Free Essay

Analisis Laporan Keuangan

In:

Submitted By ehanda
Words 3951
Pages 16
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk

Disusun oleh : Hilma Rizki Marista 120110130056 Firda Tyastari 120110130062 Sarasati Dhiwya Prabaswari 120110130128 Erika Handayani 120110130132 Mustika Riskafuri 120110130140
Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran
2016
Financial Ratio PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. * Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, dan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Rumus Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin = Gross ProfitNet Sales

Perhitungan Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya * 2012
Gross Profit Margin = Rp.901.742.000.000Rp.2.809.851.000.000 Gross Profit Margin = 0.320921643 = 32.09% * 2013
Gross Profit Margin = Rp.1.013.783.000.000Rp.3.460.231.000.000 Gross Profit Margin = 0.292981307 = 29.3% * 2014 Gross Profit Margin = Rp.936.990.000.000Rp.3.916.789.000.000 Gross Profit Margin = 0.239224017 = 23.92%

Nilai Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut sebesar 32.09%; 29.3%; 23.92% artinya dari volume penjualan bersih akan menghasilkan laba kotor sebesar persentase tersebut. Nilai Gross Profit Margin PT. Ultra Jaya cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 5.38%. Menurunnya nilai Gross Profit Margin menunjukkan bahwa produk PT. Ultra Jaya mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam menghasilkan laba kotor. Penurunan tersebut terjadi karena peningkatan penjualan yang diikuti dengan peningkatan harga pokok penjualan yang lebih tinggi sehingga laba kotor yang dihasilkan semakin rendah.

* Operating Profit Margin Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara keuntungan operasi perusahaan dibandingkan dengan penjualan perusahaan. Keuntungan operasi dihitung dari laba kotor perusahaan dikurangi dengan biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta biaya-biaya lainnya. Rumus Operating Profit Margin:

Operating Profit Margin = Operating ProfitNet Sales

Perhitungan Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya

* 2012
Operating Profit Margin = Rp.429.342.000.000Rp.2.809.851.000.000 Operating Profit Margin = 0.152798849 = 15.28% * 2013
Operating Profit Margin = Rp.423.195.000.000Rp.3.460.231.000.000 Operating Profit Margin = 0.122302528 = 12.23% * 2014
Operating Profit Margin = Rp.374.126.000.000Rp.3.916.789.000.000 Operating Profit Margin = 0.095518548 = 9.55%

Nilai Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut sebesar 15.28%; 12.23%; 9.55% artinya dari volume penjualan bersih akan menghasilkan laba operasi sebesar persentase tersebut. Nilai Operating Profit Margin PT. Ultra Jaya cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.05%. Menurunnya operating profit margin dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa laba operasi PT. Ultra Jaya mengalami penurunan yang memperlihatkan bahwa kinerja PT. Ultra Jaya kurang baik di tahun yang bersangkutan. * Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan (Warsosno,2003:37). Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. Rumus Net Profit Margin:

Net Profit Margin = Net ProfitNet Sales

Perhitungan Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya: * 2012
Net Profit Margin = Rp.353.432.000.000Rp.2.809.851.000.000 Net Profit Margin = 0.125783227 = 12.58% * 2013
Net Profit Margin = Rp.325.127.000.000Rp.3.460.231.000.000 Net Profit Margin = 0.093961068 = 9.4% * 2014
Net Profit Margin = Rp.283.361.000.000Rp.3.916.789.000.000 Net Profit Margin = 0.07234523 = 7.23% Nilai Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut sebesar 12.58%; 9.4%; 7.23% artinya dari volume penjualan bersih akan menghasilkan laba bersih sebesar persentase tersebut. Net profit margin PT Ultra Jaya selama tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan setiap tahunnya. Menurunnya net profit margin dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik karena laba bersih dari setiap penjualan yang diperoleh oleh PT Ultra Jaya semakin tahun semakin menurun. * Return On Asset
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva.
ROA= (Net Profit/Total asset) Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan” (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).

Return On Asset = (Net Profit)/(Total Asset) 2012 | 2013 | 2014 | 353.432.000.000/ 2.420.794.000.000=0.14599837914,59% | 325.127.000.000/ 2.811.621.000.000=0,115636851511,56% | 283.361.000.000/ 2.917.084.000.000=0,097138449,71% | Jika dilihat dari perhitungan diatas atas perbandingan antara tahun 2012-2014 nilai ROA PT Ultrajaya mengalami penurunan,hal ini menunjukkan kinerja perusahaan memburuk dari tahun ke tahun karena laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun sangat sedikit. * Return On Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh Perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh Pemegang Saham.
Berikut adalah rumus dari ROE.

2012 | 2013 | 2014 | 353.432.000.000/1.676.519.000.000= 0.21081321,08% | 325.127.000.000/2.015.145.000.000=0,174740216,13% | 283.361.000.000/2.265.097.000.000=0,125098836812,51% |

Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa nilai rasio semakin menurun, jika semakin menurun berarti kinerja kerja perusahaan tersebut dari sisi pengelolaan ekuitasnya memburuk.

Rasio Likuiditas * Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Current Ratio = (Current Asset)/(Current Liabilites) 2012 | 2013 | 2014 | 1.196.427.000.000/ 592.823.000.000 = 2,018185867201,82% | 1.565.511.000.000/ 633.795.000.000 = 2,470058931247,01% | 1.642.102.000.000/ 490.967.000.000=3,34462805334,46% |

Menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan PT Ultrajaya menutupi kewajiban jangka pendeknya. * Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets). Nilai ideal dari analisa rasio ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

Quick Ratio = Current Asset-InventoryCurrent Liabilites
Quick Ratio 2014= Rp. 1.642.101.746.819 -Rp. 714.411.455.060Rp. 490.967.089.226 = 1,889517106 = 188,95%
Quick Ratio 2013= Rp. 1.565.511.000.000 -Rp. 534.977.217.239Rp. 633.795.000.000 = 1,625973355 = 162,59%
Quick Ratio 2012= Rp. 1.196.427.000.000-Rp. 334.169.035.934Rp. 592.823.000.000 = 1,454494789 = 145,44%
Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014 persentasenya makin meningkat, tetapi pada tahun 2012 perusahaan belum dapat dikatakan dalam kondisi sehat sebab belum mencapai nilai minimum sebesar 150% sedangkan tahun-tahun setelahnya perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan sehat.

* Cash Ratio Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek. Nilai ideal dari analisa rasio ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

Cash Ratio = CashCurrent Liabilites
Cash Ratio 2014= Rp.489.284.795.925Rp.490.967.089.226 = 0,9965735111 = 99,65%
Cash Ratio 2013= Rp.611.624.871.676Rp.633.795.000.000 = 0,9650200328 = 96,50%
Cash Ratio 2012= Rp.535.889.526.748Rp.592.823.000.000 = 0,9039621046 = 90,39%

Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014 persentasenya makin meningkat tetapi perusahaan belum dapat dikatakan dalam kondisi sehat sebab belum mencapai nilai minimum sebesar 150%

Rasio Solvabilitas
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang. Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%. * Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio = Total LiabilitesTotal Equity
Debt to Equity Ratio 2014= Rp.651.985.807.625Rp.2.265.097.759.730 = 0,2878406532 = 28,78%
Debt to Equity Ratio 2013= Rp.796.476.000.000Rp.2.015.145.000.000 = 0,3952450072 = 39,52%
Debt to Equity Ratio 2012= Rp.744.275.000.000Rp.1.676.519.000.000 = 0,443940689 = 44,39% Dari ketiga data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase rasio solvabilitas perusahaan semakin rendah yang mana mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan pembayaran kewajiban jangka panjang yang makin baik.

* Debt Capital to Asset Ratio
Menurut Syamsuddin (2006:30) Debt to Total Assets Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.

Debt Capital to Asset Ratio = Total Liabilities/Total Asset

2014 | 2013 | 2012 | = 651.987.000.000/2.917.084.000.000= 0,2235064194243292 (22,35%) | = 796.476.000.000/2.811.621.000.000= 0,2832800011096801 (28,33%) | = 744.275.000.000/2.420.794.000.000= 0,3074507785462125 (30,75%) |

Debt Capital to Asset Ratio PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014 mengalami penurunan, yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya mampu membayar kewajibannya dari tahun ke tahun.
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. * Total Asset Turnover
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont.
ATO mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan serta berpengaruh pada rasio ini antara lain pangsa pasar produk kunci menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja yang menurun drastis, perputaran persediaan yang menurun drastis, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.

Total Asset Turnover = Sales/Total Asset

2014 | 2013 | 2012 | = 3.916.789.000.000/2.917.084.000.000= 1,342706963529333 (134, 27%) | = 3.460.231.000.000/2.811.621.000.000= 1,230688986886924 (123, 07%) | = 2.809.851.000.000/2.420.794.000.000= 1,160714625036248(116, 07%) |

Total Asset Turn Over pada PT. Ultrajaya mengalami peningkatan dari tahun 2012 – 2014, yang menandakan bahwa PT. Ultrajaya tiap tahunnya melakukan penjualan dengan menggunakan asset secara minimal. Berarti, PT. Ultrajaya dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan asset yg dimiliki secara efisien. * Fixed Asset Turnover
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn overmengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

Fixed Assets Turn Over = Sales/Fixed Asset

2014 | 2013 | 2012 | = 3.916.789.000.000/1.003.229.000.000= 3,904182395046395(390, 42%) | = 3.460.231.000.000/965.975.000.000= 3,582112373508631(358, 21%) | = 2.809.851.000.000/979.512.000.000= 2,868623355303457(286, 86%) |

Fixed Asset Turn Over PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan tiap tahunnya, yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya tiap tahun semakin efektif dalam penggunaan aktiva tetap nya. * Inventory Turnover
Inventory turnover merupakan rasio efisiensi yang menunjukan seberapa efektif inventory dikelola dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan rata-rata inventory untuk suatu periode. Rasio ini mengukur berapa kali rata-rata inventory berubah atau terjual selama periode. Dengan kata lain, mengukur berapa kali perusahaan menjual rata-rata total persediaan selama periode. Rasio ini penting karena totral omset tergantung pada dua komponen utama kinerja. Komponen pertama adalah pembelian saham. Jika jumlah yang lebih besar dari persediaan yang dibeli selama tahun ini, perusahaan harus menjual jumlah yang lebih besar dari persediaan untuk meningkatkan omset. Jika perusahaan tidak dapat menjual jumlah persediaan yang lebih banyak, hal tersebut akan menyebabkan biaya lagi. Komponen kedua adalah penjualan. Penjualan harus sesuai pembelian persediaan, apabila tidak, persediaan tidak akan efektif. Hal itu mengapa departemen pembelian dan penjualan harus sama. Perputaran persediaan adalah ukuran dari seberapa efisien perusahaan dapat mengontrol barang dagangan , sehingga sangat penting untuk memiliki giliran tinggi . Hal ini menunjukkan perusahaan tidak mengeluarkan terlalu banyak uang dengan membeli terlalu banyak sumber persediaan dan limbah dengan menyimpan persediaan non - laku . Hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan secara efektif dapat menjual persediaan yang dibelinya Pengukuran ini juga menunjukkan investor seberapa lancer persediaan yang ada dalam perusahaan tersebut. Persediaan merupakan salah satu aset terbesar sebuah laporan pengecer pada neraca. Jika persediaan tidak dapat dijual, barang tersebut tidak berharga untuk perusahaan. Pengukuran ini menunjukkan tingkat kemudahan perusahaan dapat mengubah persediaan menjadi kas.

Cara menghitung Inventory Turnover :
Inventory Turnover = COGS(Inventoryt+ Inventoryt-1)/2

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:

Inventory Turnover = Rp. 2.979.799.459.658 (Rp. 714.411.455.060+ Rp. 534.977.217.239)/2
Inventory Turnover = 47.70011774280838
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:

Inventory Turnover = Rp.2.446.448.128.599 (Rp.534.977.217.239+ Rp.334.169.035.934)/2
Inventory Turnover = 5.269543059451111
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:

Inventory Turnover = Rp. 1.908.109.047.237 (Rp.334.169.035.934+ Rp.368.496.687.848)/2
Inventory Turnover = 5.431057706833542

2014 | 2013 | 2012 | 47.70011774280838 | 5.269543059451111 | 5.431057706833542 |

Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga 2014 memiliki penurunan dan peningkatan. Pada 2013, inventory turnover PT. Ultra Jaya mengalami penurunan yang dapat terjadi karena peningkatan inventory. Sedangkan pada tahun 2014 PT. Ultra Jaya memiliki inventory turnover yang jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 47,70%. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan pada PT. Ultra Jaya mengalami peningkatan yang signifikan. * Account Receivable Turnover
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin lama modal terikat dalam piutang. Mengenai perputaran piutang.
Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir (2004:75)mengatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”.
Menurut Warren Reeve (2005:407) perputaran piutang adalah “Usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan.

Cara menghitung Account Receivable Turnover :

Account Receivable Turnover = Sales(Account Receivablet+ Account Receivablet-1)/2

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:
Account Receivable Turnover = Rp. 3.916.789.366.423(Rp.395.101.722.940+ Rp.368.549.136.075)/2
Account Receivable Turnover = 10,62759068740477

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:
Account Receivable Turnover = Rp. 3.460.231.249.075(Rp.368.549.136.075+ Rp.297.400.522.080)/2 Account Receivable Turnover = 10,39187033645006

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:
Account Receivable Turnover = Rp.2.809.851.307.439(Rp.297.400.522.080+ Rp.255.494.585.569)/2
Account Receivable Turnover = 10,16413879799713

2014 | 2013 | 2012 | 10,62759068740477 | 10,39187033645006 | 10,16413879799713 |

Account Receivable Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga 2014 mengalami peningkatan mulai dari 10,16% hingga pada tahun 2014 memiliki account receivable turnover 10,62%. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap tahunnya PT. Ultra Jaya memiliki account reveivable yang terus meningkat terhadap penjualannya.

Aktifitas Pendanaan

Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko. Aktivitas pendanaan juga diartikan sebagai aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham. Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase, yaitu rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio).
Reinvestasi laba (earnings reinvestment) atau laba ditahan mengacu pada penahanan laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisnis perusahaan; yang disebut pula pendanaan internal (internal financing). Reinvestasi laba sering diukur dengan rasio penahanan. Rasio laba ditahan (earnings retention ratio) mencerminkan proporsi laba ditahan, yang didefinisikan sebagai satu dikurangi dividend payout ratio.
Selain dari investor, perusahaan juga bias memperoleh pendanaan dari kreditor. Terdapat dua jenis kreditor: (1) kreditor hutang, yang secara langsung meminjamkan uang kepada perusahaan, dan (2) kreditor operas, yang meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasinya. Pendanaan hutang sering terjadi melalui pinjaman (loan) atau melalui penerbitan efek seperti obligasi. Pemberi hutang meliputi organisasi seperti bank, institusi simpan pinjam, dan institusi keuangan atau non keuangan lainnya. Pendanaan kreditor berbeda dengan pendanaan ekuitas dalam hal perjanjian atau kontrak, yang umumnya mensyaratkan pembayaran kembali pinjaman dengan bunga pada tanggal tertentu. Bunga tidak selalu dinyatakan dalam kontrak tersebut melainkan secara implicit. Dari pemaparan dan penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa aktivitas pendanaan adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh uang untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Sumber pendanaan eksternal ada dua yaitu pemilik atau pemegang saham, dan pemberi pinjaman Pada tahun buku 2014, Kas Bersih yang digunakan untuk Aktivitas Pendanaan naik 92,6% atau sebesar Rp. 47,6 milyar dibandingkan dengan Kas Bersih yang digunakan untuk Aktivitas Pendanaan tahunbuku 2013, yaitu dari Rp. 51,4 milyar di tahunbuku 2013 menjadi Rp. 99,0 milyar di tahunbuku 2014. Kenaikan penggunaan Kas Bersih untuk Aktivitas Pendanaan ini, terutama disebabkan oleh kenaikan penggunaan kas untuk pembayaran Pinjaman Jangka Pendek sebesar Rp. 28,3 milyar, kenaikan penggunaan kas untuk pembayaran Utang Mesin sebesar Rp. 5,9 milyar, kenaikan penggunaan kas untuk pembayaran Dividen sebesar Rp. 48,4 milyar. Kenaikan penggunaan kas untuk Aktivitas Pendanaan ini, diimbangi oleh penurunan penggunaan kas untuk pembayaran Utang Bank Jangka Panjang sebesar Rp. 29,3 milyar dan penurunan penggunaan kas untuk pembayaran Sewa Pembiayaan sebesar Rp. 5,7 milyar. Selain itu PT. Ultra Jaya juga menggunakan utang sebagai sumber permodalannya. Utang Bank Jangka Panjang Bagian Yang Jatuh Tempo Dalam 1 Tahun menurun 100% senilai Rp. 30,7 milyar. Perseroan memperoleh fasilitas kredit investasi jangka panjang dari Bank BCA dan ANZ Panin Bank dan dalam tahun 2014 seluruhnya telah dilunasi. Utang Sewa Jangka Panjang bagian Yang Jatuh Tempo Dalam 1 Tahun menurun 100% senilai Rp. 0,7 milyar. Perseroan memperoleh fasilitas utang sewa barang modal jangka panjang dari PT Austindo Nusantara Jaya Finance dan PT BTMU - BRI Finance dan dalam tahun 2014 seluruhnya telah dilunasi. Utang Mesin Jangka Panjang bagian Yang Jatuh Tempo Dalam 1 Tahun meningkat 74,1% atau senilai Rp. 10,1 milyar yaitu dari Rp. 5,8 milyar per tanggal 31 Desember 2013 menjadi Rp. 15,9 milyar per tanggal 31 Desember 2014. Perseroan mempunyai utang jangka panjang kepada suplier mesin yang harus diangsur mulai tahun 2015 sampai tahun 2018 masing-masing sebesar Rp. 15,2 milyar, tahun 2019 sebesar Rp. 12,8 milyar, dan tahun 2020 sebesar Rp. 5,1 milyar. Kelompok Usaha memantau prakiraan kebutuhan likuiditas untuk memastikan bahwa Kelompok Usaha memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional. Prakiraan tersebut mempertimbangkan rencana pembiayaan utang dan kepatuhan perjanjian Kelompok Usaha, sesuai dengan target rasio laporan posisi keuangan intern dan, jika ada, peraturan atau hukum eksternal yang berlaku-misalnya, pembatasan mata uang asing. Manajemen risiko likuiditas yang hati-hati termasuk mengatur kas dan setara kas yang cukup untuk menunjang aktivitas usaha secara tepat waktu. Perseroan dan Entitas Anak mengatur keseimbangan antara kesinambungan kolektibilitas piutang dan fleksibilitas melalui penggunaan utang bank dan pinjaman lainnya. Estimasi jumlah pinjaman yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut:

Sumber Weygandt, J. J., Kieso, D. E., & Kell, W. G. (1996). Accounting Principles (4th ed.). New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore: John Wiley & Sons, Inc. p. 802

Similar Documents

Free Essay

Analisis Laporan Keuangan Lima Tahun Pt Unilever Indonesia Tbk

...ANALISIS LAPORAN KEUANGAN LIMA TAHUN PT UNILEVER INDONESIA TBK Oleh: Yessica Angkawijaya 08120110013 Calandra Alencia Haryani 08120110014 Felicia Francisca 08120110017 Andrew Janaprasetya 01220110075 Chin Lung 01220110034 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN KARAWACI 2013 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TENTANG UNILEVER PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken NV dengan akta No 23 dari Pak AH van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie dengan surat No 14 pada tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di Raad van Justitie di Batavia dengan No 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No 3. Nama perusahaan berubah menjadi PT Unilever Indonesia Dengan akta No 171 dari notaris Ny Kartini Muljadi SH tanggal 22 Juli 1980. Kemudian, namanya berubah lagi menjadi PT Unilever Indonesia Tbk dengan akta No 92 dari notaris Mudofir Hadi SH Mr tanggal 30 Juni 1997 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Nomor 2.620 15 Mei 1998 Tambahan No 39. Perusahaan tercatat 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah mendapat persetujuan dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada tanggal 24 Juni 2003 di Rapat...

Words: 3029 - Pages: 13

Free Essay

Analisa Laporan Keuangan

...|ANALISIS | |LAPORAN | |KEUANGAN | |CHAPTER 01 | |Gambaran Umum Analisis Laporan Keuangan | |CHAPTER 02 | |Pelaporan dan Analisis Keuangan | |PROGRAM PASCA SARJANA | |MAGISTER AKUNTANSI | |UNIVERSITAS TRISAKTI | [pic] KELOMPOK 1 : RONALD ( 123-131-067 ) DENNYS SURYA ( 123-131-015 ) MIFTAH ( 123-131-046 ) ARFIANTO ( 123-131-096 ) RIKA ( 123-131-064 ) WILLIAM ( 123-131-080 ) STEVANUS ( 123-140-140 ) DR. VINOLA HERAWATY, AK, CA, MSC UNIVERSITAS TRISAKTI KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Gambaran Umum Analisis Laporan Keuangan & Pelaporan dan Analisis Keuangan ” dengan lancar. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih...

Words: 10835 - Pages: 44

Free Essay

Kuliah

...ANALISIS PENERAPAN MODEL DU PONT DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN (Studi kasus PT. Bakrie Telecom Tbk periode 2005-2010) SITI NURUL FEBRIANI 0301508067 UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perusahaan didirikan memiliki sasaran untuk mendapatkan keuntungan. Tidak hanya keuntungan yang menjadi sasaran utama bagi perusahaan, tetapi juga harus memperhitungkan bagaimana perusahaan mampu bersaing dan tetap bisa bertahan dan berkembang. Media yang dapat dipakai untuk melihat kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,laporan catatan atas laporan keuangan dan laporan arus kas. Melalui laporan keuangan akan dapat diketahui kondisi keuangan suatu perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan. Ada beberapa teknik dalam menganalisis laporan keuangan, diantaranya adalah rasio keuangan dan sistem Du Pont. Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara...

Words: 992 - Pages: 4

Free Essay

Adssadas

...KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA Maharani Ika Lestari Toto Sugiharto Fakultas Ekonimo, Universitas Gunadarma tsharto@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK Ada tiga tujuan utama dalam penelitian ini yaitu (i) menganalisis perbedaan kinerja keuangan antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa setelah krisis ekonomi dilihat dari rasio ROA dan ROE; (ii) menganalisis seberapa besar Bank Devisa dan Bank Non Devisa dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dilihat dari LDR nya; (iii) menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar dan Suku Bunga SBI terhadap rasio keuangan bank (ROA, ROE, LDR). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan triwulanan keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa yang diperoleh dari BI selama periode 2002-2006. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis keuangan (ROA, ROE, LDR) dan analisis statistik (Uji Beda Dua Rata-Rata dan Uji Regresi Linier Berganda). Uji Beda Dua Rata-Rata digunakan untuk menganalisis perbedaan kinerja dan Uji Regresi Linier Berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh ekonomi makro terhadap ROA, ROE dan LDR. Proses pengolahan data untuk kedua analisis tersebut menggunakan program SPSS versi 13.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2002-2006 perbedaan kinerja antara ROA, ROE Bank Devisa dan ROA, ROE Bank Non Devisa setelah krisis ekonomi tidak signifikan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa selama periode penelitian...

Words: 3445 - Pages: 14

Free Essay

Jkmduydtudu

...TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN KEUANGAN “Southland Corporation: From Profitability to Financial Distress to Profitability” Dosen : Dr. Mudjilah Rahayu [pic] OLEH ALFIAN RIZKI P 041414353001 GRACE RUTH 041414353002 INTAN ZAKIYATUL M 041414353013 NINDIA EKA SAVITRI S 041414353015 KARNOVA A BASTARI 041414353023 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Southland Corp selama dua puluh empat tahun memecahkan rekor dengan pendapatan yang tinggi. Deviden mereka meningkat selama sebelas tahun berturut-turut. Perusahan tumbuh dengan stabil dan terus-menerus. Ini adalah deskripsi dari Southland Corp pada tahun 1985. Kedengarannya tidak seperti perusahaan yang mengalami bangkrut. Namun ini adalah deskripsi dari Southland Corp yang akan-segera-bangkrut, pemilik lebih dari 8.000 7-Eleven dan toko-toko lain, seperti Citgo Petroleum Corp., Chief Auto Parts, produk susu, dan pengolahan makanan dan distribusi operasi. Southland reorganisasi pengajuan kebangkrutan pada tahun 1991 setelah bertahun-tahun laba negatif dari tahun 1987 dan seterusnya. Masalah keuangan perusahaan adalah kombinasi terlalu banyak utang pada tingkat bunga yang tinggi dan arus kas berkurang. Southland mencoba untuk tetap bertahan melalui penambahan modal dari Ito-Yokado, Ltd, Pemilik 7-Eleven Jepang, Ltd, dan melalui negosiasi dengan kreditur. Masalah Southland dimulai...

Words: 3890 - Pages: 16

Free Essay

Tujuan Dan Bukti Audit

...kewajaran. Dalam semua hal yang meterial, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan audit spesifik ditentukan berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laoran keuangan. Asersi-asersi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Keberadaan atau Keterjadiaan Asersi tentang keberadaan atau keterjadiaan berhubungan dengan apakah aktiva atau utang benar terjadi selama periode tertentu. Asersi keberadaan berkaitan dengan akun-akun riil yang tercantum pada neraca. 2. Kelangkapan Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun (rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan. 3. Hak dan Kewajiban Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan dua hal, yaitu : a. Apakah aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak perusahaan pada tanggal tertentu. b. Apakah utang yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. 4. Penilaian atau Pengalokasian Asersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang, pendapatan, dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. 5. Penyajian dan Pengungkapan Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan...

Words: 2575 - Pages: 11

Free Essay

Stock Return

...DAMPAK PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP PERILAKU RETURN SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Dwi Susilo, Teguh Djiwanto, Jaryono Abstract This research was event study that was conducted by observing the share return behavior for 11 observation days that were 5 days before the publication date, 1 day of the publication and 5 days after the financial report publication. The data used in this research was secondary data from JSE, with the samples of 53 manufacturer companies taken with the purposive sampling method. The data used in this research was the daily price of shares on closing and combination share price index (IHSG). The statistic method used was Kolmogorof Smirnov to know whether the data obtained have normal distribution, and to test the difference of share return before and after financial report publication the non-paametric statistic test that was wilcoxon-marked level test was used because the data collected has not normal distribution, and to test the difference of share return before and after financial report publication the non-parametric statistics test that was wilcoxon-marked level test was used because the data collected has not normal distribution. To know the Expcted return, two models were used, Adjusted Average model and Market model. The result of the research showed that there was an increase on the share return after th e financial report publication. This fact proved that there was information content in the financial report...

Words: 2962 - Pages: 12

Free Essay

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Fraud Triangle Sebagai Penyebab Kecurangan Atas Laporan Keuangan

...PENYEBAB KECURANGAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KHALIDA UTAMI A1C 009 077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MATARAM ABSTRACT The objective of this study is to examine the accounting students' perceptions of fraud triangle as a factor contributing to financial statements fraud. Fraud triangle consists of opportunity, pressure and rationalization. This study uses primary data collected from questionnaires distributed to the respondents, which are undergraduate students from class of 2008 and 2009 of Faculty of Economics, University of Mataram. Based on probability sampling technique, a total of 115 accounting students, who has attended courses in Auditing II and Auditing Practices, are accounted as sample of this study. Hypotheses analysis based on multiple regression analysis suggest that there is relationship between the fraud triangle (opportunity, pressure and rationalization) and fraudulent financial statements. The results also suggest that that accounting students have a good perception of the fraudulent financial statements. Furthermore, based on the students’ perception, the result suggests that pressures are the most likely factor to the fraud on financial statement. Keywords: fraud triangle, financial statements fraud, accounting students’ perception. 2 1. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyediakan informasi bagi para pemakai (user). Sesuai dengan Konsep Fundamental dalam Penyusunan Laporan Keuangan (KDPLK) maka informasi...

Words: 7625 - Pages: 31

Free Essay

Analisis Potensi Risiko

...i ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur y ang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Disusun oleh : VIVA YUSTITIA RINI NIM. C2C008146 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 i ii PERSETUJUAN SKRIPSI Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas/Jurusan : Viva Yustitia Rini : C2C008078 : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi Judul Skripsi : ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20082010) Dosen Pembimbing : Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt. Semarang, 5 Juni 2012 Dosen pembimbing, (Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt.) NIP . 19550418 198603 1001 ii iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas/Jurusan : Viva Yustitia Rini : C2C008146 : Ekonomika dan Bisnis /Akuntansi Judul Usulan Skripsi : ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010) Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 20 Juni 2012 Tim Penguji : 1. Drs...

Words: 10403 - Pages: 42

Free Essay

Financial Analysis

...FINANCIAL ANALYSIS (ANALISIS KEUANGAN) DISUSUN OLEH FANY INDRIYANI SATRIA TRINANDA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012 FINANCIAL ANALYSIS (ANALISIS KEUANGAN) Analisis keuangan bertujuan untuk menilai seberapa jauh kinerja perusahaan dalam konteks yang menyatakan tujuan dan strategi. Dalam proses menganalisis keuangan Ada 2 alat analisis yang sering dipergunakan yaitu analis rasio dan analis arus kas. Pada analisis Rasio menilai bagaimana berbagai pos dalam laporan keuangan perusahaan saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan pada analisis arus kas memungkinkan analis untuk memeriksa likuiditas perusahaan, dan bagaimana perusahaan mengelola arus kas operasi, investasi, dan pendanaan. ANALISIS RASIO Nilai dari suatu perusahaan ditentukan oleh profitabilitas dan pertumbuhannya. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5-1, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas dipengaruhi oleh strategi pasar produk dan kebijakan pasar keuangan. Strategi pasar produk diimplementasikan melalui strategi kompetitif perusahaan, kebijakan operasi, dan keputusan investasi. Kebijakan pasar keuangan diimplementasikan melalui pendanaan dan kebijakan dividen. Para manajer dapat membentuk empat bidang untuk mencapai target pertumbuhan dan keuangan yaitu (1) Manajemen Operasi, (2) Manajemen Investasi, (3) Keputusan Pembiayaan, dan (4) Kebijakan deviden. Tujuan dari analisis rasio adalah untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan perusahaan pada setiap bidang ini. Analisis rasio efektif melibatkan...

Words: 8749 - Pages: 35

Free Essay

Psak1-Penyajian-Laporan-Keuangan

...PSAK 1 – PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement Presented by: Dwi Martani Agenda 1 2 3 4 Tujuan dan Ruang Lingkup Laporan K L Keuangan Struktur dan Isi Ilustrasi 2 TUJUAN Dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum ( (general purpose fi l financial statements) agar d i l t t t ) dapat t dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur: persyaratan bagi penyajian laporan keuangan struktur laporan keuangan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAK 1 RUANG LINGKUP Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah. PSAK 1 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas entitas. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. p 5 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban p g j p gg gj manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi : p g y j aset; liabilitas; ekuitas; ; pendapatan dan beban...

Words: 1796 - Pages: 8

Free Essay

Valuation

...peramalan masa depan . Untuk itu Alasannya , komponen penting dari penilaian adalah analisis yang kuat dari sejarah prestasi. Selalu mulai dengan pendorong utama nilai : pengembalian investasi modal (ROIC ) dan pertumbuhan pendapatan . Memeriksa tren dalam panjang perusahaan menjalankan kinerja dan kinerja relatif dengan yang sejenis , sehingga Anda dapat mendasarkan perkiraan Anda dari arus kas masa depan pada asumsi yang wajar tentang driver perusahaan kunci nilai. Mulailah dengan menganalisis ROIC , baik dengan dan tanpa niat baik . ROIC dengan goodwill mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai lebih dan di atas premiums dibayar untuk akuisisi . ROIC tanpa goodwill adalah ukuran yang lebih baik dari kinerja perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis . Kemudian menelusuri ke dalam komponen ROIC untuk membangun pandangan yang terintegrasi dari perusahaan operasi kinerja , dan memahami aspek-aspek bisnis yang bertanggung jawab untuk kinerja secara keseluruhan . Berikutnya , memeriksa driver dari suka pertumbuhan pendapatan . Apakah pertumbuhan pendapatan didorong , misalnya , lainnya pertumbuhan organik ( penting untuk penciptaan nilai , seperti dibahas dalam Bab 5 ) atau dengan efek mata uang, yang sebagian besar di luar kendali manajemen dan mungkin tidak berkelanjutan ? Akhirnya , menilai kesehatan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah ia memiliki sumber daya keuangan untuk melakukan bisnis dan membuat jangka pendek dan jangka panjang investasi. Tiga...

Words: 2089 - Pages: 9

Free Essay

Lampiran

...(Open) Akuntabilitas keuangan dan kinerja pengertian sejarah dan aplikasi pada instansi pemerintah: studi kasus Direktorat Pembinaan SMK Winner Jihad Akbar Deskripsi Dokumen: http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=119581&lokasi=lokal -----------------------------------------------------------------------------------------Abstrak Salah satu perwujudan good governance, pemerintah dituntut untuk meningkatkan akuntabilitasnya. Dalam rangka meningkatkan akuntabilitasnya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan perundangundangan.Walaupun telah banyak peraturan dan perundang-undangan yang telah dibuat berkaitan dengan akuntabilitas, namun akuntabilitas pemerintah masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Oleh karena itulah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntabilitas keuangan dan kinerja, menganalisis keterkaitan antara akuntabilitas keuangan dan kinerja, dan memformulasikan model akuntabilitas berdasarkan metode balanced scorecard pada Direktorat Pembinaan SMK. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan berdasarkan dokumendokumen yang ada dan kemudian melakuan analisis berdasarkan teori dan peraturan serta perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas Keuangan Direktorat Pembinaan SMK sudah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Ini tercermin telah dibuatnya tiga macam laporan keuangan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Akuntabilitas Kinerja...

Words: 265 - Pages: 2

Free Essay

Perbedaan Penelitian Ilmiah Dasar Dan Penelitian Ilmiah Terapan

...penelitian ilmiah dasar adalah yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA” oleh I G A N BUDIASIH, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Sedangkan untuk Jurnal penelitian ilmiah dasar adalah yang berjudul “PENGARUH MANAJEMEN LABA PADA TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ-45”oleh JULIA HALIM, Alumni Institut Bisnis Dan Informatika Indonesia; CARMEL MEIDEN, Dosen Institut Bisnis Dan Informatika Indonesia; RUDOLF LUMBAN TOBING, Dosen Institut Bisnis Dan Informatika Indonesia. * Jurnal “faktor-faktor yang mempengaruhi praktik laba” dikatakan penelitian dasar karena: * Dalam jurnal ini dijabarkan pemecahan persoalan yang bersifat teoritis tentang manajemen laba. * Pengungkapan dalam jurnal ini menggunakan penelitian deduktif, yang bertujuan untuk menguji hipotesis (Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio) melalui validasi teori atau aplikasi teori (Indeks Eckel). * Tujuan dalam jurnal ini adalah evaluasi terhadap teknik analisis data yang mempengaruhi manajemen laba/pemerataan laba. * Jurnal “Pengaruh manajemen laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ-45” dikatakan penelitian terapan karena: * Jurnal ini berusaha untuk memecahkan beberapa persolan atau masalah-masalah yang praktis. Misalnya saja bagaimana asimetri informasi daapat mempengaruhi manajemen laba, serta adakah dampak...

Words: 322 - Pages: 2

Free Essay

Using Dss

...ini adalah : Laporan, display, dan hasil tanggapan oleh sistem spesifik yang layak untuk keperluan manajer. Informasi disiapkan untuk tingkatan tactical management dan keputusan operasional. Contoh : Manajer penjualan mengharapkan laporan hasil analisis untuk mengevaluasi hasil kinerja tenaga penjualan yang menjual tipe produk yang sama untuk tipe pelanggan yang sama. * Pengertian: Jenis awal dari sistem informasi yang dikembangkan untuk mendukung pengambilan keputusan manajerial. * Management Information Systems, menyediakan 4(empat) macam informasi produk-produk untuk para manajer; 1. Periodic Scheduled Report, bentuk tradisional penyediaan informasi bagi manajer dengan menggunakan format yang telah ditentukan dan menyediakan informasi secara rutin kepada manajer. Contoh: Laporan analisis penjualan harian dan mingguan serta laporan keuangan bulanan. Alternatif – alternatif bentuk laporan bagi manajer : 1. Laporan Jadwal Periodik ( Periodic Scheduled Reports ) Merupakan laporan yang menyediakan informasi untuk manajer dalam bentuk standar dasar, misalnya laporan jadwal periodik seperti laporan harian, laporan mingguan atau laporan keuangan bulanan. 2. Laporan Berdasarkan Permintaan dan Tanggapan ( Demand Reports & Responses ) Merupakan laporan yang menyediakan informasi apabila dibutuhkan atau diperlukan oleh manajer. Artinya manajer tidak perlu menunggu laporan jadwal periodik. Contoh : Database Management System 3. Laporan Pengecualian (...

Words: 491 - Pages: 2