Free Essay

Perancangan Sistem Dan Pembuatan Alat Penseleksi Kualitas Telur Ayam Menggunakan Metode Terawang Berbasis Plc

In:

Submitted By noviagust
Words 3206
Pages 13
PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT PENSELEKSI
KUALITAS TELUR AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN
METODE TERAWANG BERBASIS PLC

MUHAMMAD ABSU SU’UD
Prodi Sistem Komputer, STMIK ASIA Malang abdu.suud@gmail.com ABSTRAK
Pada saat membeli telur, konsumen sering melakukan pengecekan kualitas telur dengan cara meneropong telur menggunakan sinar untuk menghindari agar tidak tertipu membeli telur yang telah busuk. Proses yang sama juga dilakukan oleh peternak atau penjual untuk menseleksi telur berdasarkan kualitasnya. Ada beberapa cara konvensional yang sering diterapkan untuk mendeteksi kualitas telur, namun sayangnya beberapa metode tersebut masing-masing memiliki kekurangan. Melihat kondisi tersebut, kemudian dirancang sebuaht alat penseleksi kualitas telur ayam menggunakan sensor cahaya berbasis PLC yang memiliki prinsip kerja mirip dengan metode peneropongan.
Sistem otomasi pada alat ini meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras sistem meliputi input sistem dari rangkaian pendeteksi telur dan rangkaian pendeteksi kualitas telur serta tombol start dan stop pada push button. PLC sebagai pengendali utama sistem. Output berupa rangkaian pengendali konveyor dan juga rangakain pemisah kualitas telur. Sedangkan pada perangkat lunak menggunakan Function Block Diagram (FBD) diagram yang terlebih dahulu harus di download pada PLC
Dari hasil pengujian alat secara keseluruhan menujukkan sistem otomatisasi yang dirancang mampu memilah kualitas telur yang baik dan buruk berdasarkan nilai resistansi yang telah ditetapkan, sistem kerja dari alat sortir serta penghitung jumlah produksi dapat mengetahui pula secara langsung jumlah serta kualitas telur dan hanya memerlukan waktu 30 detik dalam proses penseleksiannya sehingga lebih efisien juga efektif dibandingkan proses peneropongan manual.

Kata kunci : Penseleksi Telur Ayam Kampung, Metode Terawang, PLC

1. PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang
Pada saat membeli telur, konsumen sering melakukan pengecekan kualitas telur dengan cara meneropong telur menggunakan sinar matahari untuk menghindari agar tidak tertipu membeli telur yang telah busuk. Proses yang sama juga dilakukan oleh peternak atau penjual untuk menyeleksi telur berdasarkan kualitasnya. Dengan metode peneropongan tersebut, telur yang masih segar akan terlihat jernih/terang saat terkena sinar matahari.
Adapun beberapa metode manual yang selama ini sering digunakan untuk pendeteksian kualitas telur antara lain: 1. Telur diteropong satu persatu ke arah cahaya terang. Telur yang baik, bagian kuningnya akan tampak bulat. Telur yang sudah lama atau kurang baik, kuning telurnya tidak terletak di tengah karena putih telurnya telah encer. 2. Jika telur dalam jumlah yang banyak bisa dilakukan dengan cara merendam telur ke dalam air biasa atau air garam dengan perbandingan 1 liter air dengan 100gram garam. Jika telur masih dalam kondisi baik maka telur akan tenggelam, tetapi jika telur dalam keadaan kurang baik maka telur akan mengapung. 3. Dengan cara mengguncangkan telur. Telur yang sudah lama jika diguncang akan bergemericik, karena rongga udara didalamnya sudah lebih besar. Semakin lama usia telur, maka volume ruang udara semakin bertambah.
Namun sayangnya ketiga metode konvensional di atas masing-masing memiliki kekurangan, diantaranya ialah: 1. Metode peneropongan biasa digunakan untuk melihat keadaan kantong udara, putih dan kuning telur yang merupakan beberapa variabel yang menjadi indikator kualitas. Pada metode ini biasanya dilakukan pengamatan terhadap telur satu per satu dan dipegang dengan tangan. Hal ini akan melelahkan jika dilakukan dengan jumlah telur yang banyak serta terdapat resiko telur pecah karena tergelincir dari pergelangan tangan. 2. Metode pengamatan dengan perendaman telur dalam larutan garam akan menyebabkan masuknya larutan garam malalui pori-pori kulit telur dan bisa mempengaruhi kondisi telur. Telur yang direndam terkadang tidak tenggelam ataupun terapung sehingga membingungkan saat diseleksi. 3. Metode mengguncang telur untuk mengamati kekentalannya akan merusak telur jika masih akan disimpan lagi sebelum dikonsumsi.
Melihat kondisi tersebut diatas, kemudian dirancang suatu alat penseleksi kualitas telur ayam berbasis PLC yang memiliki prinsip kerja mirip dengan metode peneropongan. Alat ini akan memisahkan telur menjadi dua kategori yaitu baik dan buruk, yang ditentukan berdasarkan kondisi telur saat disinari yaitu intensitas cahaya yang diteruskan dan kemudian diterima oleh sensor.

2.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukaan, diperoleh suatu rumusan masalah yaitu bagaimana membuat “PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT PENSELEKSI KUALITAS TELUR AYAM KAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TERAWANG BERBASIS PLC”

2.3. Batasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Menggunakan PLC Zelio smart relay SR2B121JD sebagai pengendali utama sistem 2. Jenis telur konsumsi yang di amati adalah telur ayam dan bebek. 3. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya telur adalah photodiode yang berhadapan dengan laser. 4. Sensor yang digunakan dalam mendeteksi kualitas telur adalah Light Dependent Resistor (LDR). 5. Pembahasan PLC dibatasi pada fungsi instruksi program yang tersusun dalam bentuk ladder diagram. 6. Alat ini menggunakan sistem konveyor dengan kapasitas maksimal 6 butir telur. 7. Tidak membahas telur secara mendetail.

2.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu untuk mempermudah pendeteksian kualitas telur ayam konsumsi dalam kuantitas yang banyak, sehingga dapat mengatur alat sortir serta penghitung jumlah produksi. 2.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini yaitu untuk mempermudah pendeteksian kualitas telur ayam konsumsi yang lebih efisien dan hemat waktu.

2.6. Metodologi Penelitian
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Studi Literatur dan Analisis 2. Perancangan 3. Pengujian

2.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI BAB III PERANCANGAN BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB V PENUTUP

2. LANDASAN TEORI 3.8. Faktor yang menentukan kualitas telur
1. Kualitas Sebelah Dalam (Isi Telur)
Untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian telur disebelah kanan dalam. Beberapa faktor yang menentukan kualitas isi telur di antarannya kondisi ruang udara, kuning telur, dan putih telur. * Ruang Udara * Kuning Telur * Putih Telur 2. Kualitas Telur Sebelah Luar * Kebersihan Kulit Telur * Kondisi Kulit Telur * Warna Kulit * Bentuk telur
3. Penentuan Kualitas Telur 1. Penentuan Kualitas Isi Telur * Peneropongan * Haugh unit * Kecerahan Kuning Telur 3.9. PLC
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :
1.Programmable
menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2.Logic
menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3.Controller
menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

* Prinsep kerja PLC
Prinsip kerja PLC secara singkat ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1
Diagram Blok Prinsip Kerja PLC 3.10. Photodiode
Sensor photodiode adalah salah satu jenis sensor peka cahaya (photodetector). Photodiode akan mengalirkan arus yang membentuk fungsi linear terhadap intensitas cahaya yang diterima. Arus ini umumnya teratur terhadap power density (Dp). Perbandingan antara arus keluaran dengan power density disebut sebagai current responsitivity. Arus yang dimaksud adalah arus bocor ketika photodiode tersebut disinari dan dalam keadaan dipanjar mundur. Bentuk fisik dari photodiode ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2
Bentuk Fisik Photodiode

3.11. Infrared
Infrared merupakan komponen semiconductor yang sifatnya sama seperti diode penyearah dan mampu memancarkan cahaya tak kasat mata. Pada perancangan ini Infrared digunakan sebagai sumber cahaya untuk media pendeteksi ada tidaknya telur yang akan diuji. Agar sinar yang melawati tabung sample kuat diterima oleh Photodiode, maka pada perancangan ini dipilih infrared yang mempunyai tingkat penyinaran tinggi dan kuat agar tidak terpengaruh oleh gangguan cahaya sekitarnya. Berdasarkan data sheet, Infrared mempunyai suplay tegangan antara 1,8V s/d 2,5V dengan arus sebesar 30mA. Simbol Infrared ditunjukkan pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Simbol Infrared 3.12. LDR Resistor jenis lainnya adalah Light Dependent Resistor (LDR). Dimana resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10Mohm dan dalam keadaan terang sekitar 1Kohm atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi yang jatuh memiliki lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. Karakteristik LDR ditunjukkan pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Karakteristik dan Simbol LDR 2.6 Optocoupler
Optocoupler disebut juga optoisolator atau isolator yang tergandeng optic, menggabungkan LED dan fototransistor dalam satu kemasan Keuntungan utama optocoupler adalah pemisah secara listrik antara rangkaian masuk dengan rangkaian keluarnya. Dengan optocoupler, hubungan yang ada antara masukan dan keluaran hanya seberkas cahaya. Karena hal ini dapat memperoleh resistansi penyekatan diantara dua rangkaian tersebut. 2.7 Limit Switch
Limit switch adalah suatu alat yang berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus listrik pada suatu rangkaian, berdasarkan struktur mekanik dari limit switch itu sendiri. Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan rangkaian dari rangkaian tersebut. Pada penelitian ini, limit switch berfungsi sebagai sensor keamanan yang medeteksi buka tutupnya brankas. Adapun bentuk fisik dari limit switch ditunjukkan dalam Gambar 2.5

Gambar 2.5 Bentuk fisik limit switch

2.8 Konveyor Konveyor mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan karakteristik barang yang diangkut. Jenis-jenis konveyor tersebut antara lain Apron, Flight, Pivot, Overhead, Loadpropelling, Car, Bucket, Screw, Roller, Vibrating, Pneumatic, dan Hydraulic. Bentuk fisik konveyor ditunjukkan pada Gambar 2.6 Gambar 2.6 Bentuk Fisik Konveyor

2.9 Push Button
Push Button merupakan suatu jenis saklar yang banyak dipergunakan dalam rangkaian pengendali dan pengaturan. Saklar ini bekerja dengan prinsip titik kontak NC atau NO saja, kontak ini memiliki 2 buah terminal baut sebagai kontak sambungan. Sedangkan yang memiliki kontak NC dan NO kontaknya memiliki 4 buah terminal baut. Push button akan bekerja bila ada tekanan pada tombol dan saklar ini akan memutus atau menghubung sesuai dengan jenisnya. Bila tekanan dilepas maka kontak akan kembali ke posisi semula karena ada tekanan pegas. 2.10 Relay
Relay adalah suatu peranti yang menggunakan elektromagnet untuk mengoperasikan seperangkat kontak sakelar. Susunan paling sederhana terdiri dari kumparan kawat penghantar yang dililit pada inti besi. Bila kumparan ini dienergikan, medan magnet yang terbentuk menarik armatur berporos yang digunakan sebagai pengungkit mekanisme sakelar.

2.11 Motor DC
Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industria (Raka, 2007).

Gambar 2.5
Bentuk Fisik Motor DC Gear Box

2 PERANCANGAN 4.1 Perancangan Perangkat Keras
Untuk perancangan perangkat keras (Hardware) meliputi perancangan rangkaian sistem serta analisis rancangannya. Dalam perancangan ini, terlebih dahulu dibuat blok diagram secara keseluruhan yang kemudian dirancang penjabaran tiap bloknya.

4.2.1 Blok Diagram
Blok diagram sistem terdiri atas rangkaian pendeteksi telur yang terdiri dari photodiode dan infrared sedangkan sensor pendeteksi kualitas telur menggunakan LDR dan rangkaian pengkondisi sinyal. tombol start dan stop, rangkaian pemisah kualitas telur dan rangkaian pengendali konveyor. Blok diagram sistem menunjukkan hubungan antara PLC sebagai pusat kontrol dengan peripheral lainnya. Blok diagram sistem ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1
Blok Diagram Sistem
Pada kondisi awal saat sistem dinyalakan, PLC melakukan inisialisasi dan dilanjutkan dengan status RUN FBD. Pada kondisi ini PLC siap menjalankan software yang telah di-download didalamnya. Saat tombol start ditekan, maka selanjutnya sistem PLC mengaktifkan output untuk menjalankan motor konveyor dan pada saat yang sama menggunakan masukan dari output sensor pendeteksi telur. Saat Telur diletakkan pada tray telur secara manual, maka telur-telur tersebut akan dibawa oleh konveyor ke ruang penyensoran telur. Pada kondisi ini telur terdeteksi oleh sensor infrared dan photodiode, sehingga sistem PLC menonaktifkan motor konveyor dan sistem mulai melakukan proses seleksi kualitas telur. Pada proses seleksi telur, PLC menyalakan lampu pijar kemudian membaca tegangan pengkondisi sinyal hasil pembacaan LDR. Hasil pembacaan LDR akan bervariasi bergantung umur telur yang diuji oleh sensor dan selanjutnya tegangan yang didapat dari rangkaian pengkondisi sinyal LDR dibaca oleh ADC internal PLC.
Pada proses pengukuran, jika data yang diperoleh adalah rendah, maka intensitas cahaya yang mengenai sensor LDR juga rendah, semakin kecil data yang diperoleh, maka kualitas telur semakin buruk. Untuk menentukan baik tidaknya kualitas telur, terdapat pembanding data dalam sistem PLC, dimana sebelumnya sensor harus membaca batas kualitas telur baik dan buruk saat melalukan pengujian kualitas secara manual agar didapat perbandingan data yang sesuai dalam pencarian kualitas.
Dari hasil pembacaan kualitas berdasarkan LDR tersebut selanjutnya PLC membuka motor gerbang pemilah baik buruk, dan telur akan jatuh pada bak telur kualitas buruk jika hasil pengujian dinyatakan buruk, begitu pula sebaliknya jika hasil pembacaan menyatakan telur yang diuji dalam kualitas baik, maka gerbang akan membuka pada posisi kualitas baik. Proses buka tutup gerbang ini dilakukan oleh driver motor DC konveyor dengan menggunakan rangkaian driver multi arah. Dari proses diatas, selanjutnya PLC menghitung jumlah baik dan buruk dari kualias telur yang telah diuji melalui counter dan menampilkan hasilnya pada LCD, dengan demikian hasil perhitungan telur akan terpantau dengan baik. Flowchart dari keseluruhan sistem ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2
Flowchart Sistem

4.2.2 Perancangan Mekanika

Sketsa perancangan alat ditunjukkan pada Gambar 3.3

(a) Sketsa Perancangan Alat (Tampak Samping)

(b) Sketsa Perancangan Alat (Tampak Atas)
Gambar 3.3
Sketsa Perancangan Alat 4. PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem dan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Pengujian dilakukan secara terpisah, dan kemudian dilakukan ke dalam sistem yang telah terintegrasi. 5.2 Pengujian LCD 4.1 Pengujian Rangkaian Sensor Photodiode dan Pengkondisi Sinyal * Tujuan
Untuk mengetahui apakah sensor photodiode yang difungsikan untuk mendeteksi ada tidaknya telur dapat bekerja dengan baik, dimana sensor photodiode pada pengujian ini saling berhadapan dengan infrared sebagai pemancar cahaya infra-nya. * Hasil pengujian Dari hasil pengujian photodiode diperolehlah suatu hasil. Hasil dari pengujian photodiode ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2
Hasil Pengujian Photodiode Ketika Terhalang

Gambar 4.3
Hasil Pengujian Photodiode Ketika Tidak Terhalang 4.2 Pengujian Rangkaian Sensor LDR * Tujuan
Untuk mengetahui perubahan tegangan pengkondisi sinyal terhadap cahaya yang diterima pemukaan LDR. * Hasil pengujian Dari hasil pengujian LDR diperolehlah suatu hasil, Hasil dari pengujian LDR ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Hasil Pengujian LDR Sementara itu saat LDR dihubungkan pada pengkondisi hasil output didapat hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Output Pengkondisi Sinyal LDR 4.3 Pengujian Input dan Output Smart Relay * Tujuan
Untuk mengetahui apakah unit Smart relay dapat beroperasi sebagai keluaran dan masukan data yang sesuai dengan perancangan. * Hasil pengujian
Dari hasil pengujian diperolehlah suatu hasil, Hasil dari pengujian kontak relay output didapat hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8. Gambar 4.9.
Hasil Pengujian Input-Output Smart Relay

4.4 Pengujian Rangkaian Driver Motor * Tujuan
Untuk mengetahui apakah rangkaian driver motor DC bekerja dengan baik atau tidak. * Hasil pengujian Pada pengujian, saat tombol start ditekan dan konveyor bergerak hasil pengukuran input driver yang diukur dari konektor Q2 PLC didapat hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11
Hasil Pengujian Input Driver Relay Motor Sementara itu hasil pengukuran pada output driver yaitu jalur tegangan yang menuju motor konveyor didapat hasil pembacaan yang ditunjukkan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12
Hasil Pengujian Output Driver Relay Motor 1.5 Pengujian Kualitas Telur Secara Manual * Tujuan Untuk mengetahui kualitas telur sejak pertama kali menetas hingga hari ke-12 setelah penetasan. * Hasil Pengujian
Pengujian kualitas secara manual dilakukan dengan cara mengamati warna kulit, melakukan penerawangan ke sumber sinar dan merendam telur ke air garam, selanjutnya dilakukan pengujian berdasarkan resistansi pengukuran LDR pada alat. Untuk membuktikan hasil pengujian dan pengamatan kualitas telur, maka telur dipecah dan dilakukan pengamatan secara manual pada kuning telur, putih telur dan bau yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan selama kurun waktu 12 hari tanpa adanya proses pengawetan telur seperti halnya menimpan telur di lemari es, atau freezer. 4.6 Pengujian Sistem Keseluruhan * Tujuan
Untuk mengetahui apakah hasil dari sistem kerja alat secara keseluruhan dapat berfungsi secara baik atau tidak sesuai dengan hasil perancangan. * Hasil pengujian Berdasarkan hasil pengujian sistem keseluruhan didapakan data seperti dibawah ini: 1 Mengaktifkan sistem
Untuk mengaktifkan sistem, dapat dilakukan dengan cara menekan tombol Start pada Zelio atau dengan cara klik input I1 pada program zelio soft (mode monitoring) atau pun dengan modul PLC. Jika pada display Smart Relay menampilkan Run maka sistem telah bekerja atau ‘aktif’ dan motor secara otomatis akan menggerakkan konveyor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18
Proses Smart Relay Zelio Logic SR2 Start

2. Menonaktifkan Sistem
Untuk menonaktifkan sistem, dapat dilakukan dengan cara menekan tombol Stop atau menstop pada program zelio soft (mode monitoring). Jika pada display Smart Relay menampilkan mode ‘idle’ (tampilan awal, waktu, I/O), maka sistem tidak bekerja sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19
Proses Smart Relay Zelio Logic SR2 Stop 3. Menguji kondisi telur
Untuk menguji kualitas telur, terlebih dahulu telur yang akan diuji disusun pada tray konveyor, selanjutnya telur secara otomatis berjalan diatas tray dan dideteksi oleh sensor untuk mengetahui kualitas baik buruk telur tersebut berdasarkan resistansi yang dibaca oleh LDR. Pengujian dilakukan dengan metode terawang, yaitu dengan menyinari telur tersebut menggunakan lampu pijar sehingga intensitas cahaya yang melaluinya kemudian dibaca oleh LDR. Selanjutnya hasil dari pembacaan tersebut dikonversi ke tegangan oleh pengkondisi sinyal dan dibaca oleh Zelio logic untuk mengetahui tingkat kepekatan ruang di pada telur.

5. PENUTUP 6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian sistem dapat dibuat kesimpulan, yaitu: 1. Sistem kerja dari alat sortir serta penghitung jumlah produksi ini dapat mengetahui secara langsung jumlah dan kualitas telur, di mana kualitas telur yang baik memiliki nilai tegangan di atas 8 volt dengan resistansi di bawah 40kΩ. Untuk penseleksian telur saat masuk box memerlukan waktu 30 detik. 2. PLC dapat menjalankan program yang telah dirancang, sehingga dapat mengatur alat sortir serta penghitung jumlah produksi. Dari penelitian kualitas pengujian telur dapat disimpulkan pada resistansi LDR 15,5kΩ menunjukkan kualitas telur yang baik sedang pada resistansi 50,20kΩ menujukkan kualitas yang buruk. 3. Bedasarkan pengujian yang telah dilakukan, sistem sortir dan penghitung jumlah produksi dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu PLC memiliki tingkat ketelitian, kecepatan dan ketepatan yang tinggi dalam proses pengerjaannya juga dalam sisi perawatan, PLC lebih efisien karena program yang berada didalamnya dapat ganti sesuai dengan kebutuhan.,

5.2 Saran
Dalam tugas akhir ini ada beberapa hal yang belum bisa dirancang sehingga perlu dilakukan pengembangan ataupun perbaikan agar kinerja sistem dapat lebih optimal, diantaranya:: 1. Untuk memperoleh hasil maksimal diharapkan dalam pembuatan sistem lebih memperhitungkan keperluan, peralatan dan kepresisian alat.

DAFTAR PUSTAKA

http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/12/modul-1-PENGANTAR-SISTEM-KONTROL.doc.

Agustina, Novi. Rancang Bangun Sistem Pengolahan Water Treatment Plant Dengan Optimalisasi Pengurasan Lumpur Terkontrol Berbasis Atmega16. Malang. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Asia. 2015

Andreas, Reza. Sistem Pengamanan Pintu Rumah Dengan Menggunakan Smart card. Malang. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Asia. 2012

Rogalski, Antonio. Infrered Detectors, Second Edition, South Carolina : Cengage Learning, 2010

Dian, Artanto. Merakit PLC dengan Mikrokontroler +CD, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009

Fibrianti, M Siska, Dkk. Kualitas Telur Ayam Konsumsi Yang Dibersihkan Dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Bali. Universitas Udayana. 2012

Joseph, R Davis., Gear Materials, Properties, and Manufacture, United States : ASM International, 2005

Patrick, M McGuire. Conveyors, New York : CRC Press, 2009

Sandy Halim, Merancang Mobile Robot Pembawa Objek Menggunakan OOPic-R : Jakarta, 2007

Sudaryani, Kualitas Telur. Tanggerang : Penebar Swadaya. 1996

Syarief dan H. Halid, Buku Monograf Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan Dan Gizi. Bogor : institut pertanian bogor. 1990

Purnomo, Dwi. Tugas Presentasi Sistem Rangkaian Elektronika. http://www.academia.edu/3697661/presentation#

Similar Documents