Free Essay

Kpl Bluejet

In:

Submitted By Hanindikaar
Words 1276
Pages 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Selayang Pandang

1.2. Rumusan Masalah
Setelah membaca dan mempelajar kasus ini dengan baik, kami mencoba menyimpulkan masalah yang ada kasus dalam pertanyaan sederhana 1. Berapakah harga saham yang tepat untuk IPO Jetblue Airways?
BAB II
ISI
Dalam melakukan valuasi atas saham IPO dari perusahaan penerbangan Jetblue Airways, kami melakukannya melalui empat pendekatan, antara lain: 1. Gordon Growth Model (GGM) 2. P/E Multiple Method 3. Total Capital Method 4. Discounted Cash Flow Valuation (DCF)
Berikut kami sajikan valuasi kami untuk masing masing dari keempat metode diatas.
2.1. Gordon Growth Model (GGM) Gordon Growth Model (GGM) merupakan model dengan asumsi paling sederhana dari model model lain yang tersedia. GGM mengasumsikan bahwa perusahaan yang menjadi objek valuasi merupakan perusahaan yang sudah cukup mapan dan memiliki tingkat pertumbuhan yang konstan. Dengan asumsi ini, valuasi kemudian dilakukan dengan menghitung nilai kini dari semua dividen yang akan diterima hingga jangka waktu tak terbatas.
GGM dapat disederhanakan secara matematis melalui formulasi sebagai berikut:
Stock Price = D (1+g) / (r-g)

Dimana:
D = the annual dividend g = the projected dividend growth rate, and r = the investor's required rate of return Meskipun secara matematis terlihat sederhana, dalam praktiknya GGM memiliki resiko tidak representatif. Asumsi bahwa pertumbuhan dividen adalah konstan merupakan asumsi yang sangat sulit untuk dipertanggungjawabkan dalam dunia nyata. Pertumbuhan dividen misalnya, sangat rentan untuk dipengaruhi oleh kebijakan manajemen di tahun yang bersangkutan. Satu kelemahan lain yang juga jelas terlihat dari GGM, adalah valuasi ini sangat memiliki ketergantungan pada dividen. Perusahaan sebesar apapun; selama ia tidak membagikan dividen, tidak akan memiliki nilai apapun jika divaluasi melalui pendekatan GGM. Sebut saja Microsoft, Microsoft bukanlah perusahaan yang kerap membagikan dividen; namun tentu kita semua mengetahui bahwa yang bersangkutan adalah perusahaan yang sangat masif. Apakah mungkin perusahaan sebesar Microsoft tidak memiliki nilai apapun? Tentu saja tidak. Hal ini menjadi alasan mengapa GGM seringkali menjadi tidak relevan dalam beberapa kasus spesifik.
Walaupun memiliki banyak kekurangan, GGM cukup banyak digunakan oleh perusahaan yang berada di industri perbankan atau real estate dimana pembayaran dividennya cukup besar dan tingkat pertumbuhan relatif stabil. Untuk bisa memanfaatkan model ini dengan baik, analisis harus disertai dengan penilaian atas SWOT perusahaan yang mencakup faktor-faktor nonkeuangan seperti kekuatan brand dan paten. Lantas, bagaimana relevansi GGM dalam valuasi saham Jetblue Airways? Dalam kasus Jetblue Airways, kami menemukan bahwa perusahaan ternyata belum pernah mendeklarasikan dividen atas saham beredarnya. Kami juga menggarisbawahi bahwa ada rencana perusahaan tidak akan membagi dividen sehubungan dengan penggunaan laba ditahan untuk keperluan ekspansi dan pertumbuhan internal perusahaan. Maka dari itu, kami berkesimpulan bahwa GGM tidak relevan untuk diterapkan sebagai metode valuasi dari saham Jetblue Airways karena perusahaan tidak memiliki dividen.

Kesimpulan:
“Gordon Growth Model tidak relevan untuk dipakai sebagai metode perhitungan saham Jetblue Airways sehubungan dengan absennya dividen yang seharusnya menjadi dasar perhitungan.”

2.2. P/E Multiple Method P/E ratio atau rasio harga terhadap hasil dari tiap lembar saham adalah rasio yang kerap digunakan dalam berbagai metode valuasi saham. Secara matematis, P/E ratio dapat disimplifikasi sebagai berikut:

Sekilas, P/E ratio terlihat seperti gambaran yang meyakinkan atas performa suatu perusahaan. Price dan Earning merupakan dua komponen krusial dalam menentukan keputusan kita untuk membeli suatu saham; maka dari itu P/E ratio juga dapat dianggap sebagai rasio yang cukup relevan.
Namun, satu hal yang layak untuk diperhatikan adalah fakta lapangan dimana Earning merupakan komponen laporan keuangan yang sangat rentan dan sensitive terhadap perbedaan perlakuan secara akuntansi. Hal semacam ini membuat analis harus lebih berhati hati dalam menggunakan P/E ratio sebagai tolak ukur kelayakan harga saham. Lalu bagaimana penggunaannya dalam kasus Bluejet Airways? Kasus telah menyajikan data terkait Earning dari perusahaan. Maka untuk mencari Price, yang kita butuhkan hanyalah angka dari P/E ratio ini sendiri. Angka P/E Ratio ini dapat kita temukan dengan menghitung rerata dari P/E ratio perusahaan sejenis. Berikut adalah perhitungan kami.
Pertanyaan pertama adalah earning apa yang kita gunakan dalam konteks P/E Ratio? Kasus menyediakan 3 pilihan Earning (per Share), dalam hal ini adalah Basic, Diluted, dan Pro forma basic.

Untuk perhitungan, kami akan menggunakan angka $1.14 (diluted EPS). Mengapa? Karena diluted EPS sudah memperhitungkan kemungkinan adanya sekuritas (Obligasi) bersifat convertible yang mungkin akan ditukar menjadi saham. Dengan kata lain, Diluted EPS adalah Earning yang sudah bersifat All-In.
Setelah mengetahui earning yang layak untuk dipergunakan, maka kita dapat menghitung P/E Ratio dari Jetblue Airways. P/E ratio dihitung dengan melihat data P/E Trailing dan Leading dari perusahaan perusahaan sejenis. Dalam hal ini, perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang juga bermain di tariff murah; yaitu AirTran, Frontier, Ryanair, Southwest, dan WestJet, seperti yang ditunjukkan oleh tabel pada kasus berikut : Berdasarkan tabel diatas, kita dapat melihat P/E Trailing dan Leading dari AirTran, Frontier, Ryanair, Southwest, dan WestJet. P/E ini akan kami pergunakan untuk mencari nilai tengah dari P/E kelima perusahaan tersebut. Perhitungan akan kami sederhanakan dalam table berikut: Price/Earning Multiple | Airlines(Positive Earnings) | Price/Share | Trailing | Leading | | | Earning/Share | P/E Multiple | Earning/Share | P/E Multiple | Air Tran | $ 6.60 | 0.26 | 25.29 | 0.33 | 20.00 | Frontier | $ 17.00 | 2.03 | 8.37 | 0.37 | 45.95 | Ryan Air | $ 32.05 | 0.73 | 44.02 | 0.94 | 34.10 | Southwest | $ 18.48 | 0.67 | 27.59 | 0.65 | 28.43 | West Jet | $ 15.85 | 0.81 | 19.57 | 0.59 | 26.86 | Average | 0.90 | 24.97 | 0.58 | 31.07 | Median | 0.73 | 25.30 | 0.59 | 28.43 | Jetblue-Trailing(Using Median) | $ 28.84 | 1.14 | 25.30 (Med) | | | Jetblue-Leading(Using Median) | $ 33.26 | | | 1.17 | 28.43 (Med) |

Sekilas penjelasan terkait perhitungan dalam tabel. Variabel utama yang digunakan untuk menentukan harga saham Jetblue Airways adalah P/E Multiple dari perusahaan-perusahaan sejenis; dimana kita dapat melihat nominalnya dalam table yang ada dikasus (terlampir juga dihalaman sebelumnya). Angka angka yang kami gunakan merupakan hasil pembulatan hingga dua angka dibelakang koma.
Setelah kita mendapatkan angka angka tersebut; baik untuk Trailing maupun Leading, langkah berikutnya adalah mencari average dan median dari masing masing kondisi (Trailing dan Leading). Jika sudah, langkah selanjutnya adalah memasukan median yang sudah kita dapatkan bersama EPS dari Jetblue Airways ke dalam rumus EPS. Hasil yang kami dapatkan adalah $ 28.84 untuk kondisi Trailing dan $ 33.26 untuk kondisi Leading.
Gap yang cukup jauh antara dua kondisi ini disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama adalah peningkatan P/E multiple secara signifikan dari perusahaan sejenis di kondisi leading. Dan kedua, adalah peningkatan yang juga terjadi di kondisi leading terhadap EPS Bluejet Airways.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah terkait mengapa kami menggunakan median dalam perhitungan valuasi saham perusahaan; dan bukan rerata. Alasan kami adalah karena median akan menghilangkan resiko adanya pencilan dari perusahaan perusahaan lain yang besar kemungkinan akan membuat valuasi kami menjadi bias dan tidak relevan. Median akan menghilangkan kemungkinan adanya pencilan pencilan ini dan benar benar mencari nilai yang relevan di antara perusahan-perusahaan yang ada.
Pertanyaan lain yang mungkin muncul adalah mengapa kami menggunakan angka pertumbuhan 3 persen (dari 1.14 ke 1.17).

Berdasarkan data yang ditunjukkan dalam exhibit 11 mengenai pertumbuhan industri penerbangan, bisa dilihat bahwa terjadi pertumbuhan sejumlah 5% dari tahun 2001 yang pertumbuhannya hanya sebesar -10% menjadi -5% pada tahun 2002. Namun dengan mempertimbangkan bahwa pada tahun 2000 US mulai mengalami resesi, maka tingkat pertumbuhan JetBlue kami asumsikan turun 2% menjadi hanya 3% saja.
Resesi yang terjadi di amerika ini dikatakan terjadi karena banyak faktor, beberapa di antaranya adalah meningkatnya harga minyak, kekerasan di Timur Tengah, penurunan harga saham dan lain lain.

Kesimpulan:
“Harga saham yang layak berdasarkan valuasi menggunakan P/E Multiple adalah $ 28.84 untuk kondisi Trailing dan $ 33.26 untuk kondisi Leading.”

2.3. Total Capital Method

Similar Documents