Free Essay

Limfogranuloma Venereum

In:

Submitted By resty
Words 3203
Pages 13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Limfogranuloma venereum (LGV) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, L3, afek primer biasanya cepat hilang, bersifat sistemik, mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama pada daerah genital, inguinal, anus dan rektum, dengan perjalanan klinis, akut, sub-akut, atau kronis tergantung pada imunitas penderita dan biasanya berbentuk sindrom inguinal. Sindrom tersebut berupa limfadenitis dan periadenitis beberapa kelenjar getah bening inguinal medial dengan kelima tanda radang akut dan disertai gejala konstitusi, kemudian akan mengalami perlunakkan yang tak serentak.
2.2 Sinonim
Limfogranuloma venereum (LGV) disebut juga Limfopatia venereum yang dilukiskan pertama kali oleh Nicolas, Durand dan Favre pada tahun 1913, karena itu juga disebut penyakit Durand-Nicolas-Favre disease. Selain itu dikenal juga sebagai Limfogranuloma Inguinal, Limfogranuloma tropikum, Tropical bubo, Climatic bubo, Strumous bubo, dan Paradenitis inguinal
2.3 Epidemiologi LGV bersifat sporadis tersebar di seluruh dunia terutama pada negara-negara yang beriklim tropis dan subtropics, seperti I daerah Amerika Utara, Eropa, Australia dan prevalensi tinggi yang terdapat di Asia dan Amerika Selatan, LGV merupakan penyakit endemis di timur dan barat Afrika, India, sebagian Asia Tenggara, Amerika Utara dan Kepulauan Karibia. Pada daerah nonendemis ditemukan padapelaut, tentara, dan wisatawan yang mendapat infeksi pada saat berkunjung atau pernah tinggal di daerah endemis. Seperti pada penyakit IMS lainnya, limfogranuloma venereum merupakn penyakit yang lebih sering dijumpai pada daerah-daerah rural dan orang-orang berperilaku promiskus serta golongan social ekonomi rendah. Penyakit ini dijumpai pada usia antara 20-40 tahun, lebih sering pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan rasio 5:1 atau lebih, hal ini disebakan karena adanya perbedaan patogenesis. Kejadian akut LGV berhubungan erat dengan usia dan tingginya aktivitas seksual, pernah dilaporkan kasus LGV pada remaja. Kini penyakit ini jarang ditemukan.
2.4 Etiologi
Penyebab Limfogranuloma venereum (LGV) adalah Chlamydia trachomatis, yang merupakan salah satu organisme dari 4 spesies dari genus Chlamydia, yang memiliki siklus pertumbuhan yang unik . Chlamydia trachomatis memiliki sifat sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan sel, metabolisme, struktur, maupun kepekaan terhadap antibiotika dan kemoterapi, dan sebagian bersifat seperti virus yaitu memerlukan sel hidup untuk berkembang biaknya (parasit obligat intrasel). Spesies Chlamydia trachomatis terdiri dari dua biovars yaitu trachoma atau organisme TRIC dan organisme LGV. Organisme LGV sendiri terdiri atas 3 serovars yaitu L1, L2, L3. Chlamydia berukuran lebih kecil dari bakteri, berdiameter 250-550 mm, namun lebih besar dari ukuran virus pada ummunya. Di dalam jaringan pejamu , membentuk sitoplasma inklusi yang merupakan patognomoni infeksi Chlamydia. Penyakit yang segolongan dengan Limfogranuloma venereum ialah psitakosis, trakoma, dan Inclusion conjunctivitis.
2.5 Manifestasi klinis
LGV adalah penyakit sistematik primer menyerang system limfatik, dengan manisfestasi klinis dapat akut, subakut atau kronik,dengan komplikasi pada stadium lanjut. Masa tunas penyakit ini adalah 1-4 minggu. Gejal konstitusi timbul sebelum penyakitnya mulai dan biasanya menetap selam sindrom inguinal. Gejal tersebut berupa malese, nyeri kepala, artralgia, anoreksia, nausea dan demam. Terdapat perbedaan gambaran klinis pada pria dan dan wanita. Pada wanita jarang didapatkan lesi primer genital dan bubo inguinal. Gambaran klinis LGV secara umum dapat dibagi dalam 2 stadium, yaitu : 1. Stadium dini, yang terdiri atas : a. Lesi primer genital b. Sindrom inguinal 2. Stadium lanjut, dapat berupa : a. Sindrom ano-rektal b. Elefantiasis/Sindrom genital (esthiomene)
Waktu terjadinya lesi primer hingga sindrom inguinal 3-6 minggu, sedangkan dari bentuk dini hingga bentuk lanjut yaitu selam satu tahun hingga beberapa tahun.

1. Stadium Dini a. Lesi primer genital
Setelah masa inkubasi antara 3-20 hari, akan terjadi lesi primer di genital yang bersifat tidak sakit, ummumnya bersifat solitar, tidak khas, dan cepat menghilang (sembuh) tanpa pembentukan jaringan parut (scar) , lesi primer dapat berbentuk erosi atau ulkus dangkal, papula-papula gerombolan vesikel kecil mirip lesi herpes, atau sebagai uretritis nonspesifik. Masa inkubasi dapat bersifat lebih lama apabila lesi primer genital tidak muncul, sebagai manifestasi adalah sindrom inguinal.
Pada pria sering berlokasi di genitalia, eksterna terutama disulkus koronarius, frenulum, preputium, penis, uretra, dan skrotum. Lesi primer pada pria sering disertai oleh limfangitis pada bagian dorsal penis dan membentuk nodul limfangial yang lunak atau abses-abses kecil (bubonuli). Bubonuli dapat pecah dan membentuk drainse sinus, fistel, dan fibrosisuretra sehingga terbentuk sikatrik pada dasar penis. Pada wanita lebih sering terjadi pada dinding posterior vagina, portio, bagian posterior serviks dan vulva. Limfangitis sangat sering berhubungan dengan edema local dan regional yang menyebabkan phimosis pada pria dan pembengkakan pada wanita dengan derajat yang bervariasi. b. Sindrom inguinal
Sindrom inguinal merupakan sindrom yang sering dijumpai karena itu akan diuraikan secara luas. Sindrom tersebut terjadi pada pria, jika afek primernya di genitalia eksterna, umumnya unilateral, kira-kira 80%. Pada wanita terjadi jika afek primernya pada genitelia eksterna dan vagina 1/3 bawah. Itulah sebabnya sindrom tersebut lebih sering terdapat pada pria daripada wanita, karena umumnya lesi primer pada wanita terletak di tempat yang lebih dalam, yakni di vagina 2/3 atas dan serviks. Jika lesi primer terletak pada tempat tersebut, maka yang mengalami peradangan bukan kelenjar inguinal medial, tetapi kelenjar Gerota. Pada sindrom ini yang terserang ialah kelenjar getah bening inguinal medial, karena kelenjar tersebut merupakan kelnjar regional bagi genitalia eksterna. Kelenjar yang dikenal ialah beberapa dan dapat mdiketahui karena permukaannya berbenjol-benjol, kemudian akan berkonfluensi. Karena LGV merupakn penyakit subakut, maka kelima tanda radang akut terdapat pada dolor, rubor, tumor, kalor dan fungsio lea. Selain limfadenitis terjadi pula periadenitis yang menyebabkan perlekatan dengan jaringan sekitarnya. Kemudian terjadi perlunakan yang tidak serentak, yang mengakibatkan konsistensinya menjadi bermacam-macam, yakni keras, kenyal dan lunak (abses). Perlunakan biasanya di tengah, dapat terjadi abses dan fistel yang multiple.
Sering terlihat pula 2 atau 3 kelompok kelenjar yang berdekatan dan memanjang seperti sosis di bagian proksimal dan distal ligamentum Pouparti dan dipisahkan oleh lekuk (sulkus). Gejala tersebut oleh Greenblatt disebut stigma of groove. Pada stadium lanjut terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di fosa iliaka dan danamai bubo bertingkat (etage bubonen), kadang-kadang dapat pula ke kelenjar di fosa femoralis. Ada kalanya terdapat limfangitis yang tampak sebagai tali yang keras dan bubonuli.

Biasanya terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lesi primer menghilang. Pada 2/3 kasus terjadi limfadenitis inguinal yang unilateral. Dimulai sebagai suatu masa, agak sakit menetap 1-2 minggu. Bubo inguinal pertama kali ditemukan oleh William Allace tahun 1833 yang terdiri atas: kulit menjadi merah, dan kemudian ditemukannya tumor yang melekat pada permukaan kulit tersebut, mulanya dapat digerakkan , bubo kemudian mengalami kemajuan cepat, sehingga menyebabkan rasa sakit yang berdenyut-denyut, demam tinggi diikuti dengan takikardi, hilangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. Kelainan ini lebih sering pada pria daripada wanita, karena pada wanita lokasi primer terletak di bagian dalam dan aliran limfe kearah kelenjar limfe daerah pelvis.
Masa inkubasi untuk gejala ini berkisar 10-30 hari, tapi mungkin lebih lambat 4-6 bulan setelah infeksi.
Gejala sistemik seperti demam, menggigil, nausea, anoreksia, sakit kepala sering menyertai sindrom ini. Gejala konstitusi ini kemungkinan berhubungan dengan penyebaran sistemik dari Chlamydia. Selama stadium ini, organisme LGV dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal pasien baik dengan gejala meningoencephalitis maupun tidak dan pada cairan serebrospinalyang abnormal.
Manifestasi dari penyebaran sistemik yang lain yaitu: hepatitis, pneumonitis, kemungkinan arthritis, eritema multiforme dan pernah dilaporkan edema papil sedangkan pada wanita gejala nyeri pinggang bawah lebih sering terjadi karena terkena kelenjar limfe Gerotha yang diikuti dengan gejala proktitis dan periproktitis seperti nyeri abdomen, nyeri saat defekasi dan diare. Pada pemeriksaan klinis sindrom inguinal didapatkan keadaan sebagai berikut : * Kelenjar inguinal membesar, nyeri dan teraba padat, kemudian berkembang menjadi peradangan sekitar kelenjar atau perilimfadenitis. * Terjadi perlekatan antar kelenjar sehingga terbentuk paket, juga perlekatan kelenjar dengan kulit di atasnya, kulit tampak merah kebiruan (blue balls) yang menandakan akan terjadi tumor bubo, juga panas dan nyeri.ini biasanya terjadi pada 1-2 minggu setelah bubo mengalami fluktuasi. * Perlunakan kelenjar yang tak serentak ditandai dengan fluktuasi pada 75% kasus, dan terbentuk abses multiple. * Abses pecah menjadi sinus atau fistel multiple pada 1/3 kasus, sedangkan yang lain mengalami involusi secara perlahan dan membentuk massa padat kenyal di daerah inguinal.
Beberapa bentuk spesifik dapat terjadi dapat terjadi seperti : pembesaran kelenjar di atas dan di bawah ligamentum inguinal Pouparti sehingga terbentuk celah disebut sign of groove (Greenblatt’s sign). Pembesaran kelenjar femoralis, inguinalis superficial dan profundus menyebabkan bentuk seperti tangga sehingga disebut ettage bubo. Pada penyembuhan fistel akan terjadi akan terjadi jaringan parut yang khas di daerah inguinal. Beberapa laporan kasus LGV mirip limfoma leher pada pria homoseksual yang mempraktekkan felasio dan laki-laki heteroseks yang melakukan kunilungus.
Banyak penelitian mengenai LGV pada wanita hanya 20-30 % terlihat sebagai sindroma inguinal. Pada wanita kira-kira 1/3 kasus tanpa proktitis, tetapi keluhan sakit pada perut bagian bawah dan pinggang terutama waktu membungkuk, keluhan ini menandakan terkenanya limfenod bagian dalam pelvis dan limfenod bagian lumbal, dan mungkin dapat disalahartikan sebagi apendisitis akut atau abses tuba. 2. Stadium Lanjut a. Sindrom ano-rektal
Sindrom anorektal merupakan manifestasi lanjut LGV terutama pada wanita, karena penyebaran lansung dari lesi primer di vagina ke kelenjar limfe perirektal. Gejala awal adalah perdarahan anus yang diikuti duh anal yang purulen disertai febris, nyeri pada waktu defekasi, sakit perut bawah, konstipasi dan diare. Selanjutnya bila tidak diberi pengobatan akan terjadi proktokolitis berat yang gejalanya mirip colitis ulserosa, dengan tanda-tanda fistel anal, abses perirektal dan rektovaginal/rektovesikel. Gejala striktura rekti yang progresif sering ditandai dengan secret dan perdarahan rektum, kolik dan obstipasi oleh karena obstruksi total. Pada pria :
Sindrom anorektal dapt terjad pada pria yang homoseksual, yang melakukan sanggama secara genitoanal, mukosa rektal dapat diinokulasi lansung oleh Chlamydia selama hubungan seks secara anal atau melalui penyebaran limfatik dari uretra posterior.
Gejala awal dari infeksi rektal adalah pruritus anal diikuti duh anal yang purulen yang disebabkan karena edema local atau difus mukosa anorektal. Mukosa menjadi hiperemis dan mudah berdarah karena trauma, juga sering terdapat ulserasi superficial, multiple dan diskrit, dengan batas yang ireguler yang akhirnya diganti dengan jaringan parut. Proses peradangan kronis menyerbu masuk ke dalam dinding usus dan membentuk granuloma nonkaseosa dan abses, jika terjadi infeksi sekunder secret menjadi mukopurulen. Selanjutnya bila tidak diberi pengobatan proses granulomatus akan mengenai seluruh lapisan dinding usus, lapisan otot akan diganti dengan jaringan fibrosis. Pada wanita :
Pada wanita terjadi karena penyebaran lansung dari lesi primer di posterior dinding vagina dan serviks ke kelenjar limfe perirektal.
Pada wanita septum rektovagina mungkin akan terkikis, dan terbentuk fistula rektovagina. Konstraksi yang berlebihan pada jaringan fibrosis selam berbulan-bulan sampai bertahun-tahun akan menyebabkan hambatan pasial (striktur) atau komplit (stenosis) dari rektum.
Sindrom anorektal pada wanita dapat terjadi dengan dua cara. Pertama, jika sanggama dilakukan dengan cara genito-anal. Kedua, jika lesi primer terdapat pada vagina 2/3 atas atau serviks, sehingga terjadi penjalaran ke kelenjar perirektal (kelenjar Gerota) yang terletak antara uterus dan rektum. Pembesaran kelenjar tersebut hanya dapat diketahui dengan palpasi secara bimanual. Proses berikutnya hampir sama dengan sindrom inguinal, yakni terjadi di limfadenitis dan periadenitis, lalu mengalami perlunakan hingga terbentuk abses. Kemudian abses memecah sehingga menyebabkan gejala keluarnya darah dan pus pada waktu defekasi, kemudian terbentuk fistel. Abses-abses dan fistel-fistel dapat berlokasi di perianal dan perirektal.
Selanjutnya muara fistelmeluas menjadi ulkus, yang kemudian menyembuh dan menjadi sikatriks, terjadilah retraksi hingga mengakibatkan striktura rekti. Kelainan tersebut umumnya mengenai seluruh lingkaran rektum sepanjang 4-10 cm dan berlokasi 3-8 cm atau lebih di atas anus. Keluhannya ialah obstipasi, tinja kecil-kecil disertai perdarahan waktu defekasi. Akibat lain ialah terjadinya proktitis yang menyebabkan gejala tenesmus dan keluarnya darah dan pus dari rektum. Kecuali kelenjar Gerota, dapat pula terjadi penjalaran ke kelenjar iliaka dan hipogastrika. Manifestasi klinis :
Manifestasi klinis akut sindrom anorektal adalah proktokolitis dan hyperplasia intestinal dan jaringan limfe perirektal (lymphorrhoid).
Manifestasi kronis sindrom tersebut adalah abses perirektal, ischiorektal, fistula rektovaginal, fistula anal dan striktura rektal atau stenosis.
Gejala proktokolitis : 1. Panas 2. Rasa sakit pada rektum 3. Tenesmus 4. Perut bagian bawah kiri terasa sakit jika disentuh 5. Pada palpasi kolon bagian pelvis terasa tegang 6. Mukosa rektal granuler pada pemeriksaan digital dan dapat bergerak, kelenjar limfoid teraba pembesaran pada palpasi. 7. Pemeriksaan sigmoidoskopi tidak menunjukkan tanda yang patognomonik. Gejala konstipasi dari striktura rektal derajatnya sangat bervariasi mulai dari “pencil stool”, distensi abdomen, kolik dan penurunan berat badan. Mayoritas tebanyak pasien dengan sindroma anorektal adalah wanita atau pria homoseksual. b. Sindrom genital (esthiomene) Kata esthiomene berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Eating away”. Infeksi primer mengenai kelenjar limfe dari skrotum, penis atau vulva yang mungkin menyebabkan limfangitis kronis dandan progresif, edema kronis dan akhirnya terjadi pembentukan fibrosklerosis jaringan subkutan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya indurasi dan pembesaran bagian yang terkena dan pembesaran bagian yang terkena dan akhirnya terjadi ulserasi. Pada awalnya ulserasi hanya superfisial namun kemudian menjadi lebih invasive dan destruktif. Pasien dengan esthiomene kebanyakan adalah wanita. Ulsearasi kronis ini sangat sakit. Pada wanita kebanyakan terjadi bagian permukaan labia mayora, pda lipatan genitokruris, dan pada bagian lateral dari perineum. Anus dan klitoris bisa terjadi edema tapi masih dapat berfungsi normal. Pada wanita cenderung untuk gterjadi pembentuka papiler pada mukosa meatus uretra, yang berupa tumor poliploid pada permukaan elefantiasis yang disebabkan akibat tekanan paha yang disebut buchblatt condiloma, pertumbuhan ini menyebabkan disuria, polakisuria dan inkontinensiauri. Dapat pula terjadi fistel akibat ulserasi yang destruktif dan pecah ke vagina atau vesika urinaria. Bial derajat kerusakan pembuluh dan kelenjar limfe cukup luas dapat terjadi elefantiasissatu atau kedua tungkai. Peniscrotal elephanthiasis dapat terlihat 1-20 tahun setelah infeksi, dapat mengenai hanya preputium, preputium dan penis, skrotum saja atau keseluruhan dari genitalia eksterna. Konjungtivitis folikuler, selalu disertai oleh limfadenitis maksila dan aurikularis posterior, dapat terjadi pada setiap stadium dari LGV. Infeksi konjungtivitis disebabkan akibat infeksi secara inokulasi dari discharge genital yang infeksius. Kondisi ini sejalan dengan Parinaud’s oculoglandular syndrome. Lesi primer LGV pada mulut dan faring dapat terjadi akibat felasio dan cunnilingus, sehingga mengakibatkan limfadenitis maksilaris atau servikalis. Sindrom genital berupa edema vulva yang terjadi sepanjang klitoris samapi anus (elephantiasis labia) akibat peradangan kronis, sehingga terjadi kerusakan saluran dan kelenjar limfe dan timbulnya edema limfe di daerah vulva. Dapat pula terjadi fistel akibat ulserasi yang destruktif dan pecah ke vagina atau vesika urinaria. Pada pria dapat terjadi proses yang sama, namun jarang dijumpai. Manifestasi klinis berupa elefantiasis skrotum. Bila derajat kerusakan pembuluh dan kelenjar limfe cukup luas dapat terjadi elephantiasis satu atau kedua tungkai. Jika sindrom inguinal tidak diobati, maka terjadi fibrosis pada kelenjar inguinal medial, sehingga aliran getah bening terbendung serta terjadi edema dan elephantiasis. Elefantiasis tersebut dapat bersifat vegetative, dapat terbentuk fistel-fistel dan ulkus-ulkus. Pada pria, elephantiasis terdapat di penis dan skrotum , sedangkan pada wanita di labia dan klitoris, disebut estiomen. jika meluas terbentuk elefantiasis genito-anorektalis dan disebut sindrom Jersild. Patofisiologi LGV adalah penyakit menular seksual yang sering ditemukan di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Tengah serta Selatan. LGV jarang terjadi di Amerika Serikat, kecuali pada laki-laki homoseksual. LGV disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotype L-1, L-2 dan L-3. Patogenesis Chlamydia trachomatis tidak dapat menembus membran atau kulit yang utuh, tetapi masuk melalui aberasi atau lesi kecil di kulit, kemudian mengadakan penyebaran secara limfogen untuk bermultiplikasi ke dalam fagositosis mononuklear pada kelenjar limfe regional kemudian akan menimbulkan peradangan di sepanjang saluran limfe (limfangitis dan perilimfangitis), seterusnya mencapai kelenjar limfe terdekat sehingga terjadi peradangan kelenjar limfe dan jaringan di sekitarnya (limfadenitis dan perilimfadenitis). Jadi LGV adalah penyakit yang terutama mengenai jaringan limfatik. Proses patologis yang penting adalah trombolimfangitis dan perilimfangitis, dengan penyebaran proses inflamasi dari limfenod ke jaringan sekitarnya. Limfangitis ditandai dengan ploriferasi sel endotel sepanjang pembuluh limfe saluran penghubung dalam limfenod. Pada tempat infeksi limfenod cepat membesar, dan pada area tersebut dikelilingi oleh daerah yang nekrosis yang terdiri atas kumpulan sel endotel yang padat. Area yang nekrosis diserbu oleh sel lekosit polimorfonuklear dan mengalami pembesaran yang khas berbentuk segitiga atau segiempat disebut sebagai “stelata abses”. Pada peradangan lanjut abses-abses bersatu dan pecah membentuk lokulasi abses, fistel atau sinus. Proses inflamasi dapat berlansung beberapa minggu atau beberapa bulan. Penyembuhan disertai dengan pembentukan jaringan fibrosis, yang merusak struktur limfenod dan dapat menyumbat saluran limfe. Edema kronis dan fibrous sklerosis menyebabkan indurasi dan pembengkakan daerah yang terkena. Fibrosis juga mempengaruhi pembuluh darah kulit dan membrane mukosa sehingga menyebabkan ulserasi. Dapat terjadi kerusakan rektum akibat ulserasi mukosa, peradangan transmural dinding usus, obstruksi aliran limfe, pembentukan jaringan fibrotic, dan striktur. Juga dapat terjadi perlekatan diantara kolon sigmoid dan dinding rektum dengan dinding rektum dengan dinding pelvis. Limfopatia pada laki-laki terjadi pada daerah inguinal, sedangkan pada perempuan dan laki-laki homoseksual biasanya terjadi di daerah genital, anal dan rektal. Perbedaan lokasi lesi penyakit ini tergantung dari letak lesi primer. Pada laki-laki penis merupakan tempat pertama kali masuknya (lesi primer) Chlamydia trachomatis kemudian menyebar ke kelenjar limfe inguinal sedangkan perempuan melalui intravagina atau servikal menuju kelenjar limfe intrapelvik, anus dan rektal. LGV akut lebih sering pada laki-laki karena pada perempuan biasanya asimtomatik dan baru didiagnosis setelah berkembang menjadi proktokolitis akut atau bubo inguinal. LGV kemungkinan bukanlah suatu penyakit menular seperti gonore. Lesi primer herpes, urethritis, servisitis, proktokolitis, dan ulserasi kronis kemungkinan adalah bentuk infeksi yang terbanyak dari LGV. Walaupun bukti yang menyokong sangat minimal, endoservik kelihatanya adalah tempat infeksi yang paling sering pada wanita, dan infeksinya masih berlangsung sampai beberapa minggu atau bebrapa bulan. Penularan secara kongenital tidak terjadi, tetapi infeksi mungkin terjadi melalui jalan lahir selama proses kelahiran. Meskipun proses patologi primer pdea limfagranuloma venereum biasanya hanya terlokalisir pada satu atau dua bagian kelenjar limfe, organism ini juga dapat menyebar secara sistemik melalui aliran darah dan dapat memasuki system saraf pusat. Penyebaran lokal penyakit ini dibatasi oleh imunitas hospes yang akan membatasi multiplikasi, Chlamydia Delayed hypersensitivity (dapat dibukktikan melalui skin tes) dan LGV-spesifik Chlamydia antibody dapat terlihat 1-2 minggu setelah infeksi. Imun hospes ini mungkin juga tidak dikeluarkan dari tubuh sehingga terjadi laten. Chlamydia yang hidup dapat diisolasi dari lesi lama selama 20 tahun setelah infeksi awal. Kebanyakan kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh limfogranuloma venereum mungkin disebabkan oleh hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel antigen terhadap Chlamydia. Persisten limfogranuloma venereum di jaringan atau infeksi ulang oleh serovarians yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis mungkin berperan dalam perkembangan penyakit sistematik. Sistem Pembuluh Limfe dan Kelenjar Getah Bening Alat kelamin Kelenjar getah bening alat-alat kelamin dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar. 1. Traktus horizontalis kelenjar-kelenjar inguinal superficial dan kelenjar-kelenjar inguinal dalam (profundur). z 2. Kelenjar-kelenjar getah bening dalam panggul dan sepanjang aorta abdominalis yang terutam merupakan kelenjar-kelenjar regional bagi alat reproduksi. Nama kelenjar-kelenjar tersebut disesuaikan dengan nama pembuluh darah yang diiringinya atau sesuai dengan nama alat yang terdapat berdekatan dengan kelenjar-kelenjar yang bersangkutan. Pada pria : 1. Penis Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superficial medial, kadang-kadang ditampung oleh kelenjar-kelenjar

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai salah satu jenis penyakit menular seksual yang bernama Limfagranuloma Venereum.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang berbagai informasi yang ada didalamnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Kendari, 7 september 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang 2.2 Maksud dan tujuan 2.3 Rumusan Masalah

Similar Documents

Free Essay

Chlamydia Symptoms and Indication

...Chlamydia Symptoms and Cellular Mechanisms Name Institution Chlamydia Symptoms and Cellular Mechanisms Chlamydia has since a long time ago tormented mankind as the most ordinarily contracted STD. The disease is brought about by C. Trachnomatis, and the sequencing of the genome, the capacity to comprehend, diagnose, and battle the pathogen is significantly high. Chlamydia has an exceptionally novel life-cycle, rotating between an irresistible rudimentary body, and a duplicating, non-irresistible reticulate body. The bacterium affects its own particular endocytosis upon introduction to host cells. Immediately it arrives in a cell, the basic body sprouts as the consequence of contact with glycogen, and changes to a vegetative, reticulate structure. This structure separates every 2 to 3 hours through double splitting, and has a hatching time of around 7 to 21 days in its host (Hrastar-Kotešić & Hren-Vencelj, 1992). The bacterium is recognized as an incorporation in the cell because it lacks a cell wall. Consequently, the pathogen returns to its basic structure and is discharged by the cell through exocytosis after division. The disease has various symptoms in men and women with rate of infection of women to men being 7: 5. For instance, in women, the symptoms incorporate vaginal discharge, bothering of the pubic region, and inflammation amid pee, lower stomach pain, difficult intercourse, and bleeding from the vagina. Men's indications normally incorporate a reasonable...

Words: 652 - Pages: 3