Free Essay

Ethics

In:

Submitted By wandimanullang
Words 5457
Pages 22
ETIKA DALAM BISNIS
ANDERSON GUNTUR KOMENAUNG
Fakultas Ekonomi dan Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi, Manado Email: komeguntur@yahoo.com

ABSTRACT Ethics is a branch of philosophy related with kindliness or rightness or morality of behavior of human being. In this understanding ethics interpreted as rules which cannot be impinged from behavior which accepted by society as well or bad. While determination of good and bad is a problem always change. Ethics of business is standards of value becoming reference or guidance of manager and whole employees in decision making and operate business which ethics. Ethics paradigm and business is world differ its time has come altered to become ethics paradigm related to business or synergy between ethics and profit. Exactly in tight competition era, company reputation which good and based on by business ethics is an advantage competitive which difficult to be imitated. Therefore, ethics behavior is needed to reach long-range success in a business. Key Words: Ethics, Business, Moral ABSTRAK Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Kata Kunci: Etika, Bisnis, Moral

PENDAHULUAN Permasalahan Etika dalam Bisnis Beberapa hari terakhir ada dua berita yang mempertanyakan apakah etika dan bisnis berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo Brantas. Kedua, obat antinyamuk HIT yang diketahui memakai bahan pestisida berbahaya yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan. Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah meminta maaf dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu 1

klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran. Atas kasus-kasus itu, kedua perusahaan terkesan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebelumnya, kita semua dikejutkan dengan pemakaian formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi dengan bahan yang sudah berbelatung. Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana perusahaan bersedia melakukan apa saja demi laba. Wajar bila ada kesimpulan, dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan hanya sikap baik dan sopan kepada pemegang saham. Harus diakui, kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal bagi shareholders. Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek dengan segala cara berupaya melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan

keuntungan. Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel sering menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam berbisnis. Namun, belakangan beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat

adanya hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982. Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga

pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOMnya Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader) di Amerika Serikat. Secara jangka panjang, filosofi J&J yang meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih besar kepada 2

perusahaan. Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral yang tinggi terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Hal sama juga dikemukakan miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006) dalam buku Winners Never Cheat. Dikatakan, kunci utama kesuksesan adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain. Berkaca pada beberapa contoh kasus itu, sudah saatnya kita merenungkan kembali cara pandang lama yang melihat etika dan bisnis sebagai dua hal berbeda. Memang beretika dalam bisnis tidak akan memberi keuntungan segera. Karena itu, para pengusaha dan praktisi bisnis harus belajar untuk berpikir jangka panjang. Peran masyarakat, terutama melalui pemerintah, badan-badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang kritis amat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan etika bisnis berbagai perusahaan di Indonesia. Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa

pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi. Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai duatiga kali daripada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di tahun 1997 menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam

menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan tahunan/revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa (lihat Iman, 2006).

Praktik Bisnis Masih Abaikan Etika Rukmana (2004) menilai praktik bisnis yang dijalankan selama ini masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktik-praktik bisnis tidak terpuji atau moral hazard. Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin meluas di masyarakat yang sebelumnya hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas 3

sampai ke daerah-daerah, dan meminjam istilah guru bangsa

yakni Gus Dur,

korupsi yang sebelumnya di bawah meja, sekarang sampai ke meja-mejanya dikorupsi adalah bentuk moral hazard di kalangan ekit politik dan elit birokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat kita telah terjadi krisis moral dengan menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi keberlanjutan kelompok. Terapi ini semua adalah pemahaman, implementasi dan investasi etika dan nilai-nilai moral bagi para pelaku bisnis dan para elit politik. Dalam kaitan dengan etika bisnis, terutama bisnis berbasis syariah, pemahaman para pelaku usaha terhadap ekonomi syariah selama ini masih cenderung pada sisi "emosional" saja dan terkadang mengkesampingkan konteks bisnis itu sendiri. Padahal segmen pasar dari ekonomi syariah cukup luas, baik itu untuk usaha perbankan maupun asuransi syariah. Dicontohkan, segmen pasar konvensional, meski tidak "mengenal" sistem syariah, namun potensinya cukup tinggi. Mengenai implementasi etika bisnis tersebut, Rukmana mengakui beberapa pelaku usaha memang sudah ada yang mampu menerapkan etika bisnis tersebut. Namun, karena pemahaman dari masing-masing pelaku usaha mengenai etika bisnis berbeda-beda selama ini, maka implementasinyapun berbeda pula, Keberadaan etika dan moral pada diri seseorang atau sekelompok orang sangat tergantung pada kualitas sistem kemasyarakatan yang melingkupinya. Walaupun seseorang atau sekelompok orang dapat mencoba mengendalikan kualitas etika dan moral mereka, tetapi sebagai sebuah variabel yang sangat rentan terhadap pengaruh kualitas sistem kemasyarakatan, kualitas etika dan moral seseorang atau sekelompok orang sewaktu-waktu dapat berubah. Baswir (2004) berpendapat bahwa pembicaraan mengenai etika dan moral bisnis sesungguhnya tidak terlalu relevan bagi Indonesia. Jangankan masalah etika dan moral, masalah tertib hukum pun masih belum banyak mendapat perhatian. Sebaliknya, justru sangat lumrah di negeri ini untuk menyimpulkan bahwa berbisnis sama artinya dengan menyiasati hukum. Akibatnya, para pebisnis di Indonesia tidak dapat lagi membedakan antara batas wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum. Wilayah etika dan moral adalah sebuah wilayah pertanggungjawaban pribadi. Sedangkan wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang harus dipertanggungjawabkan di depan pengadilan. Akan tetapi memang itulah kesalahan kedua dalam memahami masalah etika dan moral di Indonesia. Pencampuradukan antara wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum seringkali menyebabkan kebanyakan orang Indonesia 4

tidak bisa membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan kaidah-kaidah etik dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori perbuatan melanggar hukum. Sebagai misal, sama sekali tidak dapat dibenarkan bila masalah korupsi masih didekati dari sudut etika dan moral. Karena masalah korupsi sudah jelas dasar hukumnya, maka masalah itu haruslah didekati secara hukum. Demikian halnya dengan masalah penggelapan pajak, pencemaran lingkungan, dan pelanggaran hak asasi manusia.

BERBISNIS DENGAN ETIKA Epistemologi Etika Bisnis Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219), Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan); Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memiliki etika bisnis pasti manajernya dan segenap karyawan memiliki moral yang baik. Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis (business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura and Environment An Introduction” memberi batasan yakni, ”business ethics is ethical standards that concern both the ends and means of business decision making”. Definisi etika bisnis menurut Business & Society - Ethics and Stakeholder Management (Caroll & Buchholtz, ?: dalam Iman, 2006): Ethics is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral principles or values. Morality is a doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers to that which relates to principles of right and wrong in behavior. Business ethics, therefore, is concerned with good and bad or right and wrong behavior that takes place within a business context. Concepts of right and wrong are increasingly being interpreted

5

today to include the more difficult and subtle questions of fairness, justice, and equity. Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall, menyebutkan: Ethics is a philosophical term derived from the Greek word “ethos,” meaning character or custom. This definition is germane to effective leadership in organizations in that it connotes an organization code conveying moral integrity and consistent values in service to the public. Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu:


Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and obligation, can also be regarded as a set of moral principles or values. Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right” as opposed to “bad” or “wrong” in a particular setting. Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to principles of right and wrong in behavior.

• •

Etika bisnis sendiri terbagi dalam:


Normative ethics: Concerned with supplying and justifying a coherent moral system of thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, develop, and justify basic moral principles that are intended to guide behavior, actions, and decisions (DeGeorge, 2002) Descriptive ethics: Is concerned with describing, characterizing, and studying the morality of a people, a culture, or a society. It also compares and contrasts different moral codes, systems, practices, beliefs, and values (Bunchholtz and Rosenthal, 1998). Memang diakui oleh Steade et al. (1984: 584) bahwa menunjuk sesuatu



secara tepat yang merupakan perilaku bisnis secara etik bukanlah suatu tugas gampang. Dalam hal ini, beberapa penduduk menyamakan perilaku secara etik

(ethical behavior) dengan perilaku legal (legal behavior) – yaitu, jika suatu tindakan adalah legal (syah), mereka harus dapat diterima. Kebanyakan penduduk, termasuk manajer, mengakui bahwa batas-batas legal pada bisnis harus dipatuhi. Namun, mereka melihat batas-batas legal ini sebagai suatu titik pemberangkatan untuk perilaku bisnis dan tindakan manajerial. Secara nyata, perilaku bisnis beretika merefleksikan hukum ditambah tindakan etika masyarakat, moral (kesusilaan), dan nilia-nilai seperti digambarkan pada Gambar 1. Pada gilirannya formulasi hukum mengikuti suatu tindak-tanduk etika masyarakat dan hasilnya secara per lahan

6

muncul dua, yaitu adanya suatu hubungan ”give-and take” antara apa yang ”legal” dan apa yang ”cara etik”.

SOCIAL ACCEPTABLE OR “ETHICAL” BUSINESS BEHAVIOR

=

LEGAL BEHAVIOR

+

BEHAVIOR GOVERNED BY SOCIETAL: • VALUES • MORALS • ETHICS (WHICH ARE RESUMED ALSO TO BE LEGAL)

Gambar 1 Elemen-Elemen Perilaku Bisnis Beretika [Sumber: Steade et al. (1984: 584)] Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Disni ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk (bad)”. Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Akhirnya,

keputusan bahwa manajer membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan masyarakat. Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004). Etika dan moral (moralitas) sering digunakan secara bergantian dan dipertukarkan karena memiliki arti yang mirip. Ini mungkin karena kata Greek ethos 7

dari mana ”ethics” berasal dan kata latin mores dari mana ”morals” diturunkan keduanya artinya kebiasaan (habit) atau custom (adat). Namun moral (morals)

berbeda dari etika (ethics), yang mana di dalam moralitas terkandung suatu elemenelemen normatif yang tidak dapat dielakkan/dihindari (inevitable normative elements). Dengan demikian, moral berhubungan dengan pembicaraan tidak hanya apa yang dikerjakan, tapi juga apa masyarakat seharusnya dikerjakan dan konflik

dipercaya. Elemen-elemen normatif ini, atau ”keharusan (oughtness)”, dengan aspek-aspek perubahan etika bisnis.

Nilai-nilai (values) adalah standar kultural dari perilaku yang diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar tujuan. Dengan demikian, pelaku bisnis menggunakan nilai-nilai dalam pembuatan keputusan secara etik apakah mereka menyadarinya atau tidak. Semakin lama, manajer bisnis ditantang meningkatkan sensitivitas mereka terhadap permasalahan etika. Mereka menekankan pada evaluasi secara kritis prioritas nilai-nilai mereka untuk melihat bagaimana ini pantas dengan realitas dan harapan organisasi dan masyarakat.

Etika Bisnis: Suatu Kerangka Global Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)(lihat Nofielman, ?), yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk

memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun 'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah. 2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu. 8

3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan. 4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual. 5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?. Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.

Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. 9

Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya

menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak

memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga. Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Perspektif Makro. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif, yaitu: (a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta; (b) Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c) Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa Jika salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro. Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro : a. Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan. b. Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis. c. Deceptive information d. Pecurian dan penggelapan e. Unfair discrimination. 2. Perspektif Bisnis Mikro. Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik. 10

Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan dasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis cenderung berfokus pada etika terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut; (2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain; (b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran, dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social; (2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain; dan (3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia. Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Tentu 11

dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian. Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengendalian Diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masingmasing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik".

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.

12

3. Mempertahankan Jati Diri Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti

perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu

memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan" Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

13

7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha Untu menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.

10. Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah 14

dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi. Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa

mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum -- sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi.

Tiga Prinsip Universal Kasus yang paling gampang adalah Enron, sebuah perusahaan enerji yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread“. 15

Sebagai sebuah entitas bisnis, Enron pada awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada di pasar dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya, Enron meninggalkan prestasi dan reputasi baik tersebut. Sebagai perusahaan Amerika terbesar kedelapan, Enron kemudian tersungkur kolaps pada tahun 2001. Tepat satu tahun setelah California energy crisis. Seleksi alam akhirnya berlaku. Perusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk akan mendapat punishment. Termasuk juga pihak-pihak yang mendukung tercapainya hal tersebut — dalam hal ini Arthur Andersen. Bisa saja kita menipu seseorang, tetapi tak akan mungkin selamanya menipu, kan? Apa enaknya hidup penuh tipu-tipu yang tidak akan pernah menentramkan batin. Kasus Enron membuktikan bahwa pelaku bisnis yang curang akan menunggu waktu saja masuk jurang, sedangkan yang jujur tidak akan pernah hancur dan menunggu waktu saja untuk mujur. Hal ini dijastifikasi oleh hukum besi yang tidak bisa dielakkan oleh siapan karena menyangkut nasib manusia, termasuk pelakupelaku bisnis kotor atau tidak beretika yang penuh tipu-tipu yaitu, ”Hukum SebabAkibat”, ”Aksi-Reaksi”, dan ”Menabur-Menuai” adalah kebenaran sepanjang zaman, prinsip universal yang telah ada sejak awal sejarah. Dalam Agama Hindu

rangkuman ketiga hukum besi ini tidak lain adalah ”Karma- Pahala”, di mana Karma = Sebab, Aksi, Menabur, dan Pahala = Akibat, Reaksi, Menuai. Artinya, apapun yang diperbuat oleh seseorang, kelak itulah yang Dia petik. Jika seseorang berbuat jahat terhadap orang lain, maka hasil kejahatan yang akan mereka nikmati, sebaliknya jika perbuatan baik mereka taburkan maka hasil perbuatan baik yang akan mereka tuai atau hasilkan.

PENUTUP 1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. 2. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan

mengoperasikan bisnis yang etik. 3. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika 16

dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

DAFTAR PUSTAKA Baswir, Revrisond. 2004. Etika Bisnis. Dalam Kompas Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Senin, 08 Maret 2004.

Buchholtz, R.A and S. B. Rosenthal. 1998. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall. Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek. DeGeorge, R. 2002. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 5 th Ed. Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Hatta, Mohammad. 1960. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. PT. Pembangunan Djakarta. 31 Hal. It Pin. 2006. Etika dan Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006. Mulkhan, Abdul Munir. 2005. Etika Welas Asih dan Reformasi Sosial Budaya Kiai Ahmad Dahlan. Dalam Kompas 1 Oktober 2005. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Nofie, lman, Nofie ?, Pengantar Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek. Nofie, Iman. 2006. Etika Bisnis dan Bisnis Beretika. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek. Rukmana. 2004. Etika Bisnis dalam Prinsip Ekonomi Syariah. Makalah Disajikan pada Seminar “Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam” yang Diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung, sabtu 6 Maret 2004. Sims, R. 2003. Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall. C.T. Greenwood Press. Steade, Richard D.; Lowry James R., and Gloss, Raymond E. 1984. BUSINESS, Its Nature and Environment An Introduction. South-Western Publishing Co, Cincinnati-Palo Alto, California.729 p. Sularto, St. 2002. Pengembangan Iptek tidak Bisa Liar. Dalam Kompas, Minggu 21 April 2002. Penerbit Pt Gramedia, Jakarta. Suria Sumantri, Yuyun. 2005. Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit PT Sinar Harapan, Jakarta. Uno, Mien R. 2004. Jangan Bernapas dalam Lumpur. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek.

17

Similar Documents

Premium Essay

Ethics

...Ethics - Wikipedia, the free encyclopediaen.wikipedia.org/wiki/EthicsCached - SimilarShare Shared on Google+. View the post. You +1'd this publicly. Undo Ethics, also known as moral philosophy, is a branch of philosophy that involves systematizing, defending, and recommending concepts of right and wrong ... Business ethics - Professional ethics - Medical ethics - Deontological ethicsEthics | Define Ethics at Dictionary.comdictionary.reference.com/browse/ethicsCached - SimilarShare Shared on Google+. View the post. You +1'd this publicly. Undo (used with a singular or plural verb) a system of moral principles: the ethics of a culture. 2. the rules of conduct recognized in respect to a particular class of ... Bioethics - Metaethics - Situation ethics - Ethics of the fathersEthics Resource Centerwww.ethics.org/Cached - SimilarShare Shared on Google+. View the post. You +1'd this publicly. Undo A nonprofit organization working to be a catalyst in fostering ethical practices in individuals and institutions through programs and publications in business and ... What is Ethics?www.scu.edu/ethics/practicing/decision/whatisethics.htmlCached - SimilarShare Shared on Google+. View the post. You +1'd this publicly. Undo A discussion of both what ethics is and what ethics is not. Ethics Updates Home Page. Moral theory; relativism; pluralism ...ethics.sandiego.edu/Cached - SimilarShare Shared on Google+. View the post. You +1'd this publicly. Undo Ethics Updates provides...

Words: 558 - Pages: 3

Premium Essay

Ethics

...Kathleen F. Brochu Manage Principles Dr. M. Miller Research Paper “Ethics” Should Ethics be taught in the Corporate Environment? By Kathleen Brochu Table of Contents Cover Page Title: “Ethics” Should ethics be taught in the corporate environment? By: Kathleen Brochu Introduction What is Ethics? Can ethics be taught? Whose responsibility is it? Body Meaning of Ethics How one learns ethics How to promote ethics in the work place Conclusion Higher production rates Caring Employees Improved Companies relationships Today’s business environment is not only fast-paced, but also highly competitive. In order to keep pace and stay ahead, possession of several key work ethics is a plus for achieving a successful career. Holding key traits such as attendance, character, teamwork, appearance, and attitude add value to both you as a person and your company. Successful careers come in many flavors, but work ethics are a main ingredient in most recipes for success. Ethics are not born in a vacuum. Ethics are more like a jigsaw puzzle that is thrown together over time, that when complete makes up who you are and what you believe. From our earliest days of life, we start to learn from those around us. These learned behaviors add to the traits that we are already born with and help to shape us into the person we will become. As part of this learning process, we develop what will become our norms. Norms are our everyday...

Words: 1184 - Pages: 5

Free Essay

Ethics

...Running head: Ethics and the College Student 1 The Ethics and College Student Title Page: BY MAURICE M. OWENS ABSTRACT The purpose of this paper is to see the college students’ view of ethics. There was enough evidence to say that college students’ perceive ethics instruction, and those who teach it, to be relevant and beneficial in shaping their own ethical behaviors. Students’ attitudes towards cheating is measured by their perception of cheating in high school, college, and non-major classes. The use of technology has an impact on college ethics since it is easier to cheat in online/hybrid classes and when some kind of technology is used in a course. College students believe that they are living in an ethical campus environment, where their faculty members are mostly ethical in nature and that it is never to late to learn about ethics in college. The Ethics and College Student Title Page: 2 Ethics is truly and important asset within today’s society, there are so many ways you can define ethics. I will say that to me ethics is about your upbringing, starting from the day you were born. Ethics will keep together and organization or it will dismantle and organization, you must enforce structure and guidelines. There are three strong principles when we talk about students and ethics. I call this (R, A, O) Responsibility, Accountability and Ownership. Students must be Responsible and withhold the obligations and the integrity of the school in which...

Words: 1052 - Pages: 5

Premium Essay

Ethics

...Ethics Essay ETH/316 May 21, 2014 University of Phoenix Ethics Essay This week's reading assignment covered many aspects of ethics. In this written assignment, we are asked to compare the similarities and differences between three types of ethical behavior, virtue, utilitarianism, and deontological ethics. To understand the three separate ethic behaviors, I must first define them. Virtue ethics deals with a person’s character, their inward behavior. If a person’s character is good, then so are his or her choices and actions. A person should always strive for excellence in everything that they do. Virtue ethics is not team-based; it’s all about the good of a particular person and how he or she think and act on a daily basis. An example of virtue ethics is, me being in line at the grocery store, the person ahead of me does not have enough money to complete his purchase, so I pay the difference to help him out. Utilitarianism ethics is different from virtue ethics because it promotes the greatest amount of good to a group. Utilitarianism is not individually based, it is more people based. Best described when a person sacrifices a little, in order to get more in return. A personal example of utilitarianism could be the time I was babysitting my niece and two nephews. Instead of me watching basketball on the television, I allowed them to watch a children’s movie in order to gain peace and quiet throughout the house. I gave up the television for the greater...

Words: 450 - Pages: 2

Premium Essay

Ethics

..."Building a code of ethics to make a strong organization has many requirements to make it successful, organized, and valued."-Vivek Wadhwa. One main concept an organization needs to have to drive its success is a code of ethics. Having a code of ethics will manage an organization throughout its expansion and outset. The code of ethics will guide and teach the organization stay on board to its vision, plans, and goals but doing it in a manner or alignment that will protect the organization and its employees. Serving in the military, working in human resource, has introduced and taught a code of ethics for its organization which has many requirements to make it successful, organized, and valued. Working for the military has ethical fundamentals that help address or solve issues and situations that happen. Being in the military there is a certain look that soldiers must represent; this includes the proper uniform attire, attitude, and behaviors. If a soldier goes against what is expected of him or her there are different approaches and regulations that must be considered. For instance, when a soldier violates the law in his or her workplace like lying on documents or stealing, the outcome is an article15 and chances of getting promoted. The code of ethics for the military offers information on reporting suspected violations in reference to enforcement of the provisions of joint ethics. Having a code of ethics in the military keeps soldiers, as well as their families, protected...

Words: 853 - Pages: 4

Premium Essay

Ethics

...Computer Ethics By Brenda B. Covert |    | | 1     Ethics is a short, two-syllable word of six letters that affects every segment of our lives. Ethics is a moral code involving a clear understanding of right and wrong. Another word for ethics is values. When people talk about ethics, they may be focused on one specific area, such as business, medical, political, environmental, religious, or personal ethics. Today we are going to focus on another important area of ethics: computer ethics.   2     If you have good computer ethics, you won't try to harass or hurt people with your computer, and you won't commit crimes such as information theft or virus creation. The problem that often arises when some of us are on a computer is that we don't see the harm in snooping in another person's private information or trying to figure out their passwords. It seems smart to copy and paste information into a school report and pretend that we wrote it. (Even if the information were public property --which most of it isn't-- that would be dishonest.) The crimes committed with hacking or gaming scams may not seem harmful because the victims lack faces. Flaming (aiming abusive, insulting messages at another person online) seems risk-free since we are anonymous. Indulging in obscenities and other offensive behavior online might feel empowering simply because no one knows who we really are. No one is going to come knocking on the door and demand a physical confrontation. However, every one of those...

Words: 1135 - Pages: 5

Premium Essay

Ethics

...Ethics is a very big issue that involves diverse views and beliefs. Ethics has become more widespread with the public in today’s business world. There are three main theories of ethics. The first is the virtue theory which is all based around good quality ethics and sometimes simplified into being character based ethics. The next theory is the utilitarianism theory which is best described as the group theory. The third theory is the deontological theory. These are the three basic ethics theories of today. Virtue ethics describes the character of a moral instrument as a source of power for ethical behavior. A person's character is the entirety of their personality. Character qualities can be good, bad or somewhere in between. They can be commendable or not. The worthy characteristics are called virtues. Utilitarianism is an ethical way of life in which the happiness of the greatest number of people in the society is considered the maximum good. According to utilitarianism the moral worth of an action is determined by its resulting outcome. There is debate over how much thought should be given to actual consequences, potential consequences and planned consequences. Deontological ethics is an approach that focuses on the right or wrong of an action itself contrasting the rightness or wrongness of the penalty of those actions. These three ethical theories address ethics and morality with some similarities and some differences. One of the major differences between virtue theory...

Words: 522 - Pages: 3

Premium Essay

Ethics

...to make the decision themselves. g. I believe I will eat sand because it is the standard meal for my community. * 3. Develop your own workplace example that fits with each system. Present each workplace scenario in a substantial paragraph of approximately 40 words. Although the table field will expand to accommodate your workplace examples, you may list them at the end of the table; make a note in the table to see the attached examples, however, so your facilitator knows to look for scenarios below the table. 4. Format references according to APA standards and include them after the table. Ethical Theory or System | Brief Definition | Other Names for Theory | Real-world Example | Workplace Example | Duty-based Ethics | Regardless of consequences, certain moral principles are binding, focusing on duty rather than results or moral obligation over what the...

Words: 1554 - Pages: 7

Premium Essay

Ethic

...value system or what could be called their personal ethics structure. One’s personal values, or ethics structure, are developed over a lifetime and is ever evolving. There are many factors that come into play during the development of one’s ethics structure. The process begins at childhood. The people that a person comes into contact with, influences inside the home such as parents, siblings, and neighbors. As one grows older and ventures out into the world outside the home teachers, friends and even enemies all help to shape one’s value system. Any type of communication with anyone that we come in contact with has the potential to shape our value system or our ethics structure. Good. Ethics Development One’s beliefs, values or ethics begin forming at an early age and continues throughout one’s life. Most often, those values learned early on are the ones that stay with you in some form or another throughout one’s life. My development started at an early age. I grew up in a very close community. My neighborhood was an extension of my family. Family togetherness, education and sports were very influential aspects that helped shape my ethics structure and continue to guide my actions to this day. Over time, my various experiences have continued to help evolve and shape my value structure. Both positive and negative experiences have played a large role in my value system. Good. Defining Ethics What are ethics? Ethics are the principles, norms, and standards of conduct...

Words: 1463 - Pages: 6

Premium Essay

Ethics

...overview of organizational ethic policies Forbes magazine raised the issue in an article entitled, “Not Qualified for Obamacare’s Subsidies? Just Lie-Govt. To use ‘Honor System’ Without Verifying Your Eligibility” (2013, p.1). With the recent debates on whether or not Obama care is a critical component to ensure that individuals will receive health benefits, the ethical conversation must be debated throughout the United States of America amongst corporations and educational institutions which will be affected. According to Johnson, “The job of the leader, then, is to foster ethical accountability, to encourage followers to live up to their moral responsibilities to the rest of the group, (2012, p. 278. The author’s intent within is paper is to create of code of ethics that will demonstrate the significance of having an ethical and cultural competence in acceptance, understanding and sensitivity; both as an educational goal, and as a fundamental aspect of exemplifying responsibility and accountability. Rationale for the design of your code of ethics The motivation for designing a code of ethics stems from the author’s doctoral course on ethical dilemmas and stewardship. For this author, it opened the gateway to research for meaning and purpose to understand the importance on why educational, corporate and religious organizations must have a code of ethics that is grounded with integrity, authenticity and accountability. In order for a code of ethics to be in alignment personally...

Words: 1149 - Pages: 5

Premium Essay

Ethics

...Shanice Naidoo 212538675 Ethics 101: Essay African ethics and its characteristics This essay seeks to explain what African ethics is as well as its characteristics. In order for that to be done, we must first explain what African ethics is and the foundations upon which it is built. African ethics refers to the values, codes of conduct and laws that govern the moral conduct of people within a given society. African ethics as a whole tends to place its focus on mankind. In this essay paper, we will also seek to explain the concept of Ubuntu, which is a concept that is strongly embedded in African ethics. African ethics is founded on three main concepts, firstly, God; followed by the community and lastly human dignity. According to the norms of African ethics, God is the pivotal focus in one’s life. Africans believe that God is the only one that can judge man because he has created it. They believe that humans should behave in a loving and forgiving manner because God loves and forgives them. It is held that any troubles that people encounter, such as, bad health; natural disasters etc., are not of God but rather of the devil or evil spirits ‘Satan’. Community in African ethics refers to the society as a whole or a certain group of people that one belongs to. The central focus here is the welfare and interests of each member of the community rather than that of the individual. They hold the view that being a member of the community by nature; the individual is naturally...

Words: 1045 - Pages: 5

Premium Essay

Ethics

...deed, word, and thought throughout our lifetime” Elizabeth Kubler-Ross. There are many philosophies on ethics, no matter which one we choose, the decisions we make do have consequences. Those consequences while small or unnoticed will eventually catch up to us. Our core values play a major role on how we deal with moral/ethical situations and while religion may have influenced some of our morals, one does not need to be religious parse to live a morally fruitful life.   Our morals are subject to change because our core values are subject to change and we must always be conscience about the decision we make and the impact that those decision will have on the rest of our lives. When I completed my completed my ethical lens inventory I found out some things about myself. My preferred lens is the rights and responsibilities lens, I believe that everyone should fulfill their duties fairly and tend to think to a problem carefully and research options to find the one that will allow you to fulfill your duties, seeking guidance from to the experts on the subject, to find the best solution for a problem. My goal is to make a fully informed decision and to meet the needs of the community, without harming the least advantaged. Unless we are mindful and work on becoming ever more ethically mature, we will create a crisis in our lives where we have to take stock of ourselves and our ethics. If we are lucky, we will handle the crisis without public embarrassment or having to wear an orange...

Words: 1056 - Pages: 5

Premium Essay

Ethics

...Email: College and Semester: TESC, February 2014 Course Code: PHI-384-GS004 Course Name: Ethics & Business Professional Assignment 1 Questions for Thought Answer each of the following items thoroughly. Each numbered item should require no more than one page (250 words) as a response. 1. What does the term ethics mean to you? Do you see a difference between ethics and morality? Explain your answer. The term ethics to me can be very in-depth but very simply, elaborates on what is right and what is wrong. I consider myself as having ethics because I know right from wrong and because it was instilled upon me at a young age. Very simply, my values guide me along the right paths, eliminating possible gray areas. Both ethics and morality are about doing the right thing in everyday life to better the world but there are some differences even though they very much coincide. Ethics displays rules and guidelines over all, in hopes that these guidelines will become the social norm. Ethics permeates every facet of our life, whether it be at our home or workplace. It sets many different ways to look at situations and helps justify what is good and what is bad. Morality is more of a focus on what we do as individuals, in hopes of promoting the greater good. Ethics tells us that if someone needs help we should help them. Morality is shown when a person decides to hone in on the ethics that they know and step up to the plate and help that person. Morality is also deciding to help...

Words: 677 - Pages: 3

Premium Essay

Ethics

...Ethical Theories Essay Charlotte McGuffey ETH/316 October 28, 2013 Philip Reynolds Ethical Theories Essay There are three normative approaches to ethics; Utilitarianism, deontological, and virtue theory. These three approaches have similarities and differences. This paper will go over those similarities and differences. This paper will also include how each theory details ethics, morality and will illustrate a personal experience that shows that correlation between moral, values, and virtue as they relate to these three theories of ethics. Utilitarianism relies on the predictability of the consequences of an action for the good of the many. “Utilitarianism is a theory that suggests that an action is morally right when that action produces mare total utility for the group than any other alternative” (Boylan, 2009). Another word, utilitarianism does not, in any way, relate to morality or ethics because the action is taken for the most usefulness, no matter what the outcome. Without knowing the end result of an action we cannot ascertain if it is ethical or not. Deontological theory judges the morality of any action dependent on the action’s devotion to rules, obligations, or duty. Deontology is based on whether the action taken is right or wrong. This theory is practical in places where adherence to rules or duty are to be followed; such as the military or religion. The principle of deontology judges the activity and whether that activity sticks with the guidelines or...

Words: 516 - Pages: 3

Premium Essay

Ethics

...Critical Thinking and Ethics Aliya Johnson GEN/201 April 28th, 2015 Critical Thinking and Ethics Critical thinking and ethics are concepts that are very important to use in order to be successful either academically and/or professionally. When it comes to critical thinking and ethics both are very universal; and allow for creative views and ideas to collaborate. In order to get better understandings of how critical thinking and ethics can affect your career both professionally and academically we must first analyze these skills. Critical Thinking One analysis I would like to make is how critical thinking and ethics can impact our lives; which means that we have to first understand the definition of critical thinking. According to D.C. Phillips, “critical thinking is referred to generalized standards and principles of reasoning on which reasons for judgements could be based.” (Norris.S, 2014) In other words, people usually base their judgements on what they believe are generally right. Critical thinking allows us to be able to determine whether or not something is ethically right or wrong or maybe in between. There are six steps one can take towards critical thinking. The first step to critical thinking is being able to remember all events that may have taken place. Then, you have to understand the situation that’s going on around you. For example, you may want to “ask yourself if you can explain the situation in your own word.” (D.Ellis...

Words: 898 - Pages: 4