Free Essay

The Affect of It Skills and Emotional Intelligence Towards Worker Competitiveness

In:

Submitted By boorbon
Words 5623
Pages 23
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era globalisasi, negara-negara di tuntut untuk siap dalam menghadapi gejolak perubahan global yang semakin semarak. Globalisasi membawa dampak dari segala bidang, mulai dari bidang ekonomi, politik, budaya dan pendidikan (Alhumami, 2008). Dengan adanya perubahan global ini, krisiskrisis global dunia mulai meluas dan persaingan antar negara pun menjadi lebih kompetitif. Sangat penting bagi negara – negara untuk menentukan sikap sebagai bangsa pemenang atau pecundang dalam menghadapi globalizáis (Boediono, 2009). Negara-negara yang kurang siap, akan mengalami dampak krisis berkepanjangan. Seperti halnya Indonesia, bisa di katakan Indonesia belum siap dalam menghadapi perubahan global ini, maka dari itu sejak krisis yang di alami tahun 1998 hingga krisis tahun 2008 Indonesia belum mampu untuk mengatasi permasalahan krisis tersebut dengan baik. Banyak hal yang mempengaruhi dalam menghadapi krisis tersebut, antara lain:
1. Keadaan keamanan nasional dan politik di Indonesia yang tidak stabil. 2. Keadaan ekonomi yang semakin sulit di pulihkan karena masih belum di

temukan solusi terbaik untuk mengatasinya.
3. Daya saing nasional Indonesia.

(Setyawan, 2001) Berdasarkan penilaian peringkat daya saing (competitiveness) oleh Institute Management Development (IMD), daya saing nasional Indonesia telah meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari peringkat 51 (2008) menjadi 42 (2009) dari 57 negara paling kompetitif di dunia. Hal ini merupakan kemajuan yang signifikan bagi Indonesia. Menurut IMD, daya saing merupakan kompetensi yang di kelola dari nasional maupun bisnis guna mencapai kemakmuran yang lebih besar, dengan menimbang daya saing dari faktor – faktor utama serta sub faktor yang ada di dalamnya. Faktor - faktor utama tersebut adalah perekonomian, efisiensi

1

Universitas Indonesia

2

pemerintahan, efisiensi bisnis dan infrastruktur (IMD World Competitiveness Yearbook, 2009). Peringkat tersebut dapat di deskripsikan pada gambar berikut:

Gambar 1.1. World Competitiveness Yearbook Scoreboard (World Competitiveness Yearbook, 2009)

Universitas Indonesia

3

Namun, jika di bandingkan dengan negara – negara di Asia, Indonesia menempati peringkat ke 13 dari 15 negara. Hal ini di ilustrasikan pada tabel berikut ini:

NEGARA Hong Kong Singapore Qatar Japan Malaysia China Mainland Taiwan Israel Thailand Korea India Kazakhstan Indonesia Philippines Turkey

PERINGKAT IMD 2 3 14 17 18 20 23 24 26 27 30 36 42 43 47

PERINGKAT ASIA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tabel 1.1. Peringkat Daya Saing Negara Asia

Merujuk kepada faktor – faktor utama tersebut di atas, salah satunya adalah efisiensi pemerintahan dan yang bergerak di dalamnya terutama adalah institusi – institusinya. Dalam institusi – institusi tersebut terdapat sumber daya manusia (SDM) yang menjadi motor penggerak kinerja institusi tersebut. Zainun (1995) berkemuka bahwa yang di sebut dengan pegawai adalah manusia – manusia yang mempunyai status tertentu berkaitan dengan pekerjaannya di dalam organisasi yang menjadi sumber daya bagi organisasi tersebut. Suatu sumber daya atau infrastruktur tanpa adanya daya saing dan kompetensi dari manusia - manusianya akan menjadi tidak berguna (Kartasasmita, 1997). Yang di maksud dengan pegawai negeri sipil (PNS) adalah pegawai Republik Indonesia yang di tempatkan pada institusi – institusi pemerintah pusat, daerah, ABRI, Polri, luar negeri maupun yang di perbantukan dalam Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk lembaga – lembaga negara lainnya (Zainun, 1995).

Universitas Indonesia

4

Departemen Pekerjaan Umum (PU), adalah institusi pemerintah di Indonesia yang bertanggung jawab atas segala pekerjaan umum negara. Adapun visi dan misi dari Departemen PU tersebut adalah dibawah ini: VISI
1. Tersedianya infrastruktur PU yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan

untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta lebih sejahtera. MISI
1. Menata ruang nusantara yang nyaman dan berkualitas 2. Memenuhi kebutuhan infrastruktur PU wilayah berupa infrastruktur di bidang

sumber

daya

air,

termasuk

mendukung

ketahanan

pangan

melalui

pengembangan jaringan irigasi, serta mengamankan pusat-pusat produksi dan permukiman dari bahaya daya rusak air.
3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur PU di bidang jalan, dalam rangka

mendukung pengembangan wilayah dan kelancaran distribusi barang & jasa.
4. Mengembangkan infrastruktur PU di permukiman untuk mewujudkan

perumahan dan permukiman yang layak huni dan produktif. Melaksanakan pembinaan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan.
5. Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang kompetitif. 6. Meningkatkan

kapasitas

pemerintah

daerah

dan

masyarakat

dalam

pembangunan infrastruktur PU.
7. Mengembangkan teknologi ke-PU-an yang tepat guna dan kompetitif serta

meningkatkan keandalan mutu infrastruktur PU.
8. Menerapkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan terpadu

dengan prinsip good governance profesional. (60 Tahun Departemen PU, 2005)

serta mengembangkan SDM yang

Adapun untuk mendukung tercapainya beberapa misi dari Departemen PU tersebut di atas, yaitu: 1) mengembangkan teknologi PU yang tepat guna dan

Universitas Indonesia

5

kompetitif, 2) menerapkan prinsip good governance, 3) mengembangkan SDM yang profesional. Osborne (2007) berkemuka, bahwa untuk mendukung terwujudnya prinsip yang good governance sebaiknya di lakukan perubahan dalam strategi – strategi sebagai berikut, yang di sebut oleh Osborne sebagai strategi 5C yaitu: 1. Core Strategy: perubahan pada manajemen strategis 2. Consequences Strategy: kinerja manajemen yang lebih baik dan lebih kompetitif 3. Customer Strategy: memilih customer atau penyedia barang/jasa secara lebih kompetitif dan mengandalkan kualitas yang baik. 4. Control Strategy: kekuasaan pegawai dan kekuasaan organisasi 5. Culture Strategy: merubah kebiasaan yang tidak baik dan berpikir sebagai yang terbaik. Dan salah satu usaha dari Departemen PU adalah dengan menerapkan sistem eProcurement sebagai sarana untuk pengadaan barang/jasa di lingkungan Departemen PU. Sistem e-Procurement adalah suatu sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik berbasis Web yang menggunakan fasilitas Information, Communication and Technology. Sistem ini di terapkan dengan maksud untuk menghindari adanya kontak langsung yang dapat menimbulkan halhal kecurangan dan KKN antara penyedia dan pengguna barang/jasa pada proses pelelangan, sehingga akan tercipta suatu persaingan sehat dan juga berjalan dengan efektif, efisien, akuntabilitas serta transparan namun tetap mengacu pada ketentuan pengadaan barang/jasa di pemerintah yaitu Keppres nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Sistem eProcurement di Departemen PU sampai dengan saat ini telah mencapai tahap semi e-Procurement di mana pelaksanaannya telah di terapkan untuk paket-paket pengadaan barang/jasa dari pusat hingga propinsi-propinsi yang infrastruktur jaringannya sudah mampu. Dan sistem belum sepenuhnya 100% karena masih ada kendala pada legalitas tanda tangan elektronik dan meterai elektronik yang belum di akui (60 Tahun Departemen PU, 2005). Seperti yang telah di terapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum pada surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) No. 240/KPTS/M/2003 tentang Penetapan

Universitas Indonesia

6

Paket – paket yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara Semi eProcurement di Lingkungan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dan Keputusan Menteri PU No. 274/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Paket Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (e-Procurement) di Lingkungan Departemen PU (60 Tahun Departemen PU, 2005). SDM di institusi pemerintahan merupakan faktor signifikan dalam mendukung kemajuan efisiensi pemerintahan. Dan saat masih terlihat kurangnya kompetensi dan daya saing dari SDM yang ada di Departemen PU sekarang. Boediono (2009) berpendapat bahwa, faktor penghambat perkembangan suatu institusi di sebabkan oleh kinerja birokrasinya, dalam hal ini reformasi birokrasi sangat penting terutama dalam peningkatan mutu sumber daya manusianya. Hal tersebut masih terlihat dari kinerja pegawai yang kurang kompeten mulai dari kegiatan administrasi, pelatihan, lapangan, pengadaan barang/jasa baik dengan penggunaan sistem e-Procurement maupun manual dan kegiatan lainnya. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Djoko Kirmanto pada sebuah wawancara, Ia mengakui SDM yang sudah ada di lingkungan Departemen PU dari dulu hingga sekarang masih belum mampu secara penuh terutama mengenai pelaksanaan e-Procurement tersebut, walaupun sudah di adakan pelatihan input data hingga ke daerah – daerah namun tetap belum dapat memberikan hasil yang maksimal (www.wartaekonomi.com, 2007). 1.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang sudah disebutkan diatas, kemudian di lakukan identifikasi masalah yang mungkin terkait dengan pegawai negeri sipil dalam implementasi sistem e-Procurement pada proses pengadaan barang/jasa di Departemen Pekerjaan Umum. 1. Daya Saing Rendahnya daya saing antar individu di dalam suatu organisasi dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja.

Universitas Indonesia

7

2. Komunikasi. Buruknya komunikasi antar individu di organisasi dapat mengakibatkan rendahnya hubungan kerja di antara sesama sehingga akan menimbulkan ke salah pahaman dalam bertukar informasi. 3. Profesionalisme Kerja. Buruknya profesionalisme kerja dapat mengakibatkan seseorang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal. 4. Kecerdasan Emosi. Seseorang yang menggunakan kecerdasan emosi dalam bekerja akan memberikan hasil yang lebih baik atas kinerjanya. 5. Ketrampilan Teknologi Informasi. Ketrampilan khusus yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dapat mempengaruhi daya saing seseorang dalam bekerja. 6. Budaya kerja. Budaya kerja yang buruk di dalam dunia kerja akan berpengaruh pada individu-individu di dalamnya. 7. Motivasi. Seseorang yang tidak bermotivasi dalam bekerja, tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya secara baik. 8. Kreatifitas. Seseorang yang mampu berpikir secara kreatif dapat memberikan suatu hasil kerja yang efektif dan efisien bagi perusahaan atau organisasinya. 1.2. Signifikansi Masalah Seseorang yang berdaya saing akan mampu bertahan maupun berkembang di dalam organisasinya. Setyawan (2001) berpendapat daya saing aparat yang tinggi akan di berikan peran yang lebih menantang dan pada akhirnya instansi yang

Universitas Indonesia

8

memiliki aparat berdaya saing tinggi akan memperoleh citra yang baik. Menurut Rajasa (2007), daya saing sumber daya manusia yang meningkat dapat menjadi suatu jaminan kemandirian bangsa yang akan terus berkembang. 1.3. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan keterbatasan yang ada yaitu waktu, dana dan pengetahuan, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah yaitu hanya meneliti variabel Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi yang berpengaruh terhadap Daya Saing Pegawai Negeri Sipil di Departemen PU. Dua hal tersebut di anggap yang mempunyai kemungkinan besar yang mempengaruhi daya saing SDM. Di karenakan pada era global ini Teknologi Informasi telah di gunakan oleh industri maupun jasa masyarakat maupun pemerintah sebagai keunggulan bersaing karena mampu mendorong produktivitas maupun efektivitas kerja seperti yang di ungkapan oleh Muhkopadhyay, Rajiv dan Srinivasan, pada tahun 1997 dalam Brynjolfsson dan Hitt (2000) bahwa komputerisasi telah menaikkan produktivitas kerja karyawan di level operasional pada aktivitas – aktivitas pemerintahan. Dan Mohan Shawney dalam Indrajit dan Djokopranoto (2002) menambahkan bahwa teknologi elektronik dan digital berfungsi sebagai medium tercapainya proses serta sistem bisnis (transaksi barang/jasa) yang jauh lebih baik di bandingkan dengan teknologi manual (konvensional) dan hal ini di rasakan oleh para pengguna maupun penyedia barang/jasa. Sedangkan Kecerdasan Emosional juga penting bagi SDM untuk membangun kinerja seperti yang di ungkapkan oleh Agustian (2007) bahwa kecerdasan tidak hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) namun juga di butuhkan ketangguhan, inisiatif, optimisme dan kemampuan untuk beradaptasi, hal ini yang di sebut dengan Emotional Quotient (EQ). Dan dia juga menambahkan bahwa banyak pula orang berpendidikan yang menjanjikan namun kalah dalam persaingan dunia kerja akibat rendahnya kecerdasan emosi mereka (Agustian, 2007). Sedangkan variabel lain yang mungkin memiliki hubungan dengan daya saing, tidak akan diteliti.

Universitas Indonesia

9

1.4. Perumusan Masalah
1. Apakah Ketrampilan Teknologi Informasi berpengaruh terhadap Daya

Saing Pegawai Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum?
2. Apakah Kecerdasan Emosi berpengaruh terhadap Daya Saing Pegawai

Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum?
3. Apakah Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi secara

bersama - sama berpengaruh terhadap Daya Saing Pegawai Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisa mengenai adanya kemungkinan pengaruh positif ataupun negatif dari Ketrampilan Teknologi Informasi terhadap Daya Saing Pegawai Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum? 2. Melakukan analisa mengenai adanya kemungkinan pengaruh positif ataupun negatif dari Kecerdasan Emosi terhadap Daya Saing Pegawai Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum? 3. Melakukan analisa mengenai adanya kemungkinan pengaruh positif ataupun negatif dari Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi secara bersama - sama terhadap Daya Saing Pegawai Negeri Sipil dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen Pekerjaan Umum?

Universitas Indonesia

10

1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kajian manajemen SDM yang efektif sehingga dapat mendukung beberapa misi dari pengembangan SDM di Departemen Pekerjaan Umum agar dapat tercipta suatu instansi yang maju serta berkompetitif.

Universitas Indonesia

11

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama bagi organisasi atau instansi, karena mempunyai peran sebagai motor penggerak organisasi. Ini merupakan suatu hal yang mendasar bagi organisasi/instansi namun sangat penting dalam kemajuan organisasi/instansi. Oleh karena itu di butuhkan SDM yang berpengetahuan, berkualitas, berkapasitas serta berdaya saing sehingga mampu dalam mengembangkan ataupun mempertahankan posisi organisasi/instansi tersebut dalam suatu lingkungan yang kompetitif. Dalam mencapai hal tersebut di atas, ada beberapa usaha yang telah di implementasikan oleh organisasi/instansi dalam menunjang pengembangan dan kemajuan organisasi/instansi antara lain: aplikasi teknologi, aplikasi pelatihan SDM, manajemen mutu, sarana prasarana dan sebagainya. Namun, adapun dari hal tersebut masih ada individu – individu yang belum mengaplikasikan maupun menggunakan dengan baik dan benar, sehingga belum dapat tercapai suatu produktivitas kerja yang efektif dan efisien. Maka dari itu, penulis menduga kemungkinan daya saing seorang pegawai terpengaruh oleh ketrampilan teknologi informasi dan kecerdasan emosi. 2.2 Daya Saing Pengertian dari daya atau power dalam ruang lingkup ability (kemampuan) merupakan natural skill atau kemampuan dalam melakukan sesuatu (Cambridge Dictionaries Online, n.d). Sedangkan pengertian saing atau compete yaitu kompetisi atau usaha untuk lebih unggul akan seseorang maupun sesuatu (Cambridge Dictionaries Online, n.d). Sehingga Daya Saing dapat di definisikan menjadi power to compete atau kemampuan untuk menjadi unggul dalam melakukan sesuatu akan seseorang.

Universitas Indonesia

12

Forsyth (1983) mengatakan bahwa kompetisi adalah kerja seseorang untuk melebihi orang lain sehingga keberhasilan seseorang tergantung dari kegagalan individu yang lain. Dan dalam hal ini Porter (1985) mengemukakan pendapatnya bahwa SDM mempengaruhi keunggulan bersaing di berbagai organisasi dengan ketrampilan, motivasi pekerja serta pelatihan dan di beberapa industri merupakan kunci menuju keunggulan bersaing. SDM yang berdaya saing tidak pengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Di dalam daya saing, seluruh gender di anggap setara. Hal ini di kemukakan oleh Israel (2000) yang berpendapat, daya saing atau persaingan kompetisi adalah sikap pembawaan manusia atau kualitas dari manusia yang mendasari banyak hal, bahkan perbedaan gender pun tidak kebal akan hal kompetisi, banyak di temukan persaingan bentuk unik di karenakan oleh diri kita sendiri. Dan untuk bertahan adalah hal yang paling jelas dan utama dalam bentuk kompetisi di manapun baik individual maupun kelompok. Daya saing pun berlaku di setiap lingkup, mulai dari lingkup besar (nasional), lingkup sedang (perusahaan/industri) dan lingkup kecil (manusia). Hal ini seperti yang dikemukan oleh Garelli (2008) mengenai hubungan daya saing pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Daya saing mencapai kemakmuran (Garelli, 2008)

Universitas Indonesia

13

Dan antara satu lingkup dengan yang lain sangat berhubungan dan mendukung. Mengacu pada maksud Garelli tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai daya saing secara global di mulai dari dasarnya dahulu yaitu daya saing manusia. Manusia - manusia tersebut yang akan menjadi modal dasar untuk mencapai kesuksesan daya saing secara global atau nasional. Stoner et al. (1996) berpendapat, Daya Saing adalah posisi relatif salah satu pesaing terhadap para pesaing lain. Contohnya: bila dalam olahraga, diri sendiri, tim dan para pelatih mencari daya saing dalam hubungan dengan lawan anda, dengan berlatih keras setiap hari, maka dari itu daya saing menjadi ukuran dalam prestasi yang lalu untuk masa depan. Menurut Barton (1972) manusia itu hidup dalam situasi bersaing satu dengan yang lain hal ini dapat di lihat di mana hampir seluruh hasil kerja mereka selalu di beri peringkat seperti dalam suatu kompetisi. Kemudian Pfeffer (2005) mengatakan jika orang adalah sumber dari keunggulan berkompetisi, jelas mereka harus punya segala informasi yang berkaitan untuk menjadi sukses. Karena informasi sangatlah penting bagi suatu persaingan, hal ini di katakan oleh Kahamer (1996) bahwa, setiap orang yang memiliki informasi yang sama akan sulit untuk menentukan siapa yang bisa mengalahkan pesaingnya. Seperti halnya di pasar komoditi di sebut “Zero sum game” atau seseorang menang apabila orang lain kalah, dan informasi saja tidak cukup untuk mengalahkannya. Maka dari itu pentingnya suatu ketrampilan lebih dalam mengadopsi ataupun mengolah informasi dengan kemajuan teknologi yang semakin maju di era global ini. Dan bagaimana teknik mereka untuk mencapai keberhasilan adalah dengan menggunakan teknologi sebagai inovasi. Porter dan Miller (2001) menambahkan bahwa revolusi teknologi mempengaruhi kompetisi di tiga cara yaitu: Pertama: akan merubah struktur industri yang ada dan akan merubah aturan – aturan mengenai kompetisi. Kedua: akan menciptakan keunggulan bersaing dengan memberikan cara baru bagi perusahaan untuk mengalahkan lawan. Ketiga: akan menciptakan suatu bisnis baru dan sering terjadi dengan yang sudah ada dalam perusahaan tersebut. Namun, Pfeffer (2005) mengatakan, dalam meraih sukses berkompetisi melalui orang – orang melibatkan dasar dari bagaimana kita berpikir mengenai dorongan

Universitas Indonesia

14

kerja dan hubungan antar pekerja, yaitu untuk meraih sukses dalam bekerja dengan orang – orang tetapi tidak mengganti mereka ataupun membatasi aktivitas mereka karena mereka dapat berkreasi dengan sendirinya sebagai pengembangan diri. Dorongan kerja bukan sebagai pemborosan atau di hindari namun sebagai sumber strategis yang menguntungkan. Dengan melihat perspektif seperti ini, suatu organisasi atau perusahaan akan dapat mengatasi manuver dari perusahaan lawan. Carr (1994) berpendapat, perusahaan yang kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru secara terus menerus. Perusahaan tersebut terus memperbaharui praktek, proses, produk dan pelayanannya. Perusahaan itu juga akan dapat mempertahankan posisinya yang kompetitif apabila berhadapan dengan pesaingnya yang tidak berhasil mengantisipasi apa yang akan terjadi. Osborne dan Gaebler (1996), mengatakan bahwa kompetisi di antara pegawai negeri membangkitkan harga diri dan semangat juang pegawai negeri. Sebagian besar orang berasumsi bahwa pegawai negeri akan menderita bila harus bersaing. Mereka akan kehilangan tingkat keselamatan pekerja dan karena alasan ini lah maka serikat kerja sering menentang setiap ancaman terhadap status monopoli mereka. Oleh karena itu daya saing di lingkungan kerja merupakan aset penting untuk dapat bertahan di dalam persaingan para pegawai. Dari seluruh uraian teori – teori pakar tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa Daya Saing adalah kemampuan dalam usaha melebihi seseorang untuk dapat bertahan dan menjadi unggul dengan ketrampilan, motivasi serta kualitas guna mencapai keberhasilan, serta dapat berperan sebagai ukuran prestasi untuk masa depan guna meningkatkan harga diri dan semangat diri seseorang. Indikator – indikator dari variabel daya saing adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan 2. Usaha 3. Ketahanan 4. Keunggulan 5. Motivasi

Universitas Indonesia

15

2.3 Ketrampilan Teknologi Informasi Seperti yang telah di ungkapkan sebelumnya bahwa di dalam daya saing, informasi juga mempunyai peran penting begitu pula dengan teknologi. 2.3.1 Pengertian Ketrampilan Ketrampilan atau skill adalah kemampuan atau kapasitas yang di dapat dengan arahan yang sistematis serta usaha dan di adaptasikan ke dalam aktivitas kompleks atau fungsi kerja yang melibatkan: a. suatu ide atau seringkali di sebut ketrampilan kognitif, b. suatu barang atau alat (ketrampilan teknis) c. hubungan dengan seseorang (ketrampilan interpersonal) (businessdictionary.com,n.d) Di dalam psikologi, terdapat tiga aspek yang dapat di aplikasikan ke dalam ketrampilan antara lain: kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan psikomotor (gerak) (Bloom’s Taxonomy, Chapman, 2006). Dan menurut Simpson (1972) ketrampilan psikomotorik adalah ketrampilan dengan fisik yang membutuhkan pelatihan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Namun untuk mendapatkan ketrampilan yang optimal penting untuk mengadopsi pengetahuan dengan belajar. Hal ini di kemukan oleh Hjelle dan Ziegler (1992) yang beranggapan bahwa dengan belajar, kita akan mendapatkan suatu pengetahuan, baik berbahasa, sikap, nilai diri, rasa takut dan kapasitas dalam diri kita sendiri. Dan Robert Katz dalam Robbins (2001) berpendapat suatu Technical skills adalah kemampuan dalam mengaplikasi pengetahuan. Ketrampilan teknis adalah ketrampilan yang biasanya sering berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat administratif organisasi sebagai penunjang sarana bisnis seperti komputer, mesin maupun peralatan lain (Coates, 2006). Langford dan Clearly (1996) berpendapat, pemahaman dalam penggunaan suatu alat merupakan yang hal mendasar dalam mendapatkan berbagai macam pengetahuan baik secara teori maupun praktek. Sedangkan menurut Atherton (2005) dalam mendapatkan ketrampilan, yang terpenting adalah kualitas atau keandalan dari prestasinya. Awalnya siapapun dapat melaksanakan

Universitas Indonesia

16

dengan benar, namun besarnya konsistensi dan progress dari pembelajaran itulah yang sering di nilai. 2.3.2. Pengertian Teknologi Informasi Informasi adalah data yang sangat berarti dan fungsi konteks yang berkomunikasi dengan penerima dan di gunakan untuk membuat keputusan (Burch dan Grudnitski, G, 1989). Menurut Turban et al (2008) Teknologi Informasi (TI) adalah kumpulan sumber daya informasi perusahaan, penggunanya serta manajemen. Dan tentunya Teknologi Informasi ini juga meliputi infrastruktur TI seperti komputer, PDA (Personal Data Asistant), internet, software – software aplikasi komputer serta semua Sistem Informasi yang ada. Hal ini di tambahkan oleh Laudon dan Laudon (2008) yang mengatakan, Teknologi Informasi adalah perangkat keras dan piranti lunak yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya. TI di gunakan sebagai sarana teknologi untuk mendapatkan atau bertukar informasi. Menurut Brynjolfsson dan Hitt (2000), Teknologi Informasi adalah komputer yang berhubungan dengan teknologi berkomunikasi digital dan mempunyai fungsi dalam mengurangi biaya koordinasi, komunikasi maupun proses informasi. Di industri – industri modern ini, mayoritas telah menggunakan komputerisasi. Karena hal tersebut mampu sebagai penunjang proses kerja yang lebih efisien dan efektif. Indrayani dan Humdiana (2009) mendefinisikan Teknologi Informasi sebagai alat yang di dasarkan pada komputer dalam bekerja dengan informasi, mendukung informasi serta kebutuhan proses informasi bagi efektivitas organisasi. Pada dasarnya Teknologi Informasi di gunakan oleh perusahaan antara lain: pertama: untuk mendukung tugas – tugas memproses informasi, kedua: sebagai penggerak inovasi, ketiga: sebagai penghemat waktu dan tempat. Orlikowski dan Gash dalam Powell dan Dent-Micallef (1997) mendefinisikan TI sebagai Sistem Informasi yang berbasis komputer dan dalam bentuk apapun juga termasuk mainframe dan aplikasi microcomputer. Dari seluruh uraian teori – teori pakar tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa Ketrampilan Teknologi Informasi adalah keandalan yang di miliki dengan latihan

Universitas Indonesia

17

dan belajar serta aplikasi pengetahuan untuk dapat melakukan fungsi kerja yang efektif dengan alat teknologi dalam memproses sumber daya informasi. Dengan indikator – indikator sebagai berikut: 1. Keandalan 2. Latihan 3. Belajar 4. Pengetahuan 2.4 Kecerdasan Emosi Di dalam dunia kerja, kecerdasan intelektual sendiri tidak mampu untuk mendukung suksesnya seorang pegawai dalam berkompetisi dalam lingkungan kerjanya. Namun juga di butuhkan suatu kecerdasan emosi. 2.4.1 Pengertian Emosi Setiap manusia memiliki emosi yang berbeda, hal ini merupakan suatu kejadian psikologis yang natural. Seperti yang telah di ungkapkan oleh Benjamin Bloom tahun 1956 pada bukunya Taxonomy of Educational Objectives bahwa manusia terbagi atas tiga kategori yaitu: a. Kognitif: merupakan kapasitas intelektual (pikiran) b. Afektif: adalah sikap pembawaan seperti perilaku, perasaan. c. Psikomotorik: merupakan hal yang melibatkan gerak fisik seperti ketrampilan. (Bloom’s Taxonomy, Chapman, 2006) Dalam hal ini, emosi termasuk pada kategori afektif, karena melibatkan adanya perasaan yang mempengaruhi perilaku seseorang seperti tertawa, teriak, menangis dan sebagainya. Menurut Ahmadi (1998) emosi (emotion) adalah keadaan jiwa seseorang yang mengalami kesenangan atau tidak dalam hubungan interaksi yang subyektif.

Universitas Indonesia

18

Sedangkan Boeree (2008) berpendapat emosi itu sebagai perasaan yang muncul dalam hubungan sebab akibat. Dan Boeree menambahkan bahwa ada beberapa kelompok emosi yaitu: 1. Kelompok kejutan: kaget, heran, bingung, terpukul 2. Kelompok marah: benci, marah, frustasi, dendam 3. Kelompok bahagia: gembira, puas, tertawa, cinta 4. Kelompok sedih: sepi, hina, depresi, menyesal 5. Kelompok takut: cemas, curiga, hati – hati, ragu 6. Kelompok ingin: senang, percaya diri, minat, rasa ingin tahu 7. Kelompok bosan: bosan, jenuh, menyendiri Sukmadinata (2007) berpendapat, emosi adalah suasana psikis atau keadaan batin yang di hayati seseorang pada suatu saat. 2.4.2. Pengertian Kecerdasan Emosi Pengertian kecerdasan menurut Friedman dan Schustack (2006) adalah kemampuan yang natural atau bawaan dalam diri seseorang untuk melakukan hal tertentu tanpa pembelajaran. Goelman, Boyatzis dan Mckee (2007) berargumen bahwa di dalam dunia kerja itu, emosi berperan dalam kinerja pegawai dan emosi itu adalah keadaan yang intens, singkat namun dapat bersifat merusak suasana kerja di akibatkan suasana hati yang tidak stabil. Dan meskipun di dalam dunia kerja tidak begitu di perhatikan namun hal ini mempunyai konsekuensi yang cukup nyata terhadap kinerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Karena di dalam dunia kerja setiap orang di hadapkan dengan orang lain yang mempunyai berbagai macam emosi yang berbeda – beda, bagaimanapun orang tersebut di tuntut untuk dapat mengontrol emosi dan saling pengertian di antara mereka untuk menghindari adanya perselisihan yang cenderung memperburuk kinerja orang tersebut. Menurut Weisinger (2006), kecerdasan emosional adalah emosi yang di gunakan secara cerdas guna menuntun perilaku dan cara berpikir sehingga produktivitas meningkat. Mayer, Salovey dan Caruso (2004) berargumen kecerdasan emosi adalah kapasitas untuk memahami emosi dan sebagai pendorong pikiran yang mampu untuk mengendalikan emosi, sekaligus

Universitas Indonesia

19

meningkatkan emosi dan perkembangan intelektual. Sedangkan Hein (1996) mengatakan kecerdasan emosi adalah potensi di dalam diri masing – masing untuk merasakan, menggunakan, berkomunikasi, mengenali, mengingat, menggambarkan, mengidentifikasi, belajar dan memahami emosi. Bar-On (1997) dalam Sternberg (2000) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kumpulan dari kemampuan non – kognitif , kompetensi dan ketrampilan – ketrampilan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat sukses atas permintaan dan tekanan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Cherniss (2000) dalam kinerja di dunia kerja yang efektif, kecerdasan emosi mempunyai peran penting dan sangat berguna. Chapman (2000) berpendapat bahwa kecerdasan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan organisasi maupun orang-orangnya di dalamnya, karena prinsip dari EQ sendiri menyedia jalan baru untuk memberi pengertian dan menilai perilaku seseorang, gaya mengelola, sikap dan kemampuan diri serta potensi. Damasio dalam Goelman (2007) berpendapat yaitu, ada dua kecerdasan yang berbeda di dalam diri kita. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional, tidak hanya IQ yang mempunyai peran penting tetapi kecerdasan emosional lebih memegang peran dalam keberhasilan hidup. Intelektual tidak akan bekerja dengan baik tanpa ada kecerdasan emosional. Druskat dan Wolf (2001) mengungkapkan bahwa efektivitas di organisasi maupun dunia kerja adalah persamaan tentang Emotional Quotient (EQ) dan Intelligence Quotient (IQ dan mempunyai dampak yang sebenarnya). E.L. Thorndike dalam Goelman (1995) mengungkapkan bahwa aspek dari kecerdasan emosi adalah kecerdasan sosial, yaitu di mana orang itu mampu dalam memahami orang lain dan menghadapinya secara efektif dalam hubungan interaksi antar manusia. Dan Gardner dalam Goelman (1995) mengatakan, kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Sedangkan kecerdasan intrapribadi merupakan kemampuan memahami diri sendiri. Di dalam beberapa kasus, kecerdasan emosi sangat berperan dalam hasil kerja yang efektif. Seperti yang di ungkapkan oleh Jennings and Palmer (2007), seorang pekerja sales yang profesional di mana memberikan sikap dan karakter yang buruk akan memperburuk pula interpersonal skills yang di milikinya. Pada

Universitas Indonesia

20

jaman sekarang, Emotional Intelligence telah popular sebagai media untuk membangun Interpersonal Skills seseorang termasuk performanya dalam bekerja. Kemudian pendapat Salovey di tambahkan oleh Goelman (1995) dengan menyimpulkan kecerdasan emosi di bagi menjadi lima wilayah yaitu: 1. Pemahaman emosi diri: memahami perasaan diri. Pemahaman perasaan diri sendiri merupakan dasar kehidupan yang efektif. 2. Pengelolaan emosi: Mengatasi emosi dengan baik untuk mengontrol diri sehingga dapat di ungkapkan dengan baik. 3. Dorongan diri: Menempatkan emosi sebagai alat untuk mendorong diri sendiri mencapai tujuan keberhasilan. 4. Pemahaman emosi orang lain (empati): Mampu menghadapi emosi orang lain dalam berinteraksi satu dengan yang lain. Merupakan ketrampilan social seseorang. 5. Membina hubungan: Merupakan kemampuan dalam mengelola emosi orang lain. Dari seluruh uraian teori – teori pakar tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa Kecerdasan Emosi adalah potensi diri dalam membawa sikap dan perasaan secara cerdas dengan pengelolaan diri, pemahaman orang lain dan mendorong diri sebagai media untuk membangun kinerja. Dengan indikator – indikator sebagai berikut: 1. Sikap 2. Perasaan 3. Kecerdasan 4. Pengelolaan Diri 5. Pemahaman Orang Lain

Universitas Indonesia

21

2.5 Antara Ketrampilan Teknologi Informasi, Kecerdasan Emosi dan Daya Saing Porter pada tahun 1990an berkemuka mengenai teori Diamond Cluster di mana Ia menganalisa pendekatan daya saing nasional dari 5 cluster (internal – external) yaitu: Factor Condition, Demand Condition, Related and Supporting Industries, Firm Strategy and Rivalry serta Role of Government (Ministry of Planning and International Corporation, Jordan, 2004). SDM termasuk pada Factor Condition yang merupakan input dari faktor – faktor produktivitas seperti tenaga kerja dan infrastrukturnya, dan untuk menaikkan produktivitas di butuhkan input factor yang efisien, efektif dan berkualitas (Ministry of Planning and International Corporation, Jordan, 2004). Sumber daya perusahaan yang berharga merupakan sumber daya yang dapat memberikan suatu keunggulan bersaing (Barney, 1991). Tenaga kerja yang berpengetahuan dan berketrampilan serta perilaku organisasinya merupakan suatu keandalan yang mampu untuk menjadi aset yang berharga bagi suatu organisasi, dan keterkaitan antar keduanya merupakan keuntungan bersama, baik organisasi maupun individunya (Lettink, 2009). Industri atau instansi yang berinovasi membutuhkan pegawai yang mempunyai kemampuan dalam merespon dengan fleksibel untuk masalah yang kompleks dengan komunikasi yang efektif, informasi yang teratur, kerja tim dan pengetahuan yang baru salah satunya dengan aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (Kozma, 2008). Pilat, Gera dan Gu dalam Kozma (2008) berpendapat bahwa keuntungan yang terbesar terdapat pada investasi dalam Information Communication and Technology (ICT) yang di gunakan untuk strategi baru, proses bisnis dan struktur organisasi. Internet dan Teknologi Informasi tidak hanya mempunyai efek pada professional Teknologi Informasi namun juga para pegawai lainnya yang menggunakan Teknologi Informasi pada pekerjaan sehari – harinya, mereka telah di arahkan untuk mendapatkan posisi kerja yang bagus dalam organisasi karena di nilai dapat menjadi sukses bagi organisasi tersebut (Baloh & Trkman, 2003). Menghadapi era persaingan global yang semakin marak, persaingan antar pegawai pun yang semakin berat, seorang pegawai yang tidak mampu bersaing akan

Universitas Indonesia

22

terbengkalai atau terbuang. Adapun pentingnya peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang seperti yang di katakan oleh Keat (2002) bahwa seharusnya EQ di praktekkan untuk setiap individu terutama dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas. Karena kecerdasan emosi dapat mengontrol emosi dengan efektf agar berguna dalam kesuksesan suatu bisnis, karena emosi dapat menolong seseorang untuk beradaptasi dengan dunia fisik dan sosial. Dan dengan mengkombinasikan dua hal inilah dapat mencapai suatu keunggulan bersaing dalam lingkungan kerja (Hayward, 2005). EQ di tempat kerja akan menghasilkan pegawai yang bersedia menerima pandangan pegawai lain, empati maupun memotivasi sehingga dapat bekerjasama dengan baik, hal ini secara tidak langsung akan menaikkan prestasi kerja seseorang (Keat, 2002). 2.6 Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian 2.6.1 Kerangka Berpikir Di dalam definisi – definisi konseptual di atas mengenai variabel – variabel yang menjadi rumusan masalah, maka penulis kemudian berpikir mengenai kemungkinan adanya pengaruh antar variabel bebas dan terikat tersebut, antara lain sebagai berikut: 1. Pengaruh Ketrampilan Teknologi Informasi terhadap Daya Saing Seseorang yang mempunyai ketrampilan khusus, dalam hal ini mengaplikasikan teknologi atau komputer yang di sertai perangkat lunak (software) pendukungnya sebagai sarana memproses informasi akan mempunyai nilai lebih atau menonjol. Hal ini merupakan suatu pengaruh terhadap orang tersebut untuk menjadi lebih unggul dalam lingkungan kerjanya. Maka dari itu jika seseorang berketrampilan Teknologi Informasi akan mempunyai pengaruh positif terhadap daya saing orang tersebut. 2. Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Daya Saing Seseorang yang mempunyai perilaku positif dan pribadi yang baik akan lebih dihargai atau dipandang oleh rekan kerjanya. Yaitu orang yang dapat

Universitas Indonesia

23

mengendalikan emosi dirinya serta mampu untuk memahami emosi orang lain dalam suatu hubungan interaksi. Karena didalam lingkungan kerja, setiap orang mempunyai emosi yang berbeda-beda. Maka dari itu untuk dapat menjadi suatu nilai prestasi yang lebih dari orang lain tentunya dengan mengadopsi emosi-emosi dengan cerdas, sehingga jika seseorang mempunyai kecerdasan emosi akan memberikan pengaruh positif terhadap daya saing orang tersebut. 3. Pengaruh Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi secara bersama – sama terhadap Daya Saing Seseorang yang mampu dalam mengadopsi teknologi dalam memproses informasi akan mendukung prestasi kerja orang tersebut. Dan seseorang yang akan mampu mengadopsi emosi dengan cerdas dapat membangun kinerja orang tersebut. Dalam hal ini merupakan nilai lebih sehingga mampu untuk berkompetisi didalam lingkungan kerja guna mencapai karir kerja yang sukses. Sehingga seseorang yang mempunyai ketrampilan Teknologi dan Kecerdasan Emosi akan berpengaruh positif terhadap daya saing orang tersebut.

Ketrampilan Teknologi Informasi (X1)

!

Daya Saing (Y) Kecerdasan Emosi (X2)

Good Governance

Gambar 2.2. Model Konstelasi

Universitas Indonesia

24

2.6.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoretis kerangka berpikir yang di uraikan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian yang di rumuskan sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh positif dari Ketrampilan Teknologi Informasi terhadap Daya Saing PNS. 2. Adanya pengaruh positif dari Kecerdasan Emosi terhadap Daya Saing PNS. 3. Adanya pengaruh positif dari Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi secara bersama – sama terhadap Daya Saing PNS.

Universitas Indonesia

25

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Bab berikut akan menjelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, strategi penelitian, proses penelitian serta analisa metode statistik yang di gunakan. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Pekerjaan Umum (PU). Penelitian akan di lakukan pada bulan Juli 2009. 3.3. Pemilihan Strategi Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut di atas, maka strategi yang di pilih untuk penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif dengan survey. 3.4. Proses Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian Penelitian di lakukan dengan tujuan untuk meneliti faktor – faktor yang berpengaruh pada Daya Saing Pegawai Negeri Sipil yaitu:
1.

Variabel Ketrampilan Teknologi Informasi terhadap variabel Daya Saing Pegawai Negeri Sipil.

2.

Variabel Kecerdasan Emosi terhadap variabel Daya Saing Pegawai Negeri Sipil.

3.

Variabel Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi terhadap variabel Daya Saing Pegawai Negeri Sipil.

3.4.2 Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian digunakan sebagai pengumpulan data berupa daftar pernyataan yang akan direspon oleh responden. Respon tersebut berupa

Universitas Indonesia

26

tanggapan terhadap pernyataan yang disusun dari konstruk defisini konseptual dan definisi operasional, variabel bebas Ketrampilan Teknologi Informasi dan Kecerdasan Emosi serta variabel terikat Daya Saing. Pernyataan – pernyataan di buat dengan skala penilaian menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang (Sugiyono, 2008). Dengan uraian sebagai berikut :
1. Variabel Daya Saing PNS :

a. Definisi Konseptual Daya saing adalah kemampuan unggul berkompetisi dengan ketrampilan, motivasi serta kualitas guna kerhasilan dan sebagai ukuran prestasi untuk meningkatkan semangat diri. VARIABEL 1 Daya Saing PNS 2 3 INDIKATOR Kemampuan Usaha Ketahanan SUB INDIKATOR kapabilitas, kreatif keberhasilan, ambisi berani, pantang menyerah 4 5 Keunggulan Motivasi kualitas, nilai lebih semangat, dorongan INSTRUMEN

Tabel 3.1. Daftar Instrumen Variabel Daya Saing PNS 2. Variabel Ketrampilan Teknologi Informasi a. Definisi Konseptual Ketrampilan Teknologi Informasi adalah Kapasitas handal dari upaya dengan pengetahuan, latihan dan belajar untuk fungsi kerja dengan teknologi dalam proses informasi.

Universitas Indonesia

27

VARIABEL 1 Ketrampilan Teknologi Informasi 3 4 2

INDIKATOR Keandalan Latihan Belajar Pengetahuan

SUB INDIKATOR Keahlian, kapasitas kebiasaan, rajin Kemauan, tekun Ilmu komputer

INSTRUMEN

Tabel 3.2. Daftar Instrumen Variabel Ketrampilan Teknologi Informasi 3. Variabel Kecerdasan Emosi a. Definisi Konseptual Kecerdasan Emosi adalah: Potensi sikap dan perasaan secara cerdas dengan pengelolaan diri, pemahaman orang lain dan dorongan diri untuk membangun kinerja. VARIABEL 1 Kecerdasan Emosi 2 INDIKATOR Sikap Perasaan SUB INDIKATOR Konsisten, berdisiplin Marah, tidak percaya diri 3 4 5 kecerdasan Pengelolaan Diri Pemahaman Orang lain Tabel 3.3. Daftar Instrumen Variabel Kecerdasan Emosi Penalaran Mengontrol diri Empati, pengertian INSTRUMEN

Universitas Indonesia

Similar Documents

Premium Essay

Employee Relations: Wal-Mart Case

...as lack of teamwork, lack collaboration between functional units, working environment undemocratic, lack the stability and consistency in activities of enterprises. To clarify and resolve these challenges, managers need to have an understanding the concept of "Employee relations". In essence, Employee relations is the relationship between people and people within the organization, it is dominated by the fundamental values ​​of the organization and directly impact the performance, quality and innovation capabilities of business, results affect the competitiveness of enterprises. (Sloane & Witney, 2010) According to Bratton (2007), Employee Relations is concerned with preventing and resolving problems involving individuals who arise out of or affect work situations. The employee relations directly related to the work environment, fairness; it is based on communication with the superior and more important as the policy which directly affects the rights and obligations of employees (Bratton & Gold, 2007). A good employee relations is a result of a variety of tactics and strategies of management, it is done to improve communication, increase contact to minimize errors and to promote state in the work of staff (Bateman and Snell, 2011). According to Rhoades et al (2001), To get good practice in relation to staff, managers need to pay attention to: the coordination and appropriate of employers, fairness in salary and award based on law, the professional and the rational use...

Words: 2847 - Pages: 12

Free Essay

Business Psychology

...purpose of effective recruitment. Psychology involves the study of the mind which is complex and is the source of thought and behaviour. It is scientific and examines individuals, their mind and their behaviour, and attempts to understand and explain thought, emotion and behaviour (Wilhelm Wundt 1832-1920). Individual Differences Vast Variation among biological populations inspired the formulation of Darwin’s Theory of Natural Selection. Individuals are different and in fact unique based on a number of variables such as:- voice, skin tone, disposition, ethnicity, stature, attitude, physical symmetry, trainability, intelligence, aptitude, extroversion, introversion, sex, gender, neuroticism, expressiveness, memory, creativity, conscientiousness, agreeableness, values, beliefs and so on. The intelligence of the individual varies greatly. Intelligence (which is also referred to as Intelligent Quotient and Cognitive Functioning) concerns the mental ability to learn, the application of knowledge, aptitude - the ability of rational thought, and the capability of abstract thought. It involves also the memory of the candidate (J.P. Guilford’s Structure of Intellect Theory – 1967). Through...

Words: 3107 - Pages: 13

Free Essay

Global Communications Problem Solution

...Solution: Global Communications University of Phoenix Problem Solution: Global Communication While remembering the stakeholders’ rights Global Communication (GC) is facing a myriad of challenges to maintain its competitive edge. A premature attempt to increase the bottom line could result in a worsening of the financial situation due to organization behavior. Global Communication must remember the desired end state while remembering the methodology to achieveing that emd state. Handled improperly, the results could be dramatically different from that intended. Communication is essential among the stakeholders to establish a firm foundation resources Global Communication has at its disposal to work with. Emotional Intelligence and its effect on the all interested stakeholders must be fully explored. In order for a cohesive plan to be effective, a consistent delivery to the stakeholders is required. Absence of consistency among stakholder communication and full understanding of emotions almost certainly ensures a plan is not set up for success. Creative thinking will be required on every level of leadership throughout the company. “This involves generating new ways to view a problem and seeking out novel alternatives to the problem” (DeJanasz, Dowd & Schneider, 2001, pg 404). This paper will explore possible solutions available to the senior management of Global Communication and make a recommendation to get them where they want to go tomorrow...

Words: 5597 - Pages: 23

Premium Essay

Sales Target in Telecom

...CHAPTER-1 INTRODUCTION The objective of this research is to identify the reasons behind why sales team are not able to achieve their sales targets especially in telecom industry. Through this research we will try to find out the targets as being set by a company and the actual level of sales made by it. The following data suggests that in recent years the telecom industry’s sales have fairly decreased. One, Only average 60 % of active users are in market which leads to decline in voice sale.( TOI article 30-June-2011). Second, Total sales of telecom equipment to mobile operators fell by a drastic 24% during the last financial year despite most companies starting their roll-out of 3G services (Real Time News). Third, Decline in capital expenditure from Rs.29,600 crore in 2008 to Rs.9,500 crore in 2010 (Business Line article 15-Aug.-2011). Fourth, Decline in margins of product and, Fifth, Hyper competition in market. This shows that there is pressure to perform in competitive environment to achieve sales targets. Many authors feel that a wholesome and fair work environment on sales teams is essential for a positive work experience (e.g., Clifford, 1999; Cook, 1995). One of the issues that continue to concern sales people as well as sales managers is that of performance criteria and such criteria can be frustrating for both of them. (Clifford, 1999; Fetter, 1993; Muczyk & Gable, 1987; Swan, 1991). The sales force industry has grown since mid-1990s (Gabe & Goldberg,...

Words: 4956 - Pages: 20

Premium Essay

Marketing

...(conscious reasoning) influence attitudes and behaviour. LO2 Identify the conditions that require, and the problems associated with, emotional labour. LO3 Describe the four dimensions of emotional intelligence. LO4 Summarize the consequences of job dissatisfaction in terms of the exit-voice-loyaltyneglect model. LO5 Discuss the effects of job satisfaction on job performance and customer service. LO6 Distinguish affective and continuance commitment, and discuss their influences on employee behaviour. LO7 Describe five strategies to increase organizational (affective) commitment. LO8 Define stress and describe the stress experience. LO9 Explain why a stressor might produce different stress levels in two people. LO10 Identify five ways to manage workplace stress. ou know the fun is about to begin at Suntech Optics when employees spot the pineapple wearing sunglasses. The bespectacled fruit is mascot for the North Vancouver-based eyewear supplier’s Have Fun Team, which is responsible for creating various forms of workplace levity. Employees might discover a puzzle on their desk, with a prize awarded to the person who first solves it. Dozens of stuffed bears are brought to work on Bring Your Teddy Bear to Work Day. Halloween is a special treat as staff dress up for the occasion and show off their pumpkin carving skills. “We try to infuse having fun into our whole corporate culture,” says Suntech manager Deborah Peck. “It’s one of our core strategies...

Words: 15522 - Pages: 63

Premium Essay

Socio-Demographic and Economic Profile Towards Work Attitude of Digos City National High School Filipino Teachers

...sense to study and know the attitude and behavior of teachers towards work, because strong attitudes will most likely affect a person’s behavior. Work attitudes of teachers’ are clearly important to organizational, when attitudes are negative; they are both a symptom of underlying problems and contributing cause of forthcoming difficulties in an organization. Declining attitude may result in strikes, work slowdowns, absences and employee turnover. They may also be a part of grievances, low performance, poor product quality, and disciplinary problems. The organization cost associated with poor employee attitudes may severely reduce an organization’s competitiveness. It is useful to monitor and understand teachers’ attitudes and behavior towards work satisfaction. Relevant information by employing survey will be beneficial to school manager and stakeholders. Employees’ report their feelings toward their jobs satisfaction and work environment, its statistical generated through survey feedback are better conclusion to the existing human resource data. Thus, this study style is better performed base on facts about the teacher’s attitude and behavior towards work satisfaction. Socio- Demographic and Economic Characteristic * Gender * Age * Civil Status * Work Experience * Location of Residence * Monthly Salary * Educational Attainment * Employment Status ATTITUDE TOWARDS WORK * JOB AS THERAPHY * JOB AS SERVICE *...

Words: 1512 - Pages: 7

Free Essay

Case Study - Ob

...best ship repair facilities in the country. 1.2. Background The technical organization of Dockyard is headed by a Marine or an Electrical Engineer of the rank of Commodore designated as Commodore Superintendent Dockyard. Two deputies function as departmental heads of Marine and Electrical/Electronic Engineering Departments. The technical organization is comprised of two main branches and sub departments. 2. Organizational behavior (OB) Organizational behavior (OB) is the study of what people think, feel, and do in and around organizations. Its focus is on employee behavior, decisions, perceptions, and emotional responses. The prime aim of any organization, irrespective of whether it is private or public, is to increase the output in all desirable. Organizational Behavior is concerned with the study of what people do in an organization and how their behavior affects the organizations performance 1 2.1. Organizational Behavior Trends There are many trends...

Words: 3060 - Pages: 13

Premium Essay

Organization Behavior

...companies that many executives have overlooked. This organizational behavior impacts every nook and cranny of a company. Thinking about the organizational behavior and how people act within a company can foster new ways of managing people that can have longer-term impacts on profitability. For example, unionized work forces may have a more negative environment then non-union work environments due to the natural adversarial relationships between company management and union officials. In unionized environments many employees may feel as though their supervisor is abusing them and therefore they regulate their contact with that supervisor (Tepper, Moss, Lockhart & Carr, 2007). This regulation of contact can affect how efficient the organization becomes because workers aren’t motivated by the supervisors they believe are abusing them, they aren’t likely to give any additional effort if they don’t feel that they will be rewarded, and they may feel the company is using them instead of...

Words: 2768 - Pages: 12

Premium Essay

Trader Joe's

...two, we must first examine how attitude influence behavior. An attitude refers to a “predisposition to respond positively or negatively to someone or something” (Schermerhorn, Osborn, Uhl-Bien, & Hunt, 2012). In other words, it is the way we feel about various things in our environment (e.g. people, school, or work). At work, for example, our attitude depends on how we feel about being there, which influence how we behave. One of the most common job attitudes is job satisfaction. Job satisfaction refers to the feelings or attitude a person has toward their job, either positive or negative (Schermerhorn et al., 2012). There are many factors that are able to affect the satisfaction level within a work environment. Smith, Kendall, and Hulin (1969) designed the Job Descriptive Index to measures these factors. The JDI measures five facets, including satisfaction with: the work itself, quality of supervision, relationship with co-workers, promotion opportunities and pay. These components are important for managers and leaders to be concerned with because they often determine the success of an organization. Trader Joe’s, for example, is a company that has managed to maintain it success over the years. Trader Joe’s increases job satisfaction and performance by creating a positive work environment for its employees. Employees come to work in Hawaiian shirts and are given unique names according to the position that they hold. Store managers and assistant managers are known as “captains...

Words: 2311 - Pages: 10

Free Essay

Dd Dfasdf Ads Fds as Dasd

...No. 1, September, pp. 99–130, 2001 doi:10.1006/obhd.2001.2974, available online at http://www.idealibrary.com on Mood and Emotions in Small Groups and Work Teams Janice R. Kelly Purdue University and Sigal G. Barsade Yale University Affective influences abound in groups. In this article we propose an organizing model for understanding these affective influences and their effects on group life. We begin with individuallevel affective characteristics that members bring to their groups: moods, emotions, sentiments, and emotional intelligence. These affective characteristics then combine to form a group’s affective composition. We discuss explicit and implicit processes through which this affective combination occurs by examining the research on emotional contagion, entrainment, modeling, and the manipulation of affect. We also explore how elements of the affective context, such as organizationwide emotion norms and the group’s particular emotional history, may serve to constrain or amplify group members’ emotions. The outcome, group emotion, results from the combination of the group’s affective composition and the affective context in which the group is behaving. Last, we focus on the important interaction between nonaffective factors and affective factors in group life and suggest a possible 2001 Academic Press agenda for future research. During the past century, a tremendous amount of research attention has been devoted to understanding the structure and performance...

Words: 15106 - Pages: 61

Premium Essay

Self-Awareness

... true friendship, happiness, social recognition, a sense of accomplishment and self-respect. Otherwise, selecting six least important values is a complicated task because the list of 18 values is all what everyone desire to reach. Fortunately, the classification becomes much easier according to which factors I need to consider first to come decisions and how I define “success”. Salvation, an exciting life, a world of peace, a world of beauty, mature love and national security are 6 least critical factors when I have to make decisions. I believe that people’s surroundings create the biggest impact and stays with them throughout life. During growing up period, everyone has a specific moment that changed their life and this moment will affect the decision they will make afterwards. My family plays a huge...

Words: 2427 - Pages: 10

Premium Essay

Business Psycology

...[Pick the date] [Pick the date] Business Psychology Individual Assignment Business Psychology Individual Assignment Prepared by – Dashny Sarvaloganayagan Lecturer – W.M.S. Rambadagalla Unit code – F/601/1027 Batch No – 13 Edexcel No – GI 18931 American College of Higher Education, Kandy Prepared by – Dashny Sarvaloganayagan Lecturer – W.M.S. Rambadagalla Unit code – F/601/1027 Batch No – 13 Edexcel No – GI 18931 American College of Higher Education, Kandy Contents Plagiarism Acknowledgement Introduction 1.1 Major theoretical approaches 1.2 Assess the contribution of a scientific approach to investigating workplace behaviour 1.3 Assess strength & limitations of qualitative & quantitative approaches to understand the workplace behaviour 2.1 Describe the type of individual differences which have been the subject of assessment 2.2 Assess the usefulness of psychometric instruments with particular references to reliability and validity 2.3 Make justified communications for the use of two types of measures of individual differences in making business decisions 3.1 Use the theory to explain human reactions to change 3.2 Make justified recommendations for implementing change in selected organization 3.3 Make justified...

Words: 13240 - Pages: 53

Premium Essay

Organization Final

...I choose to do my research paper on General Electric. General Electric is a very successful conglomerate company. I looked at how General Electric manages to be so successful in this area. In this class I have learned that to be a successful company there is another area of concern that is structure of management and how it affects the company. When looking at General Electric Company and why this company is successful conglomerate company. I had to find out what a conglomerate really details. In Order to be a successful conglomerate Company the company must spread resources into this many unrelated businesses gives great stability even in the event of a complete collapse of one of the market, but it also makes many of the decisions the upper management must make incredibly complex. According to The Financial Times, General Electric (GE) is today the “World’s Most Respected Company” (“Facts”). Most of this admiration is due to the variety of operating segments that the company provides. For example, GE businesses are classified into ten categories: Commercial Finance, Consumer Finance, Consumer and Industrial, Energy, Equipment Services, Healthcare, Infrastructure, Insurance, NBC, and Transportation (“Company”). The conglomerate design is put into use when an entity has holdings in many unrelated businesses. This form is also known has the H-form because it is basically a holding company that comes about from unrelated diversification. This holding company form of organization...

Words: 4011 - Pages: 17

Premium Essay

Organisational Behavior

...economics, sociology and politics.’ (Knights and Willmott, 2007:p.3) Numerous disciplines that explore the complexity and diversity of collective human activity have contributed to the formation and development of OB. Something of this complexity is apparent in the sometimes conflicting purposes and objective embraced by, or attributed to, management and organizations. Given the demanding nature of organizing and managing people, it is not surprising that OB is widely regarded as the foundation of management studies. (Knights and Willmott, 2007:p.3)Within the notion of behavior, including thinking and feeling as well as acting. OB aspires to have relevance for understanding the behavior of people working at all hierarchical levels- from the workers employed part-time or on a casual basis on the shop floor or in the office to the most senior executive. Each is involved in processes of organizing and being organized and managing and being managed. OB should be better to understand how and why people are organized; to identify and assess the likely consequences of making changes; and to introduce changes in ways that anticipate and minimize counter-productive effects.’(Knights and Willmott, 2007:p.3-4) This report will discuss several aspects of organizational behavior such as culture and structure, leadership and management, motivation, group and team work. Reference will be made to Siemens and other organization. Compare the effectiveness of leadership styles and discuss the...

Words: 8145 - Pages: 33

Premium Essay

Strategic Management

...Introduction: Australia ranked fifth amongst the world’s leading financial systems and capital markets in the 2010 World Economic Forum Financial Development report. Australia has a strong, profitable, sophisticated and well regulated banking sector which is welcoming of new entrants and increasingly engaged in regional and global markets. The financial sector is the largest contributor to Australia’s national output, around 11 per cent of Australian output or A$135 billion of real gross value added in 2010. There are 56 banks operating in Australia (12 domestic banks, 9 foreign subsidiary banks and 35 foreign branch banks) with total resident assets of A$2.4 trillion as 30 September 2010. Australia has four large domestic banks (the “four pillars”) that provide full service retail and commercial lending to the Australian economy; Australia and New Zealand Bank (ANZ), Commonwealth Bank of Australia (CBA), National Australia Bank (NAB), and Westpac Banking Corporation (WBC). Foreign banks are also well represented in the Australian market with 20 of Forbes’ top 25 banking institutions having a presence in Australia. The majority of these foreign competitors are focused on commercial banking and capital market activities, although a number are now significant players in the retail banking market. Australia’s retail banking sector is relatively concentrated, with twenty one banks providing the bulk of banking services to consumers (12 domestic banks, 9 foreign owned subsidiaries)...

Words: 2089 - Pages: 9