman-temanmu.” “Siapa yang kujual?” Senyuman Jin Jiu Ling tampak agak dipaksakan sekarang.
“Aku!” Lu Xiao Feng tersenyum letih. “Jika bukan kau yang menyeretku ke dalam kekacauan ini, aku tentu tidak akan memiliki perasaan gelisah dan sakit kepala seberat ini.”
“Tapi kau akan segera dapat mengalihkan sakit kepalamu itu pada orang lain!”
“Siapa?”
“Si Bandit Penyulam,” Jin Jiu Ling tersenyum dan menambahkan dengan lambat.
“Nyonya Pertama Gong Sun.”
“Haruskah kita berangkat sekarang?” Lu Xiao Feng tertawa.
“Tentu saja sekarang juga, hal-hal lain harus dikesampingkan saat ini.”
“Tapi masih ada sesuatu yang tidak bisa kukesampingkan!”
“Apa?”
“Persahabatan.”
“Aku tahu kau hendak pergi menemui Raja Ular lagi,” Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Tapi aku ingin tahu apakah ia bisa dan mau bersahabat denganku?”
Raja Ular tidak bisa. Karena ia tidak bisa lagi berteman dengan orang lain.
Bagaimana mungkin orang mati bersahabat dengan orang hidup?
Bangunan kecil itu benar-benar sunyi, tidak ada satu pun lampu yang menyala.
Orang-orang yang biasanya berkumpul di halaman telah dikirim keluar semuanya, hanya empat orang yang tinggal untuk berjaga-jaga. Mereka tampak bingung, tapi tak seorang pun dari mereka yang berani masuk dan melihat ke dalam. Tanpa ijin dari Raja Ular, tak seorang pun berani naik ke lantai atas. Tapi tentu saja Lu Xiao
Feng adalah sebuah pengecualian.
“Beliau tidak tidur tadi malam, mungkin beliau akhirnya tertidur sekarang.”
Pintu itu tidak tertutup rapat. Lu Xiao Feng mendorongnya hingga terbuka. Jin Jiu
Ling memberinya kayu api untuk penerangan. Kayu itu baru saja dinyalakan sebentar sebelum padam lagi dan jatuh. Tangan Lu Xiao Feng seperti kejang, begitu kejangnya sehingga ia tak mampu menggenggam kayu api itu di dalam tangannya.
Dalam waktu sekilas tadi, ia telah melihat mata Raja Ular, mata yang hampir melompat keluar dari kelopaknya. Ia telah dicekik hingga mati di atas kursinya yang lembut itu, dicekik hingga mati dengan menggunakan sehelai selendang sutera berwarna merah menyala. Selendang sutera yang sama dengan selendang yang diikatkan oleh Nyonya Pertama Gong Sun pada pedang pendeknya.
Lu Xiao Feng berjalan menghampiri dan menggenggam tangan Raja Ular. Seluruh tubuhnya pun mulai bergetar. Tangan Raja Ular lebih dingin daripada tangannya.
Kamar itu gelap gulita. Jin Jiu Ling tidak menyalakan obor lagi, ia tahu bahwa Lu
Xiao Feng tak sanggup untuk melihat wajah Raja Ular lagi. Ia juga tidak memiliki kata-kata untuk menghibur Lu Xiao Feng. Kegelapan yang menyerupai kematian, kesunyian yang menyerupai kematian, kesepian yang menyerupai kematian, dalam suasana seperti inilah seorang manusia baru benar-benar merasakan dan memahami betapa nyata dan menakutkan “kematian” itu.
Waktu pun berlalu serasa bertahun-tahun.
“Mari kita pergi, kita pergi sekarang juga.” Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata.
“Ya!”
“Tapi aku tidak akan memberikan sakit kepalaku padanya.”
Tiba-tiba ia tertawa, sebuah tawa yang penuh dengan perasaan sakit hati dan amarah yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.
Untunglah Jin Jiu Ling tidak menyalakan lentera, karena ekspresi wajah Lu Xiao Feng itu terlalu menakutkan untuk dilihat.
Yang ia dengar adalah Lu Xiao Feng menekankan setiap patah katanya saat ia berbicara. “Aku menjamin bahwa ia tidak akan pernah mendapatkan sakit kepala lagi.”

Koleksi Kang Zusi

82

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Jin Jiu Ling memahami apa maksud ucapannya. Bila kepala seseorang telah dipenggal, orang itu tidak akan pernah menderita sakit kepala lagi!
Bab 7: Kegigihan Yang Tak Tergoyahkan
Lu Xiao Feng tidak suka naik kereta kuda, tapi ia malah berada di atas sebuah kereta saat ini. Orang memang tak bisa menghindar dari melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai. “Kau harus menemukan sebuah cara untuk bisa tidur di atas kereta, maka bila kau bertemu dengan Nyonya Pertama Gong Sun, kau berada dalam kondisi terbaik untuk menantangnya!”
Lu Xiao Feng tahu bahwa kata-kata Jin Jiu Ling itu benar. Tapi bagaimana mungkin ia bisa tidur pada saat seperti ini?
“Pangeran kecil sangat mengagumi Hua Man Lou dan telah memintanya untuk tinggal di Istana selama beberapa hari. Ia mendapat pelayanan yang baik di Istana, kau tidak usah mengkhawatirkannya lagi.”
Lu Xiao Feng lebih tahu daripada orang lain bahwa ia memang tidak perlu mengkhawatirkan benda-benda atau orang-orang di dalam Istana, ia juga tidak perlu khawatir mengenai Raja Ular lagi. Orang yang harus ia khawatirkan saat ini tidak lain adalah dirinya sendiri. Tidak perduli betapa kuatnya seseorang, bila dihadapkan dan dibebani dengan tekanan dan beban seberat ini, orang itu tentu akan ‘meledak’.
Kuda itu menarik kereta dengan langkah yang amat cepat, dan kereta pun terguncang ke sana ke mari.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk memusatkan fikirannya, terlalu banyak hal yang harus ia fikirkan. Tapi bagaimana jika hati rasanya seperti sedang tercabik-cabik?
Pagi harinya, kereta berhenti di depan sebuah warung tahu yang kecil di sebuah desa di pinggir jalan. Aroma susu tahu panas yang harum terbawa oleh angin pagi yang lembut sampai di kereta.
“Aku tahu kau sedang tidak ingin makan, tapi setidak-tidaknya kau harus minum sedikit susu tahu panas ini.” Walaupun Lu Xiao Feng tidak ingin membuang-buang waktu, ia tahu kalau ia tidak boleh mengacuhkan perhatian seorang sahabat. Di samping itu, sais kereta dan kuda penarik kereta pun membutuhkan sedikit istirahat.
Lentera masih menyala di dalam warung itu. Seseorang sedang duduk di sudut dan meneguk semangkuk besar susu tahu di tangannya dengan suara yang keras. Sinar lentera berkerlap-kerlip dan menyinari kepalanya, kepala yang benar-benar gundul.
Ia adalah seorang hwesio. Hwesio ini memiliki wajah persegi dan telinga yang besar.
Sebuah wajah yang membawa keberuntungan, itulah yang akan dikatakan para peramal padamu. Tapi pakaian yang ia kenakan tampak kotor dan compangcamping, dan sepasang sandal jerami di kakinya pun sudah hampir rusak. Hwesio
Jujur!
Waktu ia melihat hwesio paling aneh di dunia ini, barulah sebuah senyuman muncul di wajah Lu Xiao Feng.
“Hwesio Jujur, kau telah melakukan sesuatu yang tidak jujur baru-baru ini?”
Hwesio Jujur tampaknya benar-benar terkejut saat melihatnya dan hampir menumpahkan susu tahu di tangannya.
“Dilihat dari tampangmu, aku tahu pasti bahwa kau tentu telah berbuat tidak baik tadi malam!” Lu Xiao Feng tertawa terbahak-bahak. “Mengapa kau tampak begitu serba salah bila kau melihatku?”
“Hwesio Jujur hanya sekali berbuat tidak jujur dalam hidupnya,” Hwesio Jujur seperti baru saja menelan seekor tikus. “Buddha Maha Pengampun, mengapa Hwesio harus bertemu denganmu?”
“Apa salahnya bertemu denganku? Setidak-tidaknya aku bisa membelikan semangkuk susu tahu untukmu!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Hwesio tidak perlu membayar susu tahu. Hwesio tahu bagaimana caranya

Koleksi Kang Zusi

83

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. memohon belas kasihan pada dermawan.” Ia meneguk tetesan terakhir susu tahunya dengan cepat dan tampaknya ia hendak lari dari tempat itu dengan segera.
Tapi Lu Xiao Feng menghalangi jalannya.
“Karena kau tidak membutuhkan aku untuk membayarimu, lalu mengapa kau tidak tinggal di sini dan berbincang-bincang sebentar? OuYang Qing tidak ada di sini, untuk apa kau cepat-cepat pergi?”
“’Sasterawan bertemu dengan prajurit, tidak ada gunanya bicara tentang logika’,”
Hwesio Jujur tersenyum sabar. “Hwesio bertemu dengan Lu Xiao Feng, ini jauh lebih tidak beruntung daripada sasterawan itu. Bincang ini bincang itu, akhirnya Hwesio juga yang menderita!”
“Apa maksud ucapanmu itu?”
“Jika Hwesio tidak menderita, lalu kenapa dulu Hwesio akhirnya harus merangkak di atas tanah?”
“Baiklah, kujamin kau tidak akan merangkak hari ini!” Lu Xiao Feng tertawa.
“Masih bisa menderita walaupun tidak merangkak,” Hwesio Jujur menarik nafas.
“Hwesio hanya takut pada dua orang di dunia ini, mengapa Hwesio bertemu denganmu lagi hari ini?”
“Siapa orang satunya lagi?”
“Bahkan jika Hwesio mengatakan siapa orang itu, kau tidak akan kenal!”
“Cobalah!”
Hwesio Jujur bimbang sebentar sebelum akhirnya menyerah.
“Orang ini adalah seorang wanita!”
“Hwesio tampaknya cukup banyak mengenal wanita!” Lu Xiao Feng bergurau.
“Cukup banyak wanita yang juga mengenal Hwesio.”
“Apakah wanita ini OuYang?”
“Bukan OuYang, Gong Sun!”
“Gong Sun?” Lu Xiao Feng hampir berteriak. “Apakah itu Nyonya Pertama Gong
Sun?”
“Kau juga kenal dia? Bagaimana kau bisa tahu tentang dia?” Hwesio Jujur juga terkejut. “Kau mengenalnya?” Lu Xiao Feng sekarang telah menjerit. “Kau tahu di mana dia berada?” “Mengapa kau bertanya?”
“Karena aku punya urusan yang belum terselesaikan dengannya!”
Hwesio Jujur menatap Lu Xiao Feng selama beberapa saat, dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa begitu kerasnya sehingga tubuhnya terbungkukbungkuk. Tiba-tiba ia melarikan diri melalui sisi Lu Xiao Feng dan sudah menjauh hampir 10 meter. Walaupun jaraknya sudah 10 meter, ia masih tertawa.
Tapi kali ini Lu Xiao Feng telah memutuskan untuk tidak membiarkannya lolos. Ia berjumpalitan dan menghalangi jalannya lagi.
“Mengapa kau tertawa?”
“Bila Hwesio menemukan sesuatu yang lucu, Hwesio tertawa. Hwesio selalu jujur.”
“Apa yang lucu dengan urusan ini?”
“Mengapa kau harus ‘menghancurkan kendi’ dan bertanya terus?”
“Bahkan jika aku harus menghancurkan kepala seorang hwesio, aku akan terus menanyakan hal ini.”
Ia bersikap sangat serius waktu bicara. Hwesio Jujur hanya bisa menarik nafas.
“Kepala Hwesio tidak boleh dihancurkan, Hwesio hanya punya satu kepala.”
“Maka bicaralah, mengapa urusan ini begitu lucu?”
“Yang pertama: karena kau tidak akan menemukannya. Yang kedua: karena walaupun kau menemukannya, kau tidak akan mampu mengalahkannya. Yang ketiga, karena walaupun kau bisa mengalahkannya, itu semua sia-sia.”
“Kenapa begitu?”

Koleksi Kang Zusi

84

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Karena setelah kau bertemu dengannya, kau tak akan tega memukulnya. Bahkan kau mungkin berharap bahwa ia akan memukulmu beberapa kali!”
“Ia sangat cantik?”
“Ada empat Wanita Cantik di dunia persilatan, kau mungkin mengenali semuanya, bukan?” “Ya.”
“Apakah menurutmu mereka cantik?”
“Tentu saja cantik.”
“Tapi Nyonya Pertama Gong Sun 10 kali lebih cantik dari mereka berempat digabungkan semuanya!”
“Kau telah melihatnya?”
“Buddha Maha Pengampun,” desah Hwesio Jujur sambil tersenyum murung. “Jangan biarkan Hwesio melihatnya lagi. Kalau tidak, walau Hwesio punya 10 buah kepala,
Hwesio akan kehilangan semuanya.”
“Kau tahu di mana dia berada?”
“Tidak tahu.” Waktu Hwesio Jujur mengatakan tidak tahu, maka ia pasti tidak tahu.
Hwesio Jujur tidak pernah berdusta.
“Di mana kau melihatnya terakhir kali?”
“Tidak boleh kuberitahu padamu.” Waktu Hwesio Jujur mengatakan tidak boleh diberitahu padamu, maka ia pasti tidak akan memberitahumu. Walaupun kau menghancurkan kepalanya, ia tetap tidak akan memberitahumu.
Bahkan Lu Xiao Feng pun tahu bahwa ia tidak mungkin memaksanya bicara. Yang bisa ia lakukan hanyalah menatapnya dengan marah selama sesaat. Tiba-tiba ia tertawa. “Sebenarnya Hwesio tidak hanya memiliki satu kepala.”
Hwesio Jujur tidak faham.
“Karena Hwesio masih punya si ‘Hwesio Cilik’!”
Ia tertawa, tertawa begitu kerasnya sehingga tubuhnya pun terbungkuk-bungkuk.
Hwesio Jujur menjadi demikian marah sehingga ia tidak sanggup memikirkan sesuatu untuk diucapkan. Ia tahu bahwa Lu Xiao Feng sedang menggodanya dengan sengaja, tapi tetap saja menjadi marah, begitu marahnya sehingga ia hampir pingsan. Jin Jiu Ling menonton di pinggir, bahkan ia pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil.
“Hwesio tidak berdusta dan masih punya satu hal kecil yang harus diberitahukan padamu.” Hwesio Jujur tiba-tiba menarik nafas.
“Ya? Apa itu?” Lu Xiao Feng bertanya, tetapi setelah berusaha keras untuk menghentikan tawanya.
“Dilihat dari tampang kalian berdua, wajah kalian tertutup oleh pertanda buruk.
Dalam waktu tiga hari, kepala kalian akan dihancurkan oleh seseorang!”
______________________________
Walaupun Meng Wei juga hanya memiliki satu kepala, ia dikenal sebagai “Ular
Berkepala Tiga”. Di antara Sembilan Pemburu Hadiah Ternama, ia selalu dianggap sebagai orang yang paling kejam dalam metode kerjanya dan paling tidak kenal belas kasihan dalam melakukan pemeriksaan. Ular Berkepala Tiga, tentu saja, memiliki tiga wajah yang berbeda. Waktu ia melihat Jin Jiu Ling, bukan hanya sikapnya amat hormat, senyumannya pun sangat manis dan murni. Bahkan Lu Xiao
Feng merasa sukar untuk membayangkan kalau orang seperti ini tega menuangkan air garam ke luka tawanannya atau memukuli orang hingga jadi bubur di dalam ruang-ruang tahanan yang gelap.
Tapi karena adanya orang-orang seperti ini di dunia, setiap orang seharusnya tahu bahwa sebaiknya ia tidak melakukan kejahatan selama hidupnya. Sais yang mengemudikan kereta juga merupakan orang yang berada di bawah komando Lu
Shao Hua. Setelah mereka memasuki kota, seseorang dari kelompok pemburu

Koleksi Kang Zusi

85

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hadiah setempat segera menyambut mereka dan membawa mereka ke tempat ini.
Ini juga merupakan bagian kota yang sibuk – jelas sebagian besar orang memang benar-benar sukar menyingkirkan kebiasaan semacam ini.
Itulah sebabnya sangat sedikit kejahatan dan misteri yang tidak berhasil diungkapkan di dunia ini. Meng Wei telah menanti mereka di sebuah warung teh di sudut jalan. Tujuan akhir mereka adalah sebuah jalan kecil di belakang sana, di ujung jalan itu ada sebuah rumah kecil.
“Orang yang menyewa rumah ini juga seorang pemuda yang amat tampan, dan juga membayar uang sewa setahun di depan.”
“Ada orang yang melihat sesuatu di rumah ini sejak itu?”
“Tidak, tampaknya tidak ada orang yang tinggal di sana sejak penyewaan itu.”
Mungkin kedatangan mereka telah mendahului Nyonya Pertama Gong Sun. Setelah membunuh Raja Ular, ia tentu berhenti dulu di suatu tempat. Apalagi ia juga harus membawa Xue Bing yang sedang terluka.
Itulah sebabnya Jin Jiu Ling memberi instruksi: “Perintahkan orang-orangmu yang gampang dikenali untuk pergi menjauh sehingga tidak ada orang yang melihat bahwa perhatian khusus sedang ditujukan ke tempat ini!”
“Kami telah bertindak sangat hati-hati selama ini,” Meng Wei meyakinkannya.
“Orang-orang yang berada di sini semuanya telah menyamar dengan sangat baik.”
“Apakah samaran saja sudah cukup?” Jin Jiu Ling mendengus dingin. “Seolah-olah orang lain tidak bisa melihat samaran kalian itu.”
Bahkan Lu Xiao Feng pun bisa melihat dalam sekilas pandang bahwa para pelayan warung teh, pedagang buah berry di seberang jalan, peramal di sampingnya, dan 7 atau 8 orang tamu di warung teh itu semuanya adalah para pemburu hadiah yang sedang menyamar. Setelah lama menjadi abdi masyarakat, sukar bagi seseorang untuk menjaga sikap dan tingkah lakunya agar sama seperti orang biasa, terutama ekspresi wajah, yang hampir mustahil tidak terlihat oleh siapa pun yang memperhatikannya. “Aku akan menyuruh mereka pergi sekarang.” Meng Wei mengiyakan.
Di bawah sudut sebuah atap yang menjuntai di atas jalan, ada seorang pengemis botak kudisan dengan selembar genteng atap yang patah di tangannya. Waktu Meng
Wei lewat, ia mengulurkan genteng atap itu, meminta uang. Apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah tendangan.
Segera semua pemburu hadiah yang menyamar itu bergegas pergi.
“Aku hanya menyisakan dua orang di sini,” lapor Meng Wei. “Dengan demikian, bila terjadi sesuatu, mereka bisa digunakan sebagai kurir.”
Yang satunya adalah si pedagang yang berada di seberang jalan. Warungnya masih seperti semula, tapi pedagang itu telah digantikan oleh seseorang yang tidak begitu menyolok. Tapi yang satunya lagi siapa?
“Song Hong semakin bagus akhir-akhir ini,” Jin Jiu Ling memandang pada si pengemis botak. “Jaga dia baik-baik, dia akan hebat nantinya.”
Lu Xiao Feng akhirnya faham bahwa si pengemis botak kudisan itu adalah salah seorang dari mereka juga. Saat itu belum jam 9 malam, pada bulan Juli waktu terbenamnya matahari memang sedikit lebih lama, maka orang pun tidak perlu menyalakan lampu di dalam rumah. Sinar matahari terbenam terlihat menembus jendela, memperlihatkan sebuah ruangan yang penuh dengan lapisan debu.
Sepertinya sudah lama tidak ada orang yang tinggal di dalamnya. Kondisi dan suasana kamar itu sangat mirip dengan kamar sebelumnya.
Di dalam lemari ada 8 atau 9 stel pakaian yang berbeda-beda, di atas meja ada sebuah cermin, dan di samping meja ada sebuah ranjang kecil. Tidak ada yang menarik, dan juga tidak ada petunjuk yang ditemukan. Seakan-akan seluruh perjalanan ini cuma sia-sia belaka. Jin Jiu Ling menggendong tangannya di belakang punggungnya sambil berjalan mondar-mandir di tempat itu. Tiba-tiba, dengan

Koleksi Kang Zusi

86

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sebuah gerakan yang cepat, ia melompat ke atas sebuah balok penyangga atap, menggeleng-gelengkan kepalanya, dan melompat turun lagi.
“Di sini!” Meng Wei tiba-tiba berseru dari dapur. Waktu ia berlari ke luar, di tangannya telah ada sebuah kotak kayu berukuran kecil.
“Di mana kau menemukannya?” Jin Jiu Ling tampak sangat bersuka-cita.
“Di dalam perapian.” Tempat itu benar-benar tempat yang amat baik untuk menyembunyikan sesuatu. Karena benda ini disembunyikan di sana, tentu ada rahasianya. Jin Jiu Ling tampaknya bermaksud untuk membuka paksa peti itu, tapi Lu Xiao Feng segera mencegahnya.
“Hati-hati, mungkin ada perangkap di dalamnya.”
Jin Jiu Ling menimbang-nimbang berat kotak itu sebentar dan tersenyum.
“Kotak ini benar-benar ringan. Jika ada pegas atau perangkap di dalamnya, seharusnya kotak ini sangat berat.”
Tentu saja ia merupakan orang yang selalu berhati-hati, kalau tidak ia tentu telah mati 20 kali sejak 10 tahun yang lalu. Pegas dan perangkap biasanya terbuat dari logam, yang tentunya akan memberi tambahan bobot yang cukup besar. Kotak itu tidak ada kuncinya, maka Jin Jiu Ling bisa membukanya dengan mudah. Tiba-tiba segumpal asap keluar dari dalam kotak. Jin Jiu Ling berusaha menahan nafasnya, tapi terlambat. Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dan membentur lemari.
Lalu ia roboh ke lantai!
Di dalam kotak itu tidak ada perangkap mekanis, tapi ada sebuah balon kecil yang terbuat dari perut ikan. Ketika kotak dibuka, jarum yang dipasang di tutup kotak akan menusuk balon dan segera mengeluarkan gas racun yang tersimpan di dalam balon. Walaupun berhati-hati dan berpengalaman, Jin Jiu Ling tidak mencurigai hal ini. Tergeletak di atas lantai, ia tampak seperti sebuah balon yang menggelembung.
Seluruh tubuhnya membengkak, parasnya pucat pasi, dan di kepalanya terdapat sebuah goresan. Kepalanya tadi membentur lemari dan terluka.
- Wajah kalian tertutup oleh pertanda buruk. Dalam tiga hari, kepala kalian akan dipecahkan oleh seseorang -. Hwesio Jujur memang jujur. Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam dan membuyarkan gas beracun itu dengan kibasan tangannya.
Memikirkan kembali kata-kata Hwesio Jujur itu, hatinya tiba-tiba terasa agak dingin.
Meng Wei tadi berlari keluar dari ruangan itu secepat yang ia bisa. Barulah setelah gas itu buyar, ia masuk kembali, sambil mendekap hidungnya.
Sekarang Lu Xiao Feng membantu Jin Jiu Ling duduk dan melindungi jantungnya dengan tenaga dalamnya, berharap dapat menyelamatkan nyawanya.
Meng Wei malah pergi dan memungut kotak itu, tampaknya ia lebih tertarik pada kotak itu daripada terhadap Jin Jiu Ling. Tapi kotak itu kosong, tidak ada apa-apa di dalamnya. Setelah memeriksanya beberapa lama, tiba-tiba ia berseru.
“Ini dia!”
Rahasianya bukan berada di dalam kotak, tapi pada tutupnya. Jika memeriksa dengan cermat, orang bisa melihat bahwa di antara ukir-ukiran pada tutup itu ada sebuah tulisan kuno, yang berasal dari masa sebelum Kaisar Pertama. Totalnya ada
6 kata.
“Pergi ke Ah-Tu, akan segera kembali.”
Semakin jelas, semakin tidak diperhatikan orang, semakin sukar pula menemukannya. Nyonya Pertama Gong Sun benar-benar memahami bagaimana caranya fikiran manusia berfungsi. Siapa yang memikirkan cara berkomunikasi seperti ini? – Ia menyuruh seseorang untuk memberi sesuatu pada Ah-Tu, karena
Ah-Tu akan segera kembali.
Tapi kepada siapa instruksi itu ditujukan? Apa yang harus diserahkan pada Ah-Tu?
Siapa pula Ah-Tu? Pertanyaan-pertanyaan ini mustahil untuk dijawab saat ini.

Koleksi Kang Zusi

87

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ah-Tu, Ah-Tu….” Meng Wei mengerutkan keningnya dan bergumam pada dirinya sendiri. “Mungkinkah Ah-Tu yang itu?”
“Kau kenal Ah-Tu?” Lu Xiao Feng bertanya, walaupun ia tahu jawabannya.
“Di mulut jalan ada seorang pengemis, semua orang memanggilnya Ah-Tu.”
“Di mana dia sekarang?”
“Supaya Song Hong bisa tinggal di sana dan menyamar sebagai dirinya, kami telah mengusirnya pergi.”
“Cepat, cari dia.”
Meng Wei segera hendak berlalu.
“Tunggu sebentar.”
Meng Wei menunggu instruksinya.
“Apakah ia tahu mengapa kalian mengusirnya pergi?”
“Aku hanya mengatakan padanya bahwa ia tidak diijinkan mengemis di situ.” Meng
Wei menggelengkan kepalanya. Seorang pemburu hadiah sebenarnya tidak memerlukan alasan apa pun untuk mengusir seorang pengemis.
“Bila kau menemukannya, segera beritahu aku. Tidak perduli apa pun, jangan biarkan dia tahu.”
“Ya, Tuan. Aku akan segera kembali setelah aku menemukannya.”
“Tidak usah kembali ke sini. Aku akan membawa Jin Jiu Ling ke tempat Shi Jing Mo.
Jika kau menemukan sesuatu, pergi saja ke sana!” Shi Jing Mo adalah tabib paling terkenal di kota ini, tentu saja Meng Wei pun tahu hal ini.
“Juga suruh orang-orangmu mencari debu dan menaburkannya di tempat kita tadi berada, pastikan debu itu kelihatan wajar.”
“Ya, Tuan.”
“Dan letakkan kembali kotak ini di tempat kau menemukannya.”
“Ya, Tuan.”
“Song Hong juga harus pergi dari sini, suruh orang lain yang berpatroli di mulut jalan. Mungkin ada baiknya juga menempatkan seseorang di halaman rumah sebelah, ia juga harus segera memberitahuku bila ada sesuatu yang mencurigakan!”
“Ya, Tuan.” Meng Wei berdiri di sana dan memandang pada Lu Xiao Feng, seolaholah ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi.
Tapi waktu berjalan ke pintu, ia lalu berubah fikiran dan berpaling.
“Jika Pendekar Besar Lu masuk Enam Pintu, maka kami semua terpaksa harus ke belakang untuk mengurus bayi saja.” Ia berkata sambil tersenyum.
______________________________
Lu Xiao Feng pun cukup bangga pada dirinya sendiri. Caranya menangani keadaan yang genting benar-benar mengagumkan. Bahkan jika Jin Jiu Ling dalam keadaan sehat, ia tidak bisa berbuat lebih baik lagi daripada dirinya. Sayangnya, Lu Xiao Feng bukanlah seorang dewa, maka ada kejadian-kejadian tertentu yang tidak bisa ia duga sebelumnya. Shi Jing Mo tidak berada di rumahnya.
Tabib ini biasanya suka berlagak sok penting dan sangat jarang pergi ke rumah pasiennya tapi merekalah yang harus datang kepadanya. Tetapi Majikan Serambi
Giok Indah adalah sebuah pengecualian.
Luka-luka pada mata Ye Yi Fan masih belum sembuh benar, tapi ia juga telah pulih dari perasaan terkejut karena ia bisa menggumamkan nama-nama lukisan terkenal miliknya yang hilang. Mengapa semakin kaya seseorang, semakin sukar bagi mereka untuk melupakan benda-benda materi yang hilang? Mungkinkah karena mereka tidak bisa melupakannya maka mereka menjadi kaya?
Saat ini tidak ada lagi cara untuk memberitahukan perubahan situasi yang tak terduga ini pada Meng Wei, maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa duduk menunggu di ruang tamu gedung Shi. Hal yang aneh adalah, entah kenapa fikirannya sekarang benar-benar sedang jernih. Tiba-tiba banyak hal yang muncul di dalam fikirannya, hal-hal yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya.

Koleksi Kang Zusi

88

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Sementara ia sedang dalam renungan, berita dari Meng Wei tiba.
“Ah-Tu ada di rumahnya.”
“Seorang pengemis memiliki rumah?”
“Pengemis tetaplah seorang manusia, bahkan anjing saja mempunyai lubang kecil miliknya sendiri, apalagi seorang pengemis.”
Tapi kau akan sangat bermurah hati bila menyebut rumah Ah-Tu sebagai sebuah
“lubang”. Tempat itu tidak lebih dari sebuah dinding bata yang kecil, terkucil dan setengah runtuh sehingga membentuk sebuah ruangan kecil. Di keempat sisinya ada lubang-lubang yang berfungsi sebagai jendela. Tempat itu berbau apek karena gelombang udara musim panas, maka papan kayu yang biasanya digunakan untuk menutupi “jendela-jendela” itu masih belum dipakukan. Bagian dalamnya tampak terang. “Apakah Ah-Tu masih ada di dalam?”
“Ya, tidak tahu dari mana ia mendapatkan sekendi arak, tapi ia sedang menikmatinya sendirian di dalam sana.”
“Sudah ada orang yang bicara dengannya?”
“Tidak, tapi tadi ada seseorang di sana.”
“Seperti apa orang itu?”
“Orangnya berkulit kuning, memakai sebuah topi yang ujung atasnya berbentuk seperti buah cherry merah, berpakaian seperti seorang kurir atau seorang pegawai di kantor pejabat atau seperti itulah.”
Tidak lama setelah percakapan singkat itu, seorang kurir yang memakai topi cherry merah datang dengan penuh lagak mendaki bukit kecil itu. Ia membawa sebuah kantung kain berwarna kuning. Sesudah mengamati sekelilingnya sebentar, ia melompat ke dalam rumah Ah-Tu. Tentu saja ia tidak melihat Lu Xiao Feng dan
Meng Wei, keduanya bersembunyi di atas sebuah pohon yang amat besar.
“Haruskah kita masuk dan menyergap mereka sekarang?” Meng Wei berbisik.
“Orang yang akan kita tangkap bukanlah dia.” Lu Xiao Feng segera menggelengkan kepalanya. “Tuan bermaksud menemukan si Bandit Penyulam dari dia?” Meng Wei segera faham. “Mmhmm.”
“Tulisan di kotak itu mengatakan bahwa ia akan segera kembali, menurut Tuan ia akan kembali ke tempat Nyonya Pertama Gong Sun?”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Dan kantung itu tentu sesuatu yang akan diberikan pada perempuan itu, ia mungkin telah kembali ke tempatnya sekarang!”
Meng Wei menahan sabarnya dan menunggu. Ia tidak harus menunggu lama. Kurir bertopi cherry merah itu berjalan keluar dan, sambil menggumamkan sebuah irama, menuruni bukit kecil itu. Ia telah melakukan tugasnya, maka ia tampak jauh lebih santai sekarang.
Setelah menunggu beberapa saat lagi, cahaya di dalam “rumah” kecil itu tiba-tiba padam dan setelah itu Ah-Tu berjalan keluar. Sebelum pergi, ia menutup jalan masuk ke “rumah”nya dengan sebuah pintu yang terbuat dari sebilah potongan kayu yang cukup besar. Ia membawa dua buah kantung yang terbuat dari tali rami di punggungnya, kantung kain berwarna kuning tadi tentu berada di dalam salah satu kantung rami itu.
“Aku akan mengikutinya, kau pulanglah dan rawatlah Bos Jin-mu.”
“Tuan akan pergi tanpa membawa bantuan, bagaimana jika….”
“Tak usah cemas, aku tidak mungkin mati!” Lu Xiao Feng menepuk pundaknya.
Bulan masih belum penuh. Angin malam membawa tanda-tanda musim gugur. Ini adalah cuaca yang sempurna untuk bepergian. Ah-Tu tidak menyewa sebuah kereta, ia juga tidak menaiki seekor kuda, tapi ia malah hanya berjalan kaki dengan acuh

Koleksi Kang Zusi

89

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tak acuh di depan, seolah-olah ia tidak memiliki sedikit pun perasaan khawatir di dunia ini. Tidak ada orang lain yang melintas di jalan raya ini kecuali mereka berdua, satu di depan dan satunya lagi di belakang. Kadang-kadang Ah-Tu akan menggumamkan sebuah lagu, kali lain ia akan menirukan adegan-adegan dalam opera atau drama-drama dengan suara yang keras; tapi tampaknya langkah kakinya malah semakin lambat.
Lu Xiao Feng berusaha menahan dirinya untuk tidak pergi mencari sebuah cambuk dan memukul orang ini beberapa kali agar berjalan lebih cepat. Setelah menghabiskan waktu yang rasanya bertahun-tahun, bintang-bintang mulai tampak jarang-jarang dan bulan pun mulai menghilang, tapi Ah-Tu masih belum mempercepat langkahnya. Ia malah menghampiri sebuah pohon di pinggir jalan dan duduk di bawahnya. Ia membuka salah satu kantungnya, mengeluarkan seekor bebek panggang, sekendi arak, dan ajaibnya, mulai makan di pinggir jalan itu.
Lu Xiao Feng menarik nafas, yang bisa ia lakukan hanyalah mencari sebatang pohon yang letaknya jauh dan naik ke atasnya. Ia menunggu, dan menonton. Tiba-tiba ia menyadari bahwa ia sangat kelaparan. Dua hari terakhir ini ia tidak mendapatkan makanan yang layak. Tadinya hal itu terjadi karena ia tidak mau makan, tapi sekarang ia benar-benar tidak bisa makan.
Ah-Tu merobek salah satu kaki bebek itu dan menggigitnya sekali, lalu ia meminum araknya. Tiba-tiba ia menarik nafas.
“Benar-benar membosankan kalau minum sendirian. Jika ada seseorang di sini bersamaku, ini baru hebat.” Ia bergumam sendirian.
Lu Xiao Feng benar-benar tergoda untuk turun dan ikut makan bersamanya. Tapi ia malah hanya bisa menontonnya makan. Akhirnya Ah-Tu selesai. Ia menggosokgosokkan tangannya ke celananya dan meneruskan perjalanannya. Lu Xiao Feng benar-benar terkejut bercampur senang saat menemukan bahwa, selain kaki yang tadinya dirobek oleh Ah-Tu, separuh bagian bebek panggang itu sama sekali belum tersentuh waktu Ah-Tu meninggalkannya di atas tanah. Pengemis ini tampaknya benar-benar lupa kalau dirinya adalah seorang pengemis.
Tentu saja ia bukan benar-benar seorang pengemis, tapi Lu Xiao Feng merasa seakan-akan ia telah hampir mati kelaparan, ia sangat tergoda untuk memungut separuh bagian bebek itu dan menggunakannya untuk mengisi perutnya. Tapi ia harus menahan diri. Bila ia mengingat-ingat semua kutu yang berada di tubuh AhTu, walau ia benar-benar akan mati kelaparan pun ia akan memilih kematian daripada memakan bebek itu.
Perjalanan diteruskan, dan sebelum ia sadar, Lu Xiao Feng menemukan bahwa hari telah pagi. Malam hari di bulan Juli selalu relatif singkat waktunya dan matahari pun tiba-tiba terbit. Dengan perlahan-lahan tapi pasti, semakin banyak orang yang bermaksud pergi ke pasar, muncul di jalan raya. Tiba-tiba Ah-Tu mulai berlari secepat mungkin di jalan itu. Seorang pengemis jorok seperti dirinya tidak akan pernah menarik perhatian orang lain di jalan, biarpun ia sedang lari atau bergulingan. Tapi bagaimana mungkin Lu Xiao Feng pun berlari mengejarnya seperti seekor anjing liar? Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain berlari? Bahkan jika orang lain menganggapnya gila, ia tetap harus berlari. Dan larinya Ah-Tu ternyata cukup cepat juga. Bila tidak ada orang lain di jalan, ia berjalan lebih lambat daripada seekor siput, tapi bila ada orang lain di jalan, ia berlari lebih cepat daripada seekor kelinci. Lu Xiao
Feng tiba-tiba menyadari bahwa orang ini bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi. Mengawasi orang seperti ini tidaklah mudah. Untunglah Ah-Tu tidak pernah melihat ke belakang, dan tampaknya ia juga sudah agak lelah. Tiba-tiba ia melompat ke bagian belakang sebuah pedati yang ditarik oleh seekor keledai dan membawa sisa-sisa daging babi. Ia bersandar pada bagian luar pedati itu dan tampaknya

Koleksi Kang Zusi

90

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. bersiap-siap hendak tidur.
Sais pedati itu berpaling ke belakang dan menatapnya dengan marah, tapi tidak mengusirnya turun. Lu Xiao Feng menarik nafas dan ia mendapatkan sebuah penemuan lagi: bepergian sebagai seorang pengemis ternyata memiliki sejumlah keuntungan yang tidak pernah bisa diduga oleh orang lain.
Tidak heran ada pepatah yang mengatakan: “Menjadi orang miskin lebih baik daripada menjadi pangeran.”
Matahari perlahan-lahan naik ke angkasa. Mata Ah-Tu tertutup, seolah-olah ia benar-benar tidur lelap. Lu Xiao Feng malah sedang keringatan, ia terbakar di bawah terik matahari, lelah, lapar, haus, dan tidak boleh berhenti.
Untuk dapat menemukan Nyonya Pertama Gong Sun, ia harus mengikuti orang ini tidak perduli apa pun. Jika beruntung, ia tentu akan bertemu dengan sejumlah penjual arak dingin atau nasi sapi di pinggir jalan. Tapi keberuntungan tidak berada di fihaknya, bahkan penjual kue pai pun tidak berhasil ditemukan.
Ternyata orang-orang di selatan sangat pemilih dalam soal makanan. Untuk makan, mereka harus menemukan sebuah tempat yang nyaman untuk duduk dan makan.
Pedagang-pedagang kecil seperti itu sangat jarang berhasil menjual sesuatu di wilayah ini. Maka hampir mustahil bagi pedagang-pedagang kecil untuk tetap bertahan dalam bisnisnya. Maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa bertahan.
Tadinya di pinggir jalan itu ada deretan tanah persawahan yang dialiri air. Baru sekarang jalan melingkar ke kaki sebuah gunung yang hijau. Tiba-tiba Ah-Tu melompat turun dari pedati dan mulai berlari mendaki gunung itu. Di bawah naungan pepohonan dan rerumputan di lereng gunung itu, setidaknya udara akan terasa lebih sejuk. Setelah tidur di pedati, Ah-Tu sekarang tampaknya telah penuh dengan energi.
Lu Xiao Feng tidak punya pilihan lain kecuali mengikutinya. Tiba-tiba ia menyadari satu hal lagi, bukan hanya pengemis jorok dan miskin ini memiliki fisik yang kuat, tapi ia juga tampaknya memiliki sedikit ilmu meringankan tubuh. Untunglah baginya gunung itu tidak terlalu tinggi, di samping itu, jika Ah-Tu mau berlari mendaki lereng gunung, mungkin tempat tujuannya memang tidak terlalu jauh. Mungkin sekali markas rahasia Nyonya Pertama Gong Sun berada di atas sebuah gunung. Tapi anehnya, gunung ini benar-benar sepi, bukan hanya tidak ada bangunan yang terlihat di sisi jalan, tetapi jalan-jalan di gunung itu pun sangat sempit dan berkelokkelok.
Setibanya di puncak, udara tiba-tiba dipenuhi oleh sebuah aroma yang mengundang selera, aroma daging kambing rebus. Tentu ada sebuah rumah di sana, tentu itu rumahnya Nyonya Pertama Gong Sun. Tapi, Lu Xiao Feng kembali keliru. Tidak ada bangunan di puncak itu, yang ada hanyalah sekelompok pengemis yang sedang makan dan minum.
“Anggaplah dirimu beruntung,” seseorang berkata saat mereka melihat Ah-Tu. “Kami baru saja mencuri seekor kambing gemuk dan sekarang hendak menikmatinya.
Karena kau muncul, mengapa tidak bergabung dengan kami?”
“Hehe, tentu aku telah berbuat sebuah pahala beberapa hari terakhir ini, tidak perduli ke mana pun aku pergi, aku selalu bertemu makanan enak!” Ah-Tu tertawa sambil berjalan menghampiri mereka.
Tapi Lu Xiao Feng terpaksa cuma menonton lagi. Tidak mungkin ia bisa bergabung dengan para pengemis ini dan ikut memakan kambing curian itu, ia tidak boleh terlihat oleh Ah-Tu. Maka ia hanya bisa bersembunyi di balik sebuah batu karang, merasa begitu kelaparan sampai-sampai perutnya pun mulai terasa sakit.
Ia bahkan mulai merasa menyesal, seharusnya ia memungut dan memakan daging bebek itu tadi malam. Ah-Tu tampaknya segera akrab dengan para pengemis itu.
Mereka tertawa-tawa dan berpesta sepuas hatinya, seakan-akan mereka sedang berada di Surga ke-7, tapi Lu Xiao Feng merasa seolah-olah ia sedang berada di

Koleksi Kang Zusi

91

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dasar Neraka. Belum pernah ia begitu menderita seperti ini di dalam hidupnya.
Baru sekarang ia akhirnya menyadari betapa menakutkannya kelaparan itu. Jika ia bisa menggunakan kesempatan yang sedikit ini dan menutup matanya sebentar, mungkin rasanya tidak seburuk ini.
Tetapi mungkin ada lagi anak buah Nyonya Pertama Gong Sun yang berada di antara para pengemis itu, mereka bisa saja menunggu Ah-Tu di sini untuk mengambil alih barang antaran itu. Maka Lu Xiao Feng tidak boleh lengah sedikit pun, ia harus berkonsentrasi untuk mengamati mereka. Jika Ah-Tu diam-diam berhasil menyerahkan kantung kuning itu pada orang lain untuk dibawa kepada Nyonya
Pertama Gong Sun tanpa terlihat olehnya, bukankah semua penderitaan yang ia alami ini akan sia-sia saja?
Akhirnya para pengemis itu telah selesai makan. Ah-Tu mengucapkan terimakasih kepada mereka sebelum, anehnya, memulai perjalanannya menuruni gunung. Apa tujuan tamasya-nya tadi ke atas gunung ini?
“Mungkinkah ia telah menyerahkan kantung kuning itu pada orang lain? Kenapa aku tidak melihatnya?” Lu Xiao Feng tidak mampu membayangkan kejadian yang sebenarnya. Tapi karena ia tidak melihat apa-apa, ia harus tetap mengikuti Ah-Tu.
Di tengah perjalanan menuruni gunung, tiba-tiba Ah-Tu berhenti dan mengeluarkan kantung kuning itu dari salah satu kantung tali rami yang ia bawa. Setelah menelitinya sebentar, ia memasukkannya kembali ke dalam buntalan di punggungnya. “Untunglah salah satu dari pencuri kambing itu tidak mencurinya,” ia tersenyum dan bergumam pada dirinya sendiri. “Kalau tidak kepalaku mungkin tidak akan lama lagi berada di leherku!”
Apa yang ada di dalam kantung kuning itu? Kenapa begitu penting? Lu Xiao Feng tidak bisa melihat, juga tidak bisa menebak.
Tak perduli apa, setidaknya benda itu masih ada pada Ah-Tu. Lagipula, jika benda itu benar-benar penting, mungkin ia sendiri yang harus menyerahkannya pada
Nyonya Pertama Gong Sun. Tampaknya semua penderitaan yang dialami Lu Xiao
Feng tidaklah sia-sia sama sekali.
Tapi hal yang paling menjengkelkan adalah Ah-Tu menuruni gunung itu tepat melalui jalan naiknya tadi. Tidak mungkin ia naik ke atas gunung cuma untuk makan kambing, kan? Mungkinkah ia telah melihat bahwa seseorang sedang menguntitnya dan sengaja membuatnya menderita sedikit? Tidak, itu juga tidak mungkin. Ia sama sekali tidak tampak gugup, dan jika ia memang melihat seseorang mengikutinya, ia tidak mungkin kembali melalui jalan yang sama.
Lu Xiao Feng bahkan semakin yakin kalau ia tidak mungkin ketahuan. Bahkan jika ia harus kelaparan dua hari lagi, ia tidak akan mengeluarkan suara sedikit pun.
Akhir-akhir ini banyak orang yang sampai pada kesimpulan bahwa ilmu meringankan tubuhnya termasuk 5 yang terbaik di dunia.
“Bila seseorang dibebani dengan semacam tugas yang rahasia dan penting, tidak perduli apakah ada orang lain yang mengikutinya atau tidak, perjalanannya tentu akan sengaja dibuat berliku-liku.”
Tentu itulah penyebabnya, Lu Xiao Feng tampak puas dengan penjelasan ini. Setelah menuruni gunung, gerakan Ah-Tu, seperti yang telah diduga, jadi jauh lebih stabil.
Setelah berjalan satu jam lebih, ia memasuki sebuah kota. Setelah mengelilingi jalan-jalan di kota itu sebanyak dua kali, ia lalu memasuki sebuah rumah makan, tapi kemudian keluar lewat pintu belakang. Tiba-tiba, ia berbelok dan menelusuri sebuah gang, di dalam gang itu hanya ada sebuah pintu. Pintu tersebut adalah pintu belakang sebuah kebun bunga dari sebuah kompleks yang amat besar.
Ia seperti baru tiba di rumah sendiri, karena ia berjalan masuk tanpa mengetuk pintu sama sekali. Setelah berada di halaman, tampaknya ia pun sangat mengenali lika-liku tempat itu. Dua kali belokan dan putaran dan ia telah berhasil keluar dari

Koleksi Kang Zusi

92

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. semak-semak bunga, melewati sebuah jembatan kecil, dan tiba di sebuah paviliun kecil yang berada di tepi sebuah kolam bunga lotus. Terlihat sinar lampu di lantai atas paviliun itu. Baru sekarang Lu Xiao Feng menyadari bahwa senja hari pun telah berlalu. Lewat senja, matahari terbenam masih bisa terlihat di atas cakrawala. Paviliun kecil itu tampak terang-benderang, tapi tidak terdengar suara orang, bahkan tidak terlihat seorang pun pelayan. Ah-Tu juga tidak berhenti di sini, karena ia terus menaiki tangga. Di dalam sebuah ruangan yang penuh hiasan di lantai atas, tidak terlihat satu orang pun, tapi satu set perangkat makan yang mahal dan arak telah tertata rapi di atas sebuah meja.
“Tampaknya nasib mujurnya benar-benar luar biasa, ke mana pun pergi ia selalu bertemu makanan yang enak.”
Walaupun tidak ada orang di sana, di atas meja ada 8 pasang sumpit dan cangkir arak. Ah-Tu duduk, mengambil sepasang sumpit, menjepit sepotong “Ayam Mabuk”, tapi kemudian menggelengkan kepalanya dan meletakkannya kembali. Ia merogoh ke belakang dan mengeluarkan kantung kuning itu lagi.
“Tidak disangka kalau aku kembali menjadi orang pertama yang tiba di sini.” Ia bergumam. Jelas ia sedang menunggu orang lain. Tapi orang-orang macam apa yang ia tunggu? Apakah Nyonya Pertama Gong Sun termasuk di antaranya?
Di samping paviliun itu ada sebuah pohon gingko yang rimbun dan amat besar, penuh dengan dedaunan dan dahan-dahan, cocok untuk tempat bersembunyi. Dan letaknya pun persis menghadap jendela ruangan itu.
Seperti seekor kadal, Lu Xiao Feng merayap naik ke batang pohon yang menghadap jendela dan menemukan sebuah bagian dari pohon itu yang penuh dengan dedaunan. Hari semakin gelap, jika seseorang melihat keluar dari jendela, ia tentu akan tetap aman. Setidaknya sekarang Ah-Tu telah tiba di tempat tujuannya, ia tidak perlu khawatir lagi kalau-kalau ia melakukan tipuan.
Lu Xiao Feng baru saja hendak menarik nafas dalam-dalam dan beristirahat sebentar waktu ia sayup-sayup mendengar suara kibasan baju yang tertiup angin. Sebuah bayangan manusia terlihat melintasi dahan-dahan pohon dan mendarat di paviliun itu dengan gerakan “Mengibas Awan Dengan Cekatan” yang indah.
“Gerakan yang indah, ilmu meringankan tubuh yang sangat murni.” Lu Xiao Feng segera membuka matanya lebar-lebar untuk melihat. Tapi ia telah tahu bahwa orang ini bukanlah Nyonya Pertama Gong Sun. Walaupun ilmu kungfu orang ini termasuk kelas satu, tapi masih berada di bawah Nyonya Pertama Gong Sun, dan, tentu saja di bawah dirinya juga.
Tapi orang ini pun seorang wanita, usianya sekitar 40 tahun, tapi wajahnya seperti masih berusia separuhnya. Pada dirinya masih tampak kesegaran dan kepolosan seorang wanita muda, tapi gayanya dan lirikan matanya terlihat jauh lebih menggoda daripada yang bisa ditemui pada seorang gadis muda. Ia mengenakan pakaian berwarna ungu gelap tetapi ketat dengan sebuah buntalan kuning pula di tangannya. Tadi, waktu ia sedang melintasi pohon, Lu Xiao Feng pun telah melihat bahwa ia juga memakai sepasang sepatu merah.
Tapi sekarang ia telah duduk.
“Kau lagi yang pertama.” Ia memberi Ah-Tu sebuah senyuman yang manis.
“Laki-laki memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu wanita.” Ah-Tu menarik nafas.
Sekarang ada sesuatu yang bisa disimpulkan oleh Lu Xiao Feng. Ia menyadari bahwa dugaannya tadi benar, Ah-Tu ini bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi, dan kedudukannya pun tidaklah rendah. Bagaimana mungkin ia, seorang pengemis yang penuh kutu, bisa duduk sejajar dengan wanita berbaju ungu yang memiliki ilmu meringankan tubuh dan gaya yang sangat indah ini? Mungkinkah ia juga seorang

Koleksi Kang Zusi

93

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. jago kungfu?
Lu Xiao Feng selalu menganggap dirinya sendiri memiliki pengetahuan yang amat luas mengenai orang-orang dan kejadian-kejadian di dunia persilatan. Tapi sekarang ia menyadari bahwa masih banyak jago-jago di dunia ini yang tidak ia kenal, setidaknya dua orang di depannya ini adalah orang-orang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Angin tiba-tiba membawa sebuah gelombang suara tawa yang mirip dengan dentingan lonceng perak. Orangnya belum tiba, tapi suara tawanya sudah.
“Adik ke-7 datang.” Wanita berbaju ungu itu berkata.
Ucapannya bahkan belum selesai ketika satu orang lagi muncul di ruangan itu. Tentu saja seorang wanita lagi. Rambutnya dibentuk berupa dua ekor kuda dan berwarna hitam legam, matanya berkilauan, giginya bersinar-sinar, dan senyumannya manis.
Ia adalah seorang gadis muda berbaju merah dan tangannya pun menggenggam sebuah buntalan kuning.
Ia tersenyum kecil pada Ah-Tu dan kemudian berpaling pada si wanita berbaju ungu.
“Nyonya kedua, kau datang cepat!”
“Yang tua memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu yang muda.” Si wanita berbaju ungu menarik nafas.
“Sejak kapan kau jadi tidak sabaran?” Ia tertawa, suara tawa seperti dentingan lonceng perak pun terdengar lagi. “Orang lain tentu harus bersyukur jika mereka bisa sabar terhadap apa yang kau lakukan.”
Wanita berbaju ungu menatapnya dan menarik nafas.
“Aku tidak faham apa yang kau tertawakan. Mengapa kau terus tertawa siang dan malam?” “Karena ia mengira bahwa ia kelihatan sangat cantik bila ia tertawa,” Ah-Tu menjawab seenaknya. “Belum lagi sepasang lesung pipinya yang manis itu, jika ia tidak tertawa, lalu bagaimana mungkin orang bisa melihatnya?”
Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah, tapi kemudian tertawa lagi.
Dan kali ini ia tidak bisa berhenti. Lu Xiao Feng sekarang tahu bahwa wanita berbaju ungu itu dikenal sebagai Nyonya Kedua. Nyonya Kedua? Mungkinkah itu singkatan dari Nyonya Kedua Gong Sun? Jika Nyonya Kedua Gong Sun ada di sini, tentu
Nyonya Pertama Gong Sun tidak jauh-jauh dari tempat ini. Lu Xiao Feng akhirnya merasa sedikit senang, setidaknya semua penderitaannya ini tidak sia-sia. Di samping itu, suara tawa gadis berbaju merah itu mampu membuat orang yang mendengarnya merasa bahagia. Sayangnya Lu Xiao Feng pun tidak mengenalnya.
“Mari kita bertaruh,” ia masih tertawa. “Siapa menurut kalian yang terakhir datang kali ini?”
“Adik Ketiga, tentu saja,” Nyonya Kedua menjawab. “Ia memerlukan waktu satu jam hanya untuk membasuh mukanya, bahkan jika kau membakar alis matanya pun ia tetap tidak akan buru-buru datang.”
“Benar!” Gadis berbaju merah itu bertepuk tangan dengan gembira dan tertawa.
“Tentu dia lagi kali ini.”
“Salah, kali ini bukan dia.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari lantai bawah.
Suara itu sangat lembut, dan sangat lambat, sementara seseorang berjalan naik ke lantai atas. Walaupun ia sedang berjalan perlahan-lahan sekarang, Lu Xiao Feng tadi tidak melihat kapan ia memasuki gedung itu.
Gadis berbaju merah tampak terkejut melihatnya, tapi kemudian ia segera tertawa lagi. “Siapa yang mengira kalau sebuah keajaiban telah terjadi? Nyonya Ketiga tidak terlambat datang!”
Bukan hanya suaranya yang lembut, tingkah-lakunya pun lemah lembut, senyumannya bahkan semakin lembut ketika ia dengan perlahan berjalan menaiki tangga, duduk dengan perlahan dan dengan perlahan meletakkan kantung kuning miliknya di atas meja. Baru kemudian ia menarik nafas.

Koleksi Kang Zusi

94

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Bukan hanya aku tidak datang terlambat, tapi aku pun telah berada di sini sebelum kalian semua.”
“Benarkah?” Gadis berbaju merah bertanya.
“Aku tiba di sini tadi malam dan tidur di lantai bawah. Aku bermaksud datang lebih dulu dan memberi kejutan pada kalian semua!”
“Jadi mengapa kau menunggu sampai sekarang baru datang ke atas sini?” Gadis berbaju merah pun tertawa.
“Karena ada banyak hal yang harus kulakukan!” Nyonya Ketiga menarik nafas.
“Seperti apa?”
“Aku harus menyisir rambutku, dan kemudian membasuh wajahku, dan lalu mengenakan bajuku, dan kemudian memakai sepatuku….” Kali ini, bahkan Lu Xiao
Feng pun, yang sedang bergantung di atas pohon, terpaksa tertawa kecil.
Gadis berbaju merah itu telah terbungkuk-bungkuk sambil tertawa.
“Ini benar-benar hal yang sangat penting.” Ia berkata, sambil berusaha menarik nafas. “Sudah kubilang, dia butuh waktu satu jam untuk membasuh mukanya.” Bahkan
Nyonya Kedua pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil.
“Aku hanya mengherankan satu hal!” Ah-Tu tiba-tiba memotong.
“Apa itu?” Gadis berbaju merah bertanya sebelum dua orang lainnya sempat melakukannya. “Selain menyisir rambutnya, membasuh mukanya, memakai baju dan sepatunya, bagaimana ia punya waktu untuk melakukan hal lainnya dalam seharian?”
“Ini benar-benar masalah yang serius,” gadis berbaju merah berusaha keras menahan tawanya dan menjawab dengan muka yang kaku. “Jika nanti ia menikah, ia bahkan mungkin tidak punya waktu untuk punya anak, itu memang serius!”
Tapi sebelum ucapannya selesai, ia sudah hampir bergulingan di lantai karena tertawa. “Yang kutahu adalah kau tentu saja akan punya waktu untuk punya anak,” Nyonya
Ketiga tampaknya sama sekali tidak marah, malah ia menjawab dengan perlahan.
“Nanti kau akan memiliki sedikitnya 70 atau 80 orang anak.”
“Bahkan jika aku punya satu setiap tahunnya, bagaimana mungkin aku bisa punya sebanyak itu?” Gadis berbaju merah masih tertawa.
“Jika kau bisa melahirkan banyak anak sekaligus, bukankah hal itu mungkin saja terjadi?” “Hanya babi yang bisa melahirkan banyak anak sekaligus, aku bukan seekor….”
Gadis berbaju merah berhenti di tengah kalimatnya, tiba-tiba ia menyadari bahwa pada dasarnya ia sedang membuat lelucon tentang dirinya sendiri.
Nyonya Kedua tidak bisa menahan tawanya lagi.
“Hehe, jadi kau bukan seekor babi? Seharusnya kau mengatakan hal ini pada setiap orang, untuk menghindari kebingungan.” Ia bergurau.
“Oh, aku faham,” gadis berbaju merah mencibirkan mulutnya. “Kakak Ke-empat dan
Kakak Ke-enam tidak ada di sini, jadi kalian semua menggunakan kesempatan ini untuk membuat lelucon tentang diriku!”
“Lalu apa bedanya jika mereka berada di sini?” Tanya Nyonya Ketiga.
“Setidaknya mereka akan membantuku bicara, gabungan kalian berdua bahkan tidak ada artinya bagi salah seorang saja dari mereka.”
Angin kembali bertiup dan tiga orang lagi melayang masuk melalui jendela seperti burung. “Setidaknya ada satu hal yang aku yakini, aku tahu kalau dia bukan seekor babi!”
Salah seorang dari mereka tersenyum dan berkata.
Si gadis berbaju merah bertepuk tangan lagi dengan gembira dan tertawa.
“Kalian dengar itu? Aku tahu bahwa Kakak Ke-empat akan berada di fihakku.”
“Tapi, apakah dia jika bukan seekor babi kecil?” Nyonya Ketiga malah bertanya.

Koleksi Kang Zusi

95

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Ia hanya seekor ayam betina, itu saja!” Kakak Ke-empat menjawab.
“Aku seekor ayam betina?” Si gadis berbaju merah tercengang mendengar jawaban itu. “Jika bukan, lalu kenapa kau selalu: ‘hihihihi’, tertawa terus-menerus siang dan malam?” Gadis berbaju merah itu tidak bisa lagi tertawa, Lu Xiao Feng juga tidak – Di antara
3 orang wanita yang terakhir datang itu, ia mengenali 2 orang di antaranya. Salah satunya, tentu saja, Jiang Qing Xia, hal itu tidak membuatnya terkejut. Tapi, walaupun dalam mimpi, tidak pernah ia bisa membayangkan bahwa “Kakak Keempat” mereka adalah OuYang Qing! Pelacur terkenal yang pernah dibuatnya marah itu, yang hanya mencintai uang tapi tidak perduli pada wajah, OuYang Qing yang itu dan satu-satunya!
Melihat OuYang Qing datang bersama dengan Jiang Qing Xia, melihat bahwa ilmu ginkang OuYang Qing tidak berada di bawah Jiang Qing Xia, Lu Xiao Feng hampir terjatuh dari atas pohon. Organisasi “Sepatu Merah” ini tampaknya benar-benar memiliki anggota dari berbagai kalangan. OuYang Qing dan Jiang Qing Xia jelas merupakan figur-figur yang menonjol di dalam organisasi ini. Di atas meja ada delapan pasang sumpit, dan sekarang tujuh orang telah tiba.
Wanita berbaju ungu adalah Nyonya Kedua, wanita yang membutuhkan waktu satu jam untuk membasuh mukanya itu adalah Nyonya Ketiga, Kakak Ke-empat adalah
OuYang Qing, Kakak Ke-lima adalah Jiang Qing Xia, Kakak Ke-enam adalah seorang nikouw gundul berkaus kaki putih dan berjubah hijau, dan si ayam betina kecil yang tidak pernah berhenti tertawa itu adalah yang nomor tujuh. Jadi di mana Nyonya
Pertama? Kenapa Nyonya Pertama Gong Sun belum muncul? Dan Ah-Tu yang penuh kutu itu, apa hubungannya dengan mereka? Di mana posisinya?
Mereka bertujuh telah duduk dan meletakkan kantung kuning di hadapan mereka.
Hanya kursi utama yang masih kosong, jelas disisakan untuk Nyonya Pertama Gong
Sun.
“Jadi apa yang kalian berenam bawa pulang kali ini?” Ah-Tu tiba-tiba bertanya.
“Bisakah kalian perlihatkan padaku?”
“Tentu saja bisa,” si gadis berbaju merah menjawab sebelum yang lainnya sempat.
“Karena Kakak Ketiga lebih dulu berada di sini, mengapa tidak kita persilakan dia untuk lebih dulu memperlihatkan apa yang ia bawa pulang?”
Nyonya Ketiga tidak keberatan atau menolak, dengan perlahan ia mengulurkan tangannya dan mulai membuka kancing-kancing di kantungnya. Sekarang ia sedang membuka kancing ketiga, tapi tadi perlu waktu 10 menit hanya untuk membuka kancing pertama.
“Kalian mungkin tahan, tapi aku tidak,” Nyonya Kedua menarik nafas dan tersenyum sabar. “Ijinkan aku yang lebih dulu memperlihatkan apa yang aku dapatkan.”
Sekarang Lu Xiao Feng membuka matanya lebar-lebar dan ia memusatkan perhatian pada kantung itu. Apa yang ada di dalam kantung kuning yang misterius itu? Telah lama ia ingin mengetahuinya. Maka dialah yang paling tertarik untuk melihat isinya daripada orang lain yang hadir di situ. Untunglah baginya, gerakan Nyonya Kedua tidak lambat dan tak lama kemudian ia telah membuka kantungnya. Di dalamnya ada 70 atau 80 buah buku deposito bank dengan ukuran yang berbeda-beda.
“Tahun ini memang bukan tahun yang berhasil bagiku, dan aku pun hanya keluar selama 3 bulan,” ia menjelaskan. “Maka aku hanya berhasil mendapatkan satu juta delapan ratus delapan puluh ribu tael perak dari bank-bank sekitar sini. Tapi tahun depan aku tentu akan mendapatkan hasil dua kali lipat.”
Dalam waktu kurang dari setahun ia mampu mengumpulkan lebih dari 1,8 juta tael perak, dan masih menyatakan bahwa tahun ini adalah tahun yang buruk? Lu Xiao
Feng diam-diam menarik nafas. Seumur-umur ia tidak bisa membayangkan Nyonya
Kedua ini melakukan bisnis apa. Dari apa yang ia ketahui, para bajingan terbesar

Koleksi Kang Zusi

96

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dan terhebat di dunia penjahat hanya dapat mengumpulkan setengah dari apa yang didapatkan perempuan ini. Ia tidak bisa memikirkan bisnis lain di dunia ini yang lebih menguntungkan daripada kejahatan.
“Jika kita hanya mendapatkan 1,8 juta tael, maka kurasa kita harus sedikit menghemat pengeluaran kita tahun ini.” Nyonya Ketiga menarik nafas.
“Bagaimana denganmu? Bagaimana penghasilanmu tahun ini?” Nyonya Kedua bertanya. “Tahun ini tidak buruk bagiku,” Nyonya Ketiga tersenyum. “Tampaknya akhir-akhir ini cukup banyak orang yang tidak ingin kehilangan hidungnya.”
Tidak ingin kehilangan hidungnya, berarti mereka bersedia kehilangan muka mereka, berarti bahwa mereka tak tahu malu. Lu Xiao Feng pun faham kalimat ini, tapi apa hubungannya hal itu dengan penghasilan perempuan itu tahun ini? Itu yang tidak difahami oleh Lu Xiao Feng. Untunglah, kali ini Nyonya Ketiga telah selesai membuka ketiga kancing pada kantungnya. Di dalamnya ada sehelai kain minyak.
Ia membuka gulungan kain minyak itu, hanya untuk membuka sebuah gulungan kain satin merah lagi. Luar biasa, di dalam kain satin merah itu ada 70 atau 80 buah hidung yang berbeda-beda ukuran dan berbeda-beda bentuknya! Hidung manusia!
Lu Xiao Feng hampir terjatuh dari atas pohon lagi. Bagaimana mungkin seorang wanita yang begini lembut dan sopan bisa begitu kejam, bahkan tidak terbayang olehnya kalau perempuan ini tega memotong 70 atau 80 buah hidung itu dengan tangannya sendiri!
“Yah, karena mereka tidak menginginkan hidung mereka lagi, maka aku memutuskan untuk memotongkannya bagi mereka!” Nyonya Ketiga berkata dengan lembut. “Itu ide yang sangat bagus!” Gadis berbaju merah bertepuk tangan dan tertawa lagi.
“Tapi tahun depan aku tidak akan melakukan hal ini lagi!”
“Apa yang akan kau lakukan tahun depan?” Tanya si gadis berbaju merah.
“Tahun depan aku akan memotong lidah!”
“Memotong lidah? Kenapa begitu?”
“Karena akhir-akhir ini aku menyadari bahwa orang-orang di dunia ini terlalu banyak bicara!” Nyonya Ketiga menarik nafas dengan ringan dan menjelaskan dengan lambat-lambat. “Jika aku tidak mengenalmu, aku tentu tidak akan percaya bahwa kau adalah orang yang demikian kejam dan tidak kenal belas kasihan walaupun kau memukulku sampai mati!” Gadis berbaju merah menjulurkan lidahnya sedikit dan tertawa dengan suara yang mirip dengan bunyi dentingan lonceng perak.
“Aku tidak akan membunuhmu, paling-paling yang kulakukan adalah memotong lidahmu!” Nyonya Ketiga menjawab dengan santai.
Gadis berbaju merah segera menarik lidahnya dan menutup mulutnya, seakan-akan ia bahkan takut kalau orang lain melihatnya. Bila urusannya memotong hidung atau lidah, wanita ini, yang memerlukan waktu satu jam hanya untuk membasuh mukanya, tentu tidak akan lamban gerak-geriknya.
“Punya siapa hidung terbesar yang ada di sini?” OuYang Qing tiba-tiba bertanya.
“Mengapa kau ingin tahu?”
“Aku selalu tertarik pada laki-laki berhidung besar!” OuYang Qing bergurau.
“Gadis kecil ini telah menghabiskan waktu terlalu banyak di tempat-tempat seperti itu,” Nyonya Kedua tertawa. “Dua tahun di tempat itu dan bukan hanya hatinya semakin hitam sekarang, kulit mukanya juga semakin tebal.”
“Kakak Kedua tentu orang dalam juga,” OuYang Qing cekikikan. “Tampaknya ia tahu benar hal-hal baik tentang laki-laki berhidung besar!”
“Sayangnya orang berhidung terbesar itu adalah orang tak berhidung sekarang!” ucap Nyonya Ketiga.
“Jadi siapa yang kau bicarakan ini?” OuYang Qing bertanya.

Koleksi Kang Zusi

97

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Duan Tian Cheng!"
Waktu mendengar nama ini, Lu Xiao Feng kembali terkejut. Ia pernah mendengar nama ini sebelumnya, dan pernah juga bertemu dengan orangnya. Si “Menaklukkan
Tiga Gunung” Duan Tian Cheng bukan hanya terkenal karena hidungnya yang amat besar, tapi juga karena gaya dan bokongnya yang besar. Memotong hidungnya, tak perduli siapa pun pelakunya, benar-benar bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
“Apakah kita bermaksud melakukan hal yang sama seperti dulu-dulu?” Gadis berbaju merah telah menutup mulutnya untuk waktu yang lama dan ia tidak tahan lagi. “Kita semua makan dan minum dan mabuk sepuasnya?”
“Itu adalah tradisi kita, tentu saja tidak akan berubah,” jawab Nyonya Kedua.
“Kalau begitu, karena kita semua sudah ada di sini, mengapa tidak kita mulai?”
Gadis berbaju merah bertanya.
Hati Lu Xiao Feng seperti tenggelam. – Mereka semua sudah ada di sini? – Apakah
Nyonya Pertama Gong Sun sama sekali tidak datang hari ini?
“Siapa bilang kita semua sudah ada di sini? Tidakkah kau lihat kalau masih ada sebuah kursi yang kosong?” tegur Nyonya Kedua.
“Siapa lagi yang akan datang?”
“Kudengar Kakak Pertama menemukan seorang adik untukmu!” Nyonya Kedua tersenyum. “Akhirnya ada yang lebih muda dariku!” Gadis berbaju merah pun tersenyum. “Sejak saat ini, jika kalian menggertakku, aku akan balas menggertak dia!”
“Sayangnya dia tidak akan ke sini hari ini!” Ah-Tu tiba-tiba berkata.
“Mengapa tidak? Dia tidak mau datang?” Nyonya Kedua mengerutkan keningnya.
“Ia mau, tapi tidak bisa!”
“Seseorang tidak mengijinkannya?” Nyonya Kedua bertanya.
Ah-Tu mengangguk.
“Yah, kalau dia tidak datang, lalu siapa lagi yang kita tunggu?” Gadis berbaju merah segera memotong, ia tidak sabar lagi untuk memulai acara.
“Seorang tamu!”
“Kita punya seorang tamu tahun ini?” Mata gadis berbaju merah pun bersinar-sinar.
“Mmhmm!” jawab Ah-Tu.
“Bagaimana kemampuan minum araknya?” Gadis berbaju merah bertanya.
“Kudengar tidak buruk!”
“Tidak perduli betapa pun bagusnya kemampuan minum araknya, asal dia berani datang hari ini, kujamin ia akan masuk ke sini dengan tubuh tegak, tapi pergi dengan tubuh terbujur!” Gadis berbaju merah tertawa.
“Tampaknya ia bukan hanya jago minum arak, tapi ia pun cukup berani,” Mata
Nyonya Kedua tampak berkerlap-kerlip. “Kalau tidak, ia tentu telah lari pergi mendengar kalimat-kalimat kalian itu.”
“Ia seberani itu?” Mata gadis berbaju merah tampak berkedip-kedip.
“Ia masih belum lari.” Ah-Tu menjawab.
“Jika dia belum lari juga, lalu mengapa dia tidak masuk?” Gadis berbaju merah tertawa. “Mungkinkah dia lebih suka merasakan angin daripada merasakan arak?”
“Ia telah merasakan angin seharian,” Ah-Tu menjawab. “Kurasa dia sudah cukup kenyang sekarang.”
Seseorang menarik nafas dari atas pohon di luar jendela: “Aku benar-benar sudah cukup kenyang.”
Sambil menarik nafas, Lu Xiao Feng melayang masuk bersama hembusan angin yang lembut. Sudah lama ia memang ingin masuk.
Tujuh orang seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak tahu kalau ada seseorang di atas pohon di luar jendela? Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa bersembunyi di luar sana adalah hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Ia merasa bahwa dirinya makin lama jadi semakin tolol.

Koleksi Kang Zusi

98

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Tapi ia tidak kelihatan seperti orang tolol. Tidak ada orang tolol, tak perduli seperti apa pun tololnya, yang memiliki empat alis mata.
Gadis berbaju merah itu menatapnya, tiba-tiba ia bertepuk tangan dan tertawa.
“Aku tahu kau siapa, kau adalah si telur tolol Lu Xiao Feng yang beralis empat itu!"
Bab 8: Duel Setelah Adu Minum
Kelaparan seharian, tidak mencicipi apa-apa kecuali angin, itu saja sudah merupakan hal yang menyedihkan. Tapi hal yang lebih menyedihkan daripada itu mungkin, di saat-saat hampir pingsan karena kelaparan, lalu ditertawakan orang dan dipanggil
“si telur tolol besar”.
Tapi Lu Xiao Feng hanya tertawa.
“Aku tahu banyak orang yang memanggilku si ‘telur tolol’, tapi banyak juga orang yang suka memanggilku dengan nama lain!”
“Nama apa itu?” Gadis berbaju merah bertanya.
“Si ayam jantan besar!”
Wajah si gadis berbaju merah tampak memerah, merah menyala seperti warna bajunya. “Sebenarnya ia punya sebuah nama lain, nama yang lebih bagus.” OuYang Qing tiba-tiba memotong.
“Nama apa itu?” Gadis berbaju merah segera bertanya lagi, ia sangat ingin mengalihkan pokok pembicaraan.
"Lu si Tiga Telur."
“Lu si Tiga Telur?” Gadis berbaju merah tampak bingung. “Apa artinya itu?”
“Sebenarnya sangat sederhana,” OuYang Qing menjawab dengan acuh tak acuh.
“Karena ia bukan hanya si telur tolol, ia juga si telur bangsat serta si telur busuk.
Digabungkan semuanya, bukankah itu sama dengan tiga telur?”
“Oh, itu nama yang bagus sekali!” Si gadis berbaju merah kembali tertawa hingga terbungkuk-bungkuk. “Belum pernah kudengar nama sebagus itu dalam hidupku!”
“Karena kalian semua begitu kelaparan, kenapa kalian tidak memecahkan tiga telur itu dan menggorengnya untuk dimakan?” Nyonya Kedua bergabung dalam percakapan itu dengan sebuah senyuman yang tidak bisa ditebak artinya.
“Karena tiga telur ini tidak segar lagi,” OuYang Qing menjawab. “Semuanya sudah busuk.” “Sekarang aku hanya mengkhawatirkan satu hal!” Nyonya Ketiga menarik nafas.
“Apa itu?” Tanya OuYang Qing.
“Aku khawatir kalau ia bukan telur bebek, tapi telur ayam!”
“Itu benar-benar sebuah masalah yang amat serius,” OuYang Qing mengangguk dan menjawab dengan muka yang kaku. “Jika ia telur ayam, maka seekor ayam betina tentu telah melahirkannya. Jika demikian, bukankah ia putera si ayam betina kecil?”
Walaupun wajah si gadis berbaju merah sekarang semakin merah, ia tak tahan lagi untuk tidak tertawa hingga terbungkuk-bungkuk. Lu Xiao Feng tidak tertawa, tapi ia menyadari dua hal.
- Kau tidak boleh mencari gara-gara dengan perempuan, terutama perempuan seperti OuYang Qing.
- Seorang laki-laki yang berdebat dengan enam orang wanita akan bernasib seperti seorang pelajar yang mencoba bicara tentang logika dengan enam orang prajurit, lebih baik ia membeli sepotong tahu yang amat besar dan memukul dirinya sendiri dengan tahu itu hingga mati. Ia telah membuat satu kesalahan, maka ia tidak ingin membuat kesalahan kedua. Gadis berbaju merah itu masih tertawa. Bukan hanya suara tawanya itu terdengar enak di telinga, tapi juga seperti menggelitik. Bila orang mendengar suara tawanya, hati mereka tentu akan ikut merasa gembira, dan mereka pun akan ikut tertawa sedikit. Tapi Lu Xiao Feng tidak tertawa. Tiba-tiba ia

Koleksi Kang Zusi

99

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. melesat ke depan dan, cepat seperti kilat, mencengkeram tangan si gadis berbaju merah dan menelikungnya ke belakang.
“Awas!” Nyonya Kedua berseru.
Segera setelah kata itu keluar dari mulutnya, si gadis berbaju merah menyikutkan tangannya yang lain ke rusuk Lu Xiao Feng, bersama dengan tiga jenis senjata lain yang datang dari dua sisi.
Tindakan mereka sangat cepat, terutama si nikouw berjubah hijau dan berkaus kaki putih itu. Sebuah sinar terlihat di telapak tangannya dan sebatang pedang pendek telah melesat ke arah Lu Xiao Feng, hawanya yang dingin dan keji terasa begitu tebal sehingga sukar bagi orang untuk membuka matanya. Tapi sayangnya Lu Xiao
Feng lebih cepat lagi, dada dan perutnya mengkerut ke dalam dan kedua tangannya tetap mencengkeram tangan si gadis berbaju merah dengan erat. Ketiga senjata itu keluar pada saat yang bersamaan, dan berhenti pada saat yang bersamaan pula, ujungnya tidak lebih dari 10 cm lagi jaraknya dari titik-titik mematikan di rusuk Lu
Xiao Feng.
Tapi Lu Xiao Feng tidak bergerak, bahkan tidak berkedip sedikit pun. Karena ia tahu bahwa semua serangan itu tidak akan diteruskan. Jika saudaranya juga jatuh ke tangan seorang musuh, ia pun tidak akan berani bertindak gegabah. Urat-urat tampak menonjol di tangan si nikouw berjubah hijau yang memegang pedang.
Menghentikan sebuah gerakan seperti itu memang membutuhkan energi yang jauh lebih besar daripada gerakan itu sendiri.
“Lepaskan!” Nikouw itu berseru dengan gusar, ujung pedangnya sedikit bergetar.
Lu Xiao Feng tidak mau melepaskan.
“Aku tidak berbuat salah padamu, mengapa kau tidak melepaskanku?” Si gadis berbaju merah bertanya, sambil menggigit bibirnya, ia tidak bisa tertawa lagi.
Lu Xiao Feng masih tidak mau melepaskan, ia juga tidak menjawab.
“Seorang laki-laki besar sepertimu menakut-nakuti seorang gadis kecil, kau tidak punya malu?” OuYang Qing tertawa dingin, pedangnya telah terhunus keluar dari lengan bajunya.
Lu Xiao Feng tidak merasa malu. Wajahnya pun tidak berubah menjadi pucat atau memerah. Golok lengkung berkilauan yang dipegang oleh Nyonya Kedua juga telah keluar dari dalam lengan bajunya. Panjang senjata itu tidak lebih dari setengah meter.
“Di antara dua pedang dan satu golok kami, kapan saja kami bisa membuat lusinan lubang di tubuhmu!” Ia mengancam.
“Jika tidak kau lepaskan saat ini juga, kami akan memastikan kau mati di sini!”
OuYang Qing segera menambahkan.
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa.
“Kau tidak mempercayai apa yang kami katakan?” Nyonya Kedua bertanya.
“Aku mempercayai setiap patah kata yang kalian ucapkan,” Lu Xiao Feng menjawab sambil tersenyum, “tapi aku tidak percaya kalian akan benar-benar membuat gerakan!” “Oh, benarkah?” Nyonya Kedua mendengus dengan dingin.
“Karena aku yakin kalian semua telah melihat bahwa aku bukan seorang laki-laki sejati!” Lu Xiao Feng berkata dengan santai.
“Kau bahkan bukan seorang manusia!” si nikouw mengumpat dengan sengit.
“Jadi, karena itu, aku bisa melakukan apa saja!”
“Apa yang akan kau lakukan padanya?” Ekspresi wajah Nyonya Kedua tampak berubah. “Aku sebenarnya ingin melepaskannya!”
Jawaban ini benar-benar tak terduga.
“Mengapa kau tidak melepaskannya?” Nyonya Kedua segera bertanya.
“Setelah kalian menjanjikan dua hal, aku akan melepaskannya!”

Koleksi Kang Zusi

100

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Nyonya Kedua berfikir sebentar.
“Asal kau melepaskan dia, jangankan dua hal, bahkan jika….”
Bagian selanjutnya yang ingin ia katakan adalah: “… bahkan jika ada dua ratus hal pun, aku akan menurut!”
Tapi Nyonya Kedua tidak menyelesaikan kalimatnya.
“Bahkan jika itu hanya setengah janji, kami tidak akan pernah menurut!” Nyonya
Ketiga, yang dari tadi duduk terdiam di kursinya, tiba-tiba berseru.
Suaranya masih selambat, sehalus dan selembut itu. Tapi saat kata terakhir keluar dari mulutnya, ia menyerang! Serangannya tidak lambat dan juga tidak lunak.
Senjata pilihannya adalah seutas cambuk, cambuk yang berkilauan, berwarna hitam pekat, dan berbentuk seperti ular. Sementara ia tadi duduk membisu dan tenangtenang di tempatnya, diam-diam ia telah membuka gulungan cambuknya di bawah meja. Waktu ia menyerang dengan cambuknya, senjata itu melesat lebih cepat daripada seekor ular, dan bahkan lebih mematikan daripada ular yang paling mematikan. “Jangan lukai Adik Ketujuh!” Nyonya Kedua berseru dengan terkejut.
Tapi Nyonya Ketiga tampaknya tidak perduli. Ujung cambuknya melingkar seperti kepala seekor ular berbisa dan mengancam jalan darah mematikan di belakang telinga Lu Xiao Feng. Tapi Lu Xiao Feng telah menghindar pergi, sambil membawa si gadis berbaju merah, sejauh 3 meter. Nyonya Ketiga tiba-tiba melompat ke udara dan mengayunkan cambuknya dari atas ke bawah. Tampaknya ia benar-benar telah lupa bahwa adiknya berada di tangan musuhnya karena gerakannya itu tidak mungkin bisa ditarik kembali. Lu Xiao Feng menarik nafas sendiri. Ia tidak percaya bahwa wanita yang pendiam dan lemah lembut seperti Nyonya Ketiga ini sebenarnya merupakan seorang wanita yang begini agresif. Ia tidak percaya kalau perempuan ini benar-benar akan menyerang.
Sekarang setelah ia menyerang, apalagi yang bisa ia lakukan pada si gadis berbaju merah? Jika ia menyakitinya, maka saudara-saudaranya tentu akan bertarung matimatian dengannya. Jika ia melepaskannya, maka kakak-kakaknya tetap akan bertarung mati-matian dengannya. Maka satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah balas menyerang! Selain dari itu, tampaknya ia tidak punya pilihan lain.
Cambuk Nyonya Ketiga tidak memberikan dirinya pilihan yang lain.
Nyonya Kedua tiba-tiba menghentakkan kakinya.
“Baiklah, mari kita singkirkan dulu dia!”
“Bagaimana dengan adik?” OuYang Qing bertanya.
“Jika ia berani menyentuh sehelai saja rambut adik kita, aku akan mengiris daging di tubuhnya sepotong demi sepotong!”
Selama percakapan singkat itu, Nyonya Ketiga sudah mengayunkan cambuknya sebanyak 20 kali atau lebih. Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. Ia tidak suka melihat orang terluka, lebih-lebih perempuan. Tapi ia tidak bisa menghindar terus-menerus, cambuk itu terlalu cepat, terlalu keji. Ia harus membalas. Seperti pelangi yang tibatiba muncul, golok lengkung Nyonya Kedua pun datang menusuk. Gerakannya aneh, tapi jauh lebih keji daripada serangan biasa.
Setelah Nyonya Kedua bergerak, mustahil OuYang Qing tidak ikut berpartisipasi juga. Tapi tepat saat itulah, sebuah suara “bang!” terdengar saat sebuah cangkir arak memukul goloknya. Sepasang sumpit tiba-tiba muncul dari samping dan menjepit cambuk ular itu. Ah-Tu!
Sepasang sumpit itu, anehnya, berada di tangan Ah-Tu!
Wajah Nyonya Ketiga tampak hijau membesi ketika ia menatap Ah-Tu.
“Aku tidak suka ditekan oleh orang lain!” Ia berkata dengan lambat.
“Aku tahu,” jawab Ah-Tu.
“Jika aku jatuh ke tangannya, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku dan juga tidak boleh ragu-ragu!”

Koleksi Kang Zusi

101

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku tahu.”
“Lalu mengapa kau tidak mengijinkan aku menyerang?”
“Karena walaupun ia mungkin bukan seorang laki-laki sejati, ia tetaplah seorang manusia!” “Huh?”
“Setidaknya ia tidak menggunakan adik kita sebagai tameng untuk melawan cambukmu!” Nyonya Ketiga berfikir sebentar sebelum kembali ke tempat duduknya dengan perlahan-lahan. Sekarang ia duduk kembali dengan wajar dan tenang di kursinya, tidak bergerak sedikit pun. Nyonya Kedua juga duduk, sambil memegangi pergelangan tangannya. Walaupun ia memegang goloknya dengan erat, pergelangan tangannya masih terasa kaku dan sakit karena benturan cangkir arak itu. Tapi tidak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya. Tampaknya ia benar-benar patuh pada si pengemis yang penuh kudis ini. Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar.
“Tadi kau mengatakan tentang dua hal yang kau ingin kami janjikan?” Tiba-tiba AhTu bertanya.
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Mengapa tidak kau katakan yang pertama!”
“Tadinya aku hendak meminta kalian untuk membawaku kepada Nyonya Pertama
Gong Sun!”
“Dan sekarang?”
“Sekarang hal itu tidak ada gunanya!”
“Mengapa?”
Lu Xiao Feng memandang langsung ke wajahnya.
“Karena sekarang aku sedang berhadapan dengan Nyonya Pertama Gong Sun!”
Ah-Tu tersenyum. Senyumannya tampak sangat ganjil, seperti senyuman sebuah boneka. “Seharusnya aku telah lama menduga bahwa kau adalah Nyonya Pertama Gong
Sun,” Lu Xiao Feng menarik nafas, menyesali dirinya sendiri. “Bukan hanya aku telah mengikutimu seharian, aku pun pernah melihatmu sekali sebelumnya!”
“Sebenarnya lebih dari satu kali!” Ah-Tu tertawa.
“Lebih dari satu kali?” Lu Xiao Feng agak terkejut mendengar pernyataan itu.
“Malam itu di Gerbang Barat bukanlah pertemuan kita yang pertama!”
“Lalu di mana pertemuan pertama kita?” Lu Xiao Feng semakin bingung.
Ah-Tu tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung, tapi ia malah balik bertanya.
“Kau ingat Huo Xiu?”
Tentu saja Lu Xiao Feng ingat pada Huo Xiu.
“Hari itu, waktu kau berjalan keluar dari paviliun kecil Huo Xiu dan sedang menunggu Hua Man Lou di kaki bukit, adakah seorang wanita tua yang membawa sebuah keranjang penuh tumbuh-tumbuhan obat yang baru dipetik, berjalan melewatimu?” “Wanita itu adalah kau?” Lu Xiao Feng hampir berteriak.
Ah-Tu mengangguk.
“Kau juga berada di sana hari itu?”
Kembali Ah-Tu tertawa kecil.
“Jika aku tidak berada di sana, lalu bagaimana Huo Xiu bisa terjebak di dalam kandang itu?”
Lu Xiao Feng terdiam. Baru sekarang, pada saat inilah, ia akhirnya faham mengapa mesin Huo Xiu yang berada di bawah altar batu jadi tidak berfungsi. Hal itu bukan karena seekor tikus masuk dengan tidak disengaja dan menyebabkan mesin itu terkunci. Tidak mungkin ada kejadian yang begitu kebetulan, dan juga tidak mungkin ada keajaiban. Keajaiban tidak lebih dari hasil kreasi manusia!
“Aku tahu bahwa Huo Xiu adalah seekor rubah tua, tapi aku tidak akan perduli

Koleksi Kang Zusi

102

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. walaupun ia memotong-motong kalian dan menjual kalian ke tukang jagal,” Ah-Tu meneruskan. “Tapi seharusnya ia tidak menjual ShangGuan FeiYan juga.”
Tentu saja, ShangGuan FeiYan adalah salah satu dari mereka. Lu Xiao Feng tiba-tiba teringat pada sepasang sepatu merah yang bersulamkan seekor burung walet terbang itu.
“Ia membunuh adikku, maka ia harus mati,” Ah-Tu berkata dengan acuh tak acuh.
“Walaupun ia masih hidup saat ini, kurasa ia lebih suka mampus!”
“Apakah Xue-Er melihatmu hari itu?” Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
“Anak itu benar-benar seorang setan kecil yang cerdik,” Ah-Tu tersenyum. “Setelah kalian berdua pergi, ia segera pergi ke ruang mesin di bawah altar batu itu. Ia tahu bahwa di bawah sana tentu ada sesuatu!”
“Ia melihatmu?”
“Tidak, ia tidak melihatku, tapi ia melihat sepatu merah yang aku tinggalkan di sana!” “Dan itulah sebabnya ia mengira bahwa kakaknya belum mati!” Lu Xiao Feng tersenyum sedih.
“Akhirnya, ia tetaplah seorang anak-anak, harapannya itu terlalu tinggi,” Ah-Tu menarik nafas. “Orang yang mati di tangan Huo Xiu tidak akan pernah kembali lagi!”
“Dan itulah sebabnya kau membiarkan Huo Xiu hidup, kau meninggalkannya untuk
Xue-Er!”
“Benar, aku ingin dia sendiri yang balas dendam.”
“Tapi aku tidak faham, mengapa kau mau meninggalkan semua harta Huo Xiu untuk dia? Tampaknya kau sendiri pun sangat membutuhkan harta itu!”
Mata Ah-Tu tiba-tiba menampilkan sebuah ekspresi yang amat ganjil.
“Sayangnya jumlah uang yang bisa ia dapatkan dari Huo Xiu tidaklah banyak.”
“Oh?”
“Harta itu telah lama jatuh ke tangan orang lain, tidak seorang pun bisa mengharapkan satu tael perak pun dari tangan orang ini!”
“Siapa orang ini?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya. “Dan bagaimana harta yang amat besar itu bisa jatuh ke tangan orang ini?”
Ah-Tu memandang ke kejauhan, matanya menyorotkan sinar ketakutan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.
"You had said you wanted us to promise you two things," she suddenly changed the subject and coldly asked. "You have told us one, what is the other thing?"
“Tadi kau bilang kau menginginkan kami menjanjikan dua hal untukmu,” tiba-tiba ia mengubah pokok pembicaraan dan bertanya dengan dingin. “Kau baru menyebutkan satu, apa yang kedua?”
“Aku ingin kau ikut denganku!”
“Kau ingin aku ikut denganmu?” Ah-Tu kembali tertawa. “Kau jatuh cinta padaku?”
“Ya!”
“Kau jatuh cinta pada nenek penjual kacang gula itu?” Ah-Tu bertanya, masih tertawa sambil menutupi mulutnya. “Atau pengemis yang penuh kudis ini?”
“Aku jatuh cinta pada dirimu yang lain!”
“Kau membicarakan tentang – si Bandit Penyulam?” Mata Ah-Tu tampak berkerlapkerlip.
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Kau mengira aku si Bandit Penyulam?”
“Kau menyangkalnya?”
“Tampaknya, walaupun aku membantah sekarang, tentu tidak akan ada gunanya!”
Ah-Tu menarik nafas.
Faktanya ada, bukti-bukti pun sesuai, apa gunanya lagi ia menyangkal?
“Setidaknya kau pernah menolongku sekali,” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Aku bukan orang yang mudah melupakan hal seperti itu!”

Koleksi Kang Zusi

103

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku tahu,” Ah-Tu menjawab secara sederhana, “kau hanya telur tolol!”
Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah berpura-pura tidak mendengarnya.
“Kau bermaksud membawaku kepada Jin Jiu Ling untuk diberi hukuman?”
“Kujamin bahwa kau akan menerima pertimbangan dan persidangan yang adil!”
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara “duk!”. Golok Nyonya Kedua telah menancap di meja. Si nikouw berbaju hijau pun memegang pedangnya di tangannya yang lain.
Ekspresi wajah OuYang Qing tampak dingin, dan bibir Jiang Qing Xia kelihatan pucat.
“Kau ingin kakak kami ikut pergi denganmu? Kau sedang bermimpi ya?” Si gadis berbaju merah tiba-tiba mulai tertawa, suara tawanya sekarang tidak lagi enak didengar. “Ia tidak bermimpi,” Ah-Tu berkata setelah selesai tertawa. “Aku bersedia ikut dengannya!” Si gadis berbaju merah terdiam, semua orang terdiam. Bahkan Lu Xiao Feng pun tercengang mendengar ucapannya itu.
“Aku menyukai laki-laki yang bisa berbuat sesuatu, laki-laki yang punya kemampuan,” Ah-Tu meneruskan dengan lambat. “Jika seorang laki-laki yang benarbenar memiliki keahlian muncul, aku bersedia pergi ke mana saja bersamanya.”
Seseorang tertawa.
Kali ini OuYang Qing yang tertawa.
Ia adalah orang pertama yang memahami arti ucapan Ah-Tu itu: “Jadi jika kau ingin kakak kami ikut denganmu, kau harus lebih dulu memperlihatkan keahlianmu!”
“Aku memiliki beberapa keahlian,” Lu Xiao Feng tersenyum, “Cuma, aku tidak tahu keahlian mana yang kalian ingin lihat?”
“Aku hanya ingin melihat tiga macam saja!”
“Tiga macam?”
Ah-Tu menatapnya, kelopak matanya tampak melebar.
“Kita akan bertanding sebanyak tiga babak. Jika kau bisa mengalahkanku dalam dua dari tiga babak itu, maka aku akan ikut denganmu!”
“Bertanding tiga babak? Kedengarannya menarik!”
“Kujamin hal ini akan lebih menarik daripada yang engkau perkirakan!”
Mata Lu Xiao Feng tampak berkedip-kedip.
“Jadi apa yang pertama akan kita adu? Lomba minum?” Ia bergurau. Ia tahu bahwa perempuan ini tidak akan mau bertanding minum dengannya. Hanya wanita dungu yang mau bertanding minum dengan seorang laki-laki seperti dirinya.
Tapi Ah-Tu menjawab dengan sebuah kalimat yang bahkan tidak pernah terbayangkan dalam mimpinya: “Baik! Tanding minum!”
Waktu arak diletakkan di atas meja, Lu Xiao Feng baru menyadari bahwa ia telah melakukan suatu kebodohan lagi. Saat ini ia dalam keadaan lelah seperti seekor rubah tua dan kelaparan seperti seekor serigala lumpuh. Yang ia butuhkan untuk diminum saat ini adalah semangkuk besar sop ayam, tapi ia malah meminta adu minum. Minum tidaklah berbeda dengan aktifitas lain, ia membutuhkan energi. Di samping itu, saat ini bukanlah masalah besar bagi Nyonya Pertama Gong Sun untuk mabuk, tapi ia sendiri tidak boleh, karena tempat ini dipenuhi oleh orang-orangnya Nyonya
Pertama Gong Sun. Bahkan, seharusnya ia tidak boleh menyentuh alkohol setetes pun. Tapi sekarang, di atas meja ada enam kendi arak. Enam kendi arak “Lagu Dari
Huzhou”.
Sekarang kudis dan luka-luka di tubuh “Ah-Tu” tidak bisa lagi ditemukan, ia pun tidak lagi botak. Ia telah menukar pakaiannya dengan baju bulu yang lembut.
Tampak anggun, ia kelihatan seperti seorang ibu rumah tangga biasa yang berusia setengah baya. Apakah ini penampilannya yang sebenarnya? Lu Xiao Feng tidak tahu, juga tidak bisa menebak. Tidak ada yang tahu seperti apa sebenarnya Nyonya
Pertama Gong Sun. Bahkan suaranya pun bisa berubah kapan saja. Saat ini,

Koleksi Kang Zusi

104

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. suaranya seperti seorang tuan rumah yang sedang giat menghibur tamunya.
“Enam kendi arak untuk diminum 2 orang,” ia tersenyum sambil menatap Lu Xiao
Feng, “menurutmu ini cukup?”
“Kurasa minuman ini malah cukup untuk 2 ekor kuda,” Lu Xiao Feng balas tersenyum murung, “sayangnya makanan pengantar araknya tidak cukup banyak!”
Di atas meja hanya tersisa sepiring kecil sayuran dingin.
“Memang makanannya tidak cukup, itu benar,” Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum. “Untunglah, kita cuma akan beradu minum, bukan adu makan!”
Tentu saja ia tahu bahwa bila seseorang minum arak dalam keadaan perut kosong, maka jumlah alkohol yang bisa diminumnya akan turun drastis; dan sekarang perut
Lu Xiao Feng kosong seperti dompet seorang pengemis. Setelah minum tiga mangkuk arak, ia telah merasa ada sesuatu yang tidak beres; setelah enam mangkuk, ia seolah-olah merasa kalau dirinya baik-baik saja; dua mangkuk lagi, dan ia menyadari bahwa ia sedang bertarung dengan perasaan mual karena arak. Lalu, entah kenapa, tiba-tiba ia menyadari bahwa ia sedang muntah, muntah-muntah begitu hebatnya sehingga seluruh isi perutnya seperti keluar.
“Kau mabuk!” Nyonya Pertama Gong Sun masih baik-baik saja dan bersikap seperti
Guan Zhong. “Kau kalah dalam babak ini!”
Lu Xiao Feng ingin menyanggahnya, tapi ia tidak bisa, maka yang bisa ia lakukan hanyalah bergumam sendirian sebagai jawabannya.
“Aku sama sekali tidak merasa mabuk, perutku saja yang rasanya sedikit tidak enak!” “Kau tidak mengakui kekalahanmu?”
“Baiklah, aku mengakuinya, memangnya kenapa!”
Tentu saja tidak apa-apa. Di dalam fikirannya sekarang, tidak ada hal di dunia ini yang amat penting. Di samping itu, walaupun ia kalah dalam babak pertama, masih tersisa dua babak lagi. Tapi ia lupa satu hal. Kalah dalam babak ini telah menjamin bahwa ia juga akan kalah pada dua babak berikutnya. Satu-satunya yang bisa diadu oleh orang mabuk dengan orang lain adalah tidur. Jelas Nyonya Pertama Gong Sun tidak akan mau adu tidur dengannya.
“Untuk babak kedua, kita akan bertanding pedang!” Nyonya Pertama Gong Sun berkata. “Baiklah, tanding pedang!” Lu Xiao Feng membusungkan dadanya. “Apa susahnya?”
“Bagus, silakan tunggu di sini sementara aku bertukar pakaian!” ucap Nyonya
Pertama Gong Sun.
“Kau akan bertukar pakaian lagi?”
“Mm!”
“Kita sedang bertarung atau sedang adu model pakaian?”
“Rupanya kau tidak faham. Bila sedang berduel, orang harus mengenakan pakaian yang cocok untuk berduel!”
“Mengapa begitu?”
Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum.
“Karena pakaian seseorang bisa mempengaruhi pembawaan dan sikap orang itu; dan juga karena wanita selalu suka berganti pakaian!”
Lu Xiao Feng sekarang tidak lagi mrasa lapar atau pun lelah. Alkohol biasanya bisa memberi orang semacam energi dan kekuatan yang aneh. Tapi gelombang kekuatan dan energi ini adalah tipuan – jika tidak bisa menipu orang lain, setidaknya ia bisa menipu orang itu sendiri. Tiba-tiba ia teringat pada para “Pendekar Mabuk” yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang berkembang di dunia persilatan.
Menurut kabar angin, orang-orang ini “hanya bertarung dengan baik jika mereka sedang mabuk, dan semakin banyak mereka minum maka semakin tangguh mereka dalam bertarung.”
Menurut cerita, Wu Song si Pembunuh Harimau dari Legenda 108 Pendekar (Para

Koleksi Kang Zusi

105

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pendekar Batas Air) adalah orang seperti itu. Jika ia minum satu kendi arak, ia akan memiliki kemampuan bertarung satu “kendi”. Jika ia minum 10 kendi arak, maka ia akan lebih tangguh 10 kali lipat. Sekarang Lu Xiao Feng merasa seolah-olah ia telah minum 10 kendi arak. Tiba-tiba ia merasa sebuah gelombang kepercayaan diri muncul dalam dirinya, seakan-akan kemampuannya meningkat 10 kali lipat. Bahkan jika ia diserang oleh 7 atau 8 ekor harimau sekarang, ia yakin bahwa ia akan dapat mengalahkan dan membunuh mereka. Sayangnya yang ia hadapi sekarang bukanlah harimau, tapi Nyonya Pertama Gong Sun. Bila dua orang jago berduel, perhitungan waktu, posisi dan pengambilan keputusan tidak boleh lalai sedikit pun.
Masih bisakah Lu Xiao Feng membuat keputusan dan penilaian yang tepat saat ini?
Dilihat dari tampangnya, ia sedang mengalami kesukaran dalam menentukan apakah ruangan ini bundar atau persegi. Sampai saat ini, Jiang Qing tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun padanya, tapi saat itu sinar matanya memperlihatkan tanda simpati dan sedih, seakan-akan ia sedang melihat seseorang yang akan segera mati. Selain dari Nyonya Ketiga, tatapan mata semua orang yang hadir tampak serupa dengannya.
Lu Xiao Feng menatap Nyonya Ketiga sebentar sebelum tersenyum dengan tiba-tiba.
“Jika aku kalah, bolehkah aku memotong telingaku dan memberikannya padamu?”
“Sudah kubilang, aku tidak mencari telinga lagi!” Nyonya Ketiga menjawab dengan tenang. “Oh, benar, kau sekarang mencari lidah!”
“Tapi aku tidak menginginkan lidahmu!”
“Lalu apa yang kau inginkan?”
“Aku menginginkan kepalamu!”
“Baik!” Lu Xiao Feng menegakkan tubuhnya dan tertawa terbahak-bahak. “Jika aku kalah, maka aku akan menyerahkan kepalaku padamu!”
Bagi dirinya, apakah seseorang punya kepala atau tidak tampaknya tidak begitu penting. Sekarang, bila Jiang Qing Xia memandangnya, ia seolah-olah sedang memandang seseorang yang tidak berkepala, bahkan tatapan mata si gadis berbaju merah juga memperlihatkan semacam perasaan iba. Siapa pun bisa melihat dengan mudah bahwa si pemabuk beralis empat ini akan kalah dalam babak berikutnya!
Tapi Lu Xiao Feng masih mencari arak lagi. Kendi arak berada di atas meja di hadapannya, tetapi ia tetap tidak melihatnya. Ini karena bola matanya sudah hampir melompat keluar dari kelopaknya, karena seseorang baru saja berjalan keluar dari belakang sana. Seorang wanita. Seorang wanita yang cantik, seorang wanita yang lebih menyilaukan daripada sinar matahari, lebih anggun daripada seorang ratu, lebih agung daripada seorang malaikat. Bahkan pakaian yang dikenakan pun tampaknya bukan dibuat oleh tangan manusia, tapi diciptakan dengan cara mencampurkan warna-warna dan sinar-sinar pelangi dari dunia lain di angkasa.
Lu Xiao Feng tidak mengenal wanita ini, karena seumur hidupnya ia tidak pernah melihat seorang wanita yang demikian cantik dan anggun. Untunglah, ia masih mengenali pedang di tangannya, sepasang pedang pendek seperti belati dengan panjang sekitar 20 cm dan sehelai pita sutera merah yang terikat pada masingmasing gagangnya. Mungkinkah ini Nyonya Pertama Gong Sun? Orang yang sama dengan ibu rumah tangga biasa yang berusia setengah baya tadi? Orang yang sama dengan si pengemis yang penuh kudis tadi, juga si nenek penjual kacang gula itu?
Lu Xiao Feng menggosok-gosok matanya. Ia hampir tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat di hadapannya ini.
Nyonya Pertama Gong Sun balas menatapnya, sambil tersenyum.
“Kau tidak mengenalku lagi?”
“Hanya ada satu hal yang tidak bisa kubayangkan!”
“Apa itu?”
“Aku tak bisa membayangkan mengapa seorang wanita secantik dirimu mau

Koleksi Kang Zusi

106

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. berpakaian seperti seorang nenek tua. Jika aku menjadi kau, aku tidak akan melakukan itu walaupun ada sebatang pisau di leherku!”
“Bagaimana kau tahu kalau ini adalah penampilanku yang sebenarnya?”
“Aku tidak tahu, aku hanya berharap bahwa ini adalah dirimu yang sebenarnya!”
“Mengapa begitu?”
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
“Karena jika aku harus mati di tangan seseorang, harapanku satu-satunya adalah mati di tangan seseorang sepertimu.”
“Kau benar-benar pintar bicara dengan seorang wanita, ya?” Nyonya Pertama Gong
Sun menjawab dengan genit. “Bahkan hatiku hampir tersapu bersih.”
Ia mendekati Lu Xiao Feng dengan anggun, bajunya yang berwarna-warni seperti pelangi berkibar seperti tertiup oleh angin yang tidak dapat dirasakan, terlihat seperti beratus-ratus ribu utas benang sutera yang sedang menari-nari.
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
“Kalau lain kali aku berduel pedang lagi, aku pasti akan mengenakan pakaian sepertimu!” “Oh?”
“Kau belum membuat sebuah gerakan pun, dan mataku telah dibuat kabur!”
“Hatiku tersapu bersih, matamu kabur, kurasa kita berimbang!”
“Tidak!”
“Tidak?”
“Kau punya sepasang pedang di tanganmu, yang aku punya hanyalah segenggam keringat!” “Di mana pedangmu?”
“Aku tidak membawa sebatang pedang pun!”
“Kau membawa golok?”
“Tidak juga.”
“Orang sepertimu? Tidak membawa senjata apa pun bila keluar?” Nyonya Pertama
Gong Sun menarik nafas. “Itu benar-benar berbahaya!”
“Memang berbahaya, terutama hari ini.”
“Kau ingin meminjam sebatang pedang?”
"Ya."
“Kau ingin meminjam dari siapa?”
Lu Xiao Feng berpaling dan tersenyum ke arah si nikouw berjubah hijau.
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas lagi.
“Ternyata dia tidak benar-benar mabuk, ia masih bisa mengenali barang bagus.”
Pedang ini juga tidak begitu panjang, tapi tampak berkilauan. Aura pedang itu tampak mencorong dan mendesak keluar. Hanya dengan sebuah sentilan perlahan, pedang itu telah berdengung tiada hentinya.
“Pedang yang amat bagus!” Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak memujinya ketika ia menggenggam pedang itu di tangannya.
“Sayangnya pedang itu hari ini berada di tangan seorang pemabuk yang akan segera mati!” si nikouw berjubah hijau berkata dengan dingin.
Lu Xiao Feng tertawa.
“Pemabuk memang benar pemabuk, tapi aku tidak terlalu yakin tentang bagian
‘akan segera mati’ itu!”
Sekarang mereka berjalan menelusuri paviliun dan tiba di halaman luar. Sinar bintang tampak berkerlap-kerlip di antara daun-daun pohon gingko raksasa itu dan menerpa wajah Lu Xiao Feng. Sorot matanya yang seperti orang mabuk tadi tibatiba menghilang, sekarang ia tampak secerdik Zhu Ge Liang.
“Kau tidak mabuk?” Nyonya Kedua berujar dengan tidak percaya.
Lu Xiao Feng tidak menyangkal ucapannya.
“Jika kau tidak mabuk, lalu mengapa tadi kau mengaku kalah?” Nyonya Kedua

Koleksi Kang Zusi

107

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mendesak. Lu Xiao Feng tersenyum kecil.
“Jika aku tidak mengaku kalah di babak pertama, tentu aku akan kehilangan babak kedua ini, dan lupakan sajalah babak ketiga!”
“Tampaknya orang ini sebenarnya bukan seorang telur dungu,” Nyonya Kedua menarik nafas.
“Tapi ia benar-benar seorang telur bajingan!” si gadis berbaju merah menyela dengan ketus, sambil menggigit bibirnya.
“Walaupun kau mengaku kalah di babak pertama, belum tentu kau bisa memenangkan babak kedua ini!” Nyonya Pertama Gong Sun berkata dengan santai.
Setelah menyelesaikan ucapannya itu, ia membuat gerakannya. Kilatan pedang menari-nari dan pakaian sutera warna-warni yang ia kenakan pun mulai menari-nari pula. Seluruh tubuhnya seperti berubah menjadi sinar matahari yang menyilaukan dan membutakan, sehingga hampir mustahil bagi orang lain untuk membuka mata, apalagi untuk menebak di mana ia berada atau ke mana arah pedangnya. Jika orang tidak bisa menduga di mana dia berada, bagaimana orang bisa melihat gerakannya?
Pada pertemuannya yang pertama dengan perempuan ini, Lu Xiao Feng sudah tahu bahwa jurus-jurus dan tekniknya tidak dapat diramal dan selalu berubah, hingga mencapai suatu tingkatan yang nyaris lebih menakutkan daripada jurus-jurus XiMen
ChuiXue. Tapi baru sekarang ia tahu bahwa tekniknya yang dulu itu malah belum mendekat kekuatan puncaknya. Tampaknya kekuatan teknik seperti ini baru bisa ditampilkan sepenuhnya bila digunakan dengan pakaian warna-warni seperti ini.
Menurut legenda, pedang dan pita seperti ini bukanlah “senjata”, tapi merupakan sebuah tarian kuno di mana penarinya menari dengan tangan kosong, memutarmutar pita itu di udara, dan barulah Nyonya Pertama Gong Sun, di jaman dulu, orang pertama yang mengambil tarian yang spektakuler ini dan, dengan menambahkan sejumlah variasi, merubahnya menjadi sebuah teknik bertarung yang bisa digunakan untuk membunuh!
Mungkin dulu ia tidak menggunakan pedang bila ia menari di hadapan Kaisar Sheng
Wen Shen Wu karena khawatir kalau hawa pedangnya akan membuat takut sang kaisar. Tapi, secara diam-diam, ia benar-benar menciptakan sebuah ilmu pedang, merubah “pedang dan pita” itu menjadi semacam ilmu pedang.
Karena ilmu pedang seperti ini diturunkan dari sebuah tarian, jelas ilmu ini berbeda dari segala jenis ilmu pedang lainnya. Itulah sebabnya Nyonya Pertama Gong Sun yang ini sengaja bertukar pakaian hari ini, tak perduli hal itu akan menyingkapkan seperti apa penampilannya yang sebenarnya. Karena kekuatan yang sebenarnya dari ilmu pedang ini hanya bisa ditampilkan melalui “kecantikan”, dan hanya seorang wanita cantik yang legendaris seperti dirinya yang bisa menggunakan ilmu ini sampai ke puncaknya!
Diam-diam Lu Xiao Feng menarik nafas. Baru sekarang ia menyadari bahwa rahasia ilmu kungfu bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh siapa pun.
Karena permainan ilmu pedang seperti ini benar-benar tak dapat diramalkan, jurusjurusnya pun terlalu rumit, sekali dimulai rasanya tentu akan seperti air raksa yang sanggup memasuki setiap lubang apa saja! Bahkan lubang sekecil apa pun, kesalahan sekecil apa pun dalam keputusannya, atau kelalaian sekecil apa pun dalam konsentrasinya, bisa membawa dirinya pada kematian! Jika ia ingin menang, ia hanya bisa mengandalkan satu kata!
Kecepatan! Gunakan kecepatan untuk menembus kekacauan, gunakan ‘tiada perubahan’ untuk menjawab ‘selalu berubah’. Setelah Nyonya Pertama Gong Sun memulai gerakannya, tubuh Lu Xiao Feng pun segera melayang ke arah atap bangunan seberang.
“Ia melarikan diri!” si gadis berbaju merah berseru.
Sebelum ia selesai mengucapkan tiga patah kata itu, Lu Xiao Feng telah melayang

Koleksi Kang Zusi

108

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lagi, tubuh dan pedangnya seperti melebur menjadi satu. Kilatan pedangnya seperti lecutan cambuk kuda, seperti pelangi, langsung mengarah pada Nyonya Pertama
Gong Sun dari segala arah. Kilauan pedangnya berkerlap-kerlip dengan liar tetapi cepat, tapi tidak ada perubahan dalam gerakannya dan seolah-olah ia bahkan tidak memiliki satu pun jalan keluar. Ia telah memindahkan seluruh energi dan kekuatan di dalam tubuhnya ke dalam serangan yang satu ini -- Tiada perubahan, tiada variasi, terkadang hal ini malah merupakan variasi yang terbaik.
Tubuh Nyonya Pertama Gong Sun seperti embun di waktu malam, pedangnya seperti bintang jatuh, tapi ia tetap saja tidak memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi.
Tiba-tiba, tubuh dan pedangnya seperti telah diselubungi oleh hawa serangan Lu
Xiao Feng.
“Trang!”
Suara itu bergema di keheningan malam.
Kilatan pedang pun berbaur dan serpihan sutera memenuhi angkasa ketika puluhan rumbai-rumbai di baju Nyonya Pertama Gong Sun terpotong.
Tak seorang pun bergerak, tak seorang pun bersuara.
Nyonya Pertama Gong Sun telah berhenti bergerak, ia berdiri tanpa bergerak di sana, tidak menyerang lagi. Lu Xiao Feng pun berhenti menyerang, ia juga berdiri di sana tanpa bergerak, sambil menatap Nyonya Pertama Gong Sun.
“Babak ini belum berakhir!” Nyonya Kedua segera berseru. “Mengapa kalian berdua berhenti?” “Jika babak ini adalah pertandingan untuk saling membunuh, maka jelas babak ini belum berakhir,” Lu Xiao Feng menjawab dengan santai. “Tapi jika babak ini adalah sebuah duel pedang, maka aku telah menang!”
Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya menarik nafas panjang.
“Benar, kekuatan seranganmu itu adalah sesuatu yang tidak dapat kukalahkan!”
“Terima kasih banyak.”
“Tapi aku tidak pernah menduga bahwa kau bisa melakukan sebuah gerakan seperti itu.” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Sebenarnya aku mencuri gerakan itu!”
“Dari mana kau mencurinya?”
“Majikan Benteng Awan Putih.”
“Ye Gu Cheng?” Nyonya Pertama Gong Sun tampak terkejut mendengar jawaban itu.
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Serangan ini disebut ‘Malaikat dari Luar Langit’, inilah inti dari ilmu pedang Majikan
Benteng Awan Putih, bahkan Tosu Kayu yakin bahwa ilmu ini bisa disebut sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!”
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
“Gerakan ini dibuat sebelum gerakan sebenarnya dimulai, penerapannya dilakukan setelah gerakan itu dibuat, ia menggunakan kekerasan untuk melawan kelembutan, menggunakan tiada perubahan sebagai perubahan.” Ia berkata. “Ilmu ini memang bisa disebut sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!”
“Jika Majikan Benteng Awan Putih mendengar sendiri ucapan Nyonya Pertama itu, ia tentu akan sangat senang!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Tapi seandainya gerakan ini dilakukan olehnya, belum tentu bisa mengalahkanku!”
Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan dingin.
“Mengapa tidak?” Lu Xiao Feng tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya.
“Karena ia adalah seorang jago pedang tanpa tandingan. Sebelum ia membuat satu gerakan pun, aku tentu telah berjaga-jaga. Tapi tadi, waktu kau melompat ke wuwungan atap, aku malah mengira bahwa kau sedang berusaha melarikan diri, karena itu konsentrasiku pecah, dan aku tidak bisa menangkis serangan yang kau buat dengan seluruh kekuatan tubuhmu itu!”

Koleksi Kang Zusi

109

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Dan juga karena aku bahkan tidak membawa sebatang pedang pun,” Lu Xiao Feng tersenyum dan menambahkan. “Kau mungkin tidak mengira bahwa aku mampu melakukan gerakan seperti itu!”
“Itulah sebabnya kelembutan bisa mengalahkan kekerasan atau yang lemah bisa mengalahkan yang kuat, prinsipnya sama!” Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. Lu Xiao Feng pun menarik nafas.
“Untunglah aku sama sekali bukan seorang jago pedang terkenal, kalau tidak aku mungkin telah mati di tanganmu hari ini!”
“Tapi kau belum menang!” Wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak berubah menjadi gelap. “Kita masih punya babak ketiga!”
Babak ketiga dan penentuan!
“Kita akan bertanding apa di babak ketiga?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Qing-Gong, ilmu meringankan tubuh!”
Lu Xiao Feng tertawa kecil.
“Aku tahu kalau ilmu meringankan tubuh adalah keistimewaanmu; di samping itu kau adalah seorang pria dan memiliki keuntungan tenaga disbanding denganku.”
Nyonya Pertama Gong Sun menambahkan. “Bertanding denganmu dalam ilmu ini akan memberi kerugian padaku, maka….”
“Maka aku seharusnya mengalah dan memberimu sedikit keuntungan juga!” Lu Xiao
Feng menyelesaikan ucapannya.
“Setidaknya kau harus membiarkan aku lari lebih dulu!”
“Tidak masalah!”
“Tapi jika kau bisa menyusulku, maka kau telah menang, kau tidak perlu lagi bersusah-payah.” “Aku memang bukan orang yang suka melakukan hal yang membuat diriku sendiri bersusah-payah!” “Aku akan menyuruh seseorang untuk memukul lonceng satu kali sebagai tanda, kau baru boleh mengejar setelah lonceng itu berhenti berbunyi!”
“Lonceng itu hanya dipukul satu kali?”
“Hanya satu kali.”
“Tampaknya aku sebenarnya tidak dibuat susah sama sekali!”
“Tapi aku harus….”
“Tentu saja kau harus berganti pakaian dulu!” Lu Xiao Feng menyelesaikan kalimat itu untuknya. “Ada baju untuk minum, baju untuk duel, tentu saja ada satu baju lagi untuk adu lari.”
Nyonya Pertama Gong Sung tertawa merdu.
“Kau sebenarnya sama sekali tidak tolol!” Ia berkata dengan genit.
Malam terasa sedingin air. Ekspresi wajah saudara-saudaranya pun dingin seperti air
– seperti air yang beku.
Si gadis berbaju merah tiba-tiba mendengus dingin.
“Berpura-pura mabuk, lalu mencuri jurus orang lain, aku paling benci laki-laki seperti ini.” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Aku memang bukan sedang berusaha membuatmu menyukaiku!”
“Aku ingin bertanya padamu, kau ini sebenarnya seorang laki-laki bukan?”
“Kau tidak tahu?”
“Aku tak tahu.”
“Kurasa kau memang tidak akan tahu,” Lu Xiao Feng menarik nafas, “kau hanya seorang anak kecil!”
Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan melangkah pergi, seakan-akan ia tidak ingin memperdulikan Lu Xiao Feng lagi.
Mata OuYang Qing tampak berkedip-kedip.

Koleksi Kang Zusi

110

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kau tidak bisa menganggapku hanya seorang anak kecil, bukan?” Ia bertanya.
“Tentu saja kau bukan seorang anak kecil, kau hampir cukup tua untuk menjadi seorang nenek.”
OuYang Qing juga menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam paviliun.
Lu Xiao Feng menarik nafas dan duduk di atas tangga yang terbuat dari batu.
“Jika seorang laki-laki hidup sampai umur 60 tahun, setidaknya 10 tahun masa hidupnya tentu akan sia-sia.” Ia bergumam pada dirinya sendiri.
“Kenapa sia-sia?” Perasaan ingin tahu Nyonya Kedua tidak dapat ditahan lagi.
“Dari 10 tahun itu, setidaknya 5 tahun terbuang karena menunggu wanita berganti pakaian.” “Dan yang 5 tahunnya lagi?”
“Kau ingin mendengarnya?”
“Kau takut mengatakannya?”
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
“Yah, jika kau harus tahu, akan kuberitahu. Waktu 5 tahun lainnya terbuang karena menunggu wanita melepaskan pakaiannya.”
Wajah Nyonya Kedua merah padam karena murka, sementara wajah si nikouw berjubah merah berubah menjadi pucat pasi karena marahnya.
“Aku berubah fikiran!” Nyonya Ketiga tiba-tiba menyeletuk.
“Berubah fikiran tentang apa?” Kali ini perasaan ingin tahu Lu Xiao Feng yang tidak bisa ditahan-tahan lagi.
“Aku telah memutuskan bahwa aku ingin memotong lidahmu!” Nyonya Ketiga menjawab dengan dingin. Kali ini, seorang pria berbaju hijau dengan wajah penuh jenggot berjalan keluar dari paviliun dengan membawa sebuah lonceng di tangannya dan berhenti di atas tangga batu.
“Kurasa peruntunganku sama sekali tidak buruk.” Lu Xiao Feng kembali bergumam pada dirinya sendiri. “Setidaknya aku sedang menunggu Nyonya Pertama bertukar pakaian. Jika aku menunggu orang lain, itu baru benar-benar buruk!”
“Orang lain?” Nyonya Ketiga meliriknya dengan marah.
“Aku tidak menyebut dirimu, kenapa kau marah?” Lu Xiao Feng menjawab.
Wajah Nyonya Ketiga sekarang berubah sebentar merah dan sebentar pucat. Saat itulah suara lonceng tiba-tiba berdentang ketika tiga orang melesat keluar dari dalam paviliun.
Tiga orang itu mengenakan pakaian hitam yang serupa, bahkan wajah mereka pun tampak sama. Setelah melesat keluar dari gedung, mereka bersalto sekali dan meluncur dalam tiga arah yang berbeda. Teknik yang digunakan tiga orang ini pun sama. Sebelum dentang lonceng berhenti, ketiganya telah berada di luar tembok yang mengelilingi halaman. Yang manakah Nyonya Pertama Gong Sun yang sebenarnya? – Si gadis berbaju merah dan OuYang Qing tentu tadi pura-pura marah supaya mereka bisa masuk dan berpakaian sebagai dua orang umpan. Siapa yang seharusnya dikejar oleh Lu Xiao Feng? Tidak perduli yang mana ia pilih untuk dikejar, walaupun ia berhasil menyusulnya, ia tentu akan kehilangan 2 orang lainnya. Dan di antara 2 orang itu, sangat mungkin salah seorang di antara mereka adalah
Nyonya Pertama Gong Sun. Ini seperti sebuah permainan di jaman dulu, tapi jauh lebih sukar. Lu Xiao Feng tidak tahu harus melakukan apa.
Nyonya Kedua, Nyonya Ketiga, dan si nikouw berjubah hijau semuanya menyeringai dengan dingin – kali ini Lu Xiao Feng tetap jatuh ke dalam perangkap.
Lu Xiao Feng pun menarik nafas.
“Tampaknya aku tetap saja jatuh oleh tipuannya kali ini!” Ia tersenyum murung sambil bangkit berdiri dan bergumam. “Tak perduli apa, kejar saja satu dan lihat hasilnya!” Koleksi Kang Zusi

111

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Ia pun melesat, tapi tiba-tiba, dan dengan secepat kilat, melayang balik dan, dalam sekejap mata, mencengkeram pergelangan tangan laki-laki yang membawa lonceng itu. “Trang!”
Lonceng itu jatuh ke atas tanah saat laki-laki tersebut terpana melihat perubahan situasi itu.
“Kenapa kau melakukan ini?” Ia bertanya dengan suara yang serak.
“Bukan karena alasan tertentu,” Lu Xiao Feng tersenyum. “Aku hanya ingin membawamu menemui seseorang!”
“Siapa?”
“Jin Jiu Ling!”
Laki-laki itu memandangnya, menatapnya selama beberapa saat sebelum tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, suara tawa yang merdu seperti suara burung berkicau.
“Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, bahkan aku pun terkesan!”
Ternyata laki-laki pembawa lonceng ini adalah Nyonya Pertama Gong Sun yang sebenarnya. “Bagaimana kau bisa tahu samaranku?”
Tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana Lu Xiao Feng bisa tahu.
“Waktu Nona OuYang marah dan masuk ke dalam, aku tahu kalau ada sesuatu yang salah!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Mengapa begitu?”
“Karena dia bukanlah orang yang bisa kubuat marah hanya dengan satu kalimat saja!” “Tiga orang wanita masuk dan tiga orang wanita keluar lagi, bagaimana kau tahu kalau aku tidak berada di antara tiga orang itu?”
“Aku tidak tahu.”
“Tidak tahu?”
“Aku hanya tahu bahwa seorang laki-laki dewasa dengan wajah yang penuh jenggot seharusnya tidak seharum ini!”
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
“Kelihatannya aku seharusnya tidak berdiri dekat-dekat denganmu,” ia berkata sambil tersenyum jengkel, “benar-benar berbahaya bagi seorang wanita bila berada di dekatmu!”
“Terutama seorang wanita yang seharum kamu!” Lu Xiao Feng tersenyum.
Nyonya Pertama Gong Sun mengeluarkan suara tawa yang terdengar seperti bunyi lonceng. “Tapi aku tidak pernah mengira bahwa kau akan bertingkah laku seperti seekor anjing kecil, kau bukan hanya bisa menggunakan matamu, tapi juga hidungmu!”
“Ini juga sesuatu yang baru-baru ini kutiru dari orang lain!”
“Dari Hua Man Lou?”
“Benar.”
“Tampaknya setiap keistimewaan orang lain akan langsung ditirukan olehmu!”
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
“Itu karena aku selalu bersikap rendah hati.”
“Orang yang rendah hati akan selalu bernasib baik!” Nyonya Pertama Gong Sun mengangguk. “Itulah sebabnya kalian semua seharusnya bersikap sedikit rendah hati sekarang dan mendengarkan apa yang harus kukatakan!”
“Kami semua mendengarkan!” Nyonya Pertama Gong Sun meyakinkan dirinya.
“Sekarang kau telah jatuh ke tanganku, jika adik-adikmu menginginkan agar kau tetap aman dan sehat sejahtera, maka sebaiknya mereka tetap tinggal di sini dan menunggu instruksi.” Matanya perlahan-lahan menyapu wajah Nyonya Kedua dan
Ketiga sebelum meneruskan dengan dingin. “Jika seseorang masih ingin mencoba

Koleksi Kang Zusi

112

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sesuatu, maka itu berarti ia menginginkanmu segera mati sehingga ia bisa mengambil alih posisimu dan menjadi pemimpin di tempat ini.”
“Jangan khawatir, tidak seorang pun di sini yang menginginkan aku mati!” Nyonya
Pertama Gong Sun tersenyum dan menjawab.
Nyonya Ketiga tiba-tiba menghentakkan kakinya walaupun biasanya ia selalu bersikap dingin.
“Kau benar-benar hendak pergi bersamanya?”
“Kau seharusnya tahu bahwa aku bukanlah orang yang suka menarik kembali katakataku,” Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan santai. “Di samping itu, walaupun aku tidak ingin pergi bersamanya, aku tetap harus pergi. Sekali orang ini mencengkeramkan tangannya pada seorang wanita, ia tidak akan melepaskannya walaupun hal itu akan membunuhnya.”
“Terutama seorang wanita yang secantik dan seharum dirimu.” Lu Xiao Feng menambahkan dengan acuh tak acuh.
“Sekarang, aku hanya ingin agar kau hati-hati mengenai sesuatu!” Nyonya Pertama
Gong Sun berkata.
“Apa itu?”
“Hati-hati tanganmu jangan sampai terpotong!”
Bab 9: Keberhasilan Dan Kegagalan
Meng Wei selalu bersikap amat waspada walaupun sedang tidur. Seorang laki-laki yang dikenal di dunia persilatan sebagai “Ular Berkepala Tiga” tentulah seorang yang selalu waspada, kalau tidak kepalanya tentu akan telah lama ditebas orang walaupun ia memiliki 30 kepala. Tapi waktu ia terbangun dari tidurnya malam ini, telah ada seseorang yang berdiri di ujung ranjangnya, sedang menatapnya dengan sepasang mata yang berkilauan. Malam masih larut, di kamar itu tidak ada cahaya, maka ia tidak bisa melihat wajah orang ini.
Tiba-tiba ia merasa bahwa telapak tangannya telah penuh dengan keringat dingin.
Orang ini tidak bergerak, ia pun tidak. Ia sengaja mengeluarkan suara dengkuran beberapa kali untuk membuat orang ini yakin bahwa ia masih tidur. Tiba-tiba, ia bergerak dan berusaha meraih golok yang tersembunyi di bawah ketiaknya. Tapi gerakan orang itu jauh lebih cepat. Saat lengannya mulai bergerak, orang ini segera menekan pundaknya ke tempat tidur. Tidak pernah seumur hidupnya ia bertemu dengan orang yang memiliki sepasang tangan yang demikian kuat, seandainya tangan itu menjepit tenggorokannya, nafasnya tentu akan segera berhenti.
Kenyataannya, nafasnya memang hampir saja berhenti.
“Apa yang kau inginkan?” Ia bertanya dengan suara gemetar.
Jawaban orang ini sangatlah sederhana.
“Uang.”
“Berapa banyak?” Meng Wei segera bertanya.
“Seratus ribu tael!” Ternyata orang ini pun amat tamak. “Jika kau tidak bisa menyerahkan 100.000 tael, aku akan mencabut nyawamu!”
“Aku akan menyerahkan uang itu!” Meng Wei bahkan tidak bimbang sedikit pun.
“Aku menginginkannya sekarang juga!”
“Aku bisa memberikannya sekarang juga!”
Orang itu tiba-tiba tertawa.
“Aku tidak tahu kalau Ketua Meng adalah orang yang begitu murah hati.”
Ketika ia tertawa, suaranya pun berubah. Suara yang sangat ia kenal.
"Lu Xiao Feng?" ucap Meng Wei dengan terkejut.
“Ini aku.” Orang itu mengangguk.
Meng Wei menarik nafas dalam-dalam beberapa kali sebelum ia mengeluarkan keluhannya. Koleksi Kang Zusi

113

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Itu lelucon yang amat lucu, aku hampir mati ketakutan!”
“Aku pun tidak merencanakan gurauan ini dari awal,” Lu Xiao Feng menjawab sambil tertawa pertanda minta maaf. “Tapi aku merasa sangat gembira hari ini!”
“Tuan telah menangkap si Bandit Penyulam?” Mata Meng Wei segera bersinar-sinar.
“Di mana Bos Jin?” Lu Xiao Feng tidak menjawab, tapi malah mengajukan pertanyaannya sendiri.
“Ia telah pergi kembali ke kota!”
“Apakah racun itu memberi masalah pada dirinya?”
“Untunglah Tuan segera membawanya ke tempat Tabib Shi, Shi Jing Mo memang seorang tabib yang hebat.”
“Aku membawa seorang buronan, maka aku harus amat berhati-hati. Itulah sebabnya aku hanya bisa mendatangimu pada malam hari, aku tidak bisa membiarkan para bawahannya menemukan tempat aku berada.”
“Aku mengerti.” Meng Wei menjawab. Diam-diam, ia merasa sedikit lega karena ia tidak mengajak Xiao Hong menginap malam ini. Ia tidak pernah membiarkan seorang wanita tetap bersamanya di malam hari karena ia tidak pernah percaya pada wanita. Ini adalah sebuah kebiasaan yang baik sehingga ia memutuskan bahwa ia harus mempertahankannya – seandainya Lu Xiao Feng menemukan seorang pelacur terkenal seperti Xiao Hong tidur di ranjangnya, maka ada kemungkinan Bos
Jin juga akan tahu, dan itu bukanlah hal yang baik.
Lu Xiao Feng terdiam dan berfikir sebentar.
“Bisakah kau kirimkan pesan pada orang-orangmu di Yang Cheng dengan menggunakan burung merpati untuk memberitahu Bos Jin agar menungguku tengah malam besok di paviliun tempat tinggal Raja Ular dulu?”
“Tentu saja!” Meng Wei melompat bangkit dari tempat tidurnya dan segera mengenakan sepatunya. “Burung merpati itu ada di belakang sini.”
“Kau juga punya tinta dan kuas di sini?”
“Ya.”
“Mengapa kau tidak menuliskan pesan itu sekarang juga sebelum pergi keluar?”
Meng Wei mengangguk dan menyalakan beberapa buah lentera sebelum mengeluarkan tinta.
“Tuan Lu telah berhasil, minta Bos Jin untuk menunggu di markas Raja Ular tengah malam besok.”
Bagi seseorang yang bekerja di Enam Pintu sejak masih kecil, tulisannya sama sekali tidak buruk, dan bahasanya pun mengalir dengan lancar.
Lu Xiao Feng berdiri di sampingnya sambil tersenyum.
“Mengapa kau tidak menulisnya dalam tulisan Xiao Zhuan? Dengan cara itu, informasi tidak akan bocor walaupun jatuh ke tangan yang salah?”
{Catatan: Xiao Zhuan adalah sebuah bentuk tulisan yang dikembangkan oleh Qing
Shi Huang, Kaisar pertama China, sebagai bentuk tulisan pemersatu bagi seluruh rakyat China. Selama masa dinasti Han, Xiao Zhuan perlahan-lahan berkembang ke dalam bentuk yang mirip dengan tulisan tradisional China yang kita kenal sekarang; tetapi, orang-orang terpelajar China masih mempelajari Xiao Zhuan karena “mutu estetika-nya”. Walau sebagian besar orang tidak bisa membaca Xiao Zhuan, tulisan ini masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai segel.}
“Aku adalah orang tua yang tidak berpendidikan.” Meng Wei menjawab sambil tersenyum mencela. “Aku bahkan tidak bisa menulis Da Zhuan, apalagi Xiao Zhuan.
Tapi Tuan tidak usah khawatir, merpati ini semuanya dilatih sendiri oleh Bos Jin, mereka tidak akan tersesat.”
“Apakah ia bisa mendapatkan pesan itu pada waktunya?”
“Tentu!” Meng Wei meyakinkan dirinya sambil menggulung surat itu dan memasukkannya dengan hati-hati ke dalam sebuah tabung kosong yang berukiran amat indah dan terbuat dari sepotong bambu. Di atas permukaan bambu itu ada

Koleksi Kang Zusi

114

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sebuah cap berbentuk api.
“Kau akan mengirimkan pesan itu sekarang juga?”
“Aku akan pergi sekarang juga.”
Ia menutupi pundaknya dengan mantel dan bergegas keluar. Setelah menungu sebentar, suara seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya pun terdengar di udara.
Lu Xiao Feng menunggu di kamarnya, menunggu sampai ia kembali. Baru kemudian ia merangkap tangannya dan bersiap untuk pergi.
“Aku akan pergi ke Yang Cheng sekarang.”
Meng Wei bimbang sebentar tapi akhirnya ia bertanya.
“Tadi aku keluar, tapi tampaknya tidak ada seorang pun di luar sana.”
“Memang tidak ada.”
“Lalu di mana Nyonya Pertama Gong Sun?” Meng Wei bertanya sambil tersenyum dipaksa. Lu Xiao Feng tersenyum.
“Jika kau menahannya, maukah kau berjalan-jalan di luar sana bersamanya?”
Meng Wei menggelengkan kepalanya.
“Lalu bagaimana kau menahannya?”
“Sebuah rahasia tidak akan menjadi rahasia lagi bila dibocorkan,” Lu Xiao Feng menjawab sambil tersenyum santai. “Setelah mengantarkannya, aku akan bercerita bila aku sempat.”
“Tuan Lu benar-benar orang yang teliti dan cermat. Seperti yang kukatakan dulu, jika Tuan Lu menekuni profesi kami, ia tentu akan menjadi orang nomor satu di seluruh Enam Pintu!”
Tak terduga, Lu Xiao Feng hanya menarik nafas sebagai jawabannya.
“Sejujurnya, aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa menandingi Bos Jin kalian itu, tak perduli apa pun yang aku lakukan!”
“Tapi Tuan Lu adalah orang yang menangkap Nyonya Pertama Gong Sun!” Meng Wei memprotes. Lu Xiao Feng tersenyum murung.
“Ia membuatku bekerja keras untuknya sementara ia sendiri bersantai-santai di tempat tidur. Berdasarkan hal itu saja, kau bisa melihat bahwa ia jauh lebih hebat dariku!” ______________________________
Keadaan paviliun kecil itu masih sama seperti semula, satu-satunya perbedaan adalah orang yang duduk di kursi itu. Jin Jiu Ling sedang berbaring di kursi dengan mata tertutup. Air mukanya tampak cemerlang, dan suasana hatinya pun amat baik.
Makanan yang lezat dan mengenyangkan tadi masih ada di dalam perutnya.
Masakan Tuan Mai dari Taman Riang Gembira itu memang bisa dianggap selalu memuaskannya. Di samping itu, sekarang bandit itu telah tertangkap, ia bisa menikmati hidupnya tanpa perasaan cemas untuk beberapa tahun ke depan. Ia merasa bahwa ia memang sangat beruntung, begitu mujurnya sehingga ia bisa mendapatkan seorang pembantu sebaik Lu Xiao Feng.
Walaupun Lu Xiao Feng belum tiba, ia tidak khawatir sedikit pun, karena ia tahu bahwa rencana Lu Xiao Feng tidak akan pernah kacau. Di atas meja ada secangkir arak Persia. Ia menyentuh kilauan arak di dalam cangkir yang gelap itu dan menghirup araknya dengan perlahan-lahan, menikmati rasanya dengan santai. Ia memang orang yang tahu cara menikmati hidup. Tidak banyak orang seperti ini di dunia. Walau Lu Xiao Feng pun terkadang bisa menikmati hidupnya, sayangnya ia memang terlahir suka ikut campur dalam urusan orang lain. Jin Jiu Ling telah memutuskan bahwa sesudah kasus ini selesai, ia tidak akan pernah lagi terlibat dalam urusan Enam Pintu.
Saat inilah ia mendengar sebuah bunyi di atas atap. Itu bukanlah bunyi yang keras,

Koleksi Kang Zusi

115

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hanya sesuatu yang mungkin saja disebabkan oleh seekor kucing yang berlarian di atas atap. Wajahnya segera mengembangkan sebuah senyuman. Ia tahu bahwa Lu
Xiao Feng tentu telah tiba, dan bahwa ia tentu membawa sesuatu yang berat bersamanya. Bila Lu Xiao Feng bergerak, ia tentu tidak akan pernah membuat suara sedikit pun.
“Aku menghabiskan waktu siang dan malam dengan menyeret-nyeret peti yang berat ini ke mana-mana, sementara kau duduk nyaman di sini sambil minum arak, tampaknya kau memang ditakdirkan untuk hidup enak!” Jin Jiu Ling baru saja meletakkan cangkirnya waktu ia mendengar Lu Xiao Feng menarik nafas di luar jendela. Jendela telah dibuka, Jin Jiu Ling telah membukanya dari dalam. Lu Xiao Feng sendiri tidak masuk, tapi ia mendorong masuk sebuah peti bambu yang amat besar.
“Aku bukan ditakdirkan untuk hidup enak,” Jin Jiu Ling tersenyum. “Aku hanya beruntung karena memiliki seorang sahabat seperti Lu Xiao Feng.”
Waktu ia menyelesaikan ucapannya itu, Lu Xiao Feng pun telah berada di hadapannya. “Nasibmu memang benar-benar lebih baik dariku,” ia berkata dengan wajah yang kaku. “Kau memiliki teman-teman yang baik, aku tidak.”
“Tugas ini sebenarnya memang sangat sulit, aku tahu kau akan marah,” Jin Jiu Ling tersenyum. “Itulah sebabnya aku telah mempersiapkan arak Persia ini untuk meredakan kemarahanmu!”
Kendi emas itu telah berada di atas meja, araknya pun telah dituangkan ke dalam cangkir. Jin Jiu Ling menyerahkannya pada Lu Xiao Feng dengan kedua tangannya.
“Aku sendiri yang mendinginkan es batu ini, dijamin bisa mendinginkanmu pula.”
Lu Xiao Feng pun terpaksa tersenyum.
“Ternyata kau benar-benar hebat dalam hal membuat orang lain merasa senang.
Seandainya aku seorang wanita, aku juga mungkin telah jatuh cinta padamu.” Ia menerima cangkir itu dan meminum isinya dalam satu tegukan sebelum mengangkat peti bambu itu ke atas meja. “Menurutmu, apa yang ada di dalam peti ini?”
“Apakah itu seorang penyulam?” Mata Jin Jiu Ling tampak berkedip-kedip.
“Dia bukan hanya bisa menyulam bunga, tapi juga orang buta!”
Mata Jin Jiu Ling pun tampak bersinar-sinar.
“Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, luar biasa!” Ia mengacungkan jempolnya.
“Aku tidak tahu sudah berapa kali dalam hidupku aku tertipu karena kalimat itu,” Lu
Xiao Feng tertawa getir. “Tapi anehnya, aku tetap suka mendengarnya!”
“Satu ciuman, dua ciuman, tidak ada yang bisa mengalahkan ciuman keledai!” Jin Jiu
Ling pun tertawa terbahak-bahak. “Yang mencium tentu tidak akan pernah keliru!”
Masih sambil tertawa, ia membuat sebuah gerakan seakan-akan hendak membuka peti itu.
“Tunggu dulu.” Lu Xiao Feng menghalangi jalannya.
“Kenapa?” Jin Jiu Ling tercengang.
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
“Apakah kau tahu siapa si Bandit Penyulam ini?”
“Bukankah dia Nyonya Pertama Gong Sun?”
Lu Xiao Feng mengangguk. “Dan apakah kau tahu seperti apa Nyonya Pertama Gong
Sun itu?” Ia bertanya lagi.
“Tidak!”
“Menurut dugaanmu?”
“Seorang nenek tua?” Jin Jiu Ling tampak bimbang.
“Tebak lagi.”
“Walau dia bukan seorang nenek tua, dia tidak mungkin muda, karena seorang wanita muda tidak akan pernah melakukan kejahatan dengan begitu ahli dan keji!”
“Oh?”

Koleksi Kang Zusi

116

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Dan kurasa dia tidak terlalu cantik, karena seorang wanita cantik tidak akan mau berpakaian seperti seorang wanita tua!”
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Orang-orang mengatakan bahwa kemampuanmu dalam menarik kesimpulan adalah seperti dewa, tapi kali ini kesimpulanmu ngawur belaka!”
“Aku keliru?”
“Keliru sekali!”
“Kalau begitu, perempuan seperti apakah dia?”
“Perempuan yang bisa menghipnotis laki-laki sampai mati, terutama laki-laki sepertimu!” “Dan laki-laki seperti apakah aku?” Bibir Jin Jiu Ling membentuk sebuah senyuman yang mengibakan.
“Kau seorang penggoda. Aku hanya berharap bahwa kau tidak terhipnotis olehnya bila kau melihatnya!”
“Ada banyak jenis laki-laki penggoda, setidaknya aku bukan jenis yang mau sembarangan mengarahkan pandangannya pada seorang wanita.” Jin Jiu Ling tertawa dan membuka peti itu. Ia baru mengintip sedikit tapi sudah terkejut.
Perempuan di dalam peti itu memang terlalu cantik, terlalu cantik seperti sekuntum mawar yang sedang tidur di antara lautan salju. Usianya mungkin tidak muda lagi, tapi kecantikannya sudah lebih dari cukup untuk membuat orang melupakan usianya. Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Tampaknya tugasmu in sama sekali tidak buruk!”
Pernyataan itu mendapatkan seringai dingin dari Lu Xiao Feng.
“Di mana Hua Man Lou?” Tiba-tiba ia bertanya.
“Ia sudah pergi!”
“Mengapa ia tidak menungguku?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
“Karena ia sedang terburu-buru pergi ke Gunung Zi Jin!”
“Untuk apa?”
Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Majikan Benteng Awan Putih telah mengatur sebuah duel dengan XiMen ChuiXue pada tanggal 1 bulan depan di Gunung Zi Jin!”
Ekspresi wajah Lu Xiao Feng tampak berubah.
“Sudah cukup banyak orang yang tahu tentang hal ini dan tidak sedikit dari sekitar sini yang telah pergi ke Gunung Zi Jin. Dari apa yang aku dengar, seseorang telah memasang taruhan yang amat besar untuk pertarungan mereka. Kemungkinannya adalah 3 berbanding 2 untuk Ye Gu Cheng!”
“Tanggal berapa hari ini?”
“Tanggal 24.”
“Jika aku pergi sekarang juga, mungkin aku bisa tiba pada waktunya!” Lu Xiao Feng melompat bangkit.
“Tapi Nyonya Pertama Gong Sun ini….”
“Tugasku sudah selesai, dari kepala hingga ke ujung kaki, ia adalah milikmu.”
“Kau sedang menggodaku?” Jin Jiu Ling bertanya sambil tersenyum malu.
“Aku hanya berharap bahwa kau adalah orang yang tahan terhadap godaan!”
“Jangan khawatir.”
“Aku tetap khawatir.”
“Perempuan ini adalah ular berbisa, aku tidak selancang itu, aku takut tergigit!” Jin
Jiu Ling tertawa.
“Aku khawatir karena ia tidak bisa menggigit sekarang!”
“Ular berbisa terkadang juga tidak bisa menggigit?”
“Aku telah memaksanya meminum ‘Minuman Tujuh Hari’ miliknya sendiri dalam dosis yang amat besar. Walau nanti terbangun, ia masih tidak bisa bergerak selama

Koleksi Kang Zusi

117

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. paling sedikit 2 atau 3 hari lagi.”
Jin Jiu Ling mendengarkan dalam bisu, nama ‘Minuman Tujuh Hari’ itu samar-samar seperti dikenal olehnya.
“Jadi dalam 2 atau 3 hari itu, tidak perduli apa pun yang kau lakukan padanya, ia tidak bisa melawan. Tapi jika kau benar-benar melakukan sesuatu terhadap dirinya, maka kau akan berada dalam masalah besar, dan begitu juga aku!”
“Jika kau benar-benar khawatir, mengapa kau tidak tinggal?” Jin Jiu Ling menawarkan sambil tersenyum.
“Karena aku lebih mengkhawatirkan XiMen ChuiXue!” Lu Xiao Feng tampaknya sudah bersiap-siap untuk melompat ke luar jendela ketika ia berhenti sebentar. “Masih ada satu hal yang harus kuminta kau melakukannya untukku!”
“Jangan bimbang untuk memintanya.”
“Tolong temukan di mana Xue Bing berada, aku tidak tahu bagaimana cara mendapatkan informasi ini dari orang-orang, tapi kau tahu!”
“Jangan khawatir, walaupun ia berubah menjadi sebuah boneka, aku tetap akan bisa menemukan cara untuk membuatnya bicara!” Jin Jiu Ling tidak menolak permintaannya sebelum tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Di luar ada seekor kuda, aku yang membawanya ke sini.”
Orang sudah tahu bahwa Jin Jiu Ling adalah Bo Le di jaman sekarang dan salah seorang ahli penilai kuda terbaik di tempat ini. Kuda yang ia bawa ke sini tentulah seekor kuda yang bagus.
“Kau bersedia meminjamkannya?” Lu Xiao Feng sangat senang.
Jin Jiu Ling mengangguk tapi kemudian tersenyum.
“Tapi ada satu hal yang aku khawatirkan!”
“Apa itu?”
“Kuda itu adalah seekor kuda betina!”
______________________________
Lu Xiao Feng pergi, pergi bersama kendi arak Persia itu. Suara derap dan ringkik kuda yang terdengar dari bawah segera menjauh. Kuda itu benar-benar hebat. Jin
Jiu Ling mendorong jendela hingga terbuka dan mengintip ke luar. Di bawah sana, di halaman, tampak seseorang mengangguk padanya. – Lu Xiao Feng ada di atas kuda itu. Suara derap kaki kuda telah menghilang. Barulah kemudian Jin Jiu Ling menutup jendela, berjalan kembali ke meja, dan menyingkap lengan baju gadis di dalam peti itu. Pada lengan yang seputih akar bunga lotus dan sehalus giok itu, ada sebuah tanda lahir berwarna ungu gelap, seukuran uang logam, dalam bentuk sebuah awan.
Jin Jiu Ling mengamatinya dengan teliti sebelum sebuah senyuman bangga muncul di wajahnya.
“Dia memang Nyonya Pertama Gong Sun!” Ia bergumam.
Bagaimana ia tahu bahwa Nyonya Pertama Gong Sun memiliki tanda lahir seperti itu? Bagi seorang wanita, hanya orang-orang terdekat dengannya yang akan tahu tentang rahasia seperti ini. Jin Jiu Ling menutup peti, mengangkatnya dan bergegas membawanya ke lantai bawah paviliun. Di luar pintu depan ada sebuah tandu berwarna hijau. Jin Jiu Ling, sambil membawa peti itu, duduk di dalam tandu. Dua orang laki-laki yang akan membawa tandu itu tidak lain dan tidak bukan adalah dua orang pemburu hadiah yang bertubuh paling kuat di kota itu. Sebelum ia mengucapkan sepatah kata pun, mereka telah mengangkat tandu dan berlari dengan cepat melintasi jalan raya.
Duduk di dalam tandu, wajah Jin Jiu Ling terlihat sangat puas, rencananya telah 90
% selesai. Tandu itu masuk ke sebuah jalan kecil, dan kemudian 7 atau 8 jalan kecil lagi, sebelum akhirnya tiba di sebuah jalan besar. Di mulut jalan itu telah menanti sebuah kereta kuda bercat hitam pekat.
Masih sambil membawa peti itu, Jin Jiu Ling turun dari tandu dan masuk ke dalam

Koleksi Kang Zusi

118

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. kereta. Kereta itu segera melesat di jalan raya dengan sang kusir terus-menerus mencambuk kudanya, mengendalikannya sedemikian rupa seolah-olah kuda itu adalah perpanjangan tangannya sendiri. Ia tidak lain dan tidak bukan adalah pemburu hadiah terkenal di Yang Cheng, Lu Shao Hua.
Tidak seorang pun terlihat di jalan. Pada setiap persimpangan, tentu ada 2 orang laki-laki di atas atap rumah di kedua sisi jalan yang memberi isyarat tangan yang sama: “Tidak ada pelancong malam yang mencurigakan, tidak ada orang yang mengikuti kereta.” Kereta itu kemudian menelusuri 7 atau 8 jalan lagi. Sekarang orang-orang di atas atap pun telah pergi. Hanya mereka berdua yang tahu ke mana tujuan kereta ini.
Di sudut sebelah barat kota ada sebuah jalan yang tidak segaris dengan jalan-jalan lainnya, jalan itu pendek dan sempit. Di jalan itu hanya ada 7 buah bangunan, masing-masing pintunya tampak telah tua dan usang. Dari ketujuh bangunan itu, tiga di antaranya adalah toko barang-barang antik yang menjual lukisan-lukisan dan kaligrafi kuno, tapi sebagian besar di antaranya adalah palsu, dua toko lainnya menjual kertas dinding atau lukisan, satunya lagi adalah penjual segel cetakan, dan yang terakhir adalah toko payung.
Seharusnya jalan ini merupakan jalan yang amat sunyi dan sepi, hanya dilalui oleh orang-orang miskin dan tua. Tapi kereta itu berhenti di mulut jalan ini. Setelah Jin
Jiu Ling turun dari kereta, Lu Shao Hua pun segera turun. Seorang laki-laki tua yang setengah tuli dan setengah buta membuka pintu ke salah satu toko koyok. Jin Jiu
Ling, sambil membawa peti, melesat masuk ke dalamnya.
Di dalam toko ada beberapa kaligrafi atau lukisan yang lusuh dan belum dibingkai.
Jin Jiu Ling menggeser sebuah tiruan lukisan pemandangan dari karya Tang Bo Hu dan mengangkat salah satu batu bata di dinding dengan perlahan-lahan. Sebuah pintu rahasia segera muncul. Di balik pintu itu ada sebuah lorong yang amat sempit.
Di ujung lorong ada sebuah pintu lagi yang, bila dibuka, membawa dirinya ke sebuah halaman kecil yang terawat dengan baik serta penuh bunga dan pepohonan.
Halaman itu mungkin tidak besar, tapi setiap bunga dan pohon jelas dipelihara dengan amat teliti dan sempurna oleh ahlinya. Di balik pepohonan dan semak-semak yang paling lebat, ada sebuah paviliun kecil yang memiliki 5 buah kamar. Di sana telah ada dua orang pelayan bermata jernih dan berambut ekor kuda, berdiri di tangga untuk menyambutnya.
______________________________
Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya terbangun, hanya untuk menemukan bahwa ia sedang berada di sebuah kamar wanita yang sangat indah, berbaring di atas sebuah tempat tidur yang lembut dan nyaman. Sebuah aroma yang lebih murni dan lebih harum daripada aroma anggrek tercium di ruangan itu, tapi dari mana asalnya? Ia berbaring di sana dengan tenang, tidak bergerak. Karena ia memang tidak bisa bergerak. Bayang-bayang di jendela tampak sedikit condong, senja belum tiba.
Terdengar suara kicauan burung di luar sana, tapi suara manusia tidak terdengar sedikit pun.
“Ada orang di sini?” Ia berseru.
Tidak ada yang menjawab. Seruannya itu memang tidak keras, karena ia tidak punya tenaga untuk berteriak.
“Lu Xiao Feng, ke mana kau pergi….” Ia mengkertakkan giginya dan hampir mencaci-maki. “Suatu hari nanti kau akan mati di tanganku!”
Yang bisa ia lakukan hanyalah berbaring di sana dan menunggu. Lalu tiba-tiba, wajahnya berubah menjadi merah padam – ia ingin buang air. Tapi tidak perduli betapa kerasnya pun ia berusaha, ia masih tidak bisa bergerak sedikit pun. Berteriak lagi pun tetap tidak ada gunanya. Akhirnya ia tidak tahan lagi, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah buang air di tempat tidur itu. Ini benar-benar urusan yang

Koleksi Kang Zusi

119

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. amat memalukan. Tempat tidur itu menjadi basah, tapi ia harus tetap berbaring di sana tanpa bergerak. Ia jadi begitu marahnya hingga hampir menangis.
“Lu Xiao Feng, suatu hari nanti aku akan membuatmu memohon-mohon untuk mampus.” Tiba-tiba, sesuatu jatuh dari atas dan mendarat di dekatnya. Ternyata seekor ular.
Makhluk yang paling menakutkan baginya adalah ular. Wajahnya berubah jadi hijau karena ketakutan, tapi ia tetap tidak bisa bergerak sedikit pun. Yang bisa ia lakukan hanyalah menonton ular itu merayap naik ke atas tubuhnya. Ia membuka mulutnya untuk menjerit, tetapi karena ketakutan, tidak ada suara yang keluar.
Ular itu baru saja hendak merayap ke atas wajahnya waktu tiba-tiba sebuah bayangan muncul. Seseorang muncul di kepala ranjang dan, dengan cekatan, menangkap ular itu dan melemparkannya ke luar jendela. Nyonya Pertama Gong
Sun akhirnya bisa menarik nafas lega, tapi wajahnya telah penuh dengan keringat dingin. Tapi orang ini sedang tersenyum sambil menatapnya.
“Maaf karena telah mengagetkan Nyonya Pertama.” Orang ini berkata dengan suara yang hangat. Walau ia telah berusia separuh baya, ia masih amat tampan. Siapa pun bisa melihat bahwa pakaian yang ia kenakan dibuat oleh penjahit terkenal dari bahan yang terbaik. Tapi senyuman di wajahnya lebih menawan bagi seorang wanita daripada pakaian di tubuhnya.
Nyonya Pertama Gong Sun menatapnya.
“Kau… kau majikan di tempat ini?”
Jin Jiu Ling mengangguk.
“Bagaimana seekor ular bisa masuk ke rumahmu?”
“Karena aku sengaja pergi keluar dan menangkapnya!”
Ekspresi wajah Nyonya Pertama Gong Sun terlihat berubah.
“Mengapa?”
“Karena aku harus memastikan apakah kau, Nyonya Pertama Gong Sun, benarbenar tidak bisa bergerak!”
“Kalian bukan hanya memaksaku minum obat bius, kalian juga telah menotokku,”
Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan nada pahit. “Apakah itu tidak cukup?”
“Aku seorang laki-laki yang amat berhati-hati,” Jin Jiu Ling tersenyum. “Dan bila urusannya menyangkut dirimu, Nyonya Pertama, aku harus lebih hati-hati lagi.”
“Jadi kau adalah Jin Jiu Ling?” Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya bisa menebak.
“Tidak disangka kau memerlukan waktu yang begitu lama untuk mengenaliku!”
“Ke mana bangsat Lu yang mau mampus itu pergi?” Nyonya Pertama Gong Sun berkata dengan marah, sambil mengkertakkan giginya saat menyebut nama itu.
“Ia telah menyelesaikan tugasnya, dari kepala hingga ke ujung kaki, kau, Nyonya
Pertama, adalah milikku!” Jin Jiu Ling tersenyum dengan santai.
“Di mana ini? Mengapa kau membawaku ke sini?”
“Tempat ini mungking kurang bagus, tapi setidaknya jauh lebih baik daripada penjara.” Jin Jiu Ling menarik nafas dan meneruskan. “Aku tahu Nyonya Pertama tentu tidak pernah dipenjara sebelumnya, tempat itu benar-benar seperti kandang babi. Di mana-mana ada nyamuk dan kutu busuk. Jika kau, Nyonya Pertama, pergi ke sana, kau akan digigiti hingga menjadi bubur hanya dalam setengah hari. Dan jika kau menjerit, maka kau akan segera dipukuli. Jika kau cukup beruntung dan bertemu dengan salah satu sipir yang paling kejam, maka kau mungkin juga akan mendapatkan siraman air kencing.”
Wajah Nyonya Pertama Gong Sun berubah menjadi hijau lagi.
“Kau tidak ingin aku membawamu ke tempat seperti itu, kan?” Jin Jiu Ling bertanya.
Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba tertawa dingin.
“Aku tahu apa yang sebenarnya kau inginkan!”
“Oh?”

Koleksi Kang Zusi

120

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Kau hanya menginginkan sebuah pengakuan tertulis dariku!”
“Nyonya Pertama Gong Sun memang seorang wanita yang cerdas….” Jin Jiu Ling tersenyum. “Kau ingin agar aku mengaku sebagai si Bandit Penyulam, bahwa aku yang melakukan semua perampokan itu!”
“Benar, asal kau mau menuliskan pengakuan itu, aku akan menjamin bahwa aku tidak akan menyakitimu, kalau tidak….”
“Kalau tidak, apa?”
“Di sekitar sini ada banyak ular,” Jin Jiu Ling mengancam dengan dingin. “Kapan saja bila aku mau, aku bisa pergi dan mengambilnya beberapa ratus ekor!”
Nyonya Pertama Gong Sun mengkertakkan giginya lagi.
“Bagaimana kau tahu bahwa aku paling takut pada ular?”
“Aku selalu tahu banyak hal!”
Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba tertawa dingin lagi.
“Sebenarnya, aku pun tahu banyak hal!”
“Apa yang kau ketahui?”
“Setidaknya aku tahu siapa sebenarnya Bandit Penyulam itu!” Nyonya Pertama Gong
Sun menatap langsung ke matanya waktu bicara, dengan menekankan setiap patah kata. “Siapa?”
“Kau! Kaulah si Bandit Penyulam yang sebenarnya!”
Jin Jiu Ling berdiri membisu di pinggir tempat tidur, senyumannya yang menawan itu telah menghilang. Di wajahnya tidak terlihat emosi sedikit pun.
“Sebenarnya, dari awal, aku telah curiga bahwa kaulah si Bandit Penyulam itu!”
Nyonya Pertama Gong Sun meneruskan dengan nada mengejek.
"Oh?"
“Aku juga tahu dari awal, kau bermaksud mengkambing-hitamkan diriku!”
“Seandainya pun aku adalah Bandit Penyulam yang sebenarnya, mengapa aku memilihmu untuk dikambing-hitamkan?”
“Karena aku adalah orang yang amat misterius, tidak ada orang yang tahu tentang diriku atau latar-belakangku. Karena itu, tidak perduli apa pun yang kau tuduhkan padaku, orang lain tidak akan sukar mempercayainya!”
“Hanya karena itu?”
“Tentu saja itu bukan alasan yang utama!”
“Lalu ada alasan apa lagi?”
“Alasan yang paling penting adalah, di antara adik-adikku, salah satunya adalah kaki tanganmu. Kau ingin mengkambing-hitamkan aku, agar aku dihukum mati sebagai penggantimu, tapi kematianku juga akan memberi kesempatan bagi dia untuk mengambil posisiku sebagai pemimpin. Sejak awal, kalian berdua memang berusaha untuk membunuh dua ekor burung dengan sebutir batu.”
Ekspresi wajah Jin Jiu Ling tampak berubah sedikit tapi kembali normal dengan cepat. “Kau sudah tahu siapa dia?” Ia bertanya.
“Sampai sekarang, aku masih belum yakin, tapi suatu hari nanti aku akan tahu!”
“Sayangnya hari itu mungkin tidak akan pernah datang!” Jin Jiu Ling menjawab dengan dingin.
“Kau tahu bahwa setelah semua perampokan itu terjadi, orang-orang tentu akan datang mencarimu, karena kau adalah pemburu hadiah nomor satu di Enam Pintu.
Juga karena tidak ada orang yang akan mencurigaimu.”
“Reputasiku memang selalu baik.”
“Kau pergi menemui Lu Xiao Feng, karena kau tahu bahwa hanya dia satu-satunya orang yang bisa menandingiku!”
“Dia memang orang yang sangat cerdas, bahkan kau pun harus mengakui hal itu!”

Koleksi Kang Zusi

121

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku hanya mengakui bahwa ia adalah seekor babi.”
“Tapi jika dia adalah seekor babi, bagaimana kau bisa jatuh ke tangannya?” Jin Jiu
Ling bertanya sambil bergurau.
Nyonya Pertama Gong Sun menggigit bibirnya.
“Mungkin ia adalah seekor babi yang cukup cerdas, tapi babi tetaplah babi!”
Jin Jiu Ling tertawa.
“Tepatnya, karena ia seekor babi, maka ia tertipu olehmu sejak awal!” Nyonya
Pertama Gong Sun meneruskan.
“Oh?”
“Kau sengaja memberikan bunga mawar hitam itu padanya karena kau tahu bahwa ia tentu akan mencari nenek tua Xue!”
“Aku juga tahu bahwa nenek tua Xue tentu akan mengenali mawar itu sebagai hasil karya seorang perempuan!” Jin Jiu Ling tersenyum penuh tanda kemenangan.
“Itulah sebabnya dia keliru sejak awal, dia mengira bahwa si Bandit Penyulam adalah seorang wanita yang menyamar!”
“Karena ia yakin bahwa mata Nyonya Xue yang ahli tentu tidak akan pernah keliru!”
“Maka kau sengaja menyuruh SiKong ZhaiXing untuk mencuri kain itu dan membawanya ke tempat Jiang Qing Xia, karena kau tahu bahwa Jiang Qing Xia adalah salah seorang adikku!”
“Teruskan.”
“Sejak saat itu, Lu Xiao Feng telah memutuskan bahwa ini semua tentu perbuatan
Persaudaraan Sepatu Merah!”
“Tidakkah kau lupa bahwa SiKong ZhaiXing adalah si ‘Raja Pencuri’? Mengapa ia mau menurut padaku dan berdusta pada Lu Xiao Feng?”
“Karena ia adalah si Raja Pencuri dan kau adalah si raja pemburu hadiah. Bahkan
Raja Pencuri pun tidak bisa terhindar dari kekalahan. Tentu ia pernah jatuh ke tanganmu sebelumnya, tapi kau melepaskannya, karena kau tahu bahwa orang seperti dia tentu akan berguna suatu hari nanti!”
Jin Jiu Ling menarik nafas.
“Tidak ada yang tahu tentang hal itu, kau cuma menebaknya, kan?”
Nyonya Pertama Gong Sun tidak membantah, tapi ia malah meneruskan.
“Tapi kalau cuma karena itu, Lu Xiao Feng tetap tidak akan mencurigaiku.”
“Benar.”
“Kau tahu bahwa setibanya ia di Yang Cheng, ia tentu akan pergi menemui si Raja
Ular.”
“Jadi menurutmu si Raja Ular adalah kaki tanganku?”
“Tentu saja bukan, ia sama seperti SiKong ZhaiXing, ia berhutang budi padamu.
Itulah sebabnya ia bersedia menuruti perintahmu.”
“Kali ini kau keliru!”
“Oh?”
“Ia mau menuruti perintahku, karena ia tidak punya pilihan lain!”
“Mengapa?”
“Para pemburu hadiah dan penegak hukum di Yang Cheng semuanya adalah muridmuridku atau murid dari murid-muridku, apalagi aku telah menjadi Komandan Istana
Kerajaan. Aku bisa menyapu habis dia dan seluruh organisasinya dari permukaan bumi ini kapan saja aku mau!” Jin Jiu Ling menjawab terus terang.
“Kau tahu bahwa aku akan muncul di Taman Barat pada tanggal 15 Juli, maka kau menyuruh Raja Ular untuk mengarahkan Lu Xiao Feng ke sana juga!”
“Keberadaanmu mungkin sangat misterius bagi orang lain, tapi aku tahu betul seperti mengenali punggung tanganku.”
“Karena ada seseorang di antara saudara-saudaraku yang terus-menerus memberitahumu!” “Aku memalsukan sebuah surat dan menyuruh Raja Ular untuk mengatur agar Lu

Koleksi Kang Zusi

122

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Xiao Feng membacanya,” Jin Jiu Ling tidak menyangkal lagi. “Karena aku tahu bahwa Lu Xiao Feng adalah orang yang tidak suka berhutang budi pada orang lain dan ia tentu akan bersikeras masuk ke tempat Raja Ular!”
“Dan sejak saat itulah Lu Xiao Feng benar-benar mulai mencurigaiku.”
“Seharusnya kau tidak berusaha membuatnya makan kacang gula itu!”
“Hari itu ada sesuatu yang harus kuawasi di Taman Barat. Bila aku sedang ada urusan, aku tidak suka orang lain menghalangi jalanku.”
“Tapi dia malah memintamu untuk mencarikan sepatu merah buatnya!”
“Itulah sebabnya ia benar-benar sangat beruntung tidak mati hari itu.”
“Aku juga beruntung.”
“Tapi ia masih belum yakin juga, maka kau dan Raja Ular bergabung dan menculik
Xue Bing!”
“Orang lain mengatakan bahwa ia adalah seekor harimau betina. Bagiku, ia tidak lebih dari seekor kucing kecil!”
“Dan kemudian kau sengaja membiarkan Lu Xiao Feng menemukan dua buah kamar di jalan kecil itu, membuatnya mengira bahwa tempat itu adalah tempat persembunyianku!” “Mempersiapkan 2 kamar itu memang membutuhkan kerja keras!” Jin Jiu Ling berkata terus terang.
“Ah-Tu, tentu saja, adalah seseorang yang kau tempatkan di sana sejak awal!”
“Karena aku tahu bahwa Lu Xiao Feng sendiri tidak akan pernah berhasil menemukanmu!” “Tapi sebelumnya kau sudah tahu tempat pertemuan kami!”
“Maka aku membuat kotak kayu yang aneh itu dan menyuruh Ah-Tu membawa Lu
Xiao Feng ke sana!”
“Tapi mengapa kau pura-pura keracunan?”
Jin Jiu Ling tersenyum.
“Karena aku tidak ingin pergi ke sana!”
“Asal kau tidak pergi dan Lu Xiao Feng pergi, tidak perduli apa pun yang terjadi, siapa yang menang atau kalah, semuanya tidak ada hubungannya denganmu!”
“Aku orang yang selalu berhati-hati, aku tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak aku yakini!” Jin Jiu Ling kembali tersenyum.
“Jadi kau benar-benar yakin tentang seluruh urusan ini?”
“Aku tahu bahwa kau adalah orang yang luar biasa dan mungkin telah mengetahui semua perbuatanku. Aku bahkan tahu bahwa kau telah membunuh Ah-Tu dan menyamar sebagai dirinya. Lu Xiao Feng bisa menemukanmu adalah karena kau yang sengaja membiarkan hal itu terjadi!”
“Kau tahu?” Nyonya Pertama Gong Sun tampak terkejut.
“Tentu saja, tapi aku tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu!”
“Oh?”
“Karena aku juga tahu bahwa rencanaku akan berhasil. Setiap petunjuk, setiap bukti, menunjukkan bahwa kamulah si Bandit Penyulam. Walau kau mengetahui rencanaku, kau masih tidak punya satu pun kesaksian untuk membuktikannya.” Ia tertawa dengan nada penuh kemenangan dan meneruskan. “Apalagi setelah Xue
Bing menghilang dan Raja Ular mati, Lu Xiao Feng pasti sudah membencimu hingga ke tulang sumsum. Maka tidak perduli apa pun yang kau ucapkan, ia tidak akan pernah mempercayaimu atau melepaskanmu. Di samping itu, aku adalah seorang pemburu hadiah terkenal dengan reputasi yang bersih, juga sahabatnya, sementara kau adalah seorang monster wanita yang misterius!”
Nyonya Pertama Gong Sun tak bisa berbuat apa-apa kecuali menarik nafas.
“Kau benar, aku tidak punya bukti sedikit pun. Walau aku dulu memberitahu semua orang bahwa kau adalah si Bandit Penyulam, tidak ada yang akan percaya padaku!”
“Dan walaupun kau mengatakannya sekarang, masih tidak ada orang yang akan

Koleksi Kang Zusi

123

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. percaya padamu!”
“Jangan lupa bahwa kau barusan telah mengaku!” Nyonya Pertama Gong Sun membalas dengan dingin.
Jin Jiu Ling mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Benar, aku sudah mengaku, tapi memangnya kenapa?”
“Kau mengira bahwa aku adalah orang satu-satunya yang mendengar apa yang kau ucapkan tadi?” Nyonya Pertama Gong Sun mendengus.
“Sudah kubilang, aku tidak pernah melakukan apa yang tidak aku yakini!”
“Kau yakin tidak ada orang yang mengikutimu ke sini dan bahwa aku tidak bisa bergerak, itulah sebabnya kau mengaku?”
“Aku tidak ingin kau mati tanpa mengetahui alasannya!”
“Kau tidak khawatir kalau Lu Xiao Feng masuk dengan tiba-tiba?”
“Ia mungkin seekor babi, tapi larinya cukup cepat.” Masih sambil tersenyum, ia merogoh ke dalam bajunya dan mengeluarkan sebuah tabung ukiran dari bambu.
“Aku baru saja menerima ini. Datangnya dari Nan Hai lewat seekor merpati pos. Lu
Xiao Feng baru saja melewati Nan Hai dan sekarang, sedang dalam perjalanan ke arah Leng Ling.”
Sekali lagi, Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas sendiri.
“Tampaknya kau benar-benar telah memikirkan segalanya!”
“Terima kasih.”
“Tapi kau tidak akan pernah mendapatkan sepatah kata pun pengakuan dari mulutku!” “Aku pun telah memikirkan hal ini,” Jin Jiu Ling menjawab dengan santai.
“Pengakuan ini sebenarnya tidak harus dituliskan olehmu!”
Ekspresi wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak berubah.
“Aku bisa menyuruh seseorang untuk menuliskan seribu pengakuan seperti ini kapan saja aku mau, siapa pun akan melakukannya. Itu karena tidak ada orang yang tahu seperti apa tulisan tanganmu.”
“Itulah sebabnya kau bisa membunuhku sekarang juga, karena aku menolak untuk ditahan dan berusaha kabur, maka kau terpaksa membunuhku!”
“Kali ini tebakanmu benar!” Jin Jiu Ling tertawa.
“Setelah aku mati, seluruh masalah ini akan berakhir, karena tidak ada lagi orang yang akan menentang ceritamu.” Nyonya Pertama Gong Sun mengkertakkan giginya dengan nada pahit. “Kau bisa lolos begitu saja!”
“Sejak berusia 19 tahun, aku selalu merasa bahwa penjahat-penjahat itu bisa tertangkap karena mereka semua adalah babi-babi yang bodoh. Sudah lama aku ingin melakukan kejahatan yang benar-benar sempurna.”
“Dan sekarang keinginanmu menjadi kenyataan!”
“Masih ada satu hal terakhir yang harus dilakukan.”
“Aku masih belum mati.”
“Tadinya aku berencana untuk membiarkanmu hidup beberapa hari lagi, kau benarbenar seorang wanita cantik yang langka.” Jin Jiu Ling menarik nafas. “Sayangnya aku baru saja menyadari bahwa sebaiknya aku membunuhmu sesegera mungkin.”
Nyonya Pertama Gong Sun menatap langsung ke matanya dan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kau merasa bahwa kematian adalah suatu urusan yang sangat lucu?”
“Kematian bukanlah urusan yang lucu, tapi kaulah yang lucu!”
“Oh?”
“Jika kau berpaling, kau akan tahu betapa lucunya dirimu!”
Jin Jiu Ling pun berpaling dan seluruh tubuhnya tiba-tiba seperti membeku. Karena saat ia menoleh ke belakang, ia melihat Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng sedang tersenyum padanya.
“Aku Lu Xiao Feng, si Phoenix Kecil, bukan si Babi Kecil.”

Koleksi Kang Zusi

124

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.

Bab 10: Jatuhnya Sang Bandit
Ajaib, orang yang berdiri di pintu itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lu Xiao Feng, bukan Lu si Tiga Telur, bukan pula Lu si Babi Kecil, tapi Lu Xiao Feng. Bagaimana dia bisa tiba-tiba muncul di sini? Jin Jiu Ling hampir tidak mempercayai matanya sendiri, ini benar-benar tak masuk di akal.
Sedemikian terperanjatnya Jin Jiu Ling sehingga ia mengajukan sebuah pertanyaan yang benar-benar bodoh.
“Seharusnya kau sudah pergi sejauh 400 km dari tempat ini!”
“Seharusnya begitu!” Lu Xiao Feng menjawab.
“Aku telah menerima surat ini dari Nan Hai!” Jin Jiu Ling menatap tabung bambu di tangannya. “Aku tahu.”
“Kau tahu?”
“Merpati itu memang dilatih olehmu, dan kaulah yang memberikannya pada Meng
Wei. Cap dan kertas di mana surat itu tertulis pun semuanya asli. Tapi kali ini merpatinya bukan dilepaskan oleh Meng Wei!”
Jin Jiu Ling tidak mengerti.
“Apakah surat itu berbunyi: ‘Lu telah lewat di sini, menuju ke arah barat’?”
“Bagaimana… bagaimana kau tahu?”
Lu Xiao Feng tertawa.
“Tentu saja aku tahu, aku yang menuliskan surat itu!”
Jin Jiu Ling semakin terperanjat.
“Kau yang menulisnya? Kapan kau menulisnya?”
“Dua malam yang lalu.” Lu Xiao Feng tersenyum dan menjelaskan. “Dua malam yang lalu, aku pergi menemui Meng Wei untuk memintanya menuliskan sebuah surat untukmu, yang memberitahumu untuk bertemu denganku di markas lama Raja Ular.
Setidaknya kau tentu tahu hal itu!”
Jin Jiu Ling mengangguk.
“Waktu ia menuliskan surat tersebut malam itu, aku melihat tulisan tangannya.
Tulisan itu sama sekali tidak sukar untuk ditiru!”
Karena tulisan tangannya memang terlalu jelek, sebenarnya sukar untuk menirukan tulisan tangan yang bagus, tapi tulisan tangan yang buruk tentu lain ceritanya.
Wajah Jin Jiu Ling tampak membiru.
“Malam itu, aku memberikan burung merpati itu kepada salah seorang temanku di
Nan Hai dan memintanya untuk melepaskannya sore hari ini.”
Ia tersenyum penuh kemenangan dan menerangkan. “Karena aku tahu bahwa setelah kau bertemu denganku, kau tentu akan mencari-cari alasan untuk membuatku pergi sehingga kau akan mendapatkan kesempatan untuk membunuh
Nyonya Pertama Gong Sun.”
“Kau tahu bahwa aku akan menyuruh Meng Wei untuk menunggu dan memberikan informasi padaku tentang keberadaanmu?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Aku memang sempat pergi ke Nan Hai dan Meng Wei adalah Kepala Ular di sana, apalagi kau merupakan orang yang selalu amat teliti dan berhati-hati. Jika aku tidak pergi, bagaimana mungkin kau memulai aksimu?”
“Tapi tempat ini….”
“Tempat ini memang cukup rahasia dan terpencil.” Lu Xiao Feng memotong. “Aku sendiri sukar untuk menemukannya.”
“Jadi siapa yang membawamu ke sini?”
“Merpati itu.”
Jin Jiu Ling tak sanggup bicara lagi.
“Di angkasa, tabung bambu itu akan mengeluarkan suara siulan. Sejak tengah hari,

Koleksi Kang Zusi

125

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. aku telah menunggu di atas atap rumah. Aku tahu kalau burung merpati itu tentu akan dapat menemukanmu. Untunglah, ilmu meringankan tubuhku tidak terlalu jelek.” Wajah Jin Jiu Ling berubah-ubah warna dari biru ke hijau. Ia melirik pada Nyonya
Pertama Gong Sun, lalu pada Lu Xiao Feng.
“Kalian berdua yang merencanakan ini?”
“Terkejut?” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Kapan kau mulai mencurigaiku?”
“Aku benar-benar mulai curiga sejak hari terbunuhnya Raja Ular!”
“Mengapa?”
“Kau ingat waktu kita menemukan mayatnya, lampu tidak menyala di paviliunnya?”
Jin Jiu Ling mengangguk, tapi tidak mengerti kenapa hal itu disinggung-singgung!
“Jika lampu tidak dinyalakan, maka artinya Raja Ular terbunuh sebelum malam tiba, yang berarti ia terbunuh sebelum ia merasa perlu untuk menyalakan lampu!”
Jin Jiu Ling merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin. Ia tidak pernah menyangka kalau petunjuk kecil ini akan menjadi titik balik seluruh kasus tersebut.
“Jika Nyonya Pertama Gong Sun benar-benar mengundangnya untuk bertemu di
Taman Barat, lalu mengapa si nyonya malah pergi ke tempatnya dan membunuhnya sebelum itu?” Lu Xiao Feng meneruskan. “Itulah sebabnya aku kemudian sadar bahwa orang yang membunuh Raja Ular tentulah orang lain!”
“Dan menurutmu orang itu mungkin aku?”
“Aku tidak yakin, tapi aku cukup yakin kalau Raja Ular bekerja untukmu!”
“Mengapa?”
“Karena hanya kau yang bisa mengendalikan dia, karena waktu ia pergi mencari peta istana untukku, ternyata ia mendapatkannya dengan amat mudah, dan peta itu pun terlalu rinci. Orang jalanan atau ketua para penjahat tidak mungkin sehebat itu, kecuali kalau ia telah bersekutu dengan Komandan Istana!”
Bibir Jin Jiu Ling menjadi putih seperti abu, keningnya telah penuh dengan keringat dingin. “Pita sutera yang kau gunakan untuk mencekik Raja Ular hingga mati tentu diharapkan akan mengarah pada Nyonya Pertama Gong Sun, tapi pita itu malah menjadi alibi-nya yang sempurna dan membebaskannya dari segala macam tuduhan.” “Mengapa?”
“Karena waktu aku bertarung dengannya, aku telah memotong setengah bagian pita yang terikat di pedangnya. Pita sutera seperti itu bukanlah sesuatu yang bisa kau temukan kapan saja, dan dalam jangka waktu seperti itu dia tentu belum sempat menemukan yang baru!”
Jin Jiu Ling tidak bisa berkata apa-apa.
“Satu lubang kecil bisa menyebabkan seluruh bendungan hancur.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Apalagi ada lebih dari satu lubang pada rencanamu.”
Untuk ketiga kalinya, Jin Jiu Ling bertanya: “Mengapa?”
“Mempersiapkan dua buah kamar itu adalah gagasanmu yang jenius, tapi kau melupakan satu hal!”
“Apa itu?”
“Setiap orang memiliki aroma yang khas. Seandainya pakaian-pakaian itu benarbenar telah dikenakan oleh Nyonya Pertama Gong Sun, tentu setidaknya masih ada aromanya yang tertinggal.”
“Banyak orang yang mengatakan bahwa aku adalah seorang wanita yang amat harum.” Nyonya Pertama Gong Sun menambahkan dengan genit.
“Kau selalu berusaha menjauhkan Hua Man Lou dari segala urusan ini, mungkin karena kau khawatir kalau dia menyadari kenyataan ini. Tapi kau tentu tidak tahu kalau aku pun bisa menirukan dia.” Lu Xiao Feng tersenyum dan meneruskan.

Koleksi Kang Zusi

126

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Sekarang, bila aku memandang pada sesuatu, aku tidak hanya melihat dengan mataku, aku pun akan mencium dengan hidungku!”
“Itulah sebabnya banyak orang yang mengatakan bahwa dia seperti seekor anjing pemburu!” Nyonya Pertama Gong Sun bergurau.
“Kau sengaja membuat kotak kayu berisi pesan itu dan kemudian sengaja terkena racun supaya aku pergi seorang diri, itu juga sebuah taktik yang jenius. Tapi sayangnya lagi, kau lupa sesuatu.”
Sekarang, Jin Jiu Ling hanya bisa mendengarkan.
“Meng Wei adalah jenis orang yang kasar luar dan dalam, ia bahkan tidak tahu Xiao
Zhuan, bagaimana mungkin ia bisa mengenali tulisan kuno di kotak itu? Di samping itu, setelah kau terkena racun, ia tidak tampak cemas, tidakkah kau merasa hal itu sangat ganjil?”
“Apalagi, ia pun memiliki uang yang terlalu banyak,” Nyonya Pertama Gong Sun menambahkan. “Ia bisa mengumpulkan uang 100.000 tael perak hanya dalam sekejap mata.”
“Aku coba berhitung-hitung, dengan upahnya sekarang, jika ia tidak makan apa-apa, tidak minum apa pun, atau tidak membelanjakan satu sen pun untuk membeli sesuatu, ia masih perlu waktu kira-kira 50 atau 60 tahun untuk menabung uang sebanyak 100.000 tael perak!”
“Hehe, kau benar-benar pandai berhitung, ya?” Nyonya Pertama Gong Sun berkata sambil tersenyum.
“Walaupun begitu, aku masih belum yakin, karena jika Nyonya Xue berkata bahwa sulaman mawar itu dibuat oleh seorang wanita, maka tentulah itu hasil karya seorang wanita, maka….”
“Maka apa yang kau lakukan?” Jin Jiu Ling akhirnya tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan bertanya.
“Maka aku mengeluarkan kain satin merah itu dan mengamatinya dengan teliti untuk beberapa lama.”
Kain satin merah itu dicuri oleh SiKong ZhaiXing, lalu dibawa ke Biara Masih Senja oleh Xue Bing, diletakkan di depan patung, tapi akhirnya jatuh juga ke tangan Lu
Xiao Feng.
“Aku mengamatinya selama dua jam penuh sebelum aku akhirnya menemukan rahasiamu!” “Apa yang kau temukan?”
“Aku menemukan bahwa pada salah satu kelopak bunga mawar itu benangnya tidak tersulam dengan rapi seperti pada yang lain. Kelopak bunga itu disulam dalam dua lapisan, maka jika kau melepaskan benang lapisan pertama, di bawahnya masih ada satu lapisan lagi!” Ia tersenyum dan meneruskan. “Waktu orang lain melihatmu sedang menyulam mawar ini, sebenarnya kau hanya membuka sulaman lapisan pertama saja. Itulah sebabnya, walau sulaman mawar itu hasil karya seorang wanita, tapi si Bandit Penyulam ternyata seorang laki-laki!”
“Ada lagi?”
“Satu hal lagi, kau seharusnya tidak menculik Xue Bing!”
“Mengapa?” Jin Jiu Ling bertanya untuk keempat kalinya.
“Karena aku kemudian menemukan bahwa baru-baru ini Xue Bing telah menjadi Adik
Ke-delapan Nyonya Pertama Gong Sun. Walaupun Nyonya Pertama Gong Sun adalah si Bandit Penyulam yang sebenarnya, ia tidak akan pernah mengganggu Adik Kedelapan-nya!”
“Bagaimana kau tahu kalau dia adalah Adik Ke-delapan-ku?” Nyonya Pertama Gong
Sun bertanya. “Aku tidak mengerti.”
“Karena tangan itu!”
“Tangan apa?” Nyonya Pertama Gong Sun tampak bingung.
“Tangan Sun Zhong!” Lu Xiao Feng menjelaskan. “Xue Bing membacok putus tangan

Koleksi Kang Zusi

127

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Sun Zhong, tapi tangan itu kemudian muncul lagi di kamar Xue Bing. Tangan itu jelas tidak mungkin merayap sendiri ke sana, dan selain dari kakak-beradik Sepatu
Merah, tidak ada orang yang akan membawa-bawa tangan orang lain yang telah dipotong oleh mereka!”
“Jadi waktu kau melihat kantung Adik Ke-tiga yang penuh dengan hidung, kau teringat pada tangan itu?”
Lu Xiao Feng mengangguk.
“Dia baru saja bergabung dan lupa kalau setiap orang harus membawakan sesuatu setiap tahunnya,” ia meneruskan. “Ketika ia teringat, ia lalu pergi kembali dan memungut tangan itu. Tapi malang baginya, ia pergi dengan begitu tergesa-gesa sehingga ia lupa untuk membawanya lagi.”
Ia menarik nafas dan meneruskan. “Waktu aku bertanya padanya bagaimana tangan itu bisa muncul di kamarnya, ia pura-pura tidak tahu kalau aku sedang membicarakan apa, karena ia tidak ingin aku tahu tentang hubungan antara kalian dan dia!”
“Tapi kau bisa menebaknya!”
“Saat aku mendengarmu berkata ‘Adik Ke-delapan tidak akan datang’, barulah aku kemudian tahu bahwa Adik Ke-delapan tentu dia!”
“Alasan-alasan ini semua hanyalah dugaan belaka!” Jin Jiu Ling tiba-tiba menyeringai. “Alasan-alasan ini semua memang hanya dugaan belaka, tapi bagiku, ini sudah cukup!” Lu Xiao Feng menjawab.
“Benarkah?”
“Ada cukup banyak alasan, tapi tidak cukup bukti.”
“Itu karena kau tidak memiliki satu pun bukti.”
“Itulah sebabnya aku harus membuatmu mengakui sendiri semua itu, itulah sebabnya aku harus melakukan rencana ‘pergi menemui ajal dan kembali’ ini!”
“Mengapa?”
“Karena aku faham bahwa hanya bila kau tahu kalau rencanamu telah berhasil,
Nyonya Pertama Gong Sun akan mati, barulah kemudian kau akan menceritakan hal yang sebenarnya di hadapannya. Itulah sebabnya aku sengaja menempatkan dirinya dalam situasi yang kritis dan membuatmu berfikir bahwa ia pasti akan mati!”
“Rencana ini memang efektif, tapi akulah orangnya yang harus menderita.” Nyonya
Pertama Gong Sun memberi komentar sambil tersenyum sedih. “Aku tidak pernah pergi ke tempat yang begitu terpencil seperti ini dalam hidupku.”
“Tapi bagian yang terpenting adalah kami tidak boleh membiarkanmu tahu tentang hal ini, kami tidak boleh membuatmu curiga kalau kami sebenarnya bersekutu!” Lu
Xiao Feng meneruskan.
“Tapi ada seseorang yang menjadi kaki-tanganmu di antara adik-adikku.”
“Karena itu kami terpaksa bersandiwara sedikit di hadapan mereka!”
“Saat ini pun mereka tidak tahu kalau aku pergi karena keinginanku sendiri, bukan karena aku kalah darimu!”
Lu Xiao Feng tersenyum.
Nyonya Pertama Gong Sun meliriknya.
“Tidak perlu tersenyum. “ Ia memperingatkan. “Suatu hari nanti, kita akan bertanding ulang, tetap tiga babak, untuk menentukan sekali lagi siapa yang lebih baik, kau atau aku!”
“Tentu saja kau, aku hanya orang tolol.”
“Kau memang amat bodoh, aku pun berfikir begitu. Tapi kau masih punya satu sifat yang baik!”
“Aku punya sifat yang baik?”
“Tentu saja,” Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan main-main. “Kadangkadang, entah apa sebabnya, tiba-tiba kau berubah menjadi cerdas!”

Koleksi Kang Zusi

128

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku sendiri pun sangat bingung!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Bukan kau yang bingung, tapi orang lain!” Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum dan melirik Jin Jiu Ling dari sudut matanya. “Contohnya orang ini, dia tentu sedang bingung memikirkan kenapa kau tiba-tiba menjadi cerdas!”
Lu Xiao Feng tertawa.
Jin Jiu Ling tak tahan untuk tidak menarik nafas panjang-panjang.
“Aku benar-benar meremehkanmu!”
“Mungkin aku….” Lu Xiao Feng hendak menjawab tapi Jin Jiu Ling memotongnya.
“Selama ini aku menganggapmu sebagai seorang sahabat, aku mengira kau orang yang baik. Tidak kusangka kau ternyata bersekutu dengan si Bandit Penyulam dan berusaha mengkambing-hitamkan diriku!”
Lu Xiao Feng berhenti tertawa dan ia memandang Jin Jiu Ling dengan kaget, seolaholah ia tidak pernah melihat laki-laki ini sebelumnya.
“Sayangnya, tidak perduli dusta apa pun yang kalian katakan tentangku, itu tidak akan berhasil!” Jin Jiu Ling meneruskan dengan wajah yang kaku. “Aku telah menjadi abdi masyarakat sejak usia 13 tahun dan selama 30 tahun bekerja tidak pernah melakukan satu pun hal yang melanggar hukum. Tidak perduli apa pun yang kalian tuduhkan padaku, tidak ada orang yang akan percaya pada kalian!”
“Tapi kau barusan telah mengaku!”
“Apa yang kuakui?”
Lu Xiao Feng seperti tercekik. Saat ini, ia masih tidak memiliki satu pun bukti.
Tentu saja Jin Jiu Ling pun melihat hal ini.
“Mengapa aku mengaku sebagai si Bandit Penyulam? Siapa yang cukup bodoh untuk melakukan hal itu? Jika kalian berdua mengatakan itu pada orang lain, mereka akan tertawa sampai gigi mereka copot!” Ia meneruskan dengan dingin. “Di samping itu, dari Yang Cheng hingga Nan Hai, setiap pemburu hadiah tahu bahwa Nyonya
Pertama Gong Sun adalah si Bandit Penyulam. Walaupun kalian berdua membunuhku sekarang, pemerintah tetap akan memburu kalian hingga ke setiap ujung dunia. Kalian tidak bisa kabur!”
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Tampaknya kau menang satu babak lagi.” Ia tersenyum murung.
“Kebajikan selalu menang atas kejahatan, jaring-jaring keadilan tidak memiliki celah, jalan yang benar akan tetap abadi, sebaiknya kalian berdua ikut denganku ke pengadilan dan menurut saja untuk ditahan.”
“Kebajikan selalu menang atas kejahatan, yang benar akan tetap abadi,” Lu Xiao
Feng menarik nafas. “Tak disangka kau benar-benar memahami arti kata pepatah ini.” “Tentu saja aku faham.”
“Jika begitu, maka kau seharusnya tahu bahwa tidak perduli apa pun tipuan yang kau lakukan, itu semua tidak berguna!”
“Aku tidak….”
Kali ini giliran Lu Xiao Feng yang memotongnya.
“Kau mengira hanya kami berdua yang mendengarkan percakapan ini?”
Ekspresi wajah Jin Jiu Ling tampak berubah tapi pulih kembali dengan cepat.
“Aku tidak tuli, jika ada orang lain di sekitar sini, mereka tidak bisa bersembunyi dariku!” “Aku tahu kalau telingamu amat tajam. Satu-satunya sebab kenapa kau tadi tidak mengetahui kedatanganku adalah karena kau terlalu senang pada dirimu sendiri.
Malah, jika aku membawa orang-orang dalam jarak 15 m dari sini, mereka tidak akan dapat bersembunyi darimu!"
Jin Jiu Ling mendengus dengan angkuh.
“Dan kau juga tahu bahwa jika seseorang berada lebih dari 15 m dari sini, maka tidak mungkin bagi mereka untuk mendengar apa yang kau ucapkan tadi.” Tapi Lu

Koleksi Kang Zusi

129

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Xiao Feng tidak membiarkan Jin Jiu Ling menjawab sebelum meneruskan.
“Sayangnya orang-orang ini berbeda dari orang-orang biasa!”
“Oh?”
“Telinga orang-orang ini bahkan lebih tajam dari telingamu, walaupun kau tidak bisa mendengar mereka, mereka bisa mendengarmu.” Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar ketika ia meneruskan, sambil menekankan setiap patah katanya.
“Karena mereka semua buta. Telinga orang buta selalu jauh lebih tajam daripada telinga orang normal!”
Ekspresi wajah Jin Jiu Ling tampak berubah lagi.
Lu Xiao Feng tertawa.
“Kalian bisa keluar sekarang!” Ia berseru.
Di antara suara tawanya, bunyi gemerisik genteng atap bisa terdengar saat tiga orang wanita berbaju hijau, sambil membimbing tiga orang laki-laki buta, melompat turun dari atas atap dan berjalan masuk.
Sekilas pandang, ketiga wanita itu tampak serupa. Tapi bila diamati dengan teliti, orang akan tahu bahwa mereka sedang menyamar. Mereka, tidak lain dan tidak bukan, adalah tiga sosok bayangan yang melesat keluar dari paviliun saat babak terakhir pertandingan antara Lu Xiao Feng dan Nyonya Pertama Gong Sun. Di antara tiga orang laki-laki yang mereka bimbing, yang satu memiliki 3 bekas luka di wajahnya yang berwarna ungu, yang satu lagi memiliki tulang pipi yang amat menonjol dan sangat berwibawa, sementara yang terakhir adalah seorang laki-laki tua yang tampak sakit-sakitan dan mengenakan pakaian sutera yang mewah. Waktu ia melihat ketiga laki-laki ini, Jin Jiu Ling merasa seluruh tubuhnya menjadi kaku.
Tentu saja ia mengenali tiga orang ini. Ia telah membutakan mereka bertiga, Chang
Man Tian, Jiang Chong Wei, dan Hua Yi Fan.
Wajah Jiang Chong Wei tampak membiru karena murka.
“Aku telah mengenalmu selama berpuluh-puluh tahun, tidak pernah kusangka kalau kau adalah seorang bajingan yang tidak punya hati!”
“Jaring-jaring keadilan tidak punya celah, jika kau benar-benar memahami artinya, mengapa kau masih melakukan perbuatan ini?” Chang Man Tian bertanya.
Seluruh tubuh Hua Yi Fan bergetar karena murka. Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa. Sambil memandang orang-orang ini, Jin Jiu
Ling tanpa sadar mulai melangkah mundur, mundur terus ke dinding sebelum jatuh ke sebuah kursi, tampaknya ia tak mampu untuk berdiri lagi.
“Kau mungkin tidak mengira kalau ketiga tuan ini tiba-tiba akan muncul!” Nyonya
Pertama Gong Sun berkata.
Memang, Jin Jiu Ling tidak pernah bermimpi kalau orang-orang ini akan muncul di tempat tersebut.
“Di antara saudara-saudaraku, adik ke-empat dan ke-tujuh tidak perlu dicurigai,
Karena itu, aku telah menyuruh mereka, bersama pelayan pribadiku, Lan-er, untuk berpencar dan mengundang Komandan Jian, Ketua Ekspedisi Chang, dan Tuan Hua datang ke sini secepat mungkin!”
“Kami telah menduga bahwa mereka bertiga setidaknya akan tiba di sini hari ini, maka aku pun telah mengatur sebuah pertemuan dengan mereka pagi ini!” Lu Xiao
Feng menyelesaikan.
Salah seorang perempuan yang berbaju hijau tertawa cekikikan: “Lu Xiao Feng pergi mengejar merpati itu, dan aku pun mengikuti dia. Setelah aku tahu tempat ini, kami pun membawa mereka ke sini.”
Tawanya terdengar seperti denting sebuah lonceng, ia tak lain dan tak bukan adalah si gadis berbaju merah.
“Tapi kami juga tahu bahwa mata dan telingamu sangat tajam, maka kami tidak berani mengambil resiko untuk mendekat,” wanita berbaju hijau yang satunya lagi ikut menambahkan. “Apa yang kau katakan, kami tidak mendengarnya. Untunglah

Koleksi Kang Zusi

130

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mereka bisa mendengar setiap patah katanya!”
Suaranya manis dan lembut, ia tidak lain dan tidak bukan adalah Adik Ke-empat
Nyonya Pertama Gong Sun, OuYang Qing.
Jin Jiu Ling tidak bergerak, juga tidak mengatakan apa-apa. Baru sekarang ia benarbenar kehilangan kata-kata.
“Kebajikan selalu menang atas kejahatan, yang benar akan selalu abadi,” mungkin baru sekarang ia benar-benar memahami arti kata-kata ini. Si gadis berbaju merah dan OuYang Qing telah berjalan ke sisi tempat tidur dan membantu Nyonya Pertama
Gong Sun untuk duduk. Tiba-tiba, mereka berdua mengerutkan kening pada saat yang bersamaan dan mengernyitkan hidung.
Aneh, wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak memerah. Diam-diam ia membisikkan sesuatu pada mereka. Kedua wanita itu pun mulai tertawa. Si gadis berbaju merah tak tahan lagi untuk tidak tertawa hingga terbungkuk-bungkuk, ia tertawa begitu kerasnya sehingga hampir kehabisan nafas. Memang, mereka berhak untuk tertawa, dan ada sebabnya pula. Hanya orang-orang yang memiliki perasaan percaya diri yang bisa tertawa, hanya orang-orang yang tidak memiliki perasaan bersalah di hatinya yang bisa bebas dari perasaan khawatir. Orang yang tidak bisa tertawa saat ini adalah Jin Jiu Ling.
“Aku tahu kau bukan hanya bisa menyulam bunga, kau pun bisa menyulam orang buta, dua kali tusuk dan dapat satu orang buta.” Chang Man Tian berkata dengan gusar. “Tapi apa yang bisa kau sulam sekarang?”
“Bahkan jika kau bisa menyulam sepasang sayap sekarang ini, kau tidak akan dapat kabur dari jaring-jaring hukum!” Jiang Chong Wei memperingatkan.
“Satu-satunya yang bisa ia sulam saat ini adalah sebuah peti mati yang amat besar sehingga Meng Wei dan Lu Shao Hua pun bisa menemani dia di dalamnya.” Si gadis berbaju merah bergurau sambil tertawa.
“Aku masih harus mengingatkan satu hal padamu,” Lu Xiao Feng menambahkan.
“Mungkin sebaiknya kau tidak menunggu mereka berdua datang ke sini bersama murid-muridmu untuk berusaha menyelamatkanmu!”
Jin Jiu Ling tidak bergerak, juga tidak bicara.
“Saat ini, Meng Wei masih berada di Nan Hai untuk terus memberikan informasi padamu tentang keberadaanku.” Lu Xiao Feng menjelaskan. “Tapi Lu Shao Hua telah jatuh sakit, sakit yang amat parah!”
“Menurut kabar angin, ia mendapat sebuah penyakit yang aneh!” Gadis berbaju merah tertawa dan berkata. “Sepasang tangannya yang tamak, selalu meminta uang pada orang lain itu, tiba-tiba telah lenyap!”
Jin Jiu Ling akhirnya menarik nafas panjang.
“Satu gerakan salah, dan seluruh permainan akan kalah.” Ia berkata. “Tidak kukira aku, Jin Jiu Ling, akan mengalami hari seperti ini!”
Jiang Chong Wei pun menarik nafas.
“Sebenarnya, aku tahu kau akan berakhir seperti ini. Kau terlalu suka menghabiskan uang, terlalu berlebih-lebihan dalam menikmati hidup!”
“Orang lain mengira kau tidak perlu mengeluarkan uang untuk wanita, tapi hanya aku yang tahu bahwa bagi seorang wanita sepertiku, hanya ada uang dan tidak yang lain.” OuYang Qing berkata. “Bahkan jika kau adalah reinkarnasi dari Fan An atau
Song Yu, kau tetap harus punya uang untuk masuk.”
Lu Xiao Feng tertawa sendiri. Ia tahu bahwa perempuan ini mengatakan hal yang sebenarnya. “Tapi kau adalah kekecualian,” OuYang Qing meliriknya dengan gusar sebelum berucap. “Kau satu-satunya kekecualian di dunia ini!”
“Oh?”
“Karena kau bukan laki-laki, kau bukan apa-apa selain seorang bajingan beralis empat!” Ekspresi wajah OuYang Qing tampak ditekuk saat ia menjelaskan dengan

Koleksi Kang Zusi

131

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dingin. Lu Xiao Feng menarik nafas. Orang memang tidak boleh berbuat salah pada seorang wanita seperti OuYang Qing. Jika kau menyalahinya sekali saja, ia akan mengingatnya seumur hidupnya.
“Hanya ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu!” Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba bertanya.
“Kau bertanya padaku?” Jin Jiu Ling menoleh ke arahnya.
Nyonya Pertama Gong Sun mengangguk.
“Lebih baik kau beritahu aku sekarang, di mana Xue Bing berada?”
Jin Jiu Ling tiba-tiba tertawa kecil, tapi tidak menjawab.
“Kau hendak menggunakan dia untuk mengancam kami?” Nyonya Pertama Gong
Sun menjadi marah. “Kau tidak tahu apa yang akan kulakukan padamu?”
Jin Jiu Ling tidak memperdulikannya dan malah berpaling pada Lu Xiao Feng.
“Ilmu pedang Majikan Benteng Awan Putih tidak ada bandingannya, tapi ia tidak henti-hentinya memujimu, menyebutmu sebagai seorang jenius kungfu yang telah mencapai tingkatan yang tidak pernah ia temui sebelumnya dalam hidupnya.”
Ketika ia bicara dengan lambat-lambat, Lu Xiao Feng mendengarkan dalam diam, tahu bahwa ia akan tiba pada maksud ucapannya itu.
“Nyonya Pertama Gong Sun, dengan segala samaran, perubahan dan tipuannya, dengan ilmu pedang dan pitanya yang terbaik di dunia, masih tetap kalah darimu!”
“Berhenti menjilat-jilat dia, itu tidak ada gunanya lagi!” Nyonya Pertama Gong Sun mendengus dengan dingin.
Tapi Jin Jiu Ling tetap tidak menghiraukannya dan terus menatap Lu Xiao Feng.
“Kakak seperguruanku, Labu Pahit, biasanya tidak begitu perduli pada siapa pun di dunia ini, tapi ia memperlakukanmu secara berbeda. Karena ia percaya bahwa jepitan kedua jarimu adalah ilmu yang tidak ada tandingannya.”
Lu Xiao Feng diam-diam menarik nafas. Tiba-tiba ia berfikir, bagaimana perasaan
Hwesio Labu Pahit bila tahu bahwa satu-satunya adik seperguruannya akan berakhir seperti ini.
“Huo Xiu, Huo TianQing, Yan TieShan, mereka semua adalah jago-jago di dunia ini, tapi mereka semua kalah di tanganmu. Jelas bahwa jika pun kau bukan jago kungfu terbaik di dunia, kau tidak jauh dari itu.” Jin Jiu Ling menarik nafas lagi sebelum meneruskan. “Tapi aku tidak lebih dari seorang pemburu hadiah biasa di dalam organisasi Enam Pintu. Orang sepertiku tidak berharga sepeser pun di mata jagojago dunia persilatan!”
“Apa yang hendak kau katakan?” Lu Xiao Feng akhirnya bertanya.
“Aku hanya ingin berduel dengan seorang jago kungfu sepertimu, untuk melihat siapa yang sebenarnya lebih baik!” Jin Jiu Ling menjawab terus terang.
“Kau adalah seorang penjahat yang telah tertangkap,” Nyonya Pertama Gong Sun menjawab sambil menyeringai. “Dari mana kau mendapat hak untuk meminta duel?”
Jin Jiu Ling bahkan tidak melirik ke arahnya.
“Jika aku kalah, aku bukan hanya akan menyerahkan diri, aku pun akan segera memberitahumu di mana Xue Bing berada!”
Mata Lu Xiao Feng tampak berkedip-kedip, jelas ia tergoda oleh tawaran itu.
“Tapi bagaimana jika kau kalah?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Apa usulmu?”
“Walaupun kau bersedia melepaskan dia, aku tidak!” Nyonya Pertama Gong Sun memprotes keras.
Tapi Jin Jiu Ling bahkan tampaknya tidak mendengarkan dia.
“Jika kau kebetulan kalah dariku, aku hanya meminta satu hal. Aku hanya meminta agar kau mau melindungi reputasiku dan tidak membocorkan urusan ini. Kurasa, dengan memandang kakak seperguruanku, hal itu tidak terlalu sukar bagimu!”
Lu Xiao Feng tidak menjawab dengan segera. Ia malah berjalan dengan perlahan-

Koleksi Kang Zusi

132

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lahan ke arah jendela dan membukanya. Sinar matahari terbenam tampak mewarnai angkasa, hari sudah senja.
“Jangan tertipu olehnya,” Chang Man Tian tiba-tiba memperingatkan. “Orang ini licik seperti rubah, ia tentu memiliki sebuah tipuan lain di balik lengan bajunya!”
“Tingkatan kungfunya jauh lebih tinggi daripada yang kukira.” Jiang Chong Wei memberi komentar.
“Aku telah mencari nafkah di dunia persilatan sejak kecil, telah bertarung dalam ratusan dan ribuan perkelahian, menderita puluhan luka.” Chang Man Tian berkata.
“Kungfuku mungkin tidak hebat, tapi aku punya pengalaman yang lebih dari cukup.
Tapi aku bahkan tidak tahu seberapa tinggi ilmunya, aku bahkan tidak mampu bertahan satu jurus pun melawannya!”
Hua Yi Fan tiba-tiba menarik nafas juga.
“Memang, ilmu kungfu orang ini hampir tidak terukur. Dulu aku pernah beruji coba lagi dengan Tosu Kayu dan Pertapa Cemara Kuno. Tapi dari apa yang aku lihat, ilmu kungfunya malah lebih tinggi daripada mereka!”
Lu Xiao Feng tampaknya tidak mendengarkan sepatah kata pun yang mereka ucapkan. Di angkasa yang penuh dengan sinar senja, sebaris angsa liar tampak terbang lewat.
“Musim panas sudah hampir berakhir, dalam sekejap saja sudah tiba musim gugur.”
Lu Xiao Feng bergumam pada dirinya sendiri. “Waktu berlalu begitu cepatnya… begitu cepatnya….”
Jin Jiu Ling pun menarik nafas.
“Waktu memang seperti air di sungai, sekali pergi ia tidak akan pernah kembali. Bila teringat kembali saat pertama kali kita bertemu, itu sudah hampir 10 tahun yang lalu, tapi berapa puluh tahunkah usia kehidupan kita?”
“Nyonya Pertama Gong Sun belum sepenuhnya pulih. Karena kami khawatir kalau kau mengetahui rencana kami, maka dia pun mengambil obat bius yang asli!”
“Aku tahu obat itu tidak palsu!”
“Saat ini, ia mungkin hanya memiliki setengah dari kekuatan dan kemampuan bertarungnya. Ditambah dengan Adik Ke-empat dan Ke-tujuh dan aku, tidak mungkin kau bisa kabur, betapa pun hebatnya dirimu!”
“Aku tahu!”
“Tapi jika aku benar-benar berduel denganmu dan kalah darimu, walaupun aku tetap hidup, aku tentu akan terluka!” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Di samping itu, kau tahu benar bagaimana sikapku jika aku benar-benar setuju untuk berduel denganmu. Jika kalah, aku tidak akan menyerangmu lagi, tak perduli apa pun yang terjadi!” “Aku selalu tahu bahwa walaupun kau bukan seorang laki-laki sejati, kau tetaplah seorang laki-laki yang sesungguhnya!”
“Itulah sebabnya, jika aku kalah, mereka mungkin tidak akan mampu menghentikanmu. Jika kau lolos dari sini hari ini, sangat mungkin kau tidak akan pernah tertangkap lagi dan bisa menghilang selamanya!”
“Jika kau tahu apa maksudnya, mengapa kau terus bicara omong kosong dengannya? Apakah kau benar-benar tolol?” OuYang Qing terpaksa memotong.
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa kecil.
“Aku bukan bicara omong kosong!”
“Lalu apa?” OuYang Qing mendengus.
“Aku hanya ingin memberitahu dia bahwa karena aku tidak boleh kalah darinya, maka jika aku setuju untuk berduel, ini berarti bahwa aku yakin akan menang!”
“Kau setuju untuk berduel?” Ekspresi wajah OuYang Qing tampak berubah secara dramatis. “Jika aku tidak setuju untuk berduel, maka bukankah semua yang kukatakan tadi menjadi omong kosong belaka?” Lu Xiao Feng menjawab dengan acuh tak acuh.

Koleksi Kang Zusi

133

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Jin Jiu Ling melompat bangkit dari kursinya.
“Bagus! Lu Xiao Feng memang Lu Xiao Feng!”
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Dan lagi, aku mendengar kalimat itu!”
“Di mana kau mengusulkan untuk melangsungkan duel ini?” Jin Jiu Ling bertanya.
“Di sini!”
“Di sini? Di dalam ruangan ini?”
“Tidak ada tempat seperti tempat ini, aku tidak ingin memberimu kesempatan yang lebih besar untuk melarikan diri!”
Jin Jiu Ling mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
“Bagus, bagus sekali!”
Tiba-tiba ia seperti mendapatkan kembali tenaganya, ia seolah-olah telah berubah menjadi seseorang yang benar-benar berbeda.
“Apa yang akan kau gunakan sebagai senjata?” Lu Xiao Feng bertanya.
“Tentu saja sesuatu yang tidak bisa kau jepit dengan jari-jarimu itu!” Jin Jiu Ling bergurau. “Kau telah membuat persiapan?”
“Aku selalu membawa senjata ini, seakan-akan aku tahu bahwa suatu hari nanti aku akan bertarung denganmu!”
Di sudut ruangan itu ada sebuah lemari. Jin Jiu Ling berjalan menghampiri dan membukanya. Aneh, di dalam lemari itu ada sebuah tombak, sebatang golok, dua buah pedang, sepasang kaitan, sepasang martil, sebuah cambuk, sebuah kapak, sebuah tombak berkait, dan sebuah toya besi yang amat ganjil, seperti cambuk, tapi juga seperti gada. Lemari ini jelas merupakan tempat penyimpanan senjata.
Lu Xiao Feng menarik nafas.
“Tampaknya kau benar-benar telah bersiap untuk sesuatu, kapan saja, di mana saja!” “Aku orang yang amat berhati-hati, aku tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak aku yakini!” Jin Jiu Ling tersenyum.
“Kau tidak melakukan duel yang tidak kau yakini bisa dimenangkan?”
“Aku belum pernah kalah satu kali pun di dalam hidupku!” Jin Jiu Ling menjawab dengan acuh tak acuh. Ini bukan sebuah dusta.
“Tapi aku juga tahu bahwa kau pun belum pernah kalah seumur hidupmu!” Jin Jiu
Ling berkata sambil menatap Lu Xiao Feng.
“Selalu ada yang pertama untuk apa saja!” Lu Xiao Feng tersenyum.
“Bagus!” Jin Jiu Ling setuju, ia mengulurkan tangan dan mengambil senjata pilihannya, ia memilih toya besar yang bobotnya paling sedikit 70 kg itu.
Ekspresi wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak berubah secara dramatis.
“Kalian semua pergi ke luar, tunggu di luar dan jagalah pintu dan jendela!” Ia memberi perintah dengan nada serius.
“Kalian semua” tentu saja adik-adiknya serta Chang Man Tian, Jiang Chong Wei, dan
Hua Yi Fan. Ia tahu kekuatan seperti apa yang dimiliki toya itu. Ruangan ini mungkin tidak kecil, tapi juga tidak terlalu besar. Sekali senjata ini digunakan, siapa pun atau apa pun yang ada di ruangan itu bisa hancur berkeping-keping setiap saat!
Bahkan Lu Xiao Feng pun merasa agak terkejut. Semula diperkirakan senjata orang ini adalah sebatang jarum jahit yang ringan seperti bulu, tapi tiba-tiba malah berubah menjadi toya yang beratnya hampir 100 kg ini. Mungkinkah kungfunya telah mencapai taraf di mana ia bisa menggunakan senjata berat maupun ringan dengan sama mudahnya?
“Apa yang akan kau gunakan sebagai senjatamu?” Jin Jiu Ling bertanya.
Lu Xiao Feng memikirkannya sebentar. Tiba-tiba ia melihat bahwa di sudut lemari itu adalah sekantung jarum jahit. Maka ia memilih sebatang jarum jahit!
Jin Jiu Ling tertawa terbahak-bahak.

Koleksi Kang Zusi

134

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Barang bagus! Aku menggunakan toya besi raksasa ini, sementara kau menggunakan jarum jahit itu. Jika orang lain melihat ini, mereka tentu akan mengira bahwa kaulah si Bandit Penyulam yang sebenarnya!”
“Aku mungkin bukan si Bandit Penyulam, tapi aku masih bisa menjahit!” Lu Xiao
Feng menjawab dengan santai.
“Tapi bisakah kau menyulam orang buta?” Mata Jin Jiu Ling tampak berkerlap-kerlip.
“Tidak!” Mata Lu Xiao Feng mulai bersinar-sinar seperti pedang dan ia menekankan setiap patah katanya. “Cuma orang mati!”
Nyonya Pertama Gong Sun tidak meninggalkan ruangan itu. Ia malah berdiri dalam bisu di sudut ruangan. Wajahnya tidak menampilkan emosi, tapi di dalam hatinya ia tersiksa oleh perasaan khawatir. Ruangan ini terlalu kecil dan senjata pilihan Jin Jiu
Ling membawa kekuatan yang terlalu besar. Sekali ia memulai serangannya, Lu Xiao
Feng bahkan mungkin tidak memiliki ruangan untuk menghindar!
Toya itu panjangnya kira-kira 1,5 m, jarum jahit itu hanya sekitar 3 cm. Senjata yang mereka ambil benar-benar berbeda, yang satu mengandalkan kekuatan, yang satunya lagi mengandalkan kecepatan. Yang satu berat luar biasa, yang lainnya ringan luar biasa. Kelembutan mungkin bisa mengatasi kekerasan, tapi kecepatan tidak bisa mengalahkan kekuatan, dan yang ringan hampir tidak mungkin mampu melawan yang berat! Dinilai dari senjata, Lu Xiao Feng jelas berada pada posisi yang tidak menguntungkan.
“Bisakah kau tinggalkan ruangan ini juga?” Jin Jiu Ling tiba-tiba mengajukan sebuah permintaan. “Kau takut kalau aku menyerangmu dari belakang?” Nyonya Pertama Gong Sun mengejek. “Aku tahu kau bukan jenis orang yang mau berbuat seperti itu,” Jin Jiu Ling tersenyum. “Tapi keberadaanmu di dalam ruangan ini masih merupakan ancaman bagiku!” Nyonya Pertama Gong Sun bimbang dan melirik Lu Xiao Feng dari sudut matanya.
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas dan akhirnya meninggalkan ruangan itu, tapi sebelumnya ia masih sempat menoleh dan berseru: “Aku hampir pulih 80 %.
Walaupun kau kalah, ia tetap tidak akan bisa kabur!”
Lu Xiao Feng tertawa kecil.
“Jangan khawatir, aku tidak bermaksud membiarkan dia kabur!”
Jin Jiu Ling tersenyum.
“Ruangan ini adalah tanah kematian, aku pun sedang memikirkan pepatah ‘hampir menemui ajal dan kembali’ itu!”
Sebelum ia selesai bicara, toya di tangannya telah mulai bergerak!
Bobot sesungguhnya toya itu adalah 87 kg. Di tangannya, sebuah toya seberat 87 kg tampak seringan bulu. Gerakan yang ia gunakan pun cepat, tangkas dan gesit, persis seperti orang yang menggunakan sebatang jarum jahit. Gerakan pertama ini saja sudah mengandung 6 atau 7 macam perubahan yang berbeda, tapi toya itu sama sekali tidak menimbulkan suara ketika diayunkan di udara. Lu Xiao Feng sampai menarik nafas.
Baru sekarang ia tahu bahwa Jin Jiu Ling adalah orang yang suka menyembunyikan kemampuannya dan bahwa ilmu kungfunya benar-benar tidak terukur. Baru sekarang ia percaya bahwa Tosu Kayu, Pertapa Cemara Kuno, Hwesio Labu Pahit, dan yang lainnya memang bukan tandingannya. Otaknya berputar cepat, gerakgeriknya bahkan lebih cepat lagi. Ia mundur ke belakang dengan cepat dan ringan dan menusukkan jarumnya dengan telapak tangan menghadap ke bawah.
“Pshhhhh!” Ujung jarum itu menusuk udara seperti sebatang anak panah yang lepas dari busurnya!
Jarum itu mungkin seringan bulu, tapi di tangannya, benda itu seakan-akan mencapai bobot 1 ton. Jurusnya keras, keji, dan membawa tekanan, persis seperti

Koleksi Kang Zusi

135

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. orang yang menggunakan toya. Dalam sekejap mata, kedua orang itu telah bertarung sebanyak 10 jurus. Senjata yang berat dan kuat itu malah digunakan dengan jurus-jurus yang cepat dan gesit! Senjata yang ringan dan lemah malah digunakan dengan jurus-jurus yang keras dan membawa tekanan besar!
Adegan pertarungan ini bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan oleh siapa pun. Wajah
Jiang Chong Wei, Chang Man Tian, dan Hua Yi Fan telah dipenuhi oleh ekspresi takjub. Walaupun mereka tidak bisa melihat, mereka masih bisa mendengarnya.
Hanya ada suara jarum menusuk udara yang terdengar dari ruangan itu, tapi tak terdengar sedikit pun suara toya yang besar itu. Walaupun mereka semua adalah jago-jago yang berpengalaman, tidak seorang pun dari mereka yang bisa membayangkan mengapa hal itu terjadi. Yang terdengar hanyalah suara “psss, psshhh” yang terus-menerus dari jarum jahit yang menusuk udara dengan semakin cepat dan cepat tapi juga terus bergerak, suatu saat di kiri, lalu di kanan, jauh lebih cepat daripada lalat mana pun, apalagi manusia biasa.
Hua Yi Fan menarik nafas.
“Tak heran Tosu Kayu selalu mengatakan bahwa Lu Xiao Feng adalah seorang jenius langka yang hanya muncul sekali dalam beberapa generasi. Ucapannya itu tidak berlebih-lebihan!” “Tapi Jin Jiu Ling lebih menakutkan lagi!” Chang Man Tian menjawab dengan ekspresi wajah yang suram.
“Oh?”
“Gerakan Lu Xiao Feng memang merupakan serangan-serangan yang cepat dan membawa tekanan berat, tapi toya Jin Jiu Ling yang amat besar ternyata tidak terdengar sedikit pun suaranya walaupun digunakan untuk melawannya. Bukankah itu lebih mengerikan?”
Ia tahu bahwa Jin Jiu Ling menggunakan toya karena barusan ia telah bertanya pada
OuYang Qing. Pengalamannya dalam pertarungan adalah sesuatu yang tidak bisa ditandingi oleh Hua Yi Fan yang terhormat, karena itu analisanya jauh lebih akurat daripada Hua Yi Fan.
Hua Yi Fan berfikir selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab: “Aku sudah lama mendengar bahwa pengalaman Ketua Chang dalam pertarungan dan perkelahian adalah sesuatu yang langka. Tampaknya hal ini pun tidak dilebihlebihkan!”
“Wuum!” Baru saja ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar suara deruan seperti seekor naga yang melesat keluar dari balik awan.
“Jin Jiu Ling merubah taktiknya!” Ekspresi wajah Chang Man Tian berubah secara dramatis. Jurus-jurus dan teknik Jin Jiu Ling memang berubah menjadi cepat dan ganas, keras dan menekan, gaya yang tidak mau mengalah! Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi oleh deru angin yang ditimbulkan oleh toya, hampir tidak ada ruang yang tersisa bagi orang lain untuk bertahan.
Ekspresi wajah Jiang Chong Wei pun tampak berubah.
“Mungkinkah ia selama ini hanya menguji Lu Xiao Feng dan baru sekarang menggunakan kekuatan penuh?” Ia bertanya.
“Tapi Lu Xiao Feng pun tidak mau mundur!” Chang Man Tian menilai.
“Mengapa kau berkata begitu?” Jiang Chong Wei bertanya.
“Jin Jiu Ling menggunakan toyanya dengan tenaga dan kekuatan penuh. Jika itu orang lain, saat ini dia tentu telah dipaksa keluar dari ruangan itu. Tapi kita tidak mendengar apa-apa dari Lu Xiao Feng, jelas ia masih bisa bertahan dan sedang menunggu kesempatan untuk menyerang!”
OuYang Qing memandang padanya dengan penuh kekaguman. Orang buta ini bisa melihat sesuatu dengan lebih akurat daripada orang lain yang bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri! Lu Xiao Feng memang masih mampu bertahan. Seluruh

Koleksi Kang Zusi

136

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tubuhnya seperti telah berubah menjadi sesuatu yang tidak berwujud dan tidak berbentuk, seolah-olah ia bisa berputar dan berbalik arah sekehendak hatinya. Tidak perduli bagaimana pun toya Jin Jiu Ling menyerangnya, ia selalu bisa menghindar dengan mudah.
Ada saat-saat tertentu di mana toya itu telah menyudutkannya ke sebuah situasi yang gawat, tapi tiba-tiba dengan sebuah putaran tubuhnya, ia mampu menghindari semua bahaya. Wajah Nyonya Pertama Gong Sun semula penuh dengan perasaan cemas, tapi sekarang ia akhirnya bisa menarik nafas lega.
Chang Man Tian pun tiba-tiba menarik nafas.
“Tadinya aku mengira Lu Xiao Feng bukanlah tandingannya, tapi sekarang Jin Jiu
Ling tidak punya kesempatan untuk menang!”
“Mengapa kau berkata begitu?” Jiang Chong Wei bertanya lagi.
“Jin Jiu Ling sekarang menggunakan jurus-jurus yang keras dan kuat, tapi tenaga pasti habis, kekerasan tidak akan kekal, ia pasti lebih cepat lelah daripada Lu Xiao
Feng!” Wajahnya bersinar-sinar ketika ia meneruskan ucapannya. “Bila ia tidak bisa lagi mengendalikan toyanya seperti yang ia inginkan, ia akan mulai menghancurkan ruangan itu. Itu berarti tenaganya sudah hampir habis. Itulah saatnya Lu Xiao Feng bisa memulai serangan baliknya!”
Saat itu, sebuah suara yang keras bisa terdengar dari dalam ruangan tersebut, lalu diikuti oleh bunyi benda-benda lain yang hancur secara berturut-turut.
“Ia telah menghancurkan meja!” OuYang Qing berseru.
“Bum!”
“Sekarang ia pun telah menghancurkan tempat tidur itu!” si gadis berbaju merah berkata. Sebuah senyuman muncul di wajah Chang Man Tian.
“Tampaknya kau akan segera mendapatkan kembali koleksi lukisan dan kaligrafi-mu itu!” Wajah Hua Yi Fan pun tampak riang gembira.
“Jangan lupakan uang perakmu!”
“Kabuum!” Sebuah letusan yang menggetarkan bumi terasa mengguncangkan mereka semua pada saat itu.
Kening Jin Jiu Ling telah dipenuhi oleh keringat dan kecepatan ayunan toyanya mulai melambat. Ia juga tahu bahwa Lu Xiao Feng akan segera balas menyerang.
Ia maju dua langkah ke depan dan mengayunkan toya itu. Lu Xiao Feng mundur dua langkah dan bermaksud menggunakan langkah itu sebagai batu loncatan untuk menyerang. Tapi tak terduga, Jin Jiu Ling tiba-tiba melepaskan genggamannya pada toya itu, dan toya itu pun meluncur dan mengaung seperti angin ribut, terbang ke arah Lu Xiao Feng.
Tidak seorang pun di dunia ini yang bisa menahan tenaga lemparan itu secara langsung. Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah berusaha menghindar dengan cepat. “Kabuum!” Bumi terasa bergetar saat toya itu membentur dan membentuk sebuah lubang yang amat besar di dinding ruangan tersebut. Kekuatan toya itu masih belum habis karena toya itu masih terus melayang ke depan. Jin Jiu Ling meminjam reaksi tenaga lemparan itu pada tubuhnya, mengikuti toya itu menembus lubang di dinding! Bahkan Lu Xiao Feng pun terperanjat melihat gerakan ini. Ia hanya bisa melihat bayangan seseorang melesat di depan matanya dan Jin Jiu Ling telah menghilang. “Bang!” Toya itu membentur tembok yang mengelilingi halaman dan jatuh ke tanah, tapi Jin Jiu Ling telah melompat ke atas tembok. Nyonya Pertama Gong Sun hampir panik dan ia hendak memburunya ketika tiba-tiba sebuah bayangan lain melintas di depannya: Lu Xiao Feng.
“Kecepatan yang begitu luar biasa!” Chang Man Tian menarik nafas tak percaya.

Koleksi Kang Zusi

137

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Nyonya Pertama Gong Sun pun menarik nafas.
“Jika bukan karena aku masih belum pulih seluruhnya, kau pun bisa mendengarkan kecepatanku!” Ia berkata dengan sebuah senyuman agak kecewa.
Ia tidak memburu Jin Jiu Ling lagi. Dengan adanya Lu Xiao Feng, tentu ia tidak perlu ikut. “Jangan khawatir, Nyonya Pertama, tenaga Jin Jiu Ling telah hampir habis, dan ilmu meringankan tubuhnya pun bukan tandingan Lu Xiao Feng, ia tidak bisa kabur!”
Chang Man Tian menjawab.
Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya tersenyum.
“Memang, tidak banyak orang yang bisa menandingi ilmu meringankan tubuh Lu
Xiao Feng!”
______________________________
Sekarang Jin Jiu Ling juga faham bahwa ilmu meringankan tubuh Lu Xiao Feng jauh lebih menakutkan daripada yang pernah ia bayangkan. Ia telah selangkah lebih dulu karena memanfaatkan efek kejutan tadi, tapi dalam 7 atau 8 lompatan, Lu Xiao Feng sudah hampir menyusulnya.
Jarak di antara mereka awalnya adalah lebih dari 30 m, tapi sekarang tidak lebih dari 15 m. Jarak itu bisa saja berkurang hanya dalam satu lompatan lagi. Hal yang aneh adalah Jin Jiu Ling tampaknya tidak terlalu cemas. Di depannya terbentang sebuah hutan kecil, di dalamnya ada beberapa pondok dan paviliun serta bungabunga dan semak belukar.
“Lu Xiao Feng adalah si Bandit Penyulam! Seseorang tolong cegat dia, cepat!” Jin Jiu
Ling tiba-tiba berseru.
Seruan itu belum benar-benar hilang ketika 4 sosok bayangan melayang keluar dari dalam paviliun, mereka tidak lain dan tidak bukan adalah Nyonya Ke-dua, Nyonya
Ke-tiga, si nikouw berjubah hijau, dan Jiang Qing Xia. Mereka berempat melesat seperti burung walet dengan si nikouw berjubah hijau dan Nyonya Ke-tiga berada di depan. “Wuut!” Cambuk di tangan Nyonya Ke-tiga telah membelit kaki Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng begitu memusatkan perhatiannya pada pengejaran Jin Jiu Ling sehingga ia tidak mampu menghindari serangan itu. Nyonya Ke-tiga menyentakkan cambuk itu dan ia hampir saja terjatuh.
Sekarang Jin Jiu Ling telah menjauh 20 m lagi, ia sudah hampir lolos. Pedang si nikouw berjubah hijau memantulkan sinar dingin saat menyerang ke arah dada Lu
Xiao Feng.
Lu Xiao Feng tiba-tiba mengulurkan dua buah jarinya dan menjepit pedang itu. Si nikouw berjubah hijau tiba-tiba merasa pergelangan tangannya kesemutan dan pedang itu pun terlepas.
Dengan pedang di antara jari-jarinya, Lu Xiao Feng tiba-tiba melontarkan pedang itu. Tidak seorang pun bisa menguraikan kecepatan dan tenaga lontaran itu!
Tidak seorang pun bisa membayangkannya! Tidak seorang pun yang akan percaya!
Bahkan istilah “kecepatan kilat” pun tidak bisa menggambarkan sepersejuta saja dari kecepatan pedang ini!
Pedang itu melesat seperti cahaya. Segera setelah kau menyalakan lampu, cahayanya tentu telah mencapai setiap sudut ruangan.
Pedang itu lepas dari tangannya, sebuah cahaya terlihat, dan pedang itu pun telah menusuk punggung Jin Jiu Ling hingga ke jantung!
Jin Jiu Ling tiba-tiba mendengar sebuah suara yang benar-benar aneh, suara yang belum pernah didengarnya.
Baru kemudian ia merasakan sebuah gelombang perasaan sakit menembus jantungnya, perasaan sakit seperti jantungnya telah hancur.
Ia memandang ke bawah, dan segera melihat semburan darah muncrat dari jantungnya. Setelah semburan darah, barulah ia akhirnya melihat pedang yang telah

Koleksi Kang Zusi

138

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. menembus dadanya itu.
Waktu ia melihat pedang itu, ia telah roboh! Tapi ia belum mati! Serangan itu terlalu cepat, bahkan lebih cepat daripada kematian!
Ia masih bisa melihat Lu Xiao Feng melayang ke arahnya – Cambuk Nyonya Ke-tiga telah dipotong dua oleh jari-jari Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng memapahnya dan membantunya duduk.
“Xue Bing! Di mana dia?” Ia berseru.
Jin Jiu Ling balas menatap matanya, menatapnya dengan sinar tawa yang unik tetapi keji di matanya.
“Aku akan melihatnya sekarang,” ia berbisik. “Tapi kau harus menunggu lama sebelum kau bisa melihatnya. Lama sekali….”
Suaranya tiba-tiba berhenti, jantungnya pun tiba-tiba berhenti juga.
Matanya masih mengandung tawa yang keji dan jahat itu, seolah-olah ia baru melihat Xue Bing….
Epilog
Lu Xiao Feng sedang mabuk. Karena ia butuh. Ia harus.
“Aku akan melihatnya sekarang. Tapi kau harus menunggu lama sebelum bisa melihatnya. Lama sekali….”
Ia faham apa maksud ucapan Jin Jiu Ling itu, bagaimana mungkin ia jadi tidak ingin mabuk? Walaupun ia luar biasa mabuk, ia tidak tidur, tapi masih mendengarkan penjelasan Nyonya Pertama Gong Sun pada adik-adiknya!
“Lu Xiao Feng bukan orang tolol. Sejak semula aku tahu kalau dia bukan orang tolol, aku percaya bahwa dia tentu telah melihat rencana-rencana jahat Jin Jiu Ling!”
“Tapi aku tidak yakin!”
“Walaupun aku tidak yakin, aku tetap harus membuka kedok Jin Jiu Ling, tidak seorang pun boleh berbuat seperti itu padaku!”
“Dan aku harus menemukan siapa kaki tangannya. Aku tidak bisa membiarkan orang seperti ini berada di antara saudara-saudaraku, persis seperti aku tidak bisa membiarkan sebutir pasir pun tertinggal di mataku.”
“Maka aku sengaja membawa Lu Xiao Feng ke tempat pertemuan kita, karena aku berharap bisa menemukan kesempatan untuk memberitahunya apa yang aku fikirkan dan berharap bahwa kami berdua bisa bekerja sama untuk menangkap si
Bandit Penyulam yang sebenarnya.”
“Tapi aku tidak bisa keluar begitu saja dan mengatakannya, karena aku tahu salah satu dari kalian adalah kaki tangan Jin Jiu Ling!”
“Aku sedang kesulitan menemukan kesempatan waktu Lu Xiao Feng malah memberiku kesempatan itu!”
“Ia ingin beradu minum denganku.”
“Aku tiba-tiba menyadari apa yang ia inginkan, maka aku segera menyetujuinya!”
“Saat hampir mabuk, dia mendapat kesempatan dan membisikkan dua kalimat padaku. Apakah ada di antara kalian yang melihat itu?”
“Ia berkata: ‘Ikuti aku, aku tahu kau bukan si Bandit Penyulam!’”
“Maka aku pergi bersamanya!”
“Tapi untuk menjaga hal ini dari mata-mata, kami harus tetap bersandiwara. Maka kami bertanding dua babak lagi!”
“Waktu babak terakhir dimulai, diam-diam aku memberi isyarat pada Adik Ke-empat dan Adik Ke-tujuh untuk ikut masuk bersamaku, karena aku tahu hanya mereka berdua yang pasti tidak bersalah. Karena hanya mereka berdua yang masih perawan!” OuYang Qing, si pelacur yang hidup di rumah bordil, adalah seorang perawan?
Bahkan Lu Xiao Feng pun terpaksa mengangkat kepalanya dan memandangnya dengan heran dan terkejut sebelum menundukkan kepalanya lagi dengan cepat.
Nyonya Pertama Gong Sun meneruskan.

Koleksi Kang Zusi

139

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
“Aku menyuruh mereka, serta Lan-Er, untuk segera berpencar dan pergi mencari
Jiang Chong Wei, Hua Yi Fan dan Chang Man Tian!”
“Mata-mata itu tentu mengira bahwa aku sedang berusaha memancing Lu Xiao Feng pergi dan tidak curiga kalau ada sesuatu yang aneh!”
“Setelah aku pergi bersama Lu Xiao Feng, kami segera mencari sebuah tempat yang sunyi untuk berdiskusi dan membandingkan apa yang kami curigai dan apa yang kami ketahui!”
“Saat itulah kami memutuskan untuk menjalankan rencana ‘hampir menemui ajal dan kembali’ itu!”
Semua orang terdiam, tidak ada yang bicara.
“Terakhir, waktu Jin Jiu Ling berusaha melarikan diri, jelas dia sudah tahu bahwa kalian telah tiba di Yang Cheng, itulah sebabnya ia mengambil rute itu.”
Hutan kecil itu adalah tempat pertemuan mereka di Yang Cheng.
Mata Nyonya Pertama Gong Sun tampak seperti sepasang pedang yang menusuk saat ia mengamati wajah-wajah Nyonya Ke-dua, Nyonya Ke-tiga, si nikouw berjubah hijau, dan Jiang Qing Xia.
“Jadi mata-mata itu pasti berada di antara kalian berempat!” Ia meneruskan dengan dingin. Wajah Nyonya Ke-dua dan Nyonya Ke-tiga tidak memperlihatkan emosi sedikit pun, tapi wajah Jiang Qing Xia telah pucat pasi.
“Adik Ke-lima Jiang seharusnya merupakan orang yang paling mencurigakan, karena ia satu-satunya orang yang mungkin memahami tata letak dan keamanan Istana
Kerajaan dan satu-satunya orang yang cukup dekat dengan Jiang Chong Wei untuk bisa mencuri kuncinya,” Nyonya Pertama Gong Sun berkata. Ia berhenti dan kemudian tersenyum. “Tapi Lu Xiao Feng telah meyakinkan diriku. Karena ia tahu bahwa Jin Jiu Ling dan Jiang Chong Wei adalah sahabat baik dan bisa dekat dengan
Jiang Chong Wei sendiri tanpa bantuan Jiang Qing Xia. Di samping itu, jika Adik Kelima adalah kaki tangannya, maka Jin Jiu Ling tidak akan pernah menyuruh SiKong
ZhaiXing membawa kain satin merah itu ke Biara Masih Senja.”
Jiang Qing Xia memandang sekilas pada Lu Xiao Feng dengan mata yang dipenuhi oleh perasaan berterima-kasih.
“Adik Ke-enam juga patut dicurigai, karena walaupun ia telah menyucikan diri pada agama Budha, baru-baru ini aku telah menemukan bahwa ia tidak mampu melindungi tubuhnya sebagai hartanya!”
Wajah si nikouw berjubah hijau mula-mula tampak memerah, tapi segera berubah menjadi pucat pasi.
“Tapi kemudian aku berhasil mengetahui siapa kekasih rahasianya itu – kalian tidak perlu bertanya padaku siapa orang itu, yang perlu kalian ketahui adalah bahwa dia bukan Jin Jiu Ling. Aku tahu orang macam apa Adik Ke-enam, jika ia telah mempunyai seorang kekasih, ia tidak akan jatuh cinta pula pada Jin Jiu Ling. Maka dia pun tidak mungkin!”
Si nikouw berjubah hijau menundukkan kepalanya, air mata tiba-tiba muncul di matanya. Tapi Nyonya Ke-dua dan Ke-tiga masih duduk di sana, wajah mereka tidak memperlihatkan emosi sedikit pun, mereka juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba menoleh pada Nyonya Ke-tiga, sinar matanya tampak setajam pedang yang paling tajam.
“Tadinya kau benar-benar bebas dari kecurigaan, tapi seharusnya kau tidak menyerang Lu Xiao Feng waktu ia menyandera Adik Ke-tujuh, memaksa Lu Xiao
Feng bertarung dengan kita. Kau juga seharusnya tidak melakukan sebuah serangan yang mematikan seperti itu saat Lu Xiao Feng sedang mengejar Jin Jiu Ling!”
Ekspresi wajahnya tiba-tiba ditekuk. “Nyonya Ke-dua! Kau tahu siapa mata-

Koleksi Kang Zusi

140

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. matanya, mengapa kau masih duduk di situ?”
Nyonya Ke-dua masih duduk di sana, tapi golok peraknya telah berada di dalam genggamannya. Tiba-tiba, dengan sebuah tusukan ke arah belakang, ia menikam ke arah pinggang Nyonya Ke-tiga. Ini adalah sebuah serangan yang mematikan. Tapi
Nyonya Ke-tiga sama sekali tidak berusaha menghindar, seakan-akan ia memang bersedia dan telah bersiap untuk menerima serangan ini!
Tapi saat itulah sumpit di tangan Nyonya Pertama Gong Sun melayang. Salah satunya berhasil menjatuhkan golok Nyonya Ke-dua, sementara yang satunya lagi menotok jalan darahnya. Seluruh tubuh Nyonya Ke-dua tiba-tiba membeku, seolaholah ia mendadak telah berubah menjadi batu.
Nyonya Pertama memandangnya dan mulai bicara dengan perlahan-lahan:
“Sebenarnya, sudah lama aku tahu kaulah orangnya. Untuk mendanai kebiasaan Jin
Jiu Ling yang boros, kau telah menghabiskan uang kita dalam jumlah yang cukup banyak. Kau sadar bahwa aku akan tahu cepat atau lambat, maka kau harus membunuhku. Dan setelah aku mati, hanya kau yang dapat menggantikanku!”
Di wajahnya yang beku, kening Nyonya Ke-dua tampak telah dipenuhi oleh butiranbutiran keringat yang amat besar.
“Tapi kita tetaplah bersaudara, asal kau memperlihatkan sedikit penyesalan dan mengakui kesalahanmu, aku akan memaafkan dan melupakan perbuatanmu!”
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas panjang. “Tapi kau seharusnya tidak melakukan sebuah serangan yang begitu keji pada Adik Ke-tiga, jelas kau tidak menyesali perbuatanmu, tapi malah berniat membiarkan Adik Ke-tiga menjadi kambing hitam dan mati sebagai penggantimu, kau….”
Ia tidak meneruskan tapi malah berjalan menghampiri dan melepaskan totokan
Nyonya Ke-dua.
“Pergilah, pergi!” Ia berkata dengan muram. “Aku hanya berharap bahwa setelah kau pergi, kau bisa memberiku sebuah penyelesaian!”
Nyonya Ke-dua tidak pergi, ia malah balas menatap Nyonya Pertama Gong Sun, matanya penuh dengan perasaan takut dan putus asa.
Ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. Golok perak tadi telah jatuh di atas meja.
Ia memungutnya, dan tiba-tiba membacokkannya ke lehernya.
Tapi kali ini goloknya dijatuhkan lagi, kali ini Lu Xiao Feng yang menjatuhkannya.
Lu Xiao Feng, dalam keadaan setengah mabuk, mengibaskan tangannya dan menjatuhkan golok perempuan itu.
“Saat yang begini indah, di pesta yang demikian meriah, mengapa kau masih berusaha membunuh orang?” Ia bergumam.
“Aku….” Nyonya Ke-dua menggigit bibirnya. “Aku bukan berusaha membunuh orang, aku hanya ingin membunuh diriku sendiri!”
Lu Xiao Feng tertawa, tawa yang sungguh-sungguh, tapi dipaksakan.
“Apakah kau bukan orang?”
Nyonya Ke-dua tercengang.
Lu Xiao Feng meneruskan gumamannya.
“Jika kau telah bersalah, lalu mengapa berbuat salah lagi? Hati telah mati, mengapa orangnya harus mati juga? Di luar sana sudah cukup banyak kebencian, mengapa ditambah dengan kecemasan lagi? Sudah cukup banyak darah yang tertumpah, mengapa ditumpahkan lagi?”
Nyonya Ke-dua menatapnya untuk beberapa lama. Tiba-tiba ia meletakkan kepalanya di atas meja dan mulai menangis, menangis dengan hati yang hancur.
Nyonya Pertama Gong Sun memandang Lu Xiao Feng dan tiba-tiba tersenyum.
“Baiklah, aku akan mendengarkanmu sekali lagi. Tapi….”
Lu Xiao Feng memotongnya.
“Semua yang perlu dikatakan telah dikatakan, mengapa bicara lagi? Orangnya telah mabuk, mengapa tinggal lebih lama lagi?….”

Koleksi Kang Zusi

141

Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Ia bangkit dengan sempoyongan dan dengan perlahan-lahan, berjalan ke arah pintu!
Tapi Nyonya Pertama Gong Sun menghalangi jalannya.
“Kau akan pergi sekarang? Benarkah?”
“Tidak ada pesta di dunia ini yang tidak akan berakhir, mengapa tidak sekarang?
Yang harus pergi akhirnya akan pergi, mengapa tidak sekarang?”
“Ke mana kau akan pergi?”
“Karena aku akan pergi juga, mengapa kau harus bertanya?”
Nyonya Pertama Gong Sun menatap matanya.
“Karena aku telah bertanya, mengapa kau tidak memberitahuku?” Ia menjawab sambil bergurau.
Lu Xiao Feng tertawa, tertawa terbahak-bahak.
“Sebenarnya, aku tidak perlu bertanya, dan kau pun tidak perlu menjawab, karena ke mana kau akan pergi, ke situ juga aku akan pergi!”
Lu Xiao Feng tiba-tiba membelalakkan matanya.
“Kau tahu ke mana tujuanku?”
“Dua jago pedang yang paling terkenal di dunia persilatan dalam 300 tahun terakhir akan berduel di puncak gunung Zi Jin.” Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum. “Duel ini tidak hanya akan mengguncangkan dunia, tapi akan terus dibicarakan hingga berabad-abad, bagaimana mungkin aku mau ketinggalan?”
“Kau tahu tentang hal itu?”
“Aku juga tahu bahwa tanggal duel mereka bukanlah tanggal 1, tapi tanggal 15. Tadi
Jin Jiu Ling mengatakan tanggal 1 karena ia sedang berusaha membuatmu pergi!”
“Tanggal 15? 15 Agustus? Perayaan Musim Gugur?”
Nyonya Pertama Gong Sun mengangguk dan mulai bersenandung.
“Malam bulan purnama, puncak Zi Jin, sebatang pedang dari barat, seorang malaikat dari luar langit…..”
TAMAT

Koleksi Kang Zusi

142

Similar Documents

Premium Essay

Btec

...Unit 4: Unit code: QCF Level 3: Credit value: Business Communication H/502/5413 BTEC National 10 Guided learning hours: 60 Aim and purpose The aim of this unit is to show learners that the collection and management of business information, and the successful communication of that information throughout a business, is critical for the future prosperity of the organisation. Unit introduction A business needs accurate and relevant information from internal and external sources in order to operate profitably. Proper collection of data creates an environment where informed decisions can be taken for the benefit of the business. In order to manage information effectively, there must be good communication systems within the organisation. Staff must possess good verbal and written skills in order to communicate and share information Business information can be used to obtain competitive advantage and promote efficiency. Organisations generate information internally, recording details of products manufactured, purchased and sold, and their associated costs. Businesses use information to manage not only what is currently happening in the organisation but also to plan for the future and ensure their survival. Information is collected, stored, manipulated, analysed and reported to those who need to use it. People need to become skilled manipulators and users of information to ensure organisations become more efficient and succeed in achieving their stated purposes. Since the...

Words: 3972 - Pages: 16

Free Essay

Btec

...Unit 1 The business environment BTEC National Business Stretch and support E1 Views of different stakeholders M1 requires learners to explain the points of view of different stakeholders seeking to influence the aims and objectives of two contrasting organisations. In order to achieve M1 it is important that learners have a thorough understanding of the following points: • What are the aims and objectives of each organisation? • Who are the stakeholders for each organisation? • What does each stakeholder seek to achieve? • How will each stakeholder be able to achieve their own goals? By answering each of these questions learners will be able to focus on how and why stakeholders will try to influence the aims and objectives of each organisation. Provide an empty version of the table below for learners to complete by noting two objectives for each stakeholder in their chosen business. How many of them are the same and how many differ? For example, an objective for an employee in one business might be good working conditions, whilst in the other it might be higher wages. How will these stakeholder objectives influence the organisation’s objectives? Corner shop Stakeholder Manager Employees Customers Convenience: opening from early morning until late evening Range of products: needs to sell necessities, e.g. toilet paper Convenience: likely to be easily accessible to local customers Range of products: needs to sell fashionable goods and services Objective 1 Objective 2 Premium...

Words: 769 - Pages: 4

Premium Essay

Btec

...“ Never leave that till tomorrow which you can do today “ says Benjamin Franklin What is procrastination? The first thing that I did was that I googled it and this definition came up. It is the avoidance of doing a task which needs to be accomplished. It is the practice of doing more pleasurable things in place of less pleasurable ones, like carrying out less urgent tasks instead of the more urgent ones, thus impending tasks to a later time. But I’ll give you a more brief definition of procrastination in my own understanding and for me It means: *not being able to get started *staring at the wall * watching your favorite tv show or teleserye instead of accomplishing a certain task that needs to be done. * Using your mobile phones; Instagramming, twitter, facebooking, chatting etc. * stalking your crush on social media instead of doing your homework * killing the time by sleeping, eating and other activities like basketball, volleyball etc. that makes you avoid the priorities * gala ng gala kahit alam mong may project na dapat tapusin. But my point here is there are a lot of definitions of procrastination. Adults, young adults, and teens are very familiar with this type of attitude, because as a person it is one of the most basic norms. Let me tell you something about my own experience of procrastination, just recently when doing this speech I had a lot of excuses, Staring at a black word document page with no ideas of even starting my speech, so I got a little...

Words: 677 - Pages: 3

Premium Essay

Btec

...BTEC National Diploma in Business Assignment Brief Unit: 9 CREATIVE PRODUCT PROMOTIONS P2 Version 2 The role of promotion within the marketing for coca cola Clarawiniferd Mesode ( IBSIA) Due date: 31 November 2011 TABLE OF CONTENT PAGES Introduction 3 P2 4/15 Introduction Task 2 p2 was to describe the brand image and how this image is supported through the promotional campaign for one of the company I chose at p1 and I chose Coca cola business or company and we also had to describe the role of promotion within the marketing mix of the promotional mix of the campaign I selected. This was quite an interesting assignment to do and was not difficult as I imagine it to be. Task 2 Promotional objectives * Raising awareness of product. Coca cola raised awareness with the company profile by going all green and also helps increase it sells and more awareness fort his company and its products. * Creating distinctive market presence Global Footprint is a good example of that when it comes to international presence; Coca-Cola easily trumps its rival Pepsi. Coca-Cola's larger global footprint exposes it more too international economic forces, particularly in the developing world. While this led to strong growth through much of the decade, weakness in emerging market economies could easily slow this momentum. Furthermore, because Coke generates...

Words: 2686 - Pages: 11

Free Essay

Btec

...The industry is also an international company, the company offers many different varies of items as well as having item varies from many different developers. Home of Fraser provides an amazing array of developer use so this makes it much simpler for customers to evaluate and contrast costs and the different top quality items of each developer. Styles have a massive effect on the retail store solutions, however based on the type of company, some companies might be more successful than other companies at attracting a variety of clients. The two companies I have chosen to evaluate and contrast the style trends effect on retail store solutions are. Home of Fraser and New Look. Home of Fraser offers many different varies of items where they offer mostly developer use, however with New Look they don't usually stock developer outfits and don't have as extensive a assortment as Home of Fraser. Also with Home of Fraser as they offer mostly different developers many individuals can't manage the costs, although with New Look their costs are lot more cost-effective. This has a big effect on clients, however for Home of Fraser to have clients buy from them they provide the best client support possible, where they might have different solutions to help the improve the clients can use experience, also they train their associates to know certain details about their items. However with New Look they don't offer items that are developer they only offer their own brands, also they are not as...

Words: 617 - Pages: 3

Free Essay

Btec

...|MRS. Esmee Lee |Xolela Mbeknei | |Sir George Monoux college |Flat 03 Emily | |!90 Chingford Road |Duncan Place | |Walthamstow |Forest Gate | |London E17 5AA |E7 0BB | | |London | Dear Mrs. Lee My 2013 summer holiday was not as diverse or as adventurous as 2012. This was mainly due to the rigorous training towards the UDO World Championships in Glasgow Scotland. Rehearsals lasted three hours on Tuesdays, Wednesdays and Fridays. Paid shows took place during the weekends. This gave us a chance to perform our piece to a number of different crowds which helped towards the final show. We then travelled to Glasgow via coach. I received my GCSE results during the journey and this set a positive tone. The coach arrived in Glasgow at 23:00 leaving us tired and ready for bed. Saturday the 24th of August was when the preliminary rounds took place. This...

Words: 287 - Pages: 2

Premium Essay

Btec It

...Animation Formats | Animation Formats | Description | Examples of use | Advantages | Limitations | Real player | This program can play the most common formats such as MPEG-4, MP3 and windows media. | When playing music, videos or pictures on your computer. This is effective at doing these tasks because of the formats that it can use. | Real Player is free to install and also downloads very quick because of its size. | Needs to be downloaded after being installed since it doesn’t come with your computer. | Flash Player | This is a program that allows the user the ability to create simple animations as well as complex animation shorts. | This tool is used to create animations that can be uploaded to the internet on sites such as YouTube. The program can also be used to create educational and entertainment animations. | There are already pre-built templates that allow you to create good animations with ease and with the quality that can be expected from someone with experience in animation. | It can take a lot of time to create an animation when using flash because of how unfriendly it is to new users. Can take a lot of time to produce an animation because of how complex it is to script the animation and because the creator needs to source the images and graphics themselves. | Definitions of different media programs. RealPlayer is a program that allows the user to watch, view and listen to a wide range of media formats such as music, video and pictures. RealPlayer...

Words: 783 - Pages: 4

Premium Essay

Btec

...GULF AFRICAN BANK LIMITED ABOUT THE BANK: it is a commercial bank in Kenya, the largest community in the East African community. I t has been licensed by the central bank of Kenya and the national banking regulator. In the year 2005 the bank was first thought of by a group of motivated Kenyans who envisioned establishing and Islamic bank as an alternative to conventional banking in the country by the Persian gulf and individuals and Kenya. The banks began banking operations in 2008, after they had received their license and were now legal. TYPE OF BUSINESS: The bank is an international business. They make commercial transactions that occur across borders, they exchange currencies with other countries and sell their products overseas, it also has branches in other parts of Africa. This makes it both international for selling its products overseas and multinational for being in different parts of Africa. Their head office here in Kenya is situated in the capital Nairobi. Although that is not the only branch in Kenya, it also branches in Lamu, Garrisa, Bondeni, Eastleigh, Malindi, Westlands and many other places. SECTOR OF ECONOMY- This institution is a bank that only sells and does not manufacture. They are in the same sector of economy as: Barclays bank | | Diamond Trust Bank | | Equity Bank | | Family Bank | | EcoBank Kenya | | PURPOSE OF BUSINESS: They are a financial institution which is involved in the borrowing and lending of money. They help...

Words: 519 - Pages: 3

Premium Essay

Btec

...Task 2 – Criteria covered for P2 Capital Income - Capital income is an increase in value of capital assets employed in a business that would make it more expensive than the original price itself. For example, a woman bought a diamond that cost $3000, the next year, she decided to sell it for $4000 to a friend, the $1000 difference is called the capital income. There is also capital loss in a business, it occurs when there is a decrease of value in the capital assets, where the selling price will be lower than the original price itself. For example, a man bought a $200 phone, the next year, he decided to sell it for $100. The $100 difference is called the capital loss. The capital income could be a short term or long term. A short term capital income is an asset held in a business for exactly a year or less while a long term capital income is held for more than a year and they all must be claimed on income taxes. For example, I bought a limited edition car for $10000. After 5 years, average selling price of this car increases to $15000 in the market due to increasing demand. So I decided to sell it after 5 years. I am not required to pay any taxes charged on the increase of value, but I only have to pay a tax on the long term capital income. Revenue income – Revenue income also known as REVs is the amount of money a company receives over a period of time, you can know the revenue income by knowing the selling price and quantity sold. For example, I sold 10 handbags...

Words: 976 - Pages: 4

Premium Essay

Btec

...HOW IS A BUSINESS ORGANISED All business organisations have different areas that carry out different tasks or functions. These areas are called “Functional Areas” The Different Functional Areas in Tesco Tesco Finance Marketing Human Resource Operations/ Logistics Management All of these functional areas use ICT in order to collect, process and produce data or information. Without UPTO-DATE and ACCURATE information decisions cannot be taken by managers. Their decisions will affect the business and its customers. Having empty shelves will make customers go to other places to shop. Tesco customers can go to other supermarkets to shop. The other main supermarkets are ------------------------------------------------- WHAT OTHER SUPERMARKETS ARE THERE ------------------------------------------------- Each function cannot operate in isolation …. Whatever one functional area does will have a knock-on effect on others. What do these functional areas do …… [A] Finance ------------------------------------------------- DESCRIBE WHAT THIS DEPARTMENT DOES ….. refer to a Business Studies text book and the Tesco web site. ------------------------------------------------- This department uses ICT in various ways. Here is what they use IT for. * Review current finances and forecast future finances using spreadsheet software * Produce...

Words: 693 - Pages: 3

Premium Essay

Btec

...Eric Bamford 22706 P6 Budgeting for Tesco Airfield Introduction In this pass criteria will be looking at budgets and how they are set i am going to relate the budgets on Tesco airfield i will be making a prediction also for Tesco Airfield 2013 budget. What is a budget? A Budget is made by a Tesco’s financial department in Tesco it is a financial document used to plan future future income and expenses. A budget can be made for a person, family group of people business, government, country, or just about anything else that makes or spends money. A budget shows you how much a Tesco has over spent or how much a business has saved.The purpose of a budget is to understand spending habits for a business and to gain control of the money spent and also to develop a savings plan . The steps and development of a budget for Tesco Step 1 gathers inflows and outflows The Tesco should gather all information that shows the inflows and outflows of their income. The easiest a way Tesco can get this information is from their bank statements this will be to gauge an average amount of the businesses expenditures. Step 2 makes a prediction Tesco should then create a prediction on spending amounts on each area of expenditure by reviewing past expenditure on the business banking statement. Tesco should make sure they identify areas where they are spending more than needed and they should find a solution on how to stop the unnecessary spending. Step 3 monitor spending...

Words: 2197 - Pages: 9

Premium Essay

Btec

...Challenges faced when doing business in brazil Another reason to be excited about the Brazilian economy is that - after several quarters of disappointing growth levels. But doing business in Brazil is notoriously complicated, and there are several things organisations should consider before making the leap. Developing nation Brazil is still considered a developing nation, and although that is often interpreted as a precursor for ‘high growth levels’, it also means that several areas of the economy remain underdeveloped. The consumer base, regulatory environment and sphere of investment are not as mature as those of developed nations, and considerations must be made to that effect. Bureaucracy The reform of the laws and regulations for opening and running a business in Brazil has not adapted at the rate with which the economy has grown, presenting many hurdles to overseas corporations. Brazil ranked 126th out of 183 countries in the World Bank’s latest annual global report which evaluates the ease of starting a business, dealing with construction permits, registering property, and paying taxes. On average, it takes 13 procedures and 119 days of work to start a business in Brazil, and construction permits demand an average 17 procedures and 469 days to finally get authorised. Corruption Brazil has become somewhat notorious for the levels of corruption among its politicians and senior business people. However, a recent report by The Economist suggests that the country...

Words: 1323 - Pages: 6

Free Essay

Btec as

...| | |Contact details: | |Lara Samuels, Head’s PA, | |Castlewood Road, New Barnet, EN4 9GE | |T - 020 8344 2220 | |F - 0871 918 2214 | |recruitment@jcoss.barnet.sch.uk | | | |JCoSS is committed to safeguarding and promoting the welfare of children and young people and expects all its staff and volunteers to share this | |commitment. All postholders are subject to satisfactory enhanced Disclosure and Barring...

Words: 1115 - Pages: 5

Free Essay

Btec

...As mentioned in the letter before, I will be carrying out a series of testing. These tests are the cooper run, a Vo2 max test, the multi-stage fitness test and body fat percentage tests, there are two body fat percentage tests. The Cooper 12 minute run is a popular maximal running test of aerobic fitness, in which participants try and cover as much distance as they can in 12 minutes. The purpose of it is to test the individual’s anaerobic fitness, meaning the ability of the body to use oxygen to power the muscles whilst running. The way the test is set up is that cones are set up at several intervals around the track. The track will be a 100m2 rectangle/square. Participants are to run for 12 minutes around the specified area, they are allowed to walk but they are encouraged to run at maximal effort. At the end of the 12 minutes I, the researcher, will count the amount of laps the participant covered and work out the distance ran. The next test is the Vo2 max test. This test is designed to measure the individual’s aerobic power. This exercise is performed on an appropriate machine e.g. a treadmill or exercise bike. The exercise workloads are made to gradually progress in increments from moderate exercise to maximal intensity. Oxygen uptake is worked out from the measures of ventilation and oxygen the CO2 in the expired air. The results are shown as L/min (litres per minute). The participant is considered to have reached the vo2 max if the oxygen uptake has plateaued. The multi-stage...

Words: 585 - Pages: 3

Premium Essay

Btec

...Date:    6th December 2015 Subject:  Marketing Techniques, Comparisons and Evaluation 1.  Introduction This report will show how two different organizations use marketing techniques to sell their products, the report will then compare the techniques. The report will then evaluate the effectiveness of the techniques used to market products in one of the organizations. Firstly a brief description of marketing techniques: In 1957 H. Igor Ansoff invented the strategic management tool called the Ansoff Matix this splits marketing into 4 different groups to promote growth in a company. These growth strategies are; Market Penentration – this is where there is an exsiting product available in the market and by using various promotional tools, sales can be increased. This strategy carrys the least risk as there is already a market for the product such as Vaseline who previously only produced large containers introduced a smaller pocket size version. Market Development – this is where an organization introduces an exisiting product to a new market for instance Primark a british retailer who has now opened a store in Boston, America, they still sell the same items just in a different location. Product development – this is when a business developes a product which it can sell to exsiting customers such a TalkTalk; who offer internet security for an added price to the customers bill. Diversification – this is when the organization markets new products to new client/customers ...

Words: 441 - Pages: 2