Free Essay

Derivatif

In:

Submitted By menangapa
Words 8381
Pages 34
6. Akuntansi Transaksi Derivatif.

a. Definisi Transaksi Derivatif. Transaksi derivatif adalah kontrak yang nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan suatu variabel yang telah disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Berikut ini adalah dua contoh kontrak yang merupakan transaksi derivatif.

Contoh 1:
Pada tanggal 1 Januari 2012, Bank A melakukan kontrak forward dengan Bank B, yaitu Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.500 yang serah terimanya akan dilakukan tanggal 30 Juni 2012. Kontrak tersebut bisa menguntungkan atau merugikan tergantung pada perubahan kurs. Dalam transaksi ini Bank A membeli dolar di masa yang akan datang, dengan harga yang sudah dipatok yaitu Rp 9.500. Bank A akan untung bila terjadi kenaikan kurs, dan akan rugi bila terjadi penurunan kurs. Jadi, Bagi Bank A nilai kontrak tersebut bisa naik atau turun akibat perubahan kurs. Sebaliknya, dalam kontrak tersebut Bank B menjual dolar di masa yang akan datang dengan kurs yang sudah dipatok Rp 9.500, sehingga Bank B akan rugi bila kurs naik, dan akan untung bila kurs turun. Sama seperti Bank A, bagi Bank B nilai kotrak tersebut berubah akibat perubahan kurs.

Selain itu, ada dua karakteristik lain transaksi derivatif, yaitu: 1) Tidak memerlukan investasi awal, atau kalaupun diperlukan investasi awal, jumlahnya sangat kecil dibanding nilai kontraknya. Untuk melakukan transaksi diatas, Bank A maupun Bank B tidak perlu memiliki dana sebanyak USD 1.000.000 atau Rp 9.500.000.000. Seringkali untuk transaksi di atas dilakukan penyelesaian secara neto (net settlement), yaitu bila pada tanggal 30 Juni 2012 kurs spot adalah Rp 9.600, yang mengakibatkan keuntungan bagi Bank A dan kerugian bagi Bank B, maka penyelesaiannya adalah Bank B membayar kepada Bank A sebesar Rp 100.000.000. Sebaliknya, bila pada tanggal 30 Juni 2012 kurs spot adalah Rp 9.400, yang berarti Bank A rugi dan Bank B untung Rp 100.000.000, maka penyelesaiannya adalah Bank A membayar kepada Bank B Rp 100.000.000. Bila tingkat kepercayaan antara Bank A dan Bank B sudah sangat tinggi, maka di awal kontrak kedua belah pihak tidak perlu membayar, sehingga transaksi ini tidak memerlukan investasi awal neto. Meskipun demikian, seperti layaknya suatu investasi, transaksi ini bisa mendatangkan keuntungan atau kerugian. 2) Penyelesaian dilakukan pada tanggal tertentu di masa depan. Pada contoh di atas, penyelesaiannya dilakukan 6 bulan sejak tanggal kontrak. Jadi, bila tidak ada jangka waktu antara tanggal kontrak dengan tanggal penyelesaian, maka transaksinya bukan trasaksi derivatif. Perhatikan contoh transaksi non-derivatif berikut ini: Pada tanggal 1 Januari 2012 Bank A membeli secara tunai USD 1.000.000 dan membayar secara tunai Rp 9.500.000.000. Pada tanggal 30 Juni, ketika kurs spot naik menjadi Rp 9.600, Bank A menjual USD 1.000.000 yang dimilikinya dengan kurs Rp 9.600, sehingga Bank A mendapatkan keuntungan Rp 100.000.000. Transaksi yang dilakukan oleh Bank A ini bukan transaksi derivatif. Perhatikan bahwa , untuk melakukan transaksi ini Bank A memerlukan dana yang sangat besar, yaitu Rp 9.500.000.000. Sedangkan untuk transaksi derivatif, untuk memperoleh keuntungan yang sama, investasi awal yang diperlukan bisa sebesar nol rupiah. Kalaupun misalnya pada tanggal 1 Januari 2012, Bank B mengharuskan Bank A membayar margin deposit misalnya sebesar Rp 125.000.000, maka investasi awal yang diperlukan itu masih jauh lebih kecil dari pada transaksi non derivatif yaitu Rp 9.500.000.000.

Contoh 2:
Pada tanggal 1 januari 2012, Bank A dan Bank B melakukan kontrak swap suku bunga dengan nilai USD 100 juta berjangka 3 tahun. Dalam kontrak ini disebutkan bahwa setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember: * Bank A membayar kepada Bank B, bunga mengambang sebesar LIBOR + 2%. * Bank B membayar kepada Bank A, bunga tetap sebesar 8%. Perhatikan gambar di bawah ini:

LIBOR + 2%
Bank A
Bank B

8%

Bagi Bank A kontrak di atas akan menguntungkan bila bunga LIBOR turun di bawah 6%, dan bagi Bank B akan menguntungkan bila bunga LIBOR naik di atas 6%. Setiap kenaikan LIBOR akan menguntungkan Bank B (dan merugikan Bank A), dan setiap penurunan LIBOR akan merugikan Bank B (dan menguntungkan Bank A). Jadi, bagi kedua bank tersebut nilai kontrak itu dipengaruhi oleh perubahan suku bunga LIBOR. Perhatikan pula bahwa, kontrak di atas tidak memerlukan investasi awal, dan bisa mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi pihak yang berkontrak. Keuntungan dan kerugian itu baru akan diketahui di masa yang akan datang, yaitu setiap tanggal 30 juni dan 31 Desember selama tiga tahun ke depan.

Tes Formatif 6.1 1) Berikut ini adalah contoh-contoh transaksi derivatif, kecuali... . a. Bank B membeli dolar dengan kurs Rp 9.500/dolar, setelmennya 3 bulan yang akan datang b. Bank C dan Bank D akan tukar menukar bunga LIBOR dengan bunga tetap 8%, 6 bulan yang akan datang c. Bank A membeli satu juta dolar secara tunai dengan kurs Rp 9.500/dolar, dan menjualnya satu jam kemudian dengan kurs Rp 9.600 per dolar d. Bank E menandatangani kontrak untuk membeli Obligasi X dengan tiga bulan yang akan datang dengan harga 95% dari nilai par

2) Salah satu karakteristik transaksi derivatif adalah... . a. mengandung risiko yang besar, sehingga memerlukan investasi yang besar untuk bertransaksi b. tidak memerlukan/hanya sedikit investasi awal untuk bertransaksi, dibanding transaksi non derivatif dengan potensi keuntungan/kerugian yang sama c. waktu penyelesaian transaksi adalah segera, yaitu pada hari ditandanganinya kontrak d. merupakan kontrak beli/jual valuta asing dengan kurs yang ditentukan di masa yang akan datang

3) Bank A membeli USD 1.000.000 dengan kurs Rp 9.700 dari Bank B yang penyerahannya akan dilakukan 6 bulan yang akan datang. Dalam transaksi di atas... . a. bisa dilakukan tanpa investasi awal b. Bank A harus memiliki dana Rp 9.700.000.000, 6 bulan yang akan datang c. Bank B harus memiliki dana USD 1.000.000, 6 bulan yang akan datang d. Bank A akan rugi bila 6 bulan yang akan datang ternyata kurs naik di atas Rp 9.700.

4) Bank X melakukan kotrak dengan Bank Y, yaitu Bank X harus membayar bunga mengambang JIBOR + 1% dan Bank Y harus membayar bunga tetap 6%, yang penyelesaiannya akan dilakukan setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember selama tiga tahun ke depan. Dalam transaksi di atas... a. Bank X akan untung bila JIBOR naik di atas 5% b. Bank X akan rugi bila JIBOR turun di bawah 5% c. Bank Y akan untung bila JIBOR di bawah 5% d. Bank Y akan untung bila JIBOR di atas 5%

5) Pernyataan tentang karakteristik transaksi derivatif yang tidak benar adalah... . a. kontrak yang bisa menguntungkan/merugikan pelakunya, tergantung pada indikator tertentu seperti kurs dan suku bunga b. kontrak yang memerlukan investasi yang besar untuk membeli aset-aset finansial c. kontrak yang penyelesaiannya akan dilakukan di masa yang akan datang d. kontrak yang bisa dilakukan dengan investasi yang minimal, untuk nilai kontrak yang besar

b. Akuntansi Transaksi Derivatif untuk Diperdagangkan.
Bila bank melakukan transaksi derivatif untuk tujuan Diperdagangkan (for trading), yaitu membeli dan menjual aset keuangan derivatif secara aktif dan berulang, untuk memperoleh marjin atau keuntungan dari fluktuasi harga jangka pendek, maka bank tersebut harus menggolongkan transaksi derivatifnya sebagai FVTPL. Berikut ini adalah contoh transaksi derivatif untuk diperdagangkan dan perlakuan akuntansinya.

Contoh Transaksi Derivatif untuk Diperdagangkan:
Pada pagi hari tanggal 31 Januari 2012, Bank A melakukan transaksi forward beli USD 16.200 dengan nasabahnya. Kurs yang disepakati adalah Rp 9.330 per dolar dan tanggal jatuh tempo adalah 31 Maret 2012 (2 bulan kemudian). Akibat transaksi di atas, Bank A mempunyai tagihan sebesar USD 16.200 dan kewajiban sebesar USD 16.200 x Rp 9.330 = Rp 151.146.000, yang jatuh tempo pada tanggal 31 Maret 2012. Tagihan dan kewajiban semacam itu belum memenuhi kriteria sebagai aset dan kewajiban untuk dicantumkan di neraca dan hanya boleh dicantumkan di luar neraca (off-balance-sheet), yaitu dalam laporan komitmen dan kontinjensi. Oleh karena itu, untuk mencatat transaksi di atas hanya dibuat jurnal administratif (jurnal yang tidak diposting ke rekening-rekening neraca), yaitu:

D. Rekening Administratif - Tagihan Komitmen Forward Beli (USD 16.200) Rp 151.146.000.
K. Rekening Administratif - Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000.

(Catatan: untuk laporan ke Bank Indonesia, yang harus dilaporkan hanya pembelian dalam valuta asing saja, kewajiban lawan dalam rupiah tidak perlu dilaporkan)

Pada sore hari pukul 16.00 tanggal 31 Januari 2012, kurs dolar di pasar untuk penyerahan tanggal 31 Maret 2012 adalah Rp 9.350 per dolar.

Berdasarkan data ini, seandainya pada saat itu Bank A menutup posisinya, yaitu dengan menjual USD 16.200 ke pasar forward dengan kurs Rp 9.350, maka Bank A akan mendapatkan keuntungan sebesar USD 16.200 x (Rp 9.350 - Rp 9.330) = Rp 324.000 yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang, yaitu tanggal 31 Maret 2012. Bila keuntungan 2 bulan yang akan datang itu di-present value-kan dengan bunga 10% per tahun, maka nilainya menjadi Rp 324.000 : (1 + 10%/12)2 = Rp 318.667. Oleh karena itu, sebelum tutup buku tanggal 31 Januari 2012, Bank A harus membuat jurnal:

D. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 318.667
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667

Jurnal di atas diposting ke rekening neraca dan laba rugi. Jadi, untuk transaksi derivatif, yang dicatat dampaknya ke neraca dan laporan laba-rugi adalah potensi keuntungannya saja, sedangkan nilai transaksinya (USD 16.200 atau Rp 151.146.000) hanya di catat pada laporan komiten dan kontinjensi.

Pada waktu tutup buku akhir bulan Januari 2012, rekening keuntungan akan ditutup ke rekening Laba/Rugi Tahun Berjalan, dengan jurnal: D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
K. Laba/Rugi Tahun Berjalan Rp 318.667

Selanjutnya, pada tanggal 1 Februari 2012 dibuat jurnal balik, yaitu:

D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 318.667
K. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 318.667

Akibat jurnal balik ini, maka saldo rekening Tagihan/kewajiban Derivatif Forward menjadi nol, sementara rekening Keuntungan/Kerugian Transaksi Derivatif menjadi bersaldo debet sebesar Rp 318.667. Selain itu, dengan adanya jurnal balik ini, maka Bank A bisa beranggapan bahwa mark-to-market belum pernah dilakukan, sehingga pada akhir bulan Februari dan Maret nanti, ketika Bank A melakukan mark-to-market, maka kurs pasar pada akhir bulan itu selalu dibandingkan dengan kurs pada kontrak forward yaitu Rp 9.330 per dolar.

Pada tanggal 29 Februari 2012, kurs dollar forward yang jatuh tempo tanggal 31 Maret 2012 adalah Rp 9.300 per dolar. Bank A melakukan mark-to-market atas posisi tagihan komitmen valasnya sebesar USD 16.200.

Berdasarkan kurs di atas, seandainya hari ini tanggal 29 Februari 2012, Bank A menutup posisi forwardnya dengn menjual USD 16.200 untuk tanggal 31 Maret 2012, maka Bank A akan mengalami kerugian sebesar (Rp 9.300 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 486.000 yang akan terjadi pada tanggal 31 Maret 2012. Kerugian pada tanggal 31 Maret 2012 tersebut bila di-present value-kan ke tanggal 29 Februari 2012, didapat: Rp 486.000 / (1 + 10%/12)1 = Rp 481.983. Jadi, jurnal yang harus dibuat adalah:

D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983 K. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 481.983

Akibat jurnal ini dan jurnal balik yang dibuat awal Februari, rekening Keuntungan/kerugian transaksi derivatif bersaldo debet sebesar: Rp 318.667 + Rp 481.983 = Rp 800.650, sehingga dibuat jurnal penutup:

D. Laba/rugi tahun berjalan Rp 800.650
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 800.650

Selanjutnya, pada tanggal 1 Maret 2012, dibuat jurnal balik, yaitu:

D. Tagihan/kewajiban derivatif forward Rp 481.983.
K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983.

Pada tanggal 31 Maret 2012, dilakukan realisasi kontrak forward, yaitu Bank A menerima USD 16.200 dan membayar Rp 151.146.000. Pada saat itu kurs spot adalah Rp 9.340.

Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dolar dan pembayaran rupiah tersebut adalah:
D. Kas Dolar (USD 16.200 x kurs spot Rp 9.340) Rp 151.308.000
K. Kas Rupiah Rp 151.146.000
K. Keuntungan revaluasi Rp 162.000

Keterangan: Bank A menerima uang kertas asing sebesar USD 16.200 yang dibeli secara forward dengan kurs Rp 9.330. Karena pada hari itu kurs spot adalah Rp 9.340 berarti Bank A mendapatkan keuntungan akibat merevaluasi uang kertas asing tersebut sebesar (Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 162.000. Selanjutnya dibuat jurnal penutup sebagai berikut:
D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 481.983
D. Keuntungan revaluasi Rp 162.000
K. Laba/Rugi tahun berjalan Rp 643.983

Selain itu, karena kedua belah pihak sudah membayar sesuai kontrak, maka jurnal administratif tagihan dan kewajiban komitmen bisa dihapuskan dengan menjurnal:

D. Rekening Administratif - Kewajiban Komitmen forward beli Rp 151.146.000.
K. Rekening Administratif - Tagihan Komitmen Forward Beli (USD 16.200) Rp 151.146.000.

Seluruh transaksi di atas bisa dirangkum sebagai berikut: * Pada 31 Januari 2012, Bank A beli forward 2 bulan USD 16.200 dengan kurs Rp 9.330. * Akhir Januari 2012, kurs forward 2 bulan adalah Rp 9.350, Bank A mengakui laba: Rp 318.667 * Akhir Februari 2012, kurs forward 1 bulan adalah Rp 9.300, Bank A mengakui rugi:(Rp 800.650) * Akhir Maret 2012, kurs spot adalah Rp 9.340, Bank A mengakui laba: Rp 643.983
Jumlah laba/rugi yang diakui bulan Januari s/d Maret Rp 162.000
Pengakuan laba seperti inilah yang harus diterapkan untuk transaksi derivatif yang bertujuan untuk diperdagangkan. Bank A membeli dolar secara forward 2 bulan dengan kurs Rp 9.330 dan pada saat jatuh tempo ternyata kurs spot adalah Rp 9.340, sehingga Bank A mendapatkan keuntungan sebesar (Rp 9.340 - Rp 9.330) x USD 16.200 = Rp 162.000. Pengakuan keuntungan tersebut tidak boleh menunggu sampai saat jatuh tempo, tapi harus diakui sebagai laba atau rugi setiap akhir bulan dengan melakukan mark-to-market. Ketika akhir Januari terjadi kenaikan kurs maka Bank A mengakui laba Rp 318.667, ketika akhir Februari terjadi penurunan kurs maka Bank A harus mengakui rugi Rp 800.650, dan ketika terjadi lagi kenaikan kurs pada akhir Maret maka Bank A mengakui laba RP 643.983. Secara total keuntungan yang diakui adalah sebesar perbedaan antara kurs kontrak dengan kurs spot saat jatuh tempo yaitu Rp 162.000.
Pada contoh di atas mark-to-market dilakukan setiap akhir bulan. Dalam prakteknya revaluasi dilakukan setiap akhir hari dan seluruh perhitungan dilakukan oleh sistem komputer. Meskipun demikian, dasar perhitungannya adalah sama seperti pada contoh di atas.

Tes Formatif 6.2

Soal 1 s/d 5 merupakan satu kesatuan: 1) Pada tanggal 1 Maret 2012 Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward 2 bulan dengan kurs Rp 9.000 yang akan jatuh tempo tanggal 30 April 2012. Bila pada saat tutup buku tanggal 1 Maret 2012 kurs forward 2 bulan adalah Rp 9.100, dan tingkat bunga rupiah adalah 6% per tahun, maka pada tanggal 1 Maret 2012 Bank ABC harus mengakui... .
a. keuntungan sebesar Rp 10.000.000
b. kerugian sebesar Rp 10.000.000 x (1 + 6%)2
c. kerugian sebesar Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2
d. keuntungan sebesar Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2 2) Pada tanggal 31 Maret 2012 Bank ABC akan melakukan mark to market atas posisi forward yang dilakukannya. Kurs yang dibutuhkan untuk melakukan mark to market adalah... .
a. kurs spot tanggal 31 Maret 2012
b. kurs forward 2 bulan
c. kurs foward 1 bulan yang jatuh tempo tanggal 30 April 2012
d. kurs spot pada tanggal 30 April 2012 3) Pada tanggal 31 Maret 2012, diketahui bahwa kurs forward 1 bulan adalah Rp 8.900. Bila Bank ABC selalu membuat jurnal balik setelah melakukan mark to market, maka jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Maret 2012 ketika melakukan mark to market adalah....

a. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%) K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%) b. D. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2 K. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2

c. D. Tagihan/kewajiban transasksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%) K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)

d. D. Tagihan/kewajiban transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2 K. Keuntungan/kerugian transaksi derivatif Rp 10.000.000/(1 + 0,5%)2 4) Bila pada tanggal 30 April 2012 ternyata kurs spot adalah Rp 9050, maka Bank ABC harus mengakui... .
a. kerugian Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
b. keuntungan Rp 5.000.000 untuk bulan April 2012
c. keuntungan Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012
d. kerugian Rp 5.000.000 untuk periode bulan Maret dan April 2012 5) Bila Bank ABC menjurnal dengan benar pada tanggal 1 Maret, 31 Maret, 30 April 2012, maka keuntungan/kerugian yang benar untuk bulan Maret dan April 2012 adalah... .
a. Maret rugi Rp 9.999.752 dan April untung Rp 14.999.752
b. Maret untung Rp 9.999.752 dan April rugi Rp 14.999.752
c. Maret rugi Rp 10.000.000 dan April untung Rp 15.000.000
d. Maret untung Rp 10.000.000 dan April rugi Rp 15.000.000

c. Akuntansi Transaksi Derivatif untuk Lindung Nilai atas Nilai Wajar.

Transaksi derivatif bisa digunakan untuk lindung niai terhadap aset atau liabilitas. Bila bank mempunyai aset yang akan dijual pada saat tertentu di masa yang akan datang, maka bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada saat dijual nanti ternyata nilai wajarnya sedang jatuh. Demikian pula bila bank mempunyai hutang dalam bentuk surat berharga yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal. Bila bank bermaksud untuk melunasi hutang tersebut pada suatu ketika nanti dengan cara membeli surat berharga tersebut di pasar, maka bank menghadapi risiko kerugian, yaitu bila pada saat akan dibeli nanti ternyata nilai wajarnya sedang melonjak. Transaksi derivatif bisa digunakan untuk menghindari risiko semacam itu, dan transaksi yang dilakukan disebut transaksi lindung nilai atas nilai wajar aset atau kewajiban. Pada pembahasan berikut akan diberikan ilustrasi transaksi lindung nilai atas nilai wajar hutang. Nilai wajar dari hutang obligasi adalah present value dari seluruh aliran kas keluar untuk membayar bunga dan pokok hutang tersebut, dengan tingkat diksonto sebesar bunga pasar. Akibatnya, obligasi berbunga tetap nilai wajarnya akan berbanding terbalik dengan tingkat bunga pasar. Bila penerbit obligasi mengakui hutangnya dalam kelompok FVTPL, maka ketika tingkat bunga pasar turun ia harus mengakui peningkatan nilai wajar hutangnya dan kerugian, sebaliknya bila tingkat bunga pasar naik penerbit obligasi harus mengakui penurunan nilai wajar hutangnya dan keuntungan. Bila penerbit obligasi ingin men-stabil-kan nilai wajar hutangnya, penerbit obligasi berbunga tetap bisa melakukan transaksi swap suku bunga, yaitu membuat kontrak pertukaran suku bunga, dalam hal ini membayar bunga tetap dan menerima bunga mengambang. Bila penerbit melakukan transaksi swap suku bunga untuk melindungi nilai wajar hutangnya, maka kerugian atau keuntungan akibat kenaikan atau penurunan nilai wajar hutangnya adakan ditutup dengan keuntungan atau kerugian akibat transaksi swap suku bunga. Untuk transaksi semacam ini nilai wajar hutang disebut hedged item atau obyek yang dilindungi nilainya, sedangkan transaksi swap suku bunga adalah transaksi derivatif yang menjadi instrumen lindung nilai (hedged intrument). Berikut ini adalah contoh transaksi derivatif untuk tujuan lindung nilai atas nilai wajar.

Contoh transaksi lindung nilai atas nilai wajar:

Pada tanggal 1 Januari 2012:
Bank B menerbitkan obligasi senilai Rp 500 milyar berjangka 5 tahun dengan suku bunga tetap 10% per tahun dibayar setiap setengah tahun. Bank B kemungkinan akan membeli kembali obligasi itu di pasar modal pada suatu saat sebelum jatuh tempo, sehingga Bank B menghadapi risiko peningkatan nilai wajar obligasi tersebut.

Jurnal saat penerbitan obligasi:
D. Giro BI Rp 500.000.000.000
K. Hutang Obligasi Rp 500.000.000.000

Pada hari ini bunga pasar (JIBOR) adalah 10% per tahun (5% per semester) dan bunga kupon Obligasi Bank B disesuaikan dengan bunga pasar pada saat diterbitkan. Nilai Wajar (NW) obligasi tersebut adalah present value dari aliran kas keluar untuk bunga dan pokok obligasi yaitu:

Karena bunga kupon obligasi sama dengan bunga pasar, yaitu JIBOR 10% per tahun atau 5% per semester, maka nilai wajar obligasi sama dengan nilai nominalnya, sehingga obligasi terjual pada harga par.

Untuk menghindari risiko kenaikan nilai wajar hutang obligasinya, Bank B juga melakukan swap suku bunga, yaitu menerima 10% dan membayar JIBOR berjangka 5 tahun, dengan penyelesaian dilakukan setiap semester. Dalam kontrak swap ditetapkan bahwa penyelesaian akan dilakukan secara neto, yaitu selisih antara 10%/2 dengan JIBOR/2 setiap akhir semester.

Jurnal administratif untuk swap suku bunga:
D. Rekening Administratif - swap suku bunga tetap Rp 500.000.000.000
K. Rekening Administratif - swap suku bunga mengambang Rp 500.000.000.000

Karena suku bunga tetap yang akan diterima (yaitu 10%) sama dengan suku bunga yang harus dibayar (yaitu JIBOR = 10%), maka pembayaran neto adalah nol, seihngga tidak ada jurnal yang dibuat pada saat itu, kecuali jurnal administratif di atas.

Pada tanggal 30 Juni 2012:
Bank B membayar bunga kupon yaitu 5% per semester. Jurnal yang dibuat:

D. Beban bunga (1/2 x 10% x Rp 500 milyar) Rp 25.000.000.000
K. Giro BI Rp 25.000.000.000

Ternyata tingkat bunga pasar (JIBOR) adalah 10,5% per tahun atau 5,25% per semester, sehingga penyelesaian neto adalah (5,25% - 5%) x Rp 500 milyar = Rp 1.250.000.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penyelesaian neto swap suku bunga adalah:

D. Beban bunga Rp 1.250.000.000
K. Giro BI Rp 1.250.000.000

Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas tampak bahwa beban bunga yang ditanggung Bank B adalah Rp 25.000.000.000 + Rp 1.250.000.000 = Rp 26.250.000.000. Perhatikan bahwa angka ini sama dengan JIBOR/2 x Rp 500.000.000.000.

Menghitung perubahan nilai wajar hutang obligasi:
Pada saat itu nilai wajar hutang obligasi adalah:

Penjelasanannya adalah, karena terjadi kenaikan bunga pasar (JIBOR) menjadi 5,25% per semester, lebih tinggi dari pada bunga kupon obligasi 5% per semester, maka nilai wajar obligasi tersebut turun dari Rp 500.000.000.000 menjadi Rp 491.213.306.754, atau turun sebesar Rp 8.786.693.246. Akibat penurunan nilai wajar hutang itu Bank B membuat jurnal:

D. Hutang Obligasi Rp 8.786.693.246
K. Keuntungan perubahan nilai wajar hutang obligasi Rp 8.786.693.246
(Catatan: seperti dijelaskan pada contoh sebelumnya, pada hari berikutnya akan dibuat jurnal balik).

Menghitung perubahan nilai wajar kontrak swap:
Untuk menghitung nilai wajar kontrak swap, maka Bank B harus mengasumsikan bahwa selama 9 semester yang tersisa suku bunga JIBOR akan tetap sebesar 10,5%, sehingga Bank B akan membayar Rp 1.250.000.000 selama 9 semester ke depan, yang setelah di-present value-kan nilainya adalah

Untuk mencatat penurunan nilai wajar kontrak swap dari nol menjadi minus Rp 8.786.693.246, maka dibuat jurnal:
D. Kerugian transaksi derivatif - swap Rp 8.786.693.246
K. Kewajiban derivatif swap Rp 8.786.693.246

Perhatikan bahwa, keuntungan akibat penurunan nilai wajar hutang obligasi terhapuskan oleh kerugian karena penurunan nilai wajar kontrak swap. Ini adalah hakekat dari transaksi lindung nilai terhadap nilai wajar (fair value hedge), yaitu keuntungan/kerugian yang terjadi pada "hedged item" saling hapus dengan kerugian/keuntungan pada "hedged instrument".

Pada tanggal 31 Desember 2012:
Waktu berlanjut selama satu semester, dan kita sampai pada tanggal 31 Desember 2012. Bank B membayar bunga kupon obligasi 1/2 x 10% x Rp 500.000.000.000.

Jurnal saat membayar bunga kupon obligasi pada tanggal 31 Desember 2012:
D. Beban bunga (1/2 x 10% x Rp 500 milyar) Rp 25.000.000.000
K. Giro BI Rp 25.000.000.000

Selanjutnya kita perhatikan apa yang terjadi dengan kontrak swap suku bunga. Pada hari ini diketahui ternyata bunga pasar (JIBOR) adalah 9%, atau lebih rendah dari 10%, sehingga Bank B akan menerima pembayaran sebesar 5% - 9%/2 = 5% - 4,5% = 0,5% X Rp 500.000.000.000 = Rp 2.500.000.000. Jurnal yang dibuat adalah:

D. Giro BI atau Banl Lain Rp 2.500.000.000
K. Beban bunga Rp 2.500.000.000

Dengan menjumlahkan kedua jurnal di atas, tampak bahwa total beban bunga untuk semester kedua 2012 adalah Rp 22.500.000.000, yaitu JIBOR x Rp 500.000.000.000.

Selanjutnya perhatikan dampak perubahan JIBOR terhadap nilai wajar hutang obligasi dan nilai wajar kontrak swap:

Karena JIBOR turun menjadi 4,5% per semester, maka nilai wajar hutang obligasi menjadi:

Akibat kenaikan nilai wajar hutang itu, Bank B membuat jurnal:

K. Kerugian perubahan nilai wajar hutang obligasi Rp 16.489.715.168
K. Hutang Obligasi Rp 16.489.715.168

Selanjutnya untuk menghitung nilai wajar kontrak swap, diasumsikan bahwa selama 8 semester sisa waktu swap JIBOR akan tetap 4,5% per semester, sehingga Bank B akan menerima Rp 2.500.000.000 selama 8 semester, yang setelah dipresent valuekan menjadi:

Selanjutnya dibuat jurnal untuk mengakui kenaikan nilai kontrak swap, yaitu:
K. Tagihan derivatif swap Rp 16.489.715.168
D. Keuntungan transaksi derivatif - swap Rp 16.489.168

Perhatikan sekali lagi, akibat transaksi fair value hedge, kerugian karena penurunan nilai wajar hutang obligasi (hedged item) dihapus oleh keuntungan pada kontrak swap (hedged instrument).

Demikian gambaran akuntansi transaksi derivatif untuk melindungi nilai wajar hutang obligasi untuk dua semester pertama dari umur obligasi. Selanjutnya, ringkasan jurnal untuk masa 10 semester diberikan pada tabel di bawah ini.

Sebelum membaca tabel di atas perhatikan gambar di bawah ini:

Investor Obligasi OOObliBank B

5% JIBOR
Bank B
Bank X

5%

Bank B membayar bunga obligasi 5%, dan melakukan swap suku bunga: menerima 5% dan membayar JIBOR, sehingga secara neto Bank B membayar bunga sebesar: 5% + (JIBOR - 5%) = JIBOR. Oleh karena itu, di kolom 8 tampak bahwa beban bunga bagi Bank B adalah JIBOR x Rp 500.000.000.000.

Bank B melakukan transaksi lindung nilai, yaitu: transaksi swap suku bunga yang akan menghasilkan keuntungan (kerugian) bila terjadi kerugian (keuntungan) karena kenaikan (penurunan) nilai wajar hutang obligasi, sehingga Bank B tidak akan menghadapi dampak perubahan nilai wajar hutang obligasi. Pada tabel di atas tampak bahwa nilai kolom 5 = minus kolom 8, sehingga terjadi saling menghapus.

Tes Formatif 6.3
Soal nomor 1 s/d ....adalah satu kesatuan
Pada tanggal 1 Januari 2012:
Bank X membeli obligasi nominal Rp 100 milyar berjangka 3 tahun, bunga tetap 8%, diterima setiap akhir tahun. Bank X menggolongkan obligasi itu sebagai Tersedia Untuk Dijual, karena akan dijual sewaktu-waktu untuk membiayai rencana ekspansi usaha dalam beberapa tahun ke depan. Obligasi tersebut diterbitkan oleh salah satu bank terbesar di Jakarta, dan bunga kuponnya sudah disesuaikan dengan bunga pasar pada saat itu, yaitu JIBOR = 8%. 1) Risiko yang dihadapi oleh Bank X adalah... .
a. kenaikan JIBOR yang akan mendorong kenaikan nilai wajar obligasi tersebut
b. kenaikan JIBOR yang akan mendorong penurunan nilai wajar obligasi tersebut
c. penurunan JIBOR yang akan mendorong kenaikan nilai wajar obligasi tersebut
d. penurunan JOBOR yang akan mendorong penurunan nilai wajar obligasi tersebut 2) Nilai wajar obligasi tersebut bisa dihitung dengan rumus... .

.

3) Untuk menghindari risiko perubahan nilai wajar obligasi tersebut, yang harus dilakukan oleh Bank X adalah swap suku bunga... .
a. membayar JIBOR, menerima 8%
b. menerima sebesar (JIBOR - 8%)
c. membayar sebesar (JIBOR - 8%)
d. menerima JIBOR, bayar 8% 4) Bila Bank X melakukan swap suku bunga dengan menerima JIBOR dan membayar 8%, maka Bank X akan mempunyai pendapatan... .
a. tetap sebesar 8%
b. mengambang sebesar JIBOR
c. mengambang sebesar (JIBOR - 8%)
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR) 5) Bila Bank X sudah melakukan lindung nilai terhadap nilai wajar surat berharga yang dimilikinya dengan melakukan swap suku bunga, maka pendapatannya akan... .
a. tetap 8%, dan terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar surat berharga
b. mengambang sebesar JIBOR, tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar obligasi
c. mengambang sebesar (JIBOR-8%), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar obligasi
d. mengambang sebesar (8% - JIBOR), tapi terhindar dari kerugian penurunan nilai wajar obligasi

6) Perhatikan diagram di bawah ini:

Surat Berharga Obligasi OOObliBank B

8% 8%
Bank X
Bank A

JIBOR

Pada diagram di atas tampak Bank X mempunyai penghasilan tetap 8% dari obligasi dan melakukan swap suku bunga dengan Bank A. Bila terjadi kenaikan bunga pasar (JIBOR) di atas 8%, maka....
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan naik, tapi pendapatan bunganya akan turun
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%) 7) Berdasarkan diagram pada soal nomor 6 diatas, bila terjadi penurunan bunga pasar (JIBOR) di bawah 8%, maka... .
a. nilai wajar obligasi akan turun, dan nilai wajar kontrak swap akan naik
b. nilai wajar obligasi akan naik, dan nilai wajar kontrak swap akan turun
c. nilai wajar obligasi akan turun, tapi pendapatan bunganya akan naik
d. pendapatan Bank X akan tetap sebesar (JIBOR - 8%) 8) Prinsip akuntansi transaksi derivatif yang dipergunakan untuk lindung nilai terhadap nilai wajar aset adalah... .
a. nilai wajar "hendged item" tidak akan turun di bawah yang diinginkan
b. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" saat ini akan tertutup oleh kenaikan nilai wajarnya pada periode berikutnya
c. kerugian karena penurunan nilai wajar "hedged item" terhapus oleh kenaikan nilai wajar "hedged instrumen".
d. keuntungan karena kenaikan nilai wajar "hedged item" selalu lebih tinggi dari pada kerugian akibat penurunan pendapatan bunga JIBOR

d. Akuntansi Transaksi Derivatif untuk Lindung Nilai atas Aliran Kas.
Pada transaksi lindung nilai atas nilai wajar, keuntungan atau kerugian dari revaluasi instrumen derivatif saling hapus dengan kerugian atau keuntungan akibat perubahan nilai wajar hedged item-nya. Hal itulah yang tidak bisa terjadi pada transaksi lindung nilai atas arus kas. Pada transaksi lindung nilai atas arus kas, tidak ada wujud aset atau kewajiban (hedged item) yang akan menghasilkan kerugian atau keuntungan revaluasi, yang akan saling menghapus dengan keuntungan atau kerugian revaluasi instrumen derivatif. Oleh karena itu, keuntungan atau kerugian akibat revaluasi instrumen derivatif diperbolehkan untuk ditampung sementara pada rekening ekuitas yang bernama Pendapatan Komprehensif Lain. Masa penampungan itu berakhir ketika hedged item sudah direalisasi dan menghasilkan keuntungan atau kerugian, yang kemudian harus dihapuskan dengan Pendapatan Komprehensif Lain tadi. Berikut ini adalah beberapa contoh transaksi lindung nilai atas arus kas.

Contoh 1: Lindung Nilai atas Arus Kas Keluar untuk membeli Surat Utang Negara (SUN).
1 Juli 2012:
Pada tanggal 1 Juli 2012 Bank D "memprakirakan" akan membeli SUN pada tanggal 30 Juni 2013 dengan harga Rp 100 milyar. Bank S ingin agar SUN tersebut memberi bunga 9% selama 5 tahun, dibayar setiap semester, yaitu sejak 31 Desember 2013 sampai 30 Juni 2018. Perhatikan kata "memprakirakan", yang berarti bahwa Bank S belum membeli SUN, dan juga belum ada komitmen akan membeli SUN, yang ada hanyalah "proyeksi kas masuk" sebesar Rp 9 milyar per tahun atau Rp 4,5 milyar per semester, sejak 31 Desember 2013 sampai dengan 30 Juni 2018. Jadi, pada tanggal 1 Juli 2012 tentu saja tidak ada jurnal untuk mencatat "rencana pembelian SUN" sebesar Rp 100 milyar itu. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

1/7/12 30/6/13 Rp 4,5 Rp 4,5 Rp 4,5 Rp 4,5 Rp 4,5 Rp4,5 Rp4,5 Rp 4,5 Rp 4,5 Rp 4,5
Meskipun demikian, Bank D menghawatirkan terjadi penurunan suku bunga SUN pada tanggal 30 Juni 2013, sehingga pendapatannya kurang dari 9% per tahun selama 10 semester. Oleh karena itu, Bank D membeli call option, atas bunga sebesar 9% untuk SUN dengan nominal Rp 100 milyar berjangka 10 semester (call option on future interest rate of SUN). Bila pada tanggal 30 Juni 2013 nanti ternyata bunga SUN di bawah 9%, maka Bank D akan mengeksekusi opsinya, tapi bila ternyata suku bunga SUN di atas 9%, maka Bank D tidak akan mengeksekusi opsinya. Call option tersebut harus dibeli dengan harga Rp 14.000.000, dan jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Juli 2012 adalah:
D. Tagihan derivatif opsi Rp 14.000.0000
K. Giro BI Rp 14.000.000

31 Desember 2012:
Waktu berjalan selama 6 bulan, sampailah pada tanggal 31 Desember 2012, dan Bank D harus membuat neraca akhir tahun. Pada saat itu diketahui tingkat bunga SUN berjangka 5 tahun adalah 8%. Karena dalam kontrak opsi Bank D berhak membeli SUN yang berbunga 9%, berarti Bank D beruntung telah membeli opsi tersebut. Keuntungan bagi Bank D adalah sebesar 1% per tahun atau 0,5% per semester selama 10 semester, sejak 1 Juli 2013 sampai 30 Juni 2018. Keuntungan tersebut nanti pada tanggal 1 Juli 2013 besarnya adalah:

Keuntungan yang baru akan terjadi pada tanggal 1 Juli 2013 tersebut harus dipresent valuekan ke tanggal 31 Desember 2012 menjadi:

Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat keuntungan tersebut adalah:
D. Tagihan derivatif opsi Rp 3.785.989.558
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 3.785.989.558

Seperti telah dijelaskan dimuka, keuntungan revaluasi hedged instrument ini ditampung dalam rekening ekuitas, karena tidak ada hedged item yang bisa direvaluasi yang akan menghasilkan kerugian yang bisa dihapuskan dengan keuntungan tersebut. Selain itu, perhatikan kembali harga beli Tagihan Derivatif sebesar Rp 14.000.000. Nilai Rp 14.000.000 itu disebut nilai waktu dari opsi, karena nilai tersebut ada selama masih ada waktu yang tersisa antara hari ini dengan tanggal jatuh temponya opsi (30 Juni 2013), yang berarti masih ada peluang terjadinya kenaikan bunga SUN. Hari ini sudah berjalan 6 bulan sejak opsi itu dibeli, sehingga nilai waktu opsi tersebut sudah menyusut, misalnya menjadi Rp 8.000.000, sehingga harus diakui penurunan nilai waktu opsi dengan jurnal:

D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 6.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 6.000.000

30 Juni 2013:

Pada hari ini opsi sudah jatuh tempo, sehingga nilai waktu opsi tidak ada lagi, dan harus dibuat jurnal: D. Kerugian transaksi derivatif opsi Rp 8.000.000
K. Tagihan derivatif opsi Rp 8.000.000

Selanjutnya, kita buat 2 asumsi: 1) Suku bunga SUN 9,5%. 2) Suku bunga SUN 8,75%.

Alternatif 1: Suku bunga SUN 9,5%.
Bila suku bunga SUN adalah 9,5%, berarti keadaan yang dikhawatirkan oleh Bank D tidak terjadi. Oleh karena itu, Bank D tinggal membeli SUN di pasar, sehingga jurnal yang dibuat adalah:

D. Surat Utang Negara Rp 100.000.000.000
K. Giro BI Rp 100.000.000.000

Selanjutnya, Bank D mengabaikan hak opsi yang dimilikinya, sehingga jurnal yang dulu dibuat sebagai pengakuan potensi keuntungan harus dhapuskan seluruhnya dengan jurnal:

D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 3.785.989.558
K. Tagihan derivatif opsi Rp 3.785.989.558

Selanjutnya, setiap kali Bank D mendapatkan penghasilan bunga sebesar 1/2 x 9.5% x Rp 100.000.000.000, dibuat jurnal:

D. Giro BI Rp 4.750.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.750.000.000

Jurnal di atas akan dibuat sebanyak 10 kali sampai SUN tersebut jatuh tempo 5 tahun kemudian. Jadi, selama 5 tahun Bank D menikmati bunga 9,5%, lebih tinggi dari yang diharapkan semula yaitu 9%. Hal itu didapatnya dengan berkorban sebesar Rp 14.000.000 untuk membeli call option.

Alternatif 2: Suku bunga SUN 8,75%.
Bagaimana bila pada tanggal 30 Juni 2013 ternyata bunga SUN adalah 8,75% per tahun atau (4,375% per semester)? Karena Bank D berhak atas suku bunga sebesar 9% per tahun selama 5 tahun (4,5% per semester selama 10 semester), maka Bank D akan mendapatkan tagihan option sebesar Nilai Wajar hak opsi tersebut, yaitu:

NW (belum dipresent valuekan) = (4,5% - 4,375%) x 100.000.000.000 x 10 semester = Rp 1.250.000.000.

Saldo Tagihan Derivatif Opsi harus berjumlah Rp 1.250.000.000 , padahal saat ini saldonya adalah Rp 3.785.989.558, sehingga sebagian harus dihapuskan dengan jurnal:

D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 2.535.989.558
K. Tagihan derivatif opsi Rp 2.535.989.558

Setelah jurnal rekening "Tagihan Derivatif Opsi" dan "Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain" akan bersaldo Rp 1.250.000.000. Selanjutnya, counterparty (lawan transaksi) opsi akan membayar tagihan derivatif opsi tersebut, sebesar Rp 125.000.000 per semester selama 10 semester. Jadi setiap semester akan dibuat jurnal:

D. Giro BI atau Bank Lain Rp 125.000.000
K. Tagihan Derivatif Opsi Rp 125.000000 Setelah dibuat 10 kali jurnal seperti itu selama 10 semester maka rekening "Tagihan Derivatif Opsi" akan bersaldo nol.

Tapi, bila counter party akan membayarnya sekaligus, maka jumlah yang harus dibayarnya adalah:

Jurnal yang dibuat oleh Bank D ketika menerima uang tersebut adalah:

D. Giro BI atau Bank Lain Rp 989.089.772
D. Beban bunga Rp 260.910.228
K. Tagihan derivatif opsi Rp 1.250.000.000

Selanjutnya setiap semester Bank D akan mengakui pendapatan bunga sebesar 4,375% per semester ditambah dengan amortisasi "Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain" yang bersaldo Rp 1.250.000.000, sedemikian rupa sehingga pendapatan bunga efektifnya menjadi 4,5% per semester, yaitu sesuai bunga yang ditargetkan. Jurnal yang dibuat untuk 10 semester kedepan adalah:

D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 125.000.000
D. Kas Rp 4.375.000.000
K. Pendapatan bunga Rp 4.500.000.000

Berdasarkan jurnal di atas tampak bahwa, walaupun Bank D hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp 4.375.000.000 setiap semester (4,375% per semester atau 8,75% per tahun), tapi karena tindakan lindung nilai pendapatannya naik menjadi 4,5% per semester atau 9% per tahun, sesuai yang ditargetkan.
Perhatikan prinsip transaksi lindung nilai yang berlaku di sini, yaitu keuntungan dari "instrumen lindung nilai" harus diakui dalam periode yang sama dengan kerugian yang terjadi pada "item yang dilindungi". Keuntungan dari instrumen lindung nilai yang berjumlah Rp 1.250.000.000 baru diakui sebagai keuntungan secara bertahap selama 10 semester, sebagai penambah pendapatan dari "item yang dilindungi" yang tidak mencapai 4,5% per semester.

Tes Formatif 6.4

Bank ABC akan membeli seperangkat komputer seharga USD 100.000 yang dirancang dengan spesifikasi khusus sesuai kebutuhan operasional e-banking Bank ABC. Karena itu produsennya di luar negeri mengharuskan Bank ABC menandatangani kontrak pembelian yang tidak bisa dibatalkan, yang ditandatangani pada hari ini tanggal 30 Juni 2012. Perangkat komputer tersebut akan tiba di Indonesia tanggal 31 Maret 20013, dan Bank ABC diberi waktu 3 bulan yaitu sampai tanggal 30 Juni 2013, untuk melunasinya. Bank ABC mengkhawatirkan terjadinya kenaikan kurs dolar, dan karena itu Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward berjangka 1 tahun (jatuh tempo 30 Juni 2013), dengan kurs Rp 10.960 per dolar, walaupun kurs spot saat ini adalah Rp 10.720 per dolar. 1) Ketika Bank ABC menandatangani kontrak pembelian berarti Bank ABC mempunyai... . a. komitmen pasti b. hutang dalam rupiah c. prakiraan transaksi pembayaran valuta asing yang sangat mungkin terjadi d. kewajiban dalam valuta asing 2) Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan kurs Rp 10.960. Pembelian dolar secara forward tersebut memenuhi kriteria sebagai cashflow hedge. Transaksi forward merupakan instrumen lindung nilai, sedangkan item yang dilindung nilai adalah... . a. aset berupa tagihan valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri b. kewajiban valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri c. komitmen pasti dalam valuta asing kepada produsen komputer di luar negeri d. prakiraan transaksi pembayaran valuta asing yang sangat mungkin terjadi

3) Jurnal yang dibuat di Bank ABC pada tanggal 30 Junit 2012 untuk mencatat transaksi forward adalah a. D. Rekening administratif-Tagihan komitmen forward USD 100.000
K. Contra Account USD 100.000

b. D. Contra Account USD 100.000
K. Rekening administratif-Kewajiban komitmen forwar USD 100.000

c. D. Rekening administratif-Tagihan komitmen forward Rp 1.096.000.000
K. Contra Account Rp 1.096.000.000

d. D. Rekening administratif- Tagihan komitmen forward Rp 1.072.000.000
K. Contra Account Rp 1.072.000.000

4) Pada tanggal 31 Desember 2012 Bank ABC akan membuat neraca akhir tahun, dan melakukan mark to market terhadap posisi forward. Diketahui pada hari itu kurs spot Rp 10.800 per dolar dan kurs forward yang jatuh tempo tanggal 30 Juni 2013 adalahRp 10.920 per dolar. Diketahui suku bunga dolar adalah 6% per tahun atau 0,5% per bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat mark to market tersebut adalah... . a. D. Kerugian revaluasi posisi forward Rp 15.528.289
K. Kewajiban forward Rp 15.528.289

b. D. Tagihan forward Rp 15.528.289
K. Keuntungan revaluasi posisi forward Rp 15.528.289

c. D. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072
K. Kewajiban forward Rp 3.882.072

d. D. Kewajiban forward Rp 3.882.072
K. Ekuitas - pendapatan komprehensif lain Rp 3.882.072

5) Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC menerima perangkat komputer tersebut dan mencatat sebagai aktiva tetap. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan kurs forward yang jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan komputer tersebut adalah... . a. D. Aktiva tetap - komputer Rp 1.076.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.076.000

b. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.076.000.000
K. Aktiva tetap - komputer Rp 1.076.000.000

c. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Aktiva tetap - komputer Rp 1.074.000.000

d. D. Aktiva tetap - komputer Rp 1.074.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000

6) Pada tanggal 31 Maret 2013, Bank ABC juga melakukan revaluasi terhadap posisi forwardnya. Diketahui kurs spot pada hari itu adalah Rp 10.740 dan kurs forward yang jatuh tempo 30 Juni 2013 adalah Rp 10.760. Bila diasumsikan tidak ada jurnal balik setelah revaluasi yang lalu, maka jurnal yang dibuat untuk revaluasi posisi forward tersebut adalah... . a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380
K. Kewajiban forward Rp 15.762.380

b. D. Tagihan forward Rp 15.762.380
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 15.762.380

c. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893
K. Kewajiban forward Rp 5.910.893

d. D. Tagihan forward Rp 5.910.893
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 5.910.893

7) Sejak tanggal 31 Maret 2013, telah terjadi perubahan item yang dilindungi yaitu dari... . a. "hutang dalam valuta asing" menjadi "komitmen pasti dalam valuta asing" b. "prakiraan pembayaran valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing" c. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "kewajiban dalam valuta asing" d. "komitmen pasti dalam valuta asing" menjadi "dari prakiraan pembayaran valuta asing"

8) Karena alasan dalam soal nomor 7 di atas, maka jurnal yang harus dibuat di Bank ABC adalah... . a. D. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452 b. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Ekuitas - Pendapatan komprehensif lain Rp 19.644.452

c. D. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452
K. Kewajiban forward Rp 19.644.452

d. D. Tagihan forward Rp 19.644.452
K. Aktiva tetap - komputer Rp 19.644.452

9) Pada tanggal 30 Juni 2013, Bank ABC membayar hutangnya kepada produsen komputer di luar negeri sebesar USD 100.000. Bank ABC membeli USD 100.000 atas beban rekening gironya di Bank Indonesia. Pada hari itu kurs spot adalah Rp 10.720. Jurnal yang harus dibuat adalah... . a. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.072.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000

b. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.072.000.000
K. Keuntungan selisih kurs Rp 2.000.000

c. D. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000
K. Giro BI Rp 1.074.000.000

d. D. Giro BI Rp 1.072.000.000
D. Kerugian selisih kurs Rp 2.000.000
K. Hutang kepada produsen komputer Rp 1.074.000.000

10) Pada tanggal 30 Juni 2012, Bank ABC membeli USD 100.000 secara forward dengan kurs Rp 10.960, yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013. Ternyata pada tanggal 30 Juni 2013 kurs spot adalah Rp 10.720, sehingga Bank ABC mengalami kerugian sebesar (10.960 - 10.720) x 100.000 = Rp 24.000.000. Bila penyelesaian dilakukan secara "net settlement" maka jurnal yang dibuat di Bank ABC adalah... . a. D. Kerugian selisih kurs Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000

b. D. Giro BI Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Kewajiban forward Rp 24.000.000

c. D. Kewajiban forward Rp 24.000.000
K. Giro BI Rp 24.000.000

d. D. Kewajiban forward Rp 19.644.452
D. Kerugian selisih kurs Rp 4.355.548
K. Giro BI Rp 24.000.000

Akuntansi Akrual Instrumen Keuangan (Financial Instrument)
Posted by I Wayan Agus Eka on June 18, 2009
Permasalahan tentang instrumen keuangan (financial instrument) diatur dalam IPSAS 15, namun IPSAS 15 ini hanya mencakup masalah penyajian dan pengungkapan saja sementara masalah pengukuran dan pengakuan belum diatur dalam IPSAS sehingga harus merujuk pada IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement.

Berkaitan dengan masalah investasi maka kedua standar ini mengatur masalah aset keuangan (financial asset) yang didefinisikan sebagai aset yang terdiri dari:
Kas.
Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain.
Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut.
Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan intrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan tidak diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas entitas.
Beberapa contoh dari aset keuangan yang berkaitan dengan investasi antara lain investasi dalam saham atau instrumen ekuitas lainnya, pinjaman ke entitas lainnya, investasi dalam obligasi atau instrumen utang lainnya, dll.

Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair value through profit or loss/FVTPL).
Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity investments/HTM).
Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).
Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial assets /AFS).
FVTPL dapat termasuk aset keuangan yang dipegang untuk tujuan diperdagangkan (trading) atau memang memilih untuk dimasukkan pada kategori ini. Aset keuangan dimasukkan dalam kategori dengan tujuan untuk diperdagangkan jika entitas memiliki tujuan untuk menjual atau membeli kembali dalam jangka waktu dekat. Apabila entitas memang memilik untuk dimasukkan dalam kategori ini maka disebut dengan fair value option.

Kategori kedua, HTM, mencakup aset keuangan dengan pembayaran yang tetap dan tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana entitas memiliki keinginan positif dan kemampuan untuk memegangnya sampai dengan jatuh tempo. Aset keuangan ini mencakup investasi dalam obligasi dan instrumen utang lainnya dimana entitas tidak akan menjualnya sebelum masa jatuh tempo.

Kategori ketiga, L&R, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah ditentukan waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif. Termasuk di dalam kategori ini adalah piutang, wesel tagih, pinjaman dll.

Kategori keempat, AFS, termasuk aset keuangan yang tidak termasuk dalam ketiga kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk mengklasifikasikan asetnya ke dalam golongan ini.

Pengakuan
Entitas harus mengakui aset keuangan ketika entitas tersebut menjadi bagian dalam provisi kontrak dari instrumen keuangan tersebut. Hal ini berarti bahwa entitas mengakui semua hak kontraktual yang menimbulkan aset keuangan dalam neracanya. Transaksi yang direncanakan terjadi di masa datang meskipun dalam kemungkinan yang sangat besar tidak dapat dicatat sebagai aset keuangan karena entitas tersebut belum diakui sebagai bagian dari kontrak.

Penghapusan
Sesuai IAS 39 penghapusan aset keuangan dilakukan jika salah satu dari kriteria berikut terpenuhi:
Hak kontraktual atas arus kas dari aset keuangan telah kadaluarsa, atau
Aset keuangan telah dialihkan (dijual) dan pengalihannya pengalihan tersebut memenuhi kriteria penghapusan yang didasarkan pada evaluasi pengalihan resiko pengalihan dan imbalan dari kepemilikan atas aset keuangan.
Kriteria pertama di atas mudah untuk dilihat misalnya karena konsumen telah membayar atau menggunakan opsinya, dll. Namun kriteria kedua lebih rumit karena harus dilakukan penilaian atas pengalihan resiko dan imbalan (risk and reward) atas kepemilikan aset. Apabila entitas secara substansial telah mengalihkan semua resiko dan imbalan kepemilikan maka entitas akan melakukan penghapusan atas aset keuangan perusahaan.

Pengukuran
Pengukuran awal (initial measurement)
Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka harus dicatat pertama kali dengan nilai wajarnya. Nilai wajar merupakan harga transaksi actual atau yang diestimasi pada saat berlangsungnya transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aset keuangan yang diukur.
Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement)
Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara tiga metode yaitu metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai wajar (fair value).

Subsequent measurement menggunakan metode cost ketika suatu instrumen tidak dapat diukur pada nilai wajarnya sehingga laba rugi yang belum terealisasi tidak akan dicatat/diakui namun laba/rugi akan diakui ketika investasi dalam kategori ini dijual atau dihapus.
Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk mendapatkan tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan yang diukur dengan cara ini adalah HTM dan L&R. Apabila HTM dan L&R dijual maka keuntungan dan kerugian yang terealisasi akan dicatat dalam laporan laba rugi. Metode amortisasi yang digunakan dalam metode ini adalah effective interest rate method.
Subsequent measurement menggunakan metode fair value untuk aset keuangan kategori FVTPL dan AFS. Investasi yang termasuk dalam kategori ini termasuk investasi dalam instrumen utang dan ekuitas. Pengukuran dengan fair value tidak dapat dilakukan ketika instrumen ekuitas tidak memiliki nilai pada pasar aktif dan tidak dapat diukur secara andal pada nilai wajarnya. Untuk kategori FVTPL semua perubahan dalam nilai wajarnya dilaporkan dalam laporan laba rugi namun untuk kategori AFS semua perubahannya dilaporkan sebagai komponen yang terpisah dari ekuitas sampai terealisasi dimana ketika realisasi itu terjadi (melalui penjualan) maka akan dicatat dalam laporan laba rugi.

Pengungkapan

IPSAS 15 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut berkaitan denga instrumen keuangan:
Pengungkapan kebijakan manajemen resiko.
Syarat, kondisi dan kebijakan akuntansi yang meliputi informasi tentang luas dan sifat dari aset keuangan termasuk syarat dan kondisi yang mungkin memengaruhi jumlah, waktu dan arus kas di masa datang serta kebijakan akuntansi dan metode yang diadopsi yang mencakup kriteria pengakuan dan pengukuran.
Resiko tingkat bunga yang meliputi informasi tentang tanggal jatuh tempo dan tingkat suku bunga efektif.
Resiko kredit yang mencakup pengungkapan eksposure resiko kredit yang meliputi jumlah yang mencerminkan eksposure resiko kredit maksimum pada tanggal pelaporan tanpa memperhitungkan nilai wajar dari jaminan dalam hal pihak lain gagal dalam memenuhi kewajibannya berkaitan dengan instrumen keuangan.
Informasi tentang nilai wajar termasuk fakta-fakta atau kondisi yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menentukan nilai wajar secara tepat waktu.

Similar Documents

Free Essay

Persediaan

...STUDI KASUS PT. INDOSAT TBK. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau Bapepam-LK menilai transaksi derivatif berupa lindung nilai (hedging) PT. Indosat Tbk merupakan hal yang wajar dan tidak ditemukan adanya pelanggaran. Tetapi, otoritas pasar modal tetap akan meneliti kasus Indosat ini. Berdasarkan keterangan dari direksi Indosat dan akuntan publik yang memeriksa laporan keuangannya, langkah lindung nilai terhadap utang dollar AS perseroan adalah hal yang wajar dan tak melanggar aturan. Itu dilakukan sebagai prinsip kehati-hatian terhadap fluktuasi kurs rupiah, kata Fuad Rahmany, Ketua Bapepam. Kasus Indosat mencuat pada tahun 2007 ketika anggota Komisi XI DPR, yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Dradjad H Wibowo dalam rapat kerja dengan Menteri Keuangan mengatakan, Indosat diduga berpotensi merugikan negara sebesar Rp 323 miliar akibat salah kelola dalam transaksi derivatif pada tahun 2004-2006. Bapepam telah menelaah kasus ini. Namun, dari akuntan publik, Ernst & Young telah menyatakan transaksi derivatif itu wajar. Secara terpisah, Direktur Keuangan Indosat Wong Heang Tuck mengatakan, kebijakan lindung nilai itu untuk mengelola potensi risiko dari fluktuasi kurs. Itu praktik umum yang dilakukan perusahaan di seluruh dunia yang memiliki utang valas, sementara pendapatan usahanya dalam mata uang lokal. Perseroan memiliki kebijakan lindung nilai paling sedikit 50 persen dari total utang dalam denominasi dollar AS. Pada akhir triwulan I-2007, kewajiban...

Words: 1525 - Pages: 7

Free Essay

Apa Aja Boleh

...lain risiko penting untuk lembaga keuangan: risiko kredit. Kebanyakan lembaga keuangan mengabdikan sumber daya yang cukup untuk pengukuran dan pengelolaan risiko kredit. Regulator telah selama bertahun-tahun bank diperlukan untuk menjaga modal untuk mencerminkan risiko kredit mereka bantalan. Modal ini merupakan tambahan modal, dijelaskan dalam Bisnis Snapshot 21.1, yang diperlukan untuk risiko pasar. Risiko kredit timbul dari kemungkinan bahwa debitur serta dalam derivatif transaksi mungkin default. Bab ini membahas sejumlah pendekatan yang berbeda untuk memperkirakan probabilitas bahwa sebuah perusahaan akan default dan menjelaskan perbedaan utama antara probabilitas risiko netral dan dunia nyata dari default. Itu menguji sifat risiko kredit over-the-counter transaksi derivatif dan membahas klausa dealer derivatif menulis ke dalam kontrak mereka untuk mengurangi risiko kredit. Hal ini juga mencakup standar korelasi, Gaussian kerja penghubung model, dan estimasi nilai kredit beresiko. Bab 24 akan membahas derivatif kredit dan menunjukkan bagaimana ide-ide yang diperkenalkan dalam bab dapat digunakan untuk menghargai instrumen ini. 23.1 PERINGKAT KREDIT Penilaian instansi, seperti Moody, S & P, dan Fitch, berada dalam bisnis penyediaan peringkat menggambarkan kelayakan obligasi korporasi. Rating terbaik yang diberikan oleh Moody adalah Aaa. Obligasi dengan rating ini dianggap hampir tidak memiliki kesempatan default. Peringkat terbaik berikutnya adalah Aa. Setelah...

Words: 8082 - Pages: 33

Free Essay

Management Control System

...Semula, transaksi derivatif punya tujuan luhur yaitu sebagai transaksi lindung nilai kurs valas dari fluktuasi nilai tukar rupiah dengan adanya suatu perjanjian yang mendasarinya (underlying transaction). Belakangan transaksi ini semakin rumit dan digunakan untuk tujuan spekulasi tanpa adanya underliying transaction. Saat ini, sejumlah gugatan berkaitan dengan transaksi derivatif pun bermunculan. Diduga transaksi-transaksi yang disengketakan itu menggunakan pola Structure Financial Product yang semata-mata untuk mendapatkan tambahan income (return enchancement). Transaksi derivatif model inilah yang berpotensi menimbulkan kerugian pengusaha lokal dan BUMN hingga mencapai ratusan juta dolar. Guna membahas dan memperoleh pemahaman yang menyeluruh mengenai transaksi derivatif berikut kontroversi di seputarnya, maka hukumonline.com dan PERADI bermaksud mengadakan: Seminar Hukumonline - PERADI “Hitam-Putih Transaksi Derivatif: Anatomi Kontrak dan Peta Sengketa” Hari/Tanggal Rabu, 12 Agustus 2009 Waktu 09.00 – 17.00 WIB Tempat Diamond Ballroom, Hotel Nikko Jakarta Jalan MH Thamrin 59, Jakarta 10350 Investasi Rp. 1.750.000,- (Umum) Untuk pembayaran s/d 05 Agustus 2009, Rp. 1.500.000,Rp. 1.250.000,- (Pelanggan hukumonline/Anggota PERADI) Fasilitas: sertifikat, seminar kit, lunch, coffee break 2x. • • • • • • Pendaftaran Pendaftaran Peserta SEMINAR dengan cara transfer biaya investasi ke rekening: BCA Cabang Menara Imperium a.n PT. Justika Siar Publika : 2213004-816 Calon peserta dinyatakan...

Words: 449 - Pages: 2

Free Essay

Enron

...Universitas Indonesia Analisis Kasus: Skandal Enron Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Etika Bisnis dan Tata Kelola Oleh: Jonathan Tjahjadi (1406513893) Justinus Okky M. P. (1406513911) Pandu Dewanto (1406514132) Revana Aryani (1406514246) Dosen: Dr. Lily Sudhartio FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS INDONESIA APRIL 2015 “Saya sangat meragukan bahwa manajemen Enron mendatangi tempat kerja mereka di pagi hari dan dan berkata, ‘Marilah hari ini kita lihat tindakan ilegal apakah yang dapat kita lakukan untuk menghancurkan pemegang saham.’ Sesungguhnya, mereka menetapkan sasaran strategis yang terlalu tinggi bagi perusahaan mereka...yang selama beberapa waktu memang dapat dicapai. Dalam melakukan hal tersebut mereka membangun reputasi dan mendapatkan pengakuan dari para investor. Akan tetapi pada akhirnya, hal tersebut tak lagi mampu dilakukan. Secara perlahan-lahan mereka makin dekat dengan praktek interpretasi yang ekstrem terhadap pelaporan keuangan. Hal selanjutnya yang terjadi adalah mereka mengalami kejatuhan luar biasa.” - Norman R. Augustine, mantan pimpinan Lockhead Martin Corporation, dalam penerimaan Ethics Resource Center’s Stanley C. Pace Leadership di Ethics Award tahun 2004 - Daftar Isi 1. Ulasan Kebangkitan dan Kejatuhan Enron 1 2. Penyebab Kebangkrutan Enron 2 3. Prisonner’s Dilemma yang ditunjukkan dalam kasus Enron 4 4. Siapa yang secara moral bertanggung jawab atas...

Words: 2870 - Pages: 12

Free Essay

Rouge Trader Case Study

...1) Summarise the movie Barings Bank adalah bank dagang tertua di Inggris dan bank pribadi Ratu Elizabeth. Setelah menjadi raksasa di industri perbankan, Barings dibuat bangkurt oleh trader nakal di kantor Singapura. Nick Leeson, dipekerjakan oleh Barings untuk mendapatkan keuntungan dari peluang arbitrase risiko rendah antara kontrak derivatif dari Singapura Mercantile Exchange dan Jepang Osaka Exchange. Sebuah skandal terjadi ketika Leeson meninggalkan kerugian $ 1,4 miliar pada neraca Barings 'karena spekulasi derivatif yang tidak sah, menyebabkan kematian bank berusia 233 tahun ini. Bagaimana Nick Leeson Menjadi Superstar Barings Bank Nick Leeson dibesarkan di Watford pinggiran London dan bekerja untuk Morgan Stanley setelah lulus dari universitas. Tak lama setelah itu, Leeson bergabung Barings dan dipindahkan ke Jakarta, Indonesia untuk menata ulang back-office yang melibatkan £ 100 juta dari sertifikat saham. Nick Leeson meningkatkan reputasinya dalam Barings ketika ia berhasil memperbaiki situasi dalam 10 bulan. Pada tahun 1992, setelah sukses awalnya, Nick Leeson dipindahkan ke Barings Securities di Singapura dan dipromosikan menjadi manajer umum, dengan kewenangan untuk mempekerjakan trader dan staf back office. Pengalaman Leeson dengan perdagangan terbatas, tapi ia mengambil ujian yang memenuhi syarat dia untuk berdagang di Singapura Mercantile Exchange (SIMEX) bersama tradernya. Menurut Istilah Risiko: "Leeson dan trader nya memiliki wewenang untuk...

Words: 2069 - Pages: 9

Free Essay

Business

...RESUME SEMINAR “Mengenal Lebih Jauh Instrumen Pasar Modal” Pembicara : Teddy Oetono, PhD & Harsono Lim, Director ATPI Pacific 2000 Securities Nama : Michelle Yovita NIM : 201260249 Trisakti School of Management Grogol – Jakarta Barat 26 Maret 2015 Pendahuluan Pada tanggal 26 Maret 2015, Trisakti School of Management menyelenggarakan seminar dengan tema “Mengenal Lebih Jauh Instrumen Pasar Modal”. Adapun pembicara seminar adalah Bapak Teddy Oetono, PhD dan Harsono Lim, selaku Director ATPI Pacific 2000 Securities. Acara dimulai dari pukul 09.00-12.00 WIB, bertempat di Studio Room Lantai 2. Sebelum membawakan materi, pembicara terlebih dahulu memperkenalkan tentang profil PT. Pacific 2000 Securities. PT. Pacific 2000 Securities merupakan salah satu perusahaan sekuritas yang didirikan tahun 1989 dan terdaftar sebagai anggota Bursa Efek Jakarta dengan nama PT. Stockhom Investama dan tahun 1995 berganti nama menjadi PT. Pacific Duaribu Investindo dan ikut serta sebagai pemegang saham sekaligus sebagai anggota Bursa Efek Surabaya dan tahun 2010 menjadi PT. Pacific 2000 Securities. Bagian I : Pengenalan Instrumen Pasar Modal Ada beberapa macam instrumen dalam pasar modal, diantaranya adalah saham, obligasi, futures, sertifikat danareksa, dan opsi. Berikut penjelasan dari masing-masing instrumen tersebut. Saham adalah tanda penyertaan modal pada Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek...

Words: 1525 - Pages: 7

Free Essay

Earning Managemnet During Relief Investigations

...ANALISIS JURNAL Judul Penelitian : EARNING MANAGEMNET DURING RELIEF INVESTIGATIONS Penulis/Peneliti : Jennifer J. Jones Tahun : 1991 Jurnal : Journal of Accounting Research, Vol. 29, No. 2 A. RINGKASAN JURNAL Jurnal ini merupakan hasil penelitian Jones tahun 1991 yang melakukan tes tentang apakah perusahaan akan memperoleh manfaat dari import relief / perlindungan impor (misalnya: peningkatan tarif dan pengurangan kuota) dalam upaya untuk mengurangi laba melalui earning management selama investigasi perlindungan impor oleh International Trade Commision (ITC) Amerika Serikat. Penentuan perlindungan impor dibuat oleh ITC berdasarkan pada faktor yang ditentukan oleh federal trade acts, termasuk profitabilitas industri. Penelitian ini mendokumentasikan penggunan angka akuntansi pada program pemerintah federal sebagai dasar untuk perlindungan impor. Perkiraan komponen bebas dari total akrual yang digunakan sebagai ukuran manajemen laba bukan komponen bebas tunggal (seperti yang digunakan dalam Mc Nichols dan Wilson 1988) Komponen bebas total akrual lebih tepat dalam konteks ini karena ITC tertari pada laba sebelum pajak yang mencakup efek dari semua akun akrual dan dengan demikian menejer cenderung untuk menggunakan beberapa akrual untuk mengurangi laba yang dilaporakan. Jones melakukan analisis lintas seksi untuk menguji apakah total estimasi akrual pendapatan cenderung menurun selama infestigasi perlindungan impor. Penelitian ini...

Words: 3226 - Pages: 13

Free Essay

Asdf

...) menyediakan investasi perbankan dan produk perbankan komersial dan jasa . Hal ini juga menyarankan pada strategi perusahaan dan struktur , manajemen risiko , dan peningkatan modal . JP Morgan Chase , lembaga keuangan terbesar di Amerika Serikat , mempekerjakan 11.000 profesional TI . Perusahaan menghadapi masalah permintaan yang semakin meningkat untuk sumber daya komputasi . Ada 2.000 PC yang berjalan di 50 server menengah . Beberapa digunakan secara berlebihan , sedangkan yang lainnya kurang dimanfaatkan , menciptakan inefisiensi staf dan layanan yang buruk kepada pedagang sekuritas perusahaan . itu PC dirancang untuk membantu para pedagang menilai dan mengelola eksposur keuangan , seperti suku bunga , ekuitas , asing derivatif pertukaran , dan kredit . Pada tahun 2003 , perusahaan mulai menggunakan komputasi grid , pada biaya sebesar $ 4,5 juta. Sistem ini menghemat $ 1 juta dalam komputasi biaya pada tahun 2003 dan $ 5 juta pada tahun 2004 . penghematan berasal dari biaya yang lebih rendah untuk hardware , mengurangi pembangunan dan biaya operasi , dan sistem manajemen yang lebih efektif . Sebagai contoh, ketika sebuah server terisolasi gagal , sistem masih bisa memberikan informasi real-time yang dibutuhkan oleh para pedagang . Sistem ini juga menyediakan skalabilitas : Aplikasi baru sekarang sedang dibangun di 10 minggu, bukan 20 . Selain itu, setiap Peningkatan volume bisnis baru ditangani dengan cepat dan efisien . Sistem ini dianggap largestknown...

Words: 621 - Pages: 3

Free Essay

Manajemen Risiko Suku Bunga

...MANAJEMEN RISIKO SUKU BUNGA Risiko Suku Bunga & Pengelolaannya Semua lembaga keuangan tentunya akan menghadapi suatu risiko suku bunga yang mana merupakan risiko yang dialami akibat adanya perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran dan memberikan pengaruh tertentu terhadap perbankan. Risiko ini timbul dikarenakan adanya ketidakcocokan pada repricing aset dan kewajiban perbankan serta dapat memberikan pengaruh secara keseluruhan terhadap pendapatan dan modal perbankan. Risiko perubahan suku bunga tersebut dapat saja berakibat pada timbulnya kerugian maupun keuntungan yang akan dialami perbankan. Berkaitan dengan perubahan suku tingkat suku bunga, dalam hal ini terdapat 3 faktor utama yang memengaruhi perubahan tingkat suku bunga, diantaranya : * Kondisi ekonomi global. * Stabilitas ekonomi dalam negeri. * Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri. Dikarenakan adanya perubahan dan fluktuasi tingkat suku bunga secara tidak menentu, deregulasi, dan pertumbuhan produk-produk baik on maupun off-balance-sheet pada perbankan, hal tersebut kemudian menciptakan kerumitan dan tantangan tertentu bagi perbankan sehingga manajemen risiko suku bunga adalah hal yang mutlak diperlukan untuk menghadapi segala tantangan dan risiko yang ada. Manajemen risiko suku bunga dalam hal ini terdiri dari beragam kebijakan, aksi, dan teknik yang dapat digunakan perbankan untuk mereduksi risiko menurunan net equity yang diakibatkan dari adanya adverse change dari suku bunga. Sumber...

Words: 1781 - Pages: 8

Premium Essay

Xl Axiata

...STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION AS AT 31 DECEMBER 2011 AND 2010 (Expressed in millions of Rupiah, except par value per share) 2011 Aset lancar Kas dan setara kas Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Piutang lain-lain - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Persediaan Pajak dibayar dimuka Uang muka dan beban dibayar dimuka Aset lain-lain Jumlah aset lancar Aset tidak lancar Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Piutang derivatif Aset lain-lain Jumlah aset tidak lancar Jumlah aset Liabilitas jangka pendek Hutang usaha dan hutang lain-lain - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Hutang pajak Beban yang masih harus dibayar Pendapatan tangguhan Liabilitas diestimasi Bagian pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Bagian obligasi yang jatuh tempo dalam satu tahun Jumlah liabilitas jangka pendek Liabilitas jangka panjang Pinjaman jangka panjang Liabilitas pajak tangguhan Obligasi Hutang derivatif Liabilitas diestimasi Jumlah liabilitas jangka panjang Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham - modal dasar 22.650.000.000 saham biasa, modal ditempatkan dan disetor penuh 8.518.566.332 (2010: 8.508.000.000) saham biasa, dengan nilai nominal Rp 100 per saham Tambahan modal disetor Saldo laba - Telah ditentukan penggunaannya - Belum ditentukan penggunaannya Jumlah ekuitas Jumlah liabilitas dan ekuitas...

Words: 42262 - Pages: 170

Free Essay

Aset Pricing

...ASET PRICING AND FINANCIAL STATEMENT INFORMATION PENDAHULUAN Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Investor atau orang-orang yang ingin berinvestasi di bursa saham harus memperhitungkan secara hati-hati keuntungan maksimal yang mungkin akan diterima. Agar dapat memperoleh keuntungan, para investor harus mengestimasi semua faktor penting seperti return saham, resiko dan ketidakpastian saham, jumlah waktu dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal yang mempengaruhi pengembalian investasi di masa mendatang. Di samping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Berbagai faktor penting ini membutuhkan banyak informasi yang digunakan untuk estimasi, ketentuan, dan menawarkan harga yang cocok dalam perdagangan saham. Untuk melakukan penilaian terhadap harga saham di bursa saham, penggunaan model sangat penting untuk menilai harga saham dan membantu para investor untuk merencanakan dan memutuskan investasi dengan benar dan efektif. Model penilaian harga aset adalah cara pemetaan harga aset keuangan seperti saham dan obligasi. Di dalam model penilaian aset, harga selalu dilihat sebagai variabel endogen bukan sebaliknya. Burton (1998) menyebutkan...

Words: 3794 - Pages: 16

Free Essay

Performance Measurement

...Perbedaan PSAK Umum dengan SAK ETAP No | Elemen | PSAK | SAK ETAP | 1 | Penyajian Laporan Keuangan | * Laporan posisi keuangan * Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan * Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang * Aset lancar * Laibilitas jangka pendek * Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan(Perubahan istilah di ED PSAK 1: Neraca menjadi Laporan Posisi Keuangan, Kewajiban (liability) menjadi laibilitas) | Sama dengan PSAK, kecuali informasi yang disajikan dalam neraca, yang menghilangkan pos:  * Aset keuangan * Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1) * Aset biolojik yang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1) * Kewajiban berbunga jangka panjang * Aset dan kewajiban pajak tangguhan * Kepentingan nonpengendalian | 2 | Laporan Laba Rugi | * Laporan laba rugi komprehensif * Informasi yang disajikan dalam laporan Laba Rugi Komprehensif * Laba rugi selama periode * Pendapatan komprehensif lain selama periode * Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan | Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi. | 3 | Penyajian Perubahan Ekuitas | | Sama dengan PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain. | 4 | Catatan Atas...

Words: 1079 - Pages: 5

Free Essay

Jawapan Mikro

...secara umumnya adalah berbentuk convex. Jawapan: Diminishing marginal rates of substitution make most indifference curves convex. When people have a lot of one good, they are willing to give up a relatively larger amount of it to get a good of which they have relatively little. 2 12. Jadual 1 menunjukkan bilangan yang diguna dan jumlah utilitinya. Berdasarkan Jadual 1 kira utiliti sut bagi setiap tambahan unit yang digunakan. Jadual 1 Bilangan Utiliti 1 15 2 35 3 50 4 62 5 70 6 74 7 76 8 77 9 77 Jawapan: Unit X MU 1 15 2 20 3 15 4 12 5 8 6 4 7 2 8 1 9 0 13. Andaikan utiliti pengguna diperoleh daripada penggunaan buah pisang dijelaskan menerusi fungsi U = 10X +3X 2 – (1/3)X 3. Gunakan formula derivatif dalam persamaan 4A.1 (Perloff) untuk mengira utiliti sut. a. b. Bina jadual...

Words: 1209 - Pages: 5

Free Essay

Accounting

...IAI sebagai anggota International Federation of Accountants (IFAC) telah meluncurkan Chartered Accountant (CA). CA diluncurkan untuk menaati Statement Membership Obligations & Guidelines IFAC dan untuk memberi nilai tambah bagi akuntan beregister negara. Sejalan dengan tujuan tersebut Kementerian Keuangan telah mengeluarkan PMK 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara yang telah disahkan pada tanggal 3 Februari 2014. PMK tersebut merupakan terjemahan dari UU 34/1954 yang mengamanatkan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut mengenai kebijakan pelaksanaan untuk pemakaian gelar akuntan. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community 2015, kawasan ASEAN akan menjadi kawasan ekonomi yang sangat kompetitif dan terintegrasi ke dalam ekonomi global, sekaligus tumbuh sebagai pasar bebas dan basis produksi yang terintegrasi. Pasal 19 PMK tentang Akuntan Beregister Negara menyebutkan bahwa sertifikat akuntan profesional diberikan kepada seseorang yang telah lulus ujian profesional dan memenuhi persyaratan yang ditentukan asosiasi profesi akuntan, dalam hal ini IAI. Dengan begitu, pemegang CA sebagai akuntan profesional teregister akan menjadi motor profesionalisme akuntan dan memiliki daya saing tinggi di kancah regional maupun global, serta bisa membawa Indonesia memimpin di era pasar tunggal ASEAN tersebut. Tak bisa dipungkiri, Indonesia kini termasuk salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Bahkan dalam sepuluh tahun, Indonesia diproyeksikan menjadi...

Words: 2212 - Pages: 9

Premium Essay

Treasure Key

...PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk. DAN ENTITAS ANAK/AND SUBSIDIARIES LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASI/ INTERIM CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 30 SEPTEMBER 2012 / SEPTEMBER 30, 2012 PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk. DAN ENTITAS ANAK/AND SUBSIDIARIES LAPORAN POSISI KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2012 DAN 31 DESEMBER 2011 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 30 September 2012/ September 30, 2012 ASET Aset lancar Kas dan setara kas Piutang usaha - Pihak ketiga - bersih - Pihak-pihak berelasi Piutang lainnya - Pihak ketiga - Pihak-pihak berelasi Persediaan - bersih Pajak dibayar di muka Uang muka pembelian tembakau Beban dibayar di muka dan aset lainnya Jumlah aset lancar Aset tidak lancar Investasi pada entitas asosiasi Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp2.918.701 pada tahun 2012 (2011: Rp2.680.952) Tanah untuk pengembangan Aset pajak tangguhan Goodwill Aset lainnya - bersih Jumlah aset tidak lancar JUMLAH ASET INTERIM CONSOLIDATED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION AS AT SEPTEMBER 30, 2012 AND DECEMBER 31, 2011 (Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated) Catatan/ 31 Desember 2011/ Notes December 31, 2011 ASSETS Current assets Cash and cash equivalents Trade receivables Third parties - net Related parties Other receivables Third parties Related parties Inventories - net Prepaid taxes Advance for purchase of tobacco Prepaid expenses and other assets Total current assets Non-current assets Investment in associate...

Words: 26066 - Pages: 105