Free Essay

Prescriptive

In:

Submitted By mustaqim
Words 5325
Pages 22
Proses-proses Perangkat Lunak
Proses perangkat lunak merupakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengannya, yang menuju pada dihasilkannya produk perangkat lunak. Kegiatan ini mencakup pengembangan perangkat lunak mulai dari awal, walaupun pada kenyataannya maki sering terjadi bahwa perangkat lunak yang baru dikembangkan dengan memperluas dan memodifikasi sistem yang telah ada.
Proses perangkat lunak sangat rumit, karenannya di butuhkan penilaian dan kreatifitas dan keberhasilan usaha untuk mengotomasi proses perangkat lunak menjadi terbatas. Alasan mengapa otomasi proses memiliki cakupan yang terbatas adalah adanya keragaman proses perangkat lunak. Tidak ada proses ideal dan organisasi berbeda yang mengembangkan pendekatan yang benar2 berbeda dalam pengembangan perangkat lunak.
Kegiatan mendasar yang umum bagi semua proses perangkat lunak :
1. Penspesifikasian perangkat lunak : Fungsionalitas perangkat lunak dan batasan operasinya harus didefinisikan

2. Perancangan dan implementasi perangkat lunak : Perangkat lunak yang memenuhi persyaratan harus dibuat

3. Pemvalidasian perangkat lunak : Perangkat lunak tersebut harus divalidasi untuk menjamin bahwa perangkat lunak bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan

4. Pengevolusian perangkat lunak : Perangkat lunak harus dapat berkembang untuk menghadapi kebutuhan pelanggan yang berubah

MODEL PERANGKAT LUNAK
Model perangkat lunak merupakan representasi abstrak dari proses perangkat lunak. Model2 generik ini bukan merupakan deskripsi definitif dari proses persangkat lunak. Alih-alih model2 ini biasanya merupakan abstraksi yang dapat digunakan untuk menjelaskan pendekatan2 terhadap pengembangan perangkat lunak. Model-model tersebut adalah :
• Model air terjun
Model ini mengambil kegiatan dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi, dan evolusi, dan mempresentasikannya sebagai fase2 proses yang berbeda seperti spesifikasi persyaratan, perancangan perangkat lunak, implementasi, pengujian, dst.
Model pertama yang di terbitkan untuk proses pengembangan perangkat lunak diambil dari proses rekayasa lain. Berkat penurunan dari satu fase ke fase yang lainnya, model ini dikenal dengan model air terjun. Tahap utama dari model ini adalah memetakan kegiatan2 pengembangan dasar yaitu :
1. Analisis dan definisi persyaratan : Pelayanan, batasan, dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan user sistem. Persyaratan ini kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi sebagai spesifikasi sistem.

2. Perancangan sistem dan perangkat lunak : Proses perancangan sistem membagi persyaratan dalam sistem perangkat keras atau lunak. Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi sistem perangkat lunak yang mendasar dan hubungannya2.

3. Implementasi da pengujian unit : Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Pengujian unit melibatkan verifikasi bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya.

4. Integrasi dan pengujian sistem : Unit program atau program individual diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. Setelah pengujian sistem, perangkat lunak dikirim kepada pelanggan.

5. Operasi dan pemeliharaan : Biasanya ini merupakan fase siklus hidup yang paling lama. Sistem diinstal dan dipakai. Pemeliharaan mencakup koreksi dari berbagai error yang tidak ditemukan pada tahap-tahap terdahulu, perbaikan atas implementasi dan pengembangan pelayanan sistem, sementara persyaratan2 baru di tambahkan.

Pada prinsipnya hasil dari setiap fase merupakan satu atau lebih dokumen yang di setujui (ditanda tangani). Fase berikutnya tidak boleh dimulai sebelum fase sebelumnya selesai. Namun pada prakteknya tahap2 ini bertumpang tidih dan saling memberikan informasi. Pada waktu perancangan masalah dengan persyaratan diidentifikas,i pada saat pengkodean, ditemukan masalah perancangan dan seterusnya. Proses perangkat lunak bukanlah model linear sederhana tetapi melibatkan serangkaian iterasi kegiatan pengembangan.

Sebagai akibat dari biaya pembuatan dan persetujuan dokumen, iterasi menjadi mahal dan melibatkan pengerjaan ulang yang signifikan. Dengan demikian, setelah sejumlah kecil iterasi adalah normal untuk membekukan bagian dari pengembangan sepertii spesifikasi dan melanjutkan dengan tahap pengembangan berikutnya. Masalah di kesampingkan, diabaikan, atau dihindari, untuk pemecahan kemudian. Pembekuan persyaratan dini ini bisa berarti bahwa sistem tidak dapat melakukan apa yang diinginkan user. A kibat lainnya juga bisa berupa sistem tidak apat melakukan apa yang buruk jika masalah perancangan dihindari dengan trik implementasi.

Pada fase siklus hidup akhir (operasi dan pemeliharaan) perangkat lunak digunakan, error dan penghapusan atas persyaratan perangkat lunak yang asli akan ditemukan. Kesalahan program dan perancangan muncul dan kebutuhan untuk fungsionalitas yang baru akan diidentifikasi. Dengan demikian sistem harus berubah agar tetap berguna. Melakukan perubahan ini dapat melibatkan pengulangan beberapa atau seluruh tahap proses sebelumnya.

Masalah dengan model air terjun adalah terjadinya pembagian proyek menjadi tahap2 yang tidak flexibel. Komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses dan akan sulit bagi perekayasa untuk menanggapi perubahan persyaratan pelanggan. Dengan demikian, model air terjun harus digunakan hanya ketika persyaratan dipahami dengan baik. Bagaimanapun juga model air terjun merfleksikan praktek rekayasa. Secara konsekuen, proses perangkat lunak yang berdasarkan pada pendekatan ini masih digunakan untuk pengembangan perangkat lunak yang berdasarkan pada pendekatan ini masih digunakan untuk pengembangan perangkat lunak, terutama jika merupakan bagian sistem proyek rekayasa yang lebih besar.

• MODEL PROSES KENAIKAN (INCREMENT)
Terdapat banyak situasi dimana kebutuhan awal dari software itu telah di definisikan, tetapi seluruh lingkup dari usaha pembangunan diluar alami sebuah proses yang linear. dengan kata lain, terdapat suatu hal yang memaksa untuk menyediakan suatu set terbatas dari fungsi software kepada pengguna dan menjelaskan serta menjabarkan fungsinya pada pelepasan software nanti. Dalambeberapa kasus, sebuah model proses didesin untuk memproduksi software yang increment dipilih.

a. MODEL INCREMENTAL
Model incremental mengcombinasikan element dari model waterfall yang diaplikasikan dengan cara iterasi. Mengacu pada figure 3.2, model incremental mengaplikasikan linear sequences dengan cara yang mengejutkan sebagai progres waktu kalender. Setiap linear sequence menghasilkan ”deliverable increment” dari software. Contoh, sfitware pengolah kata dibangun menggunakan paradigma increment yang menyampaikan dasar-dasar pengaturan file, iditing, dan hasil document merupakan fungsi dari increment tingkat pertama; editing tingkat atas, dan kemampuan produksi dokument pada increment tingkat dua; pengecekkan spelling dan grammar pada incremetn tingkat tiga; dan kemampuan tampilan halaman tingkat mahir pada increment tingkat empat. Hal ini dapat dicatat bahawa alur proses pada setiap increment dapat memasukkan paradigma-paradigma dasar yang dibahas pada bagian 3.4.1.
Ketika model incremental digunakan, increment tingkat pertama biaasanya disebut inti dari produk. Sehingga dasar dari kebutuhan dipusatkan. Tetapi banyak fitur-fitur tambahan (yang diketahui, dan yang lainnya tidak diketahui) yang tidak diterima. Produk inti digunakan oleh kostumer. Sebagai hasil dari evaluasi penggunaan, sebuah rencana dipersiapkan untuk membangun increment selanjutnya. Rencana ditujukan untuk modifikasi produk inti untuk menjadi lebih baik dalam memenuhi kebutuhan kostumen dan memusatkan pada fitur-fitur tambahannya.proses ini berulang-ulang hingga produk di produksi.
Model proses incremental, seperti bentuk asli dan pencapaian perubahan lainnya merupakan suatu itersi alami. Tidak seperti bentuk aslinya, model incremental terfokus pada tujuan produksi operasinal dengan setiap increment. Increment mula-mula adalah versi ”stripped down” dari sebuah produk akhir, tetapi hal ini juga menyediakan capability yang menyajikan kepada pengguna dan juga menyediakan sebuah program evaluasi kepada pengguna.
Pembangunan incremental sangat berguna ketika tidak tersedianya susunan untuk implementasi yang sempurna oleh deadline yang ditetapkan untuk projek. Contohnya, sebuah system yang besar membutuhan hardware yang menunjang dalam pembangunan dan dimana tanggal tujuan tidak disertakan. Ini seharusnya sangat mungkin untuk awal rencana increment untuk menghindari penggunaan hardware ini, untuk itu menggunakan sebagian fungsi yang ditujukan pada end user tanpa inordinate delay.

b. MODEL RAD
Rapid Application Development (RAD) merupakan sebuah model proses software incremental yang menekankan pada daur pembangunan pendek (short development cycle). RAD banyak mengadopsi dari model waterfall, yang menggunakan pendekatan basis konstruksi. Jika kebutuhan telah dipenuhi dan lingkup projek telah dipahami, proses RAD dapat membuat sebuah tim untuk membuat ”fully functionally system” dengan periode waktu yang singkat.
Seperti model proses lainnya, pendekatan RAD mengarahkan pada kerangka kerja yang umum. Komunikasi berguna untuk mengetahui permasalahan bisnis dan karakteristik dari informasi dari software yang harus di muat. Perencanaan meruapakan suatu yang penting karena banyak tim-tim software bekerja seacra parallel dengan sistem yang berbeda fungsi. Pemodelan meliputi tiga fase yaitu pemodelan bisnis, pemodelan data dan pemodelan proses, dan mewakili pembangunan design yang merupakan sebuah basis dari sebuah aktifitas konstruksi berbasis RAD. Konstruksi meliputi penggunaan komponen software dan aplikasi penurunan code otomatis. Akhirnya, deployment mewakili sebuah basis untuk subsequent iterations, jika dibutuhkan.
Model proses RAD di ilustrasikan pada figure 3.3. jelasnya, waktu jatuh tempo pada permintaan project ”scallable scope”pada RAD[KER94]. Jika sebuah aplikasi bisnis dapat di atur dengan cara memungkinkan tiap fungsi utama untuk dapat selesai kurang dari tiga bulan (menggunakan pendekatan yang telah dijelaskan diatas), aplikasi bisnis tersebut merupakan kandidat bagi RAD. Masing-masing fungsi utama dapat ditujukan kepada tiap tim RAD yang terpisah selanjutnya di satukan dalam sebuah form yang utuh.
Seperti semua model proses, pendekatan RAD memiliki kekurangan [BUT94]: (1) untuk projek skala besar, RAD membutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi untuk membuat jumlah anggota tim RAD yang benar; [2] jika developer dan kostumer tidak melakukan sebuah kebutuhan rapid-fire activities untuk menyelesaikan system pada beberapa kerangka waktu yang dipersingkat, projek RAD akan gagal;[3] jika sistem tidak dapat diatur dengan baik, pembangunan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk RAD akan menjadi sebuah permasalahan; (4) jika kinerja tinggi menjadi sebuah permasalahan, dan kinerja menjadi sebuah pencapaian melalui pembaharuan tampilan dari system komponen, pencapaian RAD mungkin dapat tidak berguna; dan (5) RAD tidak cocok ketika resiko teknis tinggi(contoh ketika sebuah aplikasi baru membuat sebuah teknologi baru yang berat).

• Model Pengembangan evolusioner
Software, seperti semua sistem kompleks, berevolusi dari waktu ke waktu. Kebutuhan bisnis dan produk sering berganti seperti development proceed, membuat suatu hubungan lurus pada produk akhir tak realistis; deadline penjualan yang ketat membuat penyelesaian dari produk perangkat lunak yang komprehensif tidak mungkin, tapi versi terbatas harus dikenalkan untuk memenuhi tekanan bisnis yang kompetitif; kumpulan dari produk inti atau kebutuhan sistem telah dimengerti dengan baik, tapi detail dari produk atau ekstensi/perluasan sistem harus didefinisikan. Di dalam situasi seperti ini
Software, seperti halnya semua sistem yang kompleks, berevolusi dari waktu ke waktu. Perkembangan itu akan membawa pada produk yang tak realistis, yang tak dapat kita pikirkan sekarang. Deadline penjualan penjualan/pasar yang ketat membuat penyelesaian dari suatu software yang komprehensif tidak mungkin, sehingga versi terbatas harus dikenalkan untuk memenuhi persyaratan kompetitif dan tekanan bisnis.

Dalam situasi ini, software engineer membutuhkan sebuah model proses yang secara langsung telah didesain untuk mengakomodasi produk yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.
a.Prototyping
Sering, seorang pelanggan mendefinisikan kumpulan dari tujuan umum suatu software, tapi tidak mengidentifikasi input yang detail, proses, dan ouput yang dibutuhkan. Di lain sisi, seorang pengembang mungkin tidak yakin akan efisiensi dari algoritmanya, adaptabilitas (kemampuan beradaptasi) dari sistem operasi pada software yang dibuatnya, atau bentuk dari interaksi antara manusia – mesin. Pada situasi ini, paradigma prototype (prototyping paradigm) mungkin menawarkan pendekatan terbaik.

Prototyping dapat dijadikan sebagai model proses yang mandiri, tapi pada faktanya ia diimplementasikan pada berbagai model proses yang ada di bahasan bab ini. Prototyping paradigm dimulai dengan komunikasi:
- Software engineer dan pelanggan bertemu dan menentukan tujuan secara keseluruhan dari software yang akan dibuat.
- Mengidentifiaksi apa saja yang dibutuhkan
- Mengidentifikasi secara garis besar akan deskripsi lebih lanjut yang diperintahkan.

Quick design fokus pada representasi dari aspek-aspek software yang akan ditampakkan pada pelanggan/pengguna akhir (mis: human interface layout atau output display format). Quick design akan membawa pada konstruksi sebuah prototype.
Prototype kemudian disebarkan dan dievaluasi oleh pelanggan. Feedback digunakan untuk menyaring keperluan (output, tampilan, dll) akan software.
Secara ideal, prototype disajikan sebagai mekanisme untuk mengidentifikasi keperluan software. Tapi prototyping dapat menjadi masalah untuk beberapa alasan berikut:
1. Pelanggan melihat apa yang muncul sebagai versi software yang telah bekerja (dapat digunakan), tidak peduli apakah prototype juga sedang dilakukan bersamaan, tidak peduli pada kualitas keseluruhan software dan pemeliharaan jangka panjang.
2. sering developer membuat implementasi berbahaya agar sebuah prototype dapat cepat dikerjakan. Mungkin saja mereka menggunaka sistem operasi atau bahasa pemrogaman yang tak pantas, hanya karena itu ada dan itu yang mereka tahu. Algoritma yang tidak efisien diimplementasikan secara sederhana untuk menggambarkan kemampuan prototype.
Dengan berjalannya waktu, developer mungkin akan merasa nyaman dengan pilihan ini dan melupakan semua alasan mengapa hal itu tidak pantas (bahasa pemrogaman, sistem operasi, dll). Sekarang, pilihan yang kurang ideal telah menjadi bagian dari sistem tersebut.
Walaupun permasalahan dapat muncul, prototyping memang diakui sebagai salah satu cara untuk menentukan masa depan software yang sedang dikembangkan sebelum dilempar ke pasar. Ia dibuat sebagai mekanisme untuk mengetahui kebutuhan software, yang walaupun demikian, akan dibuang dan akan digantikan dengan pembuatan software yang baku dengan melihat pada kualitas.
b.The Spiral Model
Spiral model, pertama dikenalkan oleh Boehm, adalah model proses software yang evolusioner yang menggabungkan antara konsep iteratif dari proses model prototyping dengan model waterfall.
Dalam spiral model, sebuah software dikembangankan dan dirilis secara bertahap. Seiring berjalannya waktu, versi software yang diproduksi akan semakin lengkap.
Model ini dibagi dalam beberapa kerangka aktivitas kerja yang lebih dikenal dengan task region. Setiap kerangka merepresentasikan satu segmen dari spiral path pada gambar.

Customer communication: tugas yang dibutuhkan untuk membentuk komunikasi yang efektif antara pelanggan dan pengembang
Planning: tugas yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi sumberdaya, tenggat waktu, dan informasi lain yang berhubungan dengan proyek.
Risk Analysis: tugas yang dibutuhkan untuk menilai baik resiko teknis maupun manajerial.
Engineering: tugas yang dibutuhkan untuk membuat satu atau lebih representasi dari aplikasi.
Construction and Release: tugas yang dibutuhkan untuk membuat, mengetes, meng-install, dan menyediakan user support (mis: documentation dan training).
Customer Evaluation: tugas yang dibutuhkan untuk mendapatkan customer feedback
Spiral model dapat diaplikasikan dalam lingkaran kehidupan software. Perputaran dimulai dari dalam yang merepresentasikan “concept development software”. Jika konsep tersebut akan dikembangkan menjadi produk nyata, maka perputarannya akan menuju ke luar dan “proyek pengembangan produk baru” diluncurkan.

Model Spiral adalah pendekatan realistis bagi pengembangan sistem dan software berskala besar. Spiral model menggunakan model prototyping sebagai pereduksi resiko, dan juga memungkinkan pengembang untuk menggunakan model tersebut di setiap jenjang evolusi produk.
Seperti halnya paradigma lain, spiral model bukanlah obat mujarab. Mungkin akan terjadi kesulitan untuk meyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini dapat dikontrol. Ini membutuhkan keahlian penilaian resiko yang sungguh-sungguh demi keberhasilannya.
c.The Concurrent Development Model
Suatu ketika model ini disebut juga “concurrent engineering”, dapat direpresentasikan secara skematis sebagai suatu urutan dari kerangka aktivitas kerja. Sebagai contoh, aktivitas memodelkan dengan model spiral diselesaikan dengan melibatkan: prototyping dan analisis permodelan dan spesfikasi serta desain.
Gambar di bawah menyediakan skema representasi dari satu tugas software engineering dalam aktivitas permodelan yang konkuren. Semua aktivitas ada secara konkuren, tapi terletak pada jenjang yang berbeda. Sebagai contoh:
- aktivitas communication telah selesai dengan interasi pertamanya dan diam pada tingkat awaiting change
- di lain sisi, aktivitas modeling yang sebelumnya ada pada tingkat none, sekarang bertransisi ke tingkat under development
“Concurrent Process Model” menjelaskan urutan dari even yang akan memicu transisi dari suatu jenjang ke jenjang lainnya untuk setiap aktivitas, aksi, atau pekerjaan dari rekayasa perangkat lunak (software engineering). Sebagai contoh, pada tingkat awal dari desain, sebuah kekonsistenan pada model analisis terungkap. Ini akan membangkitkan suatu peristiwa analysis model correction yang akan memicu analysis action dari tingkat done ke tingkat awaiting change.
Model ini dapat diterapkan untuk semua tipe pengembangan software dan menyediakan gambaran yang akurat dari suatu keadaan terkini dari proyek.
• MODEL PROSES TERSPESIALISASI
Model proses khusus meliputi banyak karakteristik dari satu atau beberapa model konvensional yang telah ditampilkan pada bagian sebelumnya. Bagaimanapun, model yang terspesialisasi cenderung diaplikasikan ketika suatu pendekatan rekayasa perangkat lunak yang didefinisikan dipilih.

a.Pengembangan Berbasis Komponen
Komponen perangkat lunak Commercial off-the-shelf (COTS), yang dibangun oleh vendor-vendor yang menawarkannya sebagai produk, dapat digunakan ketika perangkat lunak tersebut akan dibuat. Komponen-komponen ini menyediakan target fungsional dengan antarmuka yang telah terdefinisi yang memungkinkan komponen terintegrasi ke dalam software.
Model pengembangan berbasis komponen (Chapter 30) menggabungkan berbagai karakteristik spiral model. Model pengembangan berbasis komponen yang evolusioner pada sifat asal, membutuhkan pendekatan iteratif untuk membuat perangkat lunak. Model menyusun aplikasi-aplikasi dari paket awal komponen perangkat lunak.
Proses permodelan dan konstruksi dimulai dengan mengidentifikasi komponen-komponen kandidat. Komponen-komponen ini dapat dirancang sebagai modul komponen perangkat lunak atau kelas berbasis objek atau paket lainnya pada kelas-kelas. Tanpa memperhatikan teknologi yang digunakan untuk membuat komponen, model pengembangan berbasis komponen menggabungkan langkah-langkah berikut (diterapkan dengan pendekatan evolusioner):
• Produk berbasis komponen yang tersedia diteliti dan dievaluasi untuk domain aplikasi pada persoalan.
• Persoalan penggabungan komponen dipertimbangkan.
• Suatu arsitektur perangkat lunak (Chapter 10) dirancang untuk mengakomodasi komponen-komponen.
• Komponen-komponen (Chapter 11) digabungkan ke dalam arsitektur.
• Pengetesan komprehensif (Chapter 13 dan 14) diadakan untuk memastikan fungsionalitas yang tepat.
Model pengembangan berbasis komponen yang mengarah kepada penggunaan ulang dan kemampuan guna ulang perangkat lunak menyediakan perekayasa perangkat lunak suatu angka keuntungan yang terukur. Berdasarkan study kemampuan guna ulang, QSM Associates, Inc melaporkan bahwa model pengembangan berbasis komponen mengurangi 70 persen siklus waktu pengembangan dan mengurangi 84 persen biaya proyek; dan produktivitas pada index 26.2, dibandingkan dengan suatu industri normal pada 16.9 [YOU94]. Walaupun hasil ini merupakan suatu fungsi yang tidak kuat dari component library, ada suatu persoalan dimana model pengembangan berbasis komponen menyediakan keuntungan signifikan bagi perekayasa perangkat lunak.

b. Model Metode Formal
Model Metode Formal (Chapter 28) mencakup suatu set aktivitas yang mengarah kepada spesifikasi matematis formal dari perangkat lunak komputer. Metode formal memungkinkan seorang perekayasa perangkat lunak untuk mengkhususkan, mengembangkan dan menguji sistem berbasis komputer dengan menerapkan suatu ketelitian notasi matematis. Suatu variasi pada pendekatan ini, disebut cleanroom software engineering [MIL87, DYE 92], yang sekarang diterapkan di beberapa organisasi pengembangan perangkat lunak dan dibahas di Chapter 29].
Ketika metode formal digunakan selagi pengembangan, metode formal menyajikan mekanisme untuk mengeliminasi permasalahan yang sulit untuk ditanggulangi menggunakan paradigma rekayasa perangkat lunak lain. Ambiguitas, ketidaklengkapan dan ketidaktetapan dapat ditemukan dan dikoreksi dengan lebih mudah –tidak lewat tinjauan ad hoc, tetapi lewat analisis matematis. Ketika metode formal digunakan selagi perancangan, metode formal melayani seperti halnya pada program verifikasi mendasar dan karena itulah, memungkinkan perekayasa perangkat lunak menemukan dan membetulkan kesalahan yang mungkin belum terdeteksi.
Meskipun bukan merupakan pendekaan yang paling utama, model metode formal menjanjikan penawaran software gratis yang cacat. Sebelumnya, perhatian tentang kemampuan penerapannya pada suatu lingkungan bisnis telah diuraikan:
• Pengembangan model formal benar-benar menyita waktu dan mahal.
• Dikarenakan sedikitnya developer perangkat lunak yang memiliki latar belakang yang dibutuhkan untuk menerapkan metode formal, maka diberlukan adanya pelatihan yang ekstensif.
• Susahnya menggunakan model sebagi mekanisme komunikasi kepada kustomer awam.
Pendekatan formal telah memiliki ’pengikut’ diantara para developer perangkat lunak yang mayoritas dari mereka membangun perangkat lunak yang telah teruji aman (misalnya: developer penerbangan pesawat terbang dan peralatan kedokteran) dan diantara para developer yang akan mengalami penderitaan ekonomi ketika terjadi kesalahan atau error pada perangkat lunak.

c. Pengembangan Perangkat Lunak Berorientasi Aspek
Tanpa memperhatikan proses perangkat lunak yang dipilih, pembangunan perangkat lunak yang kompleks tanpa terkecuali, menerapkan suatu set fitur-fitur yang telah dilokalisasi, fungsi-fungi, dan sejumlah informasi. Karakteristik perangkat lunak yang telah dilokalisasi tersebut dimodelkan sebagai komponen-komponen (misal: Object Oriented Classes atau Kelas-Keleas Berbasis Objek) lalu dibangun dalam konteks sebuah arsitektur sistem. Sebagai sistem berbasis komputer yang modern, menjadi lebih berpengalaman (dan kompleks), beberapa persoalan –pelanggan wajib memiliki minat terhadap teknologi- dapat menjangkau keseluruhan arsitektur. Beberapa persoalan merupakan sifat dari level tertinggi sebuah sistem (misalnya sistem keamanan dan toleransi kesalahan). Persoalan lainnya mempengaruhi fungsi (misalnya, aturan pada sistem aplikasi bisnis), sementara yang lainnya merupakan suatu sistem yang teratur (misal, penyelarasan tugas dan manajemen memory).
Ketika persoalan tertuju pada mempersingkat uraian tentang fungsi sistem multiple, fitur-fitur dan informasi, biasanya hal tersebut menunjuk pada apa yang disebut dengan crosscutting concerns. Persyaratan aspektual menegaskan bahwa crosscutting concerns tersebut memiliki dampak pada arsitektur perangkat lunak. Pengembangan Perangkat Lunak Berorientasi Aspek atau yang biasa disebut Aspect-oriented software development (AOSD), biasanya berhubungan dengan Pemrograman berorientasi aspek atau Aspek-oriented programming (AOP), yang merupakan paradigma rekayasa perangkat lunak yang relatif baruyang memberikan suatu pendekatan metodologi dan proses untuk menetapkan, menspesifikasi dan merancang dan mengkonstruksi aspek-aspek –”mekanisme diluar subroutine dan pewarisan adalah untuk menempatkan ekspresi crosscutting concern”[ELR01].
Grundy [GRU02] memberi diskusi lebih lanjut seputar aspek-aspek pada konteks apa yang disebut dengan Aspect-oriented component engineering (AOCE):

AOCE menggunakan konsep pembagian horizontal lewat dekomposisi vertikal komponen perangkat lunak, yang disebut ”aspek” untuk digolongkan kedalam sifat komponen fungsional dan non fungsional crosscutting. Umumnya, aspek sistemis meliputi antarmuka pengguna (user interface), pemrosesan transaksi, keamanan, integritas, dan masih banyak lagi. Komponen-komponen bisa saja menyediakan atau membutuhkan satu atau lebih ”detail aspek” yang berhubungan dengan aspek-aspek khusus, seperti mekanisme tinjauan, perluasan hasil dan macam-macam interface (aspek user interface); turunan kejadian, pengangkutan dan penerimaan (aspek distribusi); penyimpanan data/penerimaan kembali dan pemberian penunjuk atau indexing (aspek penetapan); pembuktian keaslian, penyandian dan hak akses (aspek keamanan); transaksi atomis, pengawasan persetujuan dan penempuhan strategi (aspek transaksi); dan masih banyak lagi. Tiap-tiap detail aspek memiliki sejumlah sifat, yang berkaitan dengan karakteristik fungsional dan/atau non-fungsional detail aspek.

Suatu proses berorientasi aspek yang berbeda belum dimatangkan. Bagaimanapun juga, proses tersebut dapat mengadopsi karakteristik model proses spiral dan konkuren (Bagian 3.4.2 dan 3.4.3). Sifat evolusioner pada spiral begitu tepat sebagai aspek-aspek yang teridentifikasi yang kemudian dibangun. Sifat pararel pada pengembangan konkuren sangat mendasar karena aspek-aspek direkayasa secara independen (bebas) dari komponen-komponen perangkat lunak dan hingga kini, aspek-aspek tersebut berdampak langsung pada komponen-komponen ini. Karenanya, perlu untuk menyegerakan penyamaan komunikasi antara aktivitas proses perangkat lunak yang diterapkan pada rekyasa dan pembangunan aspek dan komponen.
• THE UNIFIED PROCESS
Preface
Pada buku the Unified Process, Ivar Jacobson, Grady Booch dan James Rumbaugh [JAC99] mendiskusikan kebutuhan akan proses software yang “use-case driven, architecture-centric, iterative and incremental”, kemudian mereka menyatakan :
Saat ini, tren software telah jauh lebih maju, dengan sistem yang lebih kompleks. Hal ini dikarenakan komputer menjadi lebih serbaguna setiap tahunnya, menghantarkan pengguna untuk mengharap sesuatu yang lebih dari keberadaan komputer. Tren ini dipengaruhi oleh pertukaran informasi yang lebih luas secara internasional....Keinginan kami untuk menumbuhkan software yang lebih cerdas dengan mempelajari produk yang baru diluncurkan kemudian bagaimana produk tersebut dapat ditingkat. Kami menginginkan software yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kami. Namun, hal ini membuat software semakin kompleks.
Dalam beberapa hal Unified Process (UP) adalah usaha untuk menjelaskan fitur terbaik dan karakteristik dari konsep model proses software konvesional, tapi memilahnya untuk mengimplementasikan psinsip-prinsip terbaik dalam pengembangan software yang cerdas. Unified Process menyadari pentingnya komunikasi konsumen dan metode yang efisien untuk mendeskripsikan pandangan konsumen terhadap sistem. Hal ini menegaskan pentingnya aturan arsitektur software dan “membantu arsitek fokus pada tujuan yang tepat, seperti ketidakmengertian, kepercayaan akan perubahan masa depan, dan penggunaan kembali”[JAC99]. Ini menjelaskan alur proses diantaranya iteratif dan incremental yang evolusioner sebagai esensi dari pengembangan software yang modern.
Pada bagian ini kami memberikan gambaran elemen kunci dari Unified Process.

a.Uraian Sejarah
Selama tahun 1980-an sampai awal tahun 1990-an, metode Object Oriented (OO) dan bahasa pemograman mengalami persebaran peminat yang luas di seluruh komunitas rekayasa software. keberagaman metode Object Oriented Analysis (OOA) dan Design (OOD) diusulkan pada periode waktu yang sama, dan telah dikenalkan model proses object oriented bertujuan umum (sama dengan model evolusioner yang disajikan pada bab ini). Seperti kebanyakan paradigma “baru” untuk rekayasa software, penganut dari setiap metode OOA dan OOD memperdebatkan mana yang paling baik, namun tak ada metode individu atau bahasa yang mendominasi bidang rekayasa software.
Awal tahun 1990-an James Rumbaugh [RUM91], Grady Brooch [BOO94] dan Ivar Jacobson [JAC92] memulai metode unified yang mengkombinasikan fitur terbaik dari tiap metode individual dan mengadopsi fitur tambahan yang diajukan oleh para ahli lainnya [WIR90] pada bidang OO. Hasilnya berupa UML – Unified Modeling Language yang berisi notasi untuk pemodelan dan pengembangan sistem OO. Mulai tahun 1997, UML menjadi standar industri untuk pengembangan software berbasis objek. Pada tahun yang sama, Rational Corporation dan vendor lainnya mengotomatisasikan perangkat mereka untuk mendukung penggunaan metode UML.
UML menyediakan kebutuhan teknologi untuk mendukung praktek rekayasa software berbasis objek, tapi tidak menyediakan proses framework untuk pedoman tim proyek pada pengaplikasian dari teknologi tersebut. Beberapa tahun mendatang, Jacobson, Rumbaugh, dan Booch mengembangkan Unified Process, sebuah framework untuk rekayasa software berbasis objek menggunakan UML. Sekarang, Unified Process dan UML digunakan secara luas pada semua jenis proyek OO. Model iteratif, incremental diajukan oleh UP dapat dan akan beradaptasi untuk mencapai tujuan spesifik dari proyek.
Kesatuan pengerjaan proyek (misalkan, model dan dokumen) dapat diproduksi sebagai konsekuensi dari penggunaan UML. Bagaimanapun, hal membuat para perekayasa software membagi pekerjaan mereka membuat pengembangan yang lebih cerdas dan lebih responsif pada perubahan.

b.Phases of the Unified Process
Kita telah mendiskusikan lima aktifitas framework generic dan memperdebatkan kemungkinan penggunaannya untuk mendeskripsikan beberapa model proses software. Unified Process tidak mempunyai kekecualian. Figur 3.7 menggambarkan tahapan dari Unified Process (UP) dan hubungannya pada aktifitas generic yang telah didiskusikan pada Bab 2.
Figur 3.7 The Unified Process Tahap permulaan dari UP mencakup komunikasi konsumen dan aktifitas perencanaan. Dengan menggabungkan antara konsumen dan pengguna akhir, kebutuhan perusahaan akan software dapat diidentifikasi, perkiraan arsitektur untuk sistem dapat diajukan, dan perencanaan untuk iteratif, suasana incremental untuk proyek mendatang dapat dikembangkan. Kebutuhan utama bisnis dideskripsikan melalui sekumpulan penggunaan kasus pendahuluan yang mendeskripsikan fitur dan fungsi apa yang menjadi keinginan dari mayoritas pengguna. Pada umumnya, penggunaan kasus menjelaskan sederetan aksi yang dimainkan oleh aktor (misalnya, orang, mesin, atau sistem lainnya) dimana aktor tersebut berinteraksi dengan software. Penggunaan kasus membantu mengidentifikasi jangkauan dari proyek dan menyediakan dasar dari perencanaan proyek.
Arsitektur pada poin ini bukan sesuatu yang penting, melainkan hanyalah gambaran sementara dari subsistem utama dan berisi fungsi dan fitur. Kemudian, arsitektur akan diperbaiki dan diperluas menjadi sederetan model yang mewakili perbedaan pandangan dari sistem. Perencanaan pengidentifikasian sumberdaya, menilai resiko utama, mendefinisikan jadwal/urutan, dan menentukan tahapan dasar yang akan diaplikasikan sejalan dengan pengembangan increment software.
Tahap elaborasi meliputi komunikasi konsumen dan aktifitas pemodelan dari model proses generik (figur 3.7). Elaborasi memperbaiki dan memperluas penggunaan kasus pendahuluan yang dikembangkan sebagai bagian dari tahap permulaan dan mewakili perluasan arsitektural yang termasuk didalamnya software dengan lima pandangan berbeda – model penggunaan kasus, model analisis, model implementasi, dan model persebaran. Dalam beberapa kasus, elaborasi membentuk “executable architectural baseline – dasar arsitektur yang dapat dijalankan” [ARL02] yang mewakili bagian pertama dari sistem yang dapat dijalankan. Dasar arsitektur mendemonstrasikan kelangsungan hidup dari suatu arsitektur tapi tidak menyediakan semua fitur dan fungsi yang dibutuhkan untuk digunakan pada sistem. Tambahan, perencanaan ini dipantau dengan seksama pada puncak tahap elaborasi untuk meyakinkan jangkauan, resiko, dan tanggal peluncuran yang masuk akal. Modifikasi perencanaan dapat dibuat saat ini.
Tahap konstruksi pada UP serupa dengan aktifitas konstruksi pada proses software generic. Menggunakan model arsitektur sebagai input, tahap konstruksi berkembang atau belajar dari komponen software yang akan memakai setiap operasi penggunaan kasus bagi pengguna akhir. Untuk menyelesaikan ini, analisis dan model desain yang dimulai saat tahap elaborasi diselesaikan untuk menggambarkan versi akhir dari increment software. Semua kebutuhan dan fitur dan fungsi yang dibutuhkan dari increment software saat diluncurkan kemudian diimplementasikan sebagai source code. Karena komponen sedang diimplementasikan, tiap tes unit didesain dan dijalankan. Kemudian, aktifitas integrasi (komponen assembly dan tes terintegrasi) dimulai. Penggunaan kasus digunakan untuk mendapatkan tes pendukung yang dieksekusi terlebih dahhulu sebelum inisialisasi pada tahap UP berikutnya.
Tahap transisi pada UP mencakup tahap akhir pada aktifitas konstruksi generik dan bagian pertama dari aktifitas persebaran generik. Software diberikan pada user untuk beta testing (pengoperasian software secara terkontrol yang digunakan oleh pengguna akhir sesungguhnya untuk mendeteksi kerusakan dan defisiensi. kerusakan dan defisiensi ini dilaporkan, dan tim pembuat software menerima umpan balik.), dan pengguna memberikan umpan balik baik kerusakan dan pengubahan yang perlu. Tambahan, tim pembuat software membuat informasi pendukung (misalnya, user manual, panduan trouble-shooting, dan prosedur instalasi) yang dibutuhkan saat peluncuran produk. Kesimpulan dari tahap transisi, increment software menjadi peluncuran software untuk digunakan.
Tahap produksi pada UP serupa dengan proses aktifitas generik. Pada tahap ini, penggunaan terus-menerus dimonitor, pendukung untuk infrastuktur operasi dibutuhkan, dan laporan kerusakan dan permintaan akan perubahan diajukan dan dievaluasi.
Sepertinya tahap konstruksi, transisi dan produksi dilakukan pada saat yang sama, pengerjaan increment software berikutnya mulai dilakukan. Berarti kelima tahap UP tidak terjadi secara berurutan, tapi lebih kepada persetujuan yang membingungkan.
Alur pengerjaan rekayasa software didistribusikan melalui semua tahap UP. Dalam konteks UP, alur kerja adalah dapat dinyatakan dengan kumpulan pekerjaan (didefinisikan pada Bab 2). Merupakan identifikasi alur kerja yang dibutuhkann untuk menyelesaikan bagian penting dari rekayasa software dan produk ang diproduksi sebagai konsekuensi tugas yang sukses. Harus dicatat bahwa tidak setiap tugas diidentifikasikan untuk alur pengerjaan UP untuk semua proyek software. Tim dapat mengadaptasi proses (langkah-langkah, tugas, dan produk) untuk menyesuaikan dengan kebutuhan.
c.Unified Process Work Product
Figur 3.8 mengilustrasikan kunci produk yang diproduksi sebagai konsekuensi dari empat tahap teknik UP. Selama tahap awal, bermaksud untuk menentukan keseluruhan gambaran dari proyek, mengidentifikasi sederet keperluan perusahaan, membuat software berdasarkan kasus pada perusahaan, dan mendefinisikan proyek dan resiko bisnis yang dapat diwakili dengan adanya ancaman menuju sukses. Dari sudut pandang perekayasa software, produksi paling penting adalah saat permulaan pemodelan penggunaan kasus – kumpulan dari penggunaan kasus yang dideskripsikan bagaimana orang luar berinteraksi dengan software dan mendapatkan kegunaan dari software tersebut. Intisarinya, model penggunaan kasus adalah sekumpulan skenario yang sudah didesripsikan kemudian digunakan dengan standarisasi template, termasuk fitur dan fungsi software dengan mendeskripsikan sebagian prekondisi, aliran skenario, dan kumpulan paskakondisi sebagai gambaran interaksi. Pertama-tama, penggunaan kasus mendesripsikan kebutuhan pada level domain bisnis. Bagaimanapun, model penggunaan kasus diperbaiki dan dielaborasi sebagai tahap UP dan melayani sebagai input penting untuk kreasi subsequent produk. Selama tahap awal, hanya 10 sampai 10 persen model penggunaan kasus diselesaikan. Setelah tahap elaborasi, antara 80-90 persen dari keseluruhan model telah berhasil dibuat.
Tahap elaborasi menghasilkan produk yang kebutuhan yang terperinci (termasuk kebutuhan nonfungsional) dan menghasilkan deskripsi arsitektural dan desain awal. Karena perekayasa software memulai dengan analisis OO, tujuan utamanya adalah untuk mendefinisikan sederetan golongan analisis yang memadai untuk mendeskripsikan kinerja sistem. Model analisis UP adakah produk yang dikembangkan sebagai konsekuensi pada aktifitas ini. Golongan dan paket analisis ini figur 3.8 Major work products produced for each UP phase

didefinisikan sebagai bagian dari model analisis yang telah diperbaiki menjadi model desain yang menjelaskan tentang desain classes, subsistem, dan interface antar subsistem. Model analisis dan desain memperluas dan memperbaiki susunan perwakilan dari arsitektur software. Tambahan, tahap elaborasi juga memberikan resiko dan perencanaan proyek untuk meyakinkan masing-masing sudah valid.
Tahap konstruksi memproduksi model implementasi yang menerjemahkan desain classes menjadi komponen software yang akan dibuat untuk mengerti gambaran dari sistem, dan peta model persebaran komponen menjadi physical computing environment. Pada akhirnya, model tes mendeskripsikan tes yang akan digunakan untuk meyakinkan bahwa penggunaan kasus digambarkan dengan tepat pada software yang telah dikonstruksi.
Tahap transisi menghantarkan increment software dan menilai kinerja produk yang telah diproduksi bagi pengguna akhir berupa software jadi. Umpan balik dari beta testing dan permintaan kualitatif untuk perubahan dibuat pada tahapan ini.

• RANGKUMAN
Ketentuan tentang model proses telah diterapkan selama bertahun-tahun sebagai usaha agar urutan dan strukturnya tertata ke arah pengembangan perangkat lunak. Masing-masing model konvensional ini menganjurkan suatu aliran proses yang berbeda, namun kesemuanya mengerjakan set yang sama dari kerangka kerja aktivitas umum: komunikasi, perencanaan, memodelkan; pembangunan dan penyebaran.
Model air terjun menyarankan deret linear suatu kerangka aktivitas yang sering tidak konsisten dengan kenyataan modern (misalnya perubahan kontinyu, perkembangan sistem, garis waktu yang sempit) pada dunia perangkat lunak. Proses model tersebut dapat diterapkan pada situasi-situasi dimana ketentuan-ketentuan telah didefinisikan dan tetap.
Kenaikan model proses perangkat lunak menghasilkan perangkat lunak sebagai suatu seri dari kenaikan yang dirilis. Model RAD dirancang untuk proyek yang lebih besar yang harus disampaikan dalam kerangka waktu yang sempit.
Model proses evolusioner mengenal sifat iteratif pada sebagian besar proyek rekayasa perangkat lunak dan dirancang untuk mengakomodasi perubahan. Model evolusioner, seperti prototyping dan model spiral, menghasilkan produk berupa kenaikan kerja (atau versi bekerja perangkat lunak) secara cepat. Model ini dapat diadopsi untuk diterapkan pada seluruh aktivitas rekayasa perangkat lunak –mulai pembangunan konsep sampai perawatan sistem jangka panjang.
Model berbasis komponen menekankan pada perakitan dan pemakaian ulang komponen. Model metode formal menganjurkan pendekatan berbasis matematika pada pengembangan perangkat lunak dan verifikasinya. Model berorientasi aspek mengakomodasi crosscutting concerns yang menjangkau seluruh sistem arsitektur.
Unified Proses adalah suatu ” penggerak kasus penggunaan, arsitekture sentris, iteratif dan kenaikan” proses perangkat lunak yang dirancang sebagai suatu kerangka kerja untuk metode UML dan peralatan. Unified Proses adalah suatu kenaikan model pada lima fase yang didefinisikan: (1) suatu fase permulaan yang meliputi komunikasi pelanggan dan aktivitas perencanaan dan menekankan pada pembangunan dan perbaikan kasus penggunaan sebagai model utama; (2) Suatu fase terperinci yang meliputi komunikasi pelanggan dan aktivitas permodelan yang fokus pada analisis kreasi dan model desain dengan suatu penekanan pada definisi class dan representasi arsitektur; (3) Suatu fase konstruksi yang menyaring lalu mewujudkan model desain ke dalam penerapan komponen perangkat lunak; (4) Fase konstruksi yang mentransfer perangkat lunak dari developer ke pengguna akhir untuk beta testing dan penerimaan; (5) Suatu fase produksi pada proses pengawasan dan pendukung yang sedang berlangsung.

Similar Documents

Premium Essay

Rx Prescriptive Authority

...Each student will learn about applying for prescriptive authority in their home state as well as applying for a National Provider Identification (NPI). You are expected to access the nurse practice act relating to Advanced Practice Nurses (APNs) for the state in which you plan to practice. You will also access the HHS site that provides information on the NPI and application process. Answer each of the following questions. This does not have to be a formal paper but should include all of the requested information. You should site your sources in the references. I encourage you to summarize the information rather than just doing a cut and paste from any web site. 1. What state do you plan to practice in? Indiana 2. What information and documents are required in order to apply / obtain prescriptive authority in your state as an APN? (Be specific) ALL APPLICANTS must mail a completed application along with the items listed below to the Indiana Professional Licensing Agency. You must hold an active, valid registered nurse license in Indiana or another state to be eligible for prescriptive authority. The application requires you to indicate the category of Advanced Practice Nursing under which are applying for Prescriptive Authority: You must choose one of the following: Clinical Nurse Specialist; Nurse Practitioner; or Certified Nurse Midwife. Please note that if you are applying for prescriptive authority as a Certified Nurse Midwife, you still need a current...

Words: 2567 - Pages: 11

Premium Essay

Agile vs. Prescriptive Processes

...Agile vs. Prescriptive Processes CS5704 - Assignment 1 Jitrat Jaidee jaideej@hotmail.com AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT Agile Development is one of the methodologies use in software engineering to help develops software. Today, there are a lot of different approach to Agile method. However, they all share the same value and principals. This method is value interactions over team and customer, workable software, and adaptable to change. Over the processes, documentation, contract, and plan. Agile developer also following 12 principle. 1, Their first priority is to delivery fast and quality software that will satisfy customer. 2, be adaptable to any change in requirement at any point in time, Agile development always welcome change. 3, frequency deliver working software between a few week to a few month. 4, daily interaction between developer and customer. 5, The project built around individuals motivation. give them what they need and trusted that they will get the job done. 6, The best way to relay an information is live(face to face) conversation. 7, Using the working software as the main measurement of progress. 8, The process in agile environment is going in stable pace. 9, through out the processes, always attention to technique and design, in order to improve agility. 10, Keep the progress simplicity. 11, The self Organize team will naturally produce good architectures, requirements, and designs. 12, Often during progress Agile team hold a regular...

Words: 756 - Pages: 4

Free Essay

Understanding Prescriptive vs. Descriptive Grammar

...Bottom of Form Understanding Prescriptive vs. Descriptive Grammar When people hear about linguistics, they often believe that linguists are very much like the character Henry Higgins in the play My Fair Lady, who expresses sentiments like in the following song, where he bemoans the state of English and the lack of proper pronunciation: However, as you will learn in this first week of class, there are two different ways that language has been talked about in disciplines that focus on the use of language. We can talk about these different approaches to language as descriptive grammar vs. prescriptive grammar.  Prescriptive grammar  describes when people focus on talking about how a language should or ought to be used. One way to remember this association is to think of going to a doctor’s office. When a doctor gives you a prescription for medication, it often includes directions about how you should take your medication as well as what you should not do when taking your medication. In a similar way, a prescriptive grammar tells you how you should speak, and what type of language to avoid. This is commonly found in English classes as well as other language classes, where the aim is to teach people how to use language in a very particular (typically described as ‘proper’ or ‘correct’) way. Descriptive grammar, on the other hand, focuses on describing the language as it is used, not saying how it should be used. For example, think about a prescriptive rule like Don’t split infinitives...

Words: 1316 - Pages: 6

Free Essay

'All Ethical Language Is Prescriptive' Discuss.

...“All Ethical Language is prescriptive” Discuss (35) The Philosopher R.M. Hare came up with the idea of prescriptivism and what he meant by this basically was that other people should agree with a statement and follow it due to ethical statements having an intrinsic sense. The role of ethical statements is to say what ‘ought’ to be done and such prescriptions are moral because they are universal. Hare then goes on to talk about the word ‘good’ and that we should always link it in relation to a set of standards, and this therefore means it has a descriptive meaning, however if we use the word ‘good’ in a moral sense it also has a prescriptive meaning. Hare is saying that there is a difference between a descriptive and prescriptive meaning, but when we use words with an ethical meaning, we use them prescriptively. However there are criticisms to Hare’s theory like you should put yourself in another person’s shoes before making a judgement as one person’s preferences may be different from another person. On the other hand philosopher G.E. Moore came up with the idea of intuitionism and he said that the word ‘good’ was indefinable and one prime example he used was that we know what ‘yellow’ is and can recognise it, but we can’t actually define what it is and he also says this about the word ‘good’. Moore also said that we can still say whether a moral statement is true or false through our intuition and that we can recognise good when we see it. There are also criticisms to this...

Words: 465 - Pages: 2

Premium Essay

Prescriptive Privileges for Advanced Practice Nurses

...Prescriptive Privileges for Advanced Practice Nurses In order to meet the growing demand for primary care, nurse practitioners need prescriptive authority to provide quality, safe, and cost-effective healthcare to patients. The development of nurse practitioners, plus physician shortages in primary care, leads to an increasing need for nurse practitioners and access to health care. However, nurse practitioners currently face prescription regulations for controlled substances, which limits their scope of practice. The regulation of nurse practitioners prescribing controlled substances diminishes comprehensive health care services by increasing the wait time for patients and liability claims for physicians. The number of nurse practitioners continues to expand and their roles often overlap with those of the physician to meet the shortages of primary care. History of APRN and efforts to gain Prescriptive Authority In rural areas there was a rising demand for primary care services, which lead to the development of the nurse practitioner profession. Since physicians were unable to meet this demand, nurses stepped in and expanded their roles to meet the needs of individuals and families. Physicians began collaborating and mentoring with nurses who had clinical experience in the late 1950s and early 1960s (Medscape). The increased specialization of medicine led to a wide number of physicians out of primary care, which caused a primary physician shortage and left rural areas...

Words: 972 - Pages: 4

Free Essay

Authority

...Prescriptive Authority DB Required Coalition for Nurses in Advanced Practice. (n,d,). Crafting effective letters to legislators. (See attached document) Coalition for Nurses in Advanced Practice. (n.d.). Advocacy: How to read a bill. Retrieved from http://www.cnaptexas.org/?228 Stewart, J.G. & Denisco, S. M. (2015). Role development for the nurse practitioner, (Chapters 6, 9, 10 & 11), Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning, LLC. Texas Legislative Council. (2013). Section 1: The Texas legislative Process. In Guide to Texas Legislative Information, pp 1 - 10. Retrieved from  http://www.tlc.state.tx.us/lege_ref.htm.  Texas Secretary of State. (n.d.).State rules and open meetings. Retrieved from http://www.sos.state.tx.us/texreg/index.shtml Texas Secretary of State. (n.d.). Welcome to the Texas Administrative Code. Retrieved from http://www.sos.state.tx.us/tac/index.shtml As a new APRN understanding delegated prescriptive authority will keep you out of professional and legal trouble. Refer back to Lynda Woolbert’s lecture and differentiate between facility-based and non-facility-based NP practices in Texas law. What does Texas law requires for delegation of prescriptive authority? What is a prescriptive authority agreement (PAA) and what elements should be included? What scheduled drugs can an APRN prescribe and what are the legal requirements associated with prescribing controlled substances? Refer back to the KPRC news clinic (The Harwin Case). Analyze...

Words: 2027 - Pages: 9

Premium Essay

Model Doctor Patient Relationship

...Relationships have hundreds of details that define how they work such as their power dynamics and interactions as well as expected behaviors and a set of ethical rules between the individuals or groups involved in the relationship. Models are used to describe relationships by giving an example of another commonly known relationship. The vast majority of relationships are too complex to accurately and completely define each and every detail individually. Instead, models are used as a starting point from which discussions of other relationships can take place. The doctor-patient relationship for example, can be described much more completely and quickly by comparing it to another relationship; such as that between a parent and child, painter...

Words: 320 - Pages: 2

Premium Essay

Happy Valley Hiking Club Case Study

...ISSUES PRESENTED I. Does Happy Valley Hiking Club have a claim for a public easement by implied dedication that would require the ranchers to restore public access to Happy Valley? II. Does Mr. Plaint have an individual claim for a private prescriptive easement to Happy against the ranchers? III. Are the ranchers liable for any injuries to the public obtained during recreational use of Happy Valley trail? SHORT ANSWERS I. Happy Valley Hiking Club has a claim to a public easement by implied dedication and may enjoin the ranchers from prohibiting access to Happy Valley trail. II. Mr. Plaint does not have an individual claim for private prescriptive easement rights and would not be able to enjoin the ranchers from prohibiting access to Happy...

Words: 1995 - Pages: 8

Premium Essay

Critical Review of Crafting Strategy

...of the fall of planning strategy, it also accounted for the rise of the emergent strategy. Entrepreneurial organizations increasingly rely on emergent strategy development rather than formal planning processes (Fletcher & Harris, 2002). This literature review will attempt to discuss the debate over the prescriptive and emergent approaches for developing strategy followed by the main strengths and weaknesses of the article. The article uses experiences of a craftsman and a potter to develop an argument that the crafting image better captures the process by which effective strategies come to be than the formal planning (Mintzberg, 1987). Mintzberg stresses a strategy is actualized through the processes of learning, negotiation, and proposes that the distinction between planning and implementation is untenable (Mintzberg, 1990). “Openness of emergent strategy enables management to act before everything is fully understood-to respond to an evolving reality rather than having to focus on a stable fantasy.” (Mintzberg, Waters 1985). Emergent strategy is therefore described as a trial and error approach which allows amendments, rather than one fix objective, as in prescriptive strategy (Downs et al 2003). Mintzberg thus believes that the errors made when crafting strategies could become opportunities (Mintzberg 1987). As seen in the example of Honda, emergent strategy works well in uncertain times and more difficult market conditions. Also, It can be perceived that emergent strategy...

Words: 1117 - Pages: 5

Premium Essay

A Review of Mintzberg’s ‘Crafting Strategy’

...make between formulation and implementation, the common assumption that thought must be independent of (and precede) action.” (Mintzberg, 1987) The above quotation, taken from Henry Mintzberg’s “Crafting Strategy”, concisely outlines one of the most prominent debates in the field of strategy over the last fifty years. Although the field is heavily fragmented - a feature highlighted by Mintzberg’ et al.’s “Ten Schools of Thought” model (1998) – it can be reduced into the two key approaches implicit above: the prescriptive, or Planning School, and the descriptive, or Learning School. The prescriptive approach describes strategy formation as a deliberate, conscious process of thought that comes prior to implementation. Most authors from this school define strategy as the establishment of a company’s future position [see, for example, Andrews, 1965; Ansoff, 1965, Byers, 1985; Chandler, 1962], illustrating how planning is a cornerstone of the prescriptive approach to strategic management. Serving as a juxtaposition, the descriptive approach suggests that strategies will emerge through the process of trial-and-error and that intention need not precede action. Mintzberg and Waters (1985) argue that the “open, flexible and responsive” nature of emergent strategies is especially important during crises when the environment is too unstable to follow [also, see Grant, 1998], whereas Lynch (2000) contributes that emergent strategies are undertaken by firms that repeatedly...

Words: 1545 - Pages: 7

Premium Essay

Magpie Se Nsing Employs Analytics to Manage a Vaccine Supply Chain Effectively and Safely

...Cold chain in healthcare is defined as the temperat ure-controlled supply chai n involving a system of transporting and storing vaccines and pharmaceutical drugs. It consists of three major components − transport and storage equipment, trained personnel, and effi cient management procedures. The majority of the vaccines in the cold chain are typically maintained at a temperature of 35-46 degrees Fahrenheit [2-8 degrees Centigrade]. Maintaining cold chain integrity is extremel y important for healthcare product manufacturers. Especially for the vaccines, improper storage and ha ndling practices that compromise vaccine viability prove a costly, time-consuming affair. Vaccines must be stored properly from manufacture until they are available for use. Any extreme temperatures of heat or cold will reduce vaccine potency; such vaccines, if administered, might not yield effective re sults or could cause adverse effects. Effectively maintaining the temperatures of storage units throughout the he althcare supply chain in real time − i.e. , beginning from the gathering of the resources, manufacturing, distribu tion, and dispensing of the products − is the most effective solution desired in the cold chain. Also, the location-tagged real-time environmental data about the storage units helps in monitoring the cold chain for spoiled products. The chain of custody can be easily id entified to assign product liability. A study...

Words: 1183 - Pages: 5

Premium Essay

In the English Language

...find examples of the use of a word in natural language Kinds of Dictionary Descriptive Dictionaries The truth of the matter is that today virtually all English language dictionaries are descriptive. The editors will usually say that they are simply recording the language and how its words are used and spelled. True, there may be some guidance. For example, most Merriam-Webster dictionaries will note if certain words are deemed nonstandard or offensive by most users; however, the words are still included. Of modern dictionaries, only the Funk and Wagnall's contain a certain amount of prescriptive advice. All the major dictionary publishers - Merriam-Webster, Times-Mirror, World Book, and Funk and Wagnall's - will tell you that they are primarily descriptive. Historically, Dictionaries were Prescriptive This was not the case with the first dictionaries in England and America. They were prescriptive. Samuel Johnson's Dictionary of the English Language (1755) had social commentary and jokes. He was writing to entertain as well as inform. Johnson also came to the conclusion that the English language could not be proscribed - it could not be limited to only a certain number of words. This, though, had...

Words: 797 - Pages: 4

Premium Essay

Business

...What is Linguistics? Descriptive vs. Prescriptive rules/grammars Linguistic competence vs. performance Readings: 1.2-1.3 LING 200 -- McGarrity 1 What is Linguistics? The scientific study and analysis of human language. LING 200 -- McGarrity 2 Core Subfields Phonetics: the study of the physical properties of speech sounds (acoustic phonetics) and how they are made (articulatory phonetics) e.g., Park the car in Harvard yard. [p‫ܒ‬ϪѢk ᾩђ k‫ܒ‬ϪѢ ‫گ‬n hϪѢvѢd jϪѢd] [p‫ܒ‬a⍧k dђ k‫ܒ‬a⍧ n ha⍧v᭣d⍾ ja⍧d⍾] LING 200 -- McGarrity 3 Core Subfields Phonology: the study of how speech sounds pattern and how they are organized (i.e., the sound system) e.g., brick is a real Eng word blick isn’t an Eng word, but could be bnick isn’t an Eng word and couldn’t be LING 200 -- McGarrity 4 Core Subfields Morphology: the study of the formation of words. e.g., unlockable LING 200 -- McGarrity un-lock-able 5 Core Subfields Syntax: the study of the structure of sentences. e.g., She hit the man with a hammer. LING 200 -- McGarrity 6 Core Subfields Semantics: the study of meaning in language. “Inconceivable!” -- Vizzini, The Princess Bride Pragmatics: the study of how linguistic meaning depends on context. LING 200 -- McGarrity 7 Linguistics is NOT… … the study of writing …the study of how to speak properly LING 200 -- McGarrity 8 Grammar Prescriptive grammar Prescribes rules governing what...

Words: 477 - Pages: 2

Premium Essay

Clinic

...to examine many different factors affecting the treatment outcome, both regardless of treatment method and compared to the treatment method. They categorized the variables as prescriptive and prognostic ones, each yields different type of prediction in the treatment process. They used two efficacious treatment methods comparatively though, cognitive therapy and antidepressant medications. Results and problems will be told below. Efficacy of both treatments is somewhow affected by patient’s characteristics and condition as we know for sure. A pretreatment variable can come into the picture in two different ways: either it affects the outcome regardless of the treatment method, acts as a prognostic variable; or it responds differently to different treatment models, as a prescriptive variable. The effects of all potential predictors are examined in this study under five major domains which have different seperate variables inside. In their data analytic strategy, the researchers looked at the interaction between predictor and treatment. In results, they found that chronicity, age and intelligence are prognostic variables whereas marital status, unemployment status and number of life events experienced are prescriptive variables. The difference between treatment methods came out in prescriptive ones: cognitive therapy was more efficacious than medication for those who experience many events, are nonmarried and unemployed. Each of these variables’ effects were shown significant...

Words: 431 - Pages: 2

Free Essay

Approaches to Decision Making Theory

...Laroche  being  prescriptive  and  descriptive   Laroche follows a prescriptive method in arguing for decision making theory. He argues it is a social representation which will improve decision making. In his abstract he writes “The paper argues that […] the concept of organizational action should not be opposed to decision and decision-making. Decision and decisionmaking are best understood as social representations […]. As organization members think and act in terms of decision-making, a theory of organizational action cannot simply do without a theory of decision-making. “ showing clearly that he is prescribing a certain way of looking upon decision-making. This is further strengthened in the conclusion where he for example writes “This paper argued that decision-making is best understood as a process of reality creation through organization members’ representations of their own role and activity.” The extent to which Laroche is prescriptive is debatable however. He acknowledges descriptive factors such as when he claims in conclusion that “no theory of action can develop without integrating the fact that, to a significant extent, organizational members think and act in terms of decision-making... a relevant phenomenon for a theory of action, not a marginal one”. He lists examples from empirical studies in describing the decision-making process: “bureaucratic processes (e.g., Cyert and March 1963, Carter 1971), political processes (e.g.. Bower 1970), psychological...

Words: 1091 - Pages: 5