Free Essay

Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Acfta

In:

Submitted By larasabd
Words 1110
Pages 5
PERAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI ACFTA PENDAHULUAN

Di abad 21 ini dimana dunia perekonomian sudah semakin maju dan berkembang membuat setiap negara ingin saling bersaing dalam memperkuat serta memperluas perekonomiannya. Salah satu organisasi di dunia yang berada di bidang ekonomi adalah ASEAN – China Free Trade Area yaitu suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota – anggota ASEAN dan Tiongkok. Indonesia yang menjadi salah satu anggota organisasi ini masih cukup tertinggal dalam berbagai aspek ekonomi sehingga membuat Indonesia menjadi kalah saing dengan negara ASEAN lainnya.
Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kesempatan sebaik ini untuk memperkuat perekonomian karena dengan adanya perdagangan bebas ini Indonesia sudah dipermudah dalam urusan impor barang – jasa dan menarik investor dari Cina untuk berinvestasi di Indonesia. Walaupun dalam perdagangan bebas ini Indonesia telah mengetahui sejumlah sumber daya apa saja yang harus Indonesia impor ke Cina namun Indonesia hanya terlalu fokus pada sumber daya itu saja, padahal sumber daya di Indonesia sangat banyak yang bisa dimanfaatkan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mencari jalan keluar untuk mengatasi ketidakmaksimalan Indonesia dalam menggunakan sumber daya dan turut mengedukasi masyarakat baik yang memiliki usaha barang ataupun keterampilan untuk bisa mengikuti perdagangan bebas ini.

PEMBAHASAN

ASEAN – China Free Trade Area atau ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota – anggota ASEAN dan Tiongkok. Kerangka kerja sama kesepakatan ini ditanda tangani di Pnom Penh, Kamboja pada 20 November 2002 dan ditujukan bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada 1 Januari 2010 dengan cara seperti menghilangkan atau mengurangi segala bentuk hambatan perdagangan, baik tarif dan non tarif,meningkatkan akses pasar jasa, serta mengurangi kesenjangan pembangunan di antara anggotanya. Adapun kesepakatan bagi penurunan dan penghapusan tarif yang diatur dalam skema tiga tahapan yaitu early harvest program, normal track, dan sensitive track (yang dibagi menjadi sensitive list dan highly sensitive list). Lingkup ACFTA yang luas, tidak hanya menyangkut perjanjian dengan barang namun juga terkait jasa dan investasi, sehingga membuat ACFTA menjadi model perdagangan abad 21 yang berporos pada perdagangan investasi – jasa. (Burmansyah, 2014)
Indonesia mendapatkan banyak peluang perekonomian dari adanya kerjasama ini yang sangat baik seperti meningkatnya akses pasar ekspor ke Cina dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi produk – produk nasional, meningkatnya kerjasama antara pelaku bisnis di kedua negara melalui pembentukan Aliansi Strategis, meningkatnya akses pasar ke Cina bagi penyedia jasa, barang dan investasi nasional, meningkatnya arus investasi asing asal Cina ke Indonesia, dan terbuanya transfer teknologi antara pelaku bisnis di Indonesia.
Indonesia selain mendapatkan peluang juga mendapatkan manfaat seperti terbukanya akses pasar produk pertanian Indonesia ke Cina pada tahun 2004, terbukanya akses pasar ekspor ke Cina pada tahun 2005 yang mendapatkan tambahan 40% dari normal track (± 1880 pos tarif yang diturunkan tarifnya menjadi 0 – 5% dan pada tahun 2007 mendapatkan tambahan 20% dari normal track (±940 pos tarif) yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0 – 5%, pada tahun 2010 Indonesia memperoleh akses tambahan ke Cina sebagai akibat penghapusan seluruh pos tarif dalam normal track Cina dan menghapuskan 93.39% pos tarif (6.683 pos tarif dari total 7.156 yang berada di normal track) dan 100 % pada tahun 2012. (“ditjenkpi.kemendag.go.id”)
Indonesia dalam menghadapi ACFTA juga dituntut untuk bersaing. Indonesia ditantang harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektabilitas produksi sehingga dapat bersaing dengan produk – produk Cina, menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing, menerapkan ketentuan dan peraturan investasi yang transparan, efisien dan ramah usaha, serta meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi dan komunikasi termasuk promosi pemasaran dan lobby.
Indonesia juga harus berusaha agar tidak kalah dengan negara pesaing yang bisa memungkinkan apabila Indonesia salah langkah maka Indonesia bisa jatuh. Untuk meminimalisir kemungkinan jatuh tersebut, Indonesia harus berusaha untuk meningkatkan mutu dalam hal investasi – jasa. Kedua, memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Ketiga, tidak hanya menghasilkan produk bahan mentah tapi juga produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Keempat, menjadikan produk lokal sebagai prioritas. Kelima, pemilik bisnis lokal harus redesign strategi bisnisnya. Keenam, pengelolaan pekerja yang optimal akan mampu meningkatkan kinerja organisasi yang tinggi dan profesional. Ketujuh, pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang baik akan memberikan nilai lebih bagi perusahaan dan membangun keunggulan bersaing.
Mahasiswa dalam menghadapi ACFTA bisa berperan penting dalam melakukan perubahan seperti memberikan penyuluhan atau pendidikan dini cara meningkatkan kualitas produk dari segi efisiensi dan efektivitas, cara memanajemen bisnis, ataupun mahasiswa bisa menjadi inovator suatu produk lalu mengembangkannya dengan penduduk lokal yang memiliki keahlian dibidangnya. Contohnya pada saat ini keterampilan berbahasa inggris sangat diperlukan dalam pekerjaan, mahasiswa sastra inggris ataupun mahasiswa yang mampu dan bisa berbahasa inggris bisa mengajari orang – orang yang memiliki keterampilan khusus atau bekerja dibidang jasa sehingga bisa menyaingi negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina yang dalam kesehariannya sudah terbiasa menggunakan bahasa Inggris.
Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan karena mahasiswa memiliki potensi yang tinggi. Selain karena faktor usia yang masih muda dan bersemangat, mahasiswa juga memiliki pemikiran yang masih segar dan luas. Mahasiswa saat ini pun lebih mengerti tren seperti apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan mengetahui tren tersebut mahasiswa tentu saja bisa melakukan kerja sama dengan masyarakat. Kemampuan mahasiswa tidak hanya dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan dimiliki selain akan memperluas perspektif, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada pada saat ini. Mereka dapat menyelesaikan masalahnya secara metodologis dan sistematis. Selain itu bisa dilakukan dengan riset, baik riset eksak dan non eksak. Selain itu mahasiswa juga dapat berperan aktif sebagai wirausaha muda yang memiliki daya pikir kreatif, inovatif dan kritis sehingga akan mampi bersaing dengan mahasiswa dari negara ASEAN lainnya. Di samping itu dengan berwirausaha akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan akan menanamkan pada setiap pribadi untuk menjadi job creator bukan job seeker sehingga akan mampu menciptakan produk – produk baru yang inovatif dan mempunyai daya guna tinggi bagi masyarakat luas. Di sisi lain sebagai mahasiswa yang diharuskan mampu berkompetisi dengan mahasiswa dari negara lain dalam hal kualitas, mahasiswa Indonesia juga dapat melakukan kolaborasi dengan mahasiswa lain untuk melakukan riset sehingga tidak hanya untuk merebut pasar tapi juga berkolaborasi bagaimana dapat membangun SDM Indonesia yang lebih baik.

PENUTUP

Mahasiswa yang dianggap mampu melakukan perubahan dan membantu Indonesia dalam menghadapi ACFTA karena mahasiswa memiliki pemikiran yang berbeda, inovatif dan semangat yang tinggi. Mahasiswa dari berbagai jurusan bisa bekerja sama sehingga menciptakan sesuatu yang seimbang. Oleh karena itu, marilah sebagai mahasiswa harus saling bekerja sama dan saling support untuk melakukan perubahan ini walaupun dari perubahan kecil yang nantinya bisa memberikan dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia
.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. (t.thn.). Diambil kembali dari Kementrian Perdagangan Indonesia: http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf
Burmansyah, E. (2014). Rezim Baru ASEAN : Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Yogyakarta: Pustaka Sempu.

Similar Documents