Free Essay

Ihwal Paragraf

In:

Submitted By jesicagu
Words 5336
Pages 22
DAFTAR ISI

BAB 1
Latar Belakang ............................................................................................................. 2
BAB 2
Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB 3
Isi
A. Pengertian Paragraf ...................................................................................................... 4 B. Ide utama dan kalimat utama paragraf ......................................................................... 5 C. Kalimat penjelas ........................................................................................................... 8 D. Kalimat penegas ........................................................................................................... 9 E. Unsur-unsur pengait paragraf ..................................................................................... 10 F. Prinsip kepaduan bentuk dan makna paragraf ............................................................ 15 G. Jenis dan cara pengembangan paragraf ...................................................................... 16

BAB 4
Kesimpulan ................................................................................................................. 23

BAB 1
Latar Belakang
Bahasa dijumpai di mana-mana dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa menyerap masuk ke dalam pikiran-pikiran kita, menjembatani hubungan kita dengan orang lain. Setiap bahasa memiliki kaedah-kaedah istimewanya sendiri yang mencerminkan dan mengkondisikan cara-cara berpikir serta mengekspresikan diri masyarakat pemakainya.
Umumnya kesulitan pertama dalam membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupakan sajian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan. Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf.
Dalam makalah ini terdapat pembahasan yang kemudian dapat memberikan penjelasan tentang materi makalah kami yaitu pengertian paragraf, ide utama dan kalimat utama paragraf, kalimat penjelas, kalimat penegas, unsur-unsur pengait paragraf, prinsip kepaduan bentuk dan makna paragraf, dan jenis dan cara pengembangan paragraf.
BAB 2
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memerantikan diksi yang tepat. 2. Mahasiswa mampu menyusun kalimat yang efektif. 3. Mahasiswa mampu menyusun paragraf. 4. Mahasiswa mampu membuat resensi yang benar dan tajam. 5. Mahasiswa mampu menulis karya ilmiah akademis yang baik. 6. Mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dengan memperhatikan tata tulis dan ketentuan-ketentuan ejaan yang berlaku.

BAB 3
Isi
A. PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat
Di dalam paragraph yang baik : * Kalimat-kalimat harus disusun secara runtut dan sistematis sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. * Ada hubungan pertalian logis antar kalimat. Tidak ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraph yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. * Satu kesatuan yang padu dan utuh. Pertautan yang terjadi antara kalimat satu dan kalimat lainnya itu mengandaikan terjadinya kepaduan dan kesatuan unsur-unsur yang membangun paragraf itu. * Terdapat ide pokok. Tanpa ide pokok atau ide utama yang jelas, sebuah paragraf pasti tidak akan memiliki kendali. Ide utama harus ditempatkan di posisi yang jelas, sehingga pengembangan terhadap ide utama itu akan mudah dilakukan. * Kalimat-kalimat menjelaskan ide pokok. Untaian kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu harus dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran atau ide-ide yang jelas.

B. IDE UTAMA DAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF
Ide pokok atau ide utama sebuah paragraph yang akan menentukan wujud dari paragraf itu. Di dalam sebuah paragraph tidak mungkin terdapat lebih dari satu ide pokok atau ide utama.
Paragraf yang tidak memiliki ide pokok sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai paragraf. Sebuah paragraf harus mutlak memiliki ide pokok. Ide pokok itulah pengendali dari bangunan paragraph itu. Jadi kalimat utama atau kalimat pokok paragraf harus berisi ide utama dari paragraph yang bersangkutan.
Ide pokok yang satu, dapat dikembangkan menjadi beberapa kalimat utama atau kalimat pokok, sehingga dapat pula dilahirkan paragraf dengan dimensi yang berbeda fokusnya
Contoh :
Ide pokok : lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Kalimat utama : Lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia disebabkan oleh rendahnya aspek pendidikan, social, dan politik.
Dapat disimpulkan bahwa ide pokok memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar daripada kalimat utama. 1 ide pokok dapat dikembangkan menjadi beberapa kalimat utama atau kalimat pokok.
Berdasarkan posisi kalimat pokok di dalam sebuah paragraph, kalimat pokok atau kalimat utama dapat berada pada posisi yang berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini akan menentukan alur pikiran yang harus diterapkan.
Berikut macam paragraph berdasarkan letak kalimat utama atau kalimat utama : 1. Kalimat Utama di Awal Paragraf
Disebut : Alur pikir deduktif
Umum ke khusus.
Contoh :
Harga kebutuhan sehari-hari masyarakat mengalami lonjakan cukup tinggi.Masalah harga biasanya selalu muncul ke permukaan pada saat momen tertentu atau perayaan hari besar terutama untuk kebutuhan bahan makanan seperti daging, ayam,telur dan beberapa jenis bumbu-bumbuan seperti cabai, bawang merah dan bawang putih. Karena biasanya disaat itulah masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama dan serentak ingin mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya itu. Yang menjadi penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah ketersediaan produksi tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan dan harga BBM dan musim juga dapat mempengaruhi melonjaknya bahan pokok karena disebabkan naiknya ongkos distribusi akibat kenaikan harga BBM.

2. Kalimat Utama di Akhir Paragraf
Disebut : Alur pikir induktif
Khusus ke umum.
Contoh :
Harga untuk kebutuhan bahan makanan seperti daging, ayam, telur yang dipengaruhi oleh naiknya ongkos distribusi akibat kenaikan harga BBM, bahkan juga bumbu-bumbuan seperti cabai, bawang merah dan bawang putih yang dipengaruhi oleh musim yang terkadang turun hujan terkadang panas, dan ketersediaan produksi yang sedikit juga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama dan serentak ingin mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya itu. Sehingga tidak bisa dipungkiri momen tertentu atau perayaan besar dapat menyebabkan harga kebutuhan masyarakat sehari-hari mengalami lonjakan yang cukup tinggi.

3. Kalimat Utama di dalam Paragraf
Disebut : Paragraf ineraktif
Kalimat utama di tengah sebagai puncak
Contoh :
Jangankan masyarakat awam, bankir atau mereka yang ahli dalam bidang keuangan pun sulit membedakan mana uang palsu dan mana yang asli. Faktanya, uang palsu sangat sulit dibedakan dari yang asli. Tidak hanya bagian luarnya yang tampak sama. Warna, karakteristik, dan bahkan bahannya pun dibuat semirip mungkin.

4. Kalimat Utama di Awal dan di Akhir Paragraf
Disebut : Paragraf yang beralur pikir abduktif
Kalimat utama yang banyak dianggap muncul di dua tempat itu kalimat keduanya hanya merupakan pengulangan dari yang pertama.
Contoh :
Saya berkeyakinan kalau Indonesia menfokuskan diri pada sektor agrobisnis,tidak ada negara lain yang mampu menandingi kita. Agar reformasi tersebut dapat terjadi,yang over valued harus dihindari.Memang,krisis ekonomi yang sedang berlangsung telah mengoreksi nilai tukar kita.Dalam hal ini,pemerintah tidak perlu memaksa rupiah menguat,tetapi biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya.Yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan diri terhadap nilai tukar yang ada dengan mendorong industri industri yang mampu survive pada nilai tukar yang ada dengan agrobisnis.Bagi sektor Agrobisnis,semakin melemah rupiah asal stabil.akan semakin baik. Apabila sektor ini sudah berjalan dengan baik,tidak mustahil negara kita akan menjadi salah satu negara yang ekonominya tertangguh di dunia.

5. Kalimat Utama Tersirat
Ide pokok paragraf itu berada di balik paragraf.
Mengutamakan urutan spasial
Contoh :
Program Studi Teknologi Pangan di bawah naungan Fakultas Teknologi Pertanian didirikan tahun 1995 dan telah mendapatkan status terakreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional (BAN). Program studi Teknologi Pangan bertujuan mendukung program pengembangan sektor agroindustri dalam mencukupi kebutuhan pangan, tanpa mengabaikan kelestarian sumber pangan. Industri pangan termasuk sektor yang berkembang pesat dan memiliki kontribusi penting dalam perekonomian Indonesia. Terbukti semasa krisis ekonomi, sektor agroindustri di Indonesia tetap mampu bertahan bahkan bisa berkembang. Program studi Teknologi Pangan bertujuan mendidik dan membekali calon sarjana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan maupun pengolahan sumber pangan, termasuk bagaimana menjamin keamanannya. Lulusan program ini diharapkan dapat berperan sebagai tenaga profesional di bidang pengolahan pangan dan berkontribusi positif dalam pertumbuhan pangan.

C. KALIMAT PENJELAS Unsur oenting kedua dalam sebuah paragraf adalah unsur kalimat penjelas. Dapat dikatakan sebagai kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Jadi, kalimat penjelas yang benar dan baik esungguhnya akan menjadi penentu pokok dari benar-benar baik dan tuntasnya paragraf tersebut. Panjang dan/atau jumlah kalimat penjelas dalam sebuah paragraf tidak ada ukuran yang pasti. Tuntas dan tidak tuntasnya penjabaran kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf sama sekali tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang-pendeknya paragraf, tapi lebih dari semua itu, yakni terletak pada bagaimana ide pokok dan kalimat utama paragraf itu dijabarkan secara sungguh-sungguh jelas dan terperinci. Jadi, jangan terkecoh dengan kuantitas atau jumlah kalimat dakam sebuah paragraf. Tidak tentu bahwa yang panjang itu pasti beres dan tuntas. a) Kalimat Penjelas Mayor
Kalimat penjelas mayor adalah kalimat penjelas yang utama. Kalimat ini bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf terebut. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas utama dalam sebuah paragraf bersifat langsung. b) Kalimat Penjelas Minor
Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu menjelaskan kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuiah kalimat penjelas minor yang telah menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama tertentu tidak serta merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas utama lainnya. Nah, panjang pendeknya sebuah paragraf sesungguhnya dapat diperiksa dari terjabar atau tidaknya kalimat penjelas utama itu dalam kalimat penjelas yang sifatnya tidak utama.

D. KALIMAT PENEGAS Kalimat penegas dalam sebuah paragraf bersifat tentatif, bersifat mana suka. Bilamana memang dirasa perlu dihadirkan, maka silahkan dihadirkan dalam paragraf Anda tersebut. Orang tertentu sangat tidak suka dan selalu berusaha untuk menghindari pengulangan kalimat, pun jika kalimat tersebut digunakan untuk menegaskan.
Maka, dalam konteks pemakaina paragraf yang demikiaan ini, kehadiran sebuah kalimat penegas didalam paragraf, menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. Satu hal yang harus dicatat oleh para penyusun paragraf, dan para penulis pada umumnya, juga para dosen dan para mahasiswa bahwa kalimat penegas demikian itu bukanlah ide pokok dan kaliamat pokok baru. Maka, jangan sekali-kali menyebut bahwa kemudian dalam paragraf itu dapat diidentifikasi dua buah kalimat utama.

Berikut contoh paragraph yang mengandung ide pokok, kalimat penjelas, dan kalimat penegas
Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase jumlah UMKM sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha, yang terdiri dari usaha menengah sebanyak 62,0 ribu unit usaha dan jumlah usaha kecil sebanyak 42,3 juta unit usaha yang sebagian terbesarnya berupa usaha skala mikro. UMKM telah menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga kerja atau 99,5 persen dari jumlah tenaga kerja pada tahun 2004 jumlah UMKM diperkirakan telah melampaui 44 juta unit. Jumlah tenaga kerja ini meningkat rata-rata sebesar 3,10 persen per tahunnya dari posisi tahun 2000. Kontribusi UMKM dalam PDB pada tahun 2003 adalah sebesar 56,7 persen dari total PDB nasional, naik dari 54,5 persen pada tahun 2000. Sementara itu pada tahun 2003, jumlah koperasi sebanyak 123 ribu unit dengan jumlah anggota sebanyak 27.283 ribu orang, atau meningkat masing-masing 11,8 persen dan 15,4 persen dari akhir tahun 2001. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memang berkembang pesat.
Catatan : kalimat yang di blok : ide pokok, kalimat yang di cetak miring : kalimat penjelas mayor, kalimat yang di garis bawahi : kalimat penjelas minor, kalimat tanpa di apa-apakan : kalimat penegas E. UNSUR-UNSUR PENGAIT PARAGRAF
Kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu dipersyaratkan untuk selalu berhubungan secara rasional antara yang satu dan lainnya, sehingga kalimat-kalimat didalam pragfraf itu akan dibangun secara satu dan padu, kalimat-kalimat di dalam sebuah juga masih harus didukung penataannya dengan peranti konjungsi dan kata ganti. Adapun yang dimaksud dengan konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yang lainnya.
Konjungsi atau kata penghubung itu dapat dibedakan menjadi bermacam- macam, ada yang letaknya antarkalimat dan ada yang letaknya intrakalimat. Konjungsi antarkalimat di dalam sebuah paragraf bertugas untuk menyambungkan atau menghubungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung seperti ‘sebelumnya’ atau ‘selanjutnya’ atau ‘setelah itu’ atau ‘berikutnya’ jelas sekali dapat digunakan dalam posisi antarkalimat.
Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan dua atau lebih kelompok kata agar maknanya berkaitan.Ada 6 jenis kata penghubung, yaitu; 1. Pengait berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat atau konjungsi antarklausa adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa Konjungsi intrakalimat pada kalimat-kalimat sebuah paragraf dapat menandai atau mengaitkan hubungan-hubungan berikut ini. a) Hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta.
Contoh : Aku membeli novel dan adikku membeli buku pelajaran. b) Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan . Contoh : Kakakku sering mendapatkan juara tetapi aku tidak pernah sama sekali. c) Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah. Contoh: Adik mau ikan bakar atau ayam goreng. d) Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara.
Contoh : Andi dimarahi sebab dia tidak disiplin e) Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat. f) Hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya. g) Hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau.
Contoh : Beritahu aku jika kau akan datang h) Hubungan waktu: sejak, sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi, selama,seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga.
Contoh : Saya sedang makan ketika ayah datang. i) Hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, kendatipun, betapapun. j) Hubungan cara: tanpa, dengan. k) Hubungan kenyataan: bahwa. l) Hubungan alat: dengan, tidak dengan, memakai, menggunakan, mengenakan, memerantikan. m) Hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan):sebanyak, seluas, selebar, sekaya. n) Hubungan komparatif (perbandingan negatif, perbandingan membedakan):lebih dari, kurang dari, lebih sedikit daripada, lebih banyak daripada. o) Hubungan hasil: sampai, sehingga, maka, sampai-sampai. p) Hubungan atributif restriktif (hubungan): yang. q) Hubungan atributif tak restriktif (hubungar menerangkan tidak mewatasi) :yang (biasanya diawali dengan tanda koma). r) Hubungan andaian: andaikata, seandainya, andaikan, kalau saja, jika saja, jikalau, jika, bilamana, apabila, dalam hal, jangan-jangan, kalau-kalau. s) Hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan, moga-moga, semoga, agar.

2. Pengait berupa Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat harus secara tegas dibedakan dari konjungsi intrakalimat. Di dalam konjungsi intrakalimat terdapat konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif seperti yang sudah dijelaskan terperinci pada bagian di depan tadi. Konjungsi intrakalimat beroperasi di dalam tataran kalimat itu. Berbeda dengan semuanya itu, konjungsi antarkalimat beroperasi pada tataran yang berada di luar kalimat itu sendiri.
Dengan demikian, harus dikatakan bahwa yang dihubungkan arau dikaitkan itu adalah ide atau pikiran yang berada di dalam kalimat itu dengan ide atau pikiran yang berada di luar kalimat tersebut. Konjungsi tersebut menghubungkan antara ide yang ada dalam sebuah kalimat dan ide yang berada di dalam kalimat yang lain, konjungsi demikian itu disebut sebagai konjungsi antarkalimat.
Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna tertentu tersebut adalah sebagai berikut: ‘biarpun demikian’, ‘biarpun begitu’, ‘sekalipun demikian’, ‘sekalipun begitu’, ‘walaupun demikian’, ‘walaupun begitu’, ‘meskipun demikian’, ‘meskipun begitu’, ‘sungguhpun demikian’, 'sungguhpun begitu’, ‘kemudian’, 'sesudah itu’, ‘setelah itu’, ‘selanjutnya’, ‘tambahan pula’, ‘lagi pula’, ’selain itu’, ‘seba1iknya’, 'sesungguhnya’, ‘bahwasanya’, ‘malahan’, ‘malah’, ‘bahkan’,’akan tetapi’, ‘namun’, ‘kecuali itu’, ‘dengan demikian’, ‘oleh karena itu’, ‘oleh sebab itu’, ‘sebelum itu’.
Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa konjungsi-konjungsi yang disebutkan di depan itu dapat menandai hubungan-hubungan makan berikut ini. a) Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupundemikian, walaupunbegitu, meskipun demikian, sungguhpun begitu, sungguhpundemikian, sungguhpun begitu, namun, akan tetapi.
Contoh : Saya tidak suka dengan cara dia berbicara. Walaupun demikian, saya harus tetap menghormatinya. b) Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
Contoh : Untuk hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia.Setelah itu, saya akan belajar Matematika. c) Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yangdinyatakan sebelumnya: tambahan pula, lagi pula, selain itu.
Contoh : Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api. Selain itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru. d) Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya:sebaliknya, berbeda dari itu, kebalikannya.
Contoh : Janganlah kita membuang sampah di sungai ini! Sebaliknya, kita harus menjaganya agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir e) Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya, bahwasanya, sebenarnya.
Contoh : Temanku mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku sudah mencegahnya untuk tidak mengendarai sepeda motor saat hujan tadi siang.

f) Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang disampaikan sebelumnya:malah, malahan, bahkan.
Contoh : Penduduk di Indonesia banyak yang mengalami masalah ekonomi. Bahkan, ada penduduk yang sampai bunuh diri karena masalah ekonomi tersebut. g) Hubungan makna yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
Alam akan studi di Timur Tengah. Kecuali itu, dia pun akan menunaikan ibadah haji h) Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian.
Contoh : Kamu telah terpilih menjadi ketua kelas bulan ini. Dengan demikian, kamu harus menjalani tugasmu dengan sebaik-baiknya. i) Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yangdinyatakan sebelumnya : sebelum itu.
Contoh : Sukanto telah berhasil memecahkan rekornya sendiri dalam ajang SEA Games tahun ini. Sebelum itu, dia juga pernah memecahkan rekor atas namanya sendiri pada ajang SEA Games tiga tahun yang lalu.

3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan. Bentuk berpasangan demikian itu bersifat idiomatis, jadi tidak bisa dimodifikasi denganbegitu saja. Adapun contoh konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antara...dan, dari...hingga, dari...sampai dengan, dari...sampai ke, dari...sampai, dari....ke, baik...maupun, tidak hanya...tetapi juga, bukan hanya...melainkan juga, demihian....sehingga, sedemikian rupa...sehinga, apakah...atau, entah...entah, jangankan...pun.

4. Pengait berupa Preposisi
Preposisi atau kata depan dapat dikatakan sebagai kelas kata dalam sebuah bahasa yang sifatnya tertutup. Dikatakan tertutup karena jumlahnya terbatas dan tidak berkembang seperti kelas-kelas kata yang lainnya. Berbeda dengan konjungsi yang lazimnya diikuti oleh klausa, preposisi atau kata depan selalu diikuti oleh kata atau frasa. Preposisi atau kata depan itu juga menandai hubungan makna antara kata atau frasa yang mengikutinya, dengan kara atau frasa lain yang ada di dalam kalimat itu.
Dengan demikian, hubungan makna demikian itu perlu pula dicermati dan diperhatikan dalam kerangka penyusunan paragraf yang efektif ini.
Berikut ini hubungan-hubungan makna yang dinyatakan oleh proporsi atau kata depan. a) Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di sebelah, di samping. b) Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping, dari belakang, dari muka. c) Hubungan makna arah: ke, menuju, ke daram, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka, kepada. d) Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan. e) Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama. f) Hubungan makna cara: secara, dengan, g) Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi, demi. h) Hubungan makna sebab atau alasan: karena, sebab. i) Hubungan makna perbandingan: daripada, ketimbang. j) Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh. k) Hubungan makna batas: hingga, sampai. l) Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai, perihal, ihwal.
5. Pengait dengan Teknik pengacuan
Selain konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat serta preposisi atau kata depan yang masing-masing juga menandai hubungan makna tertentu, teknik-teknik pengacuan tertentu juga dapat digunakan sebagai peranti pengait. Pengacuan-pengacuan termaksud dapat bersifat endoforis, tetapi juga dapat bersifat eksoforis. Pengacuan endoforis menunjuk pada bentuk kebahasaan, yang berada di dalam kalimat itu, sedangkan pengacuan eksoforis menunjuk pada bentuk yang berada di luar pembahasaan.
Jadi, yang disebut terakhir ini harus dikaitkan dengan konteks luar kebahasaannya. Berikut ini pengacuan-pengacuan yang bersifat endoforis itu disampaikan satu demi satu. a) Hubungan pengacuan dengan kata ‘itu’. b) Hubungan pengacuan dengan kata ‘begitu’. c) Hubungan pengacuan dengan ‘begitu itu’. d) Hubungan pengacuan dengan ‘demikian itu’. e) Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut’. f) Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut itu’. g) Hubungan pengacuan dengan pronomina ‘-nya’.
6. Pengait yang Memerantikan Kalimat
Unsur-unsur pengait di dalam paragraf ternyata tidak hanya berupa kata dan frasa seperti yang sebagian terbesar sudah disampaikan di bagian depan. Adakalanya pula, unsur pengait itu berupa kalimat. Kalimat demikian itu lazimnya terdapat di awal paragraf yang di dalam karangan berfungsi untuk menuntun kalimat-kalimat yang akan hadir selanjutnya. Kalimat yang menuntun itu juga berkaitan dengan kalimat-kalimat yang ada pada paragraf sebelumnya. F. PRINSIP KEPADUAN BENTUK DAN MAKNA PARAGRAF
Paragraf yang baikn harus memenuhi beberapa syarat di antaranya adalah syarat kepaduan bentuk dan syarat kepaduan makna. Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua unsur kebahasaannya menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu. Ide pokok di dalam sebuah paragraf itu tidak boleh lebih dari satu dan ide pokok yang hanya satu tersebut harus dijabarkan secra terperinci hingga menjadi benar-benar tuntad dalam suatu paragraf. 1. Prinsip Kesatuan Pikiran
Didalam sebuah paragraf harus terdapat prinsip kesatuan ide atau pikiran. Didalam sebuah paragraf tidak dimungkinkan terdapatblebih dari satu ide atau pikiran. Prinsip kepaduan kesatuan ide atau kesatuan pikiran ini menjadi sangat penting untuk menjadikan kontruksi paragraf yang benar-benar efektif dan padu makna. 2. Prinsip Kesatuan Pemaparan
Ide atau pikiran pokok dalam sebuah paragraf harus diuraikan secara tuntas. Kalimat-kalimat penjelas didalam paragraf sedang menerangkan segala sisi dan dimensi dari ide atau pikiran pokok itu, biarkan terus proses penjelasan atau pemaparan itu terjadi. Jadi, paragraf yang baik adalah paragraf yang benar-benar tuntas dari dimensi penjabarn atau pemaparan ide pokoknya. 3. Prinsip Keruntutan
Keurutan atau keruntutan demikian ini mengandalkan ada prinsip urutan tertentu yang memang diikuti oleh seorang penulis paragraf. Jadi, keruntutan itu sesungguhnya tidak dapat dijeleskan dari alur pikir. Bilamana alur pikir itu bersifat umum-khusus, maka konsistenlah dalam menyusun kalimat-kalimat yang ada, mulai dari dimensi-dimensi yang besar, ke dimensi yang lebih kecil, ke dimensi yang lebih kecil lagi, ke dimensi yang paling kecil.

G. JENIS DAN CARA PENGEMBANGAN PARAGRAF
Berikut adalah jenis jenis paragraf yang ada di dalam karangan. 1. Jenis paragraf
Paragraf dalam sebuah karangan terbagi dalam tiga jenis, yaitu paragraf pembuka, paragraf pengembang dan paragraf penutup. Biasanya dalam sebuah karangan atau tulisan memiliki konstruksi tiga paragraf di atas. Paragraf seperti diatas juga terdapat dalam konteks surat menyurat atau korespondensi. Sebuah surat dikatakan baik apabila memiliki kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti diatas.

a. Paragraf pembuka
Dikatakan sebagai paragraf pembuka karena tugas pokoknya adalah untuk membuka dan mengantarkan pembaca agar dapat memasuki paragraph paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Sebagai pembuka paragraf harus dibuat menarik pembaca agar mereka mau meneruskan masuk kedalam paragraf paragraf selanjutnya. Untuk karangan ilmiah yang bersifat akademik-formal dapat pula dicantumkan latar belakang masalah dan permasalahan yang hendak diangkat di dalam tulisan itu.
Contoh :
Kata ekonomi berasal dari bahasa yunani yang artinya seseorang yang mengatur rumah tangga. Sekilas hal ini mungkin terdengar aneh. Namun, faktanya adalah rumah tangga dan ekonomi mempunyai banyak kesamaan. b. Paragraf pengembang
Paragraf pengembang sesungguhnya berisi inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari sebuah karya tulis itu sendiri. Dengan paragraf pengantar para pembaca akan diarahkan untuk dapat masuk ke dalam paragraf pengembang ini. Ukuran paragraf pengembang tidak bisa digunakan sebagai parameter baik atau tidaknya paragraf pengembang dalam sebuah karya ilmiah. Yang menjadi parameter itu adalah ketuntasan dari pemaparan atau penguraian tema karangan dan kalimat tesis yang ada dalam karangan atau tulisan itu.

Contoh :
Sebuah rumah tangga harus memutuskan banyak hal. Misalnya adalah siapa yang harus mengerjakan tugas-tugas dan imbalan apa yang diberikan. Singkatnya adalah rumah tangga harus mengalokasikan sumber daya yang terbatas kepada para anggotanya dengan memperhatikan kemampuan, usaha , dan keinginan setiap anggota rumah tangga sama halnya dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi ini dapat diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. c. Paragraf penutup
Paragraf ini bertugas untuk menutup atau mengakhiri sebuah tulisan atau karangan. Semua karangan pasti diakhiri dengan paragraph penutup untuk menjamin bahwa permasalahan yang dipampangkan pada awal paragraf karangan itu terjawab secara jelas, tegas dan tuntas di dalam paragraf pengembang, dan dapat disimpulkan kembali di dalam paragraf penutup. Selain itu paragraf penutup dalam karangan ilmiah juga bertugas untuk meninggalkan bahan bahan perenungan yang bisa disajikan di dalam bentuk kalimat tanya reflektif dan retoris.
Contoh :
Ilmu ekonomi mempelajari tentang bagaimana orang bertindak dan mengambil keputusan. Ekonomi adalah sekumpulan orang yang berinteraksi satu dengan yang lain dalam perjalanan hidup mereka. Karena perilaku suatu ekonomi mencerminkan perilaku para individu pelakunya. Untuk itu ekonomi sangatlah penting untuk dipelajari karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai alat pengambil keputusan.

2. Pengembangan Paragraf a. Pengembangan Alamiah Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Pengembangan paragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta spasial dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari titik tertentu menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan setia pada urutan waktu adalah bahwa pengembangan itu harus bermula dari titik waktu tertentu dan berkembang terus sampai pada titik waktu yang selanjutnya. Deskripsi objek tertentu,deskripsi data, dongeng, atau narasi yang lainnya, mengadopsi model pengembangan alamiah yang demikian ini.
Contoh:
Agus baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan akutansi. Dia masuk kampus Atmajaya pada tahun1994. Tahun 1998 dia lulus dengan IP 3,50. Pada tahun 1999 ia mendapatkan pekerjaan di sebuah bank ternama di Indonesia. b. Pengembangan Deduksi-Induksi Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus. Pengembangan paragraf dengan model deduksi dimulai dari suatu gagasan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci.
Contoh:
PU : Semua masyarakat Indonesia menggunakan mata uang rupiah.
PK : Yunita adalah masyarakat Indonesia
S : Yunita menggunakan mata uang rupiah

Induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
Contoh:
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakartayang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.
Jadi, model-model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini sejalan dengan alur berpikir yang pernah disampaikan bab-bab terdahulu,yakni berpikir dalam kerangka deduktif,induktif, maupun abduktif. c. Pengembangan Analogi Penalaran analogi dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi persamaan. Pengembangan paragraf secara analogis lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum,sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru,sesuatu yang belum banyak dipahami publik. Dengan cara anologi yang demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah dalam memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu. Jadi,tujuan dari anologi itu sesungguhnya adalah untuk memudahkan pemahaman pembaca,sehingga sesuatu yang masih kabur, masih samar-samar, bahkan mungkin sesuatu yang sangat sulit,bisa menjadi lebih mudah ditangkap dan gampang dipahami.
Contoh paragraf analogi :
Agus memiliki perusahaan dan memiliki banyak uang seharusnya bersifat seperti padi. Setangkai padi yang mulai berisi akan merundu. Semakin ia berkelimpahan, semakin ia merendahkan hatinya seperti merunduknya setangkai padi. d. Pengembangan Klasifikasi Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompok-kan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadijelas.
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, makatipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara yang demikian ini akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas,tipe-tipenya juga sangat jelas. Pengkelasan atau penipean itu dapt dilakukan dengan bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan kesamaan karakternya, kesamaan bentuknya, kesamaan ciri dan sifatnya, dan selanjutnya
Contoh :
Dalam fakultas ekonomi terbagi dalam 3 jurusan,yaitu : akutansi,manajemen,ekonomi pembangunan e. Pengembangan Komparatif dan Kontrastif Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya,karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Nah, pembandinagn yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaannya untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model pengembangan komparatif. Sebaliknya perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan kontrastif.
Contoh :
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif yang murah. Setiap orang dapat menjadi pelanggan dengan tidak banyak mengeluarkan biaya. Berbeda halnya dengan petromaks. Meskipun sama-sama membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang dihasilkan petromaks sangat kecil jika dibandingkan dengan pembangkit listrik biasa. Petromaks hanya digunakan di desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-kota.

f. Pengembangan Sebab-Akibat Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model sebab-akibat atau sebaliknya akibat-sebab. Pengembangan paragraf dengan cara demikian ini juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya rasional karena lazimnya orang berpikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada akibat-akibat. Atau sebaliknya dapat juga pengembangan itu berangkat dari akibat-akibat terlebih dahulu,kemudian beranjak masuk pada sebab-sebabnya. Karya-karya ilmiah sangat lazim menggunakan model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini.
Contoh paragraf sebab - akibat :
Penduduk dari daerah banyak yang hijrah ke Jakarta. Mereka terimingi-imingi oleh uang yang banyak di Jakarta dan kemudahan mencari kerja. Akibatnya, Jakarta semakin penuh oleh pendatang.
Contoh paragraf akibat – sebab:
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar toko. Mereka juga berdesak-desakan di dalam toko. Mereka ada yang duduk, ada yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran. Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di toko itu sangat murah. g. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju kedalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling optimal, kemudian berhenti dipuncak yang paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang pengembangannya masih diteruskan kedalam tahapan penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks. Model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini tidak sangat lazim ditemukan didalam karya ilmiah. Kebanyakan narasi atau cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur menerapkan model pengembangan paragraf yang demikian ini.
Pengembangan paragraf dengan pola klimaks, yaitu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan pengembang yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur diikuti gagasan-gagasan lain sampai kepada gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya.
Antiklimaks adalah mulai dari suatu gagasan atau topik yang dianggap paling tinggi kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun pada gagasan-gagasan yang lebih rendah sampai paling rendah.
Contoh paragraf klimaks :
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman kezaman sesuai dengan kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap sedang jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Modelnya kira-kira menyerupai mesin giling yang digerakkan dengan tenaga uap. Tak lama kemudian, pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun berbentuk seperti tank. Traktor semacam ini adalah hasil produksi perusahaan Cartepillar. Jepang pun tak kalah peranannya dalam pembuatan traktor ini. Produksi Jepang yang khas di Indonesia dikenal dengan nama padi traktor, yang bentuknya telah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.
Contoh paragraf antiklimaks:
Studi mengenai pembangunan di pedesaan Indonesia dari dimensi administrasi pembangunan pada hakekatnya memerlukan studi mengenai tiga perspektif. Pertama, kita memusatkan perhatian pada keadaan sumber-sumber yang utama di sekeliling mana penduduk pedesaan harus mengorganisasi eksistensinya, khususnya ciri - ciri yang terkait dengan masalah-masalah yang berskala nasional. Kedua, sebaiknya kita mengenal faktor-faktor sosial dan ekonomi yang menstrukturkan sifat interaksi diantara penduduk pedesaan, baik selaku pribadi maupun selaku anggota dari kesatuan sosial yang berbeda. Ketiga, kita memberi perhatian kepada pemerintah ( birokrasi ) baik sebagai pencerminan dari perspektif yang pertama maupun selaku pelopor perubahan.

BAB 4
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu Bahasa Indonesia dapat memberi kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia adalah Bahasa Resmi kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias menambah cakrawala dan pemikiran
Sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut untuk bisa membuat paragraf sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa harus mampu membedakan jenis-jenis paragraf sesuai dengan kebutuhan makalah yang ditulis. Mahasiswa harus mampu memahami paragraf yang efektif. Paragraf yang efektif harus memenuhi tuntutan kohesi dan koherensi. Paragraf tidak dimungkinkan mengandung dua ide pokok. Demikian pula tidak mungkin ada dua kalimat pokok dalam paragraf.
Paragraf lazimnya dibagi menjadi tiga yakni paragraf pembuka/pengantar, pengembang, dan penutup. Mahasiswa juga harus mampu mengembangkan model-model paragraf. Dalam mengonstruksi paragraf ada tiga macam alur, yakni alur deduktif, induktif, dan abduktif.

Similar Documents

Free Essay

Tugas Sindy

...Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang . . . 28 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah INDONESIA PUBLISHING HOUSE Kotak Pos 1188 Bandung 40011 Telepon (022)) 6 3 3 2 Fax : ( 2 6027784,4 E a l i h d @ m i . o T l p n ( 2 6030392,; F x(022)2 6 2 7 Email: iph@bdg.centrin.net.id eeo 02 009 a 0 ) 078; mi: pbggalcm Kutipan Pasal 72: Sanksi Pelanggaran Undang-undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002) 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun denda/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500. 000.000,00 (lima ratus juta rupiah). © Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dicetak dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing House Bandung 2006 Firman Tuhan Allah 6 Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang . . . 28 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia 6840 Eastern Avenue NW Washington, DC 20012 Seventh-day Adventist Believe... A...

Words: 176042 - Pages: 705