Free Essay

Ifrs

In:

Submitted By meilissa
Words 4728
Pages 19
IFRS: Property, Plant, and Equipment
07-05-2011 22:27:18
Aset tetap atau PPE (Property, Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Istilah aset tetap digunakan untuk membedakan dengan aset tidak berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari aset.
Dalam standar akuntansi yang mengacu ke Amerika (US GAAP), akuntansi untuk aset tetap relatif tidak menimbulkan banyak masalah, karena standar akuntansi aset tetap berdasar US GAAP menggunakan basis kos historis. IFRS tidak menggunakan basis kos historis, mengingat basis kos historis berimplikasi pada penyajian laporan keuangan yang dipandang kurang relevan dengan kebutuhan nyata pengguna informasi karena tidak mampu menggambarkan nilai riil aset tetap yang disajikan di dalam laporan keuangan.
Artikel ini tidak dimaksudkan untuk membahas secara detil seluruh aspek teknis akuntansi atas aset tetap, tetapi dimaksudkan untuk mendeskripsikan aspek-aspek umum akuntansi aset tetap yang membedakan antara US GAAP dengan IFRS. Secara umum permasalahan akuntansi aset tetap yang akan dibahas dalam artikel ini adalah mencakup prinsip-prinsip dasar akuntansi aset tetap sebagai berikut: 1. Akuntansi perolehan aset tetap 2. Akuntansi alokasi kos aset tetap ke masing-masing periode akuntansi yang menikmati jasa aset tetap. 3. Akutansi perubahan nilai aset setelah pemilikan aset, seperti akuntansi kenaikan nilai dan penurunan nilai (impairments) aset tetap. 4. Akuntansi penghentian aset.
Baik standar akuntansi versi US GAAP maupun versi IFRS area utama permasalahan akuntansi yang diatur dalam masing-masing standard adalah sama, yaitu dalam empat area tersebut di atas, sehingga dengan melakukan pengkajian atas keempat area utama akuntansi tersebut akan diperoleh pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan standard akuntansi yang berlaku pada masing-masing standar.
PEMBAHASAN
Pengukuran Kos Investasi Awal
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat aset tetap dalam kondisi siap dioperasikan harus dicatat sebagai bagian dari kos aset. Elemen kos mencakup (1) harga beli, termasuk biaya legal dan fee perantara, pajak impor, pajak pertambahan nilai, dan pajak-pajak lain yang bersifat final, dikurangi dengan diskon atau rabat dan (2) seluruh biaya langsung untuk membawa aset ke lokasi hingga siap dioperasikan sesuai harapan manajemen, termasuk biaya persiapan lokasi penempatan aset tetap, biaya pemasangan, dan biaya uji coba, dan (3) taksiran biaya pembongkaran (dismantling costs), pemindahan barang, dan penyiapan lokasi. Dari tiga macam elemen kos, letak perbedaan US GAAP dan IFRS adalah pada perlakukan akuntansi atas dismantling costs, US GAAP menggunakan prinsip kos historis, sehingga unsur biaya yang sifatnya masih preditif, apalagi peristiwanya akan terjadi setelah aset tetap dihentikan pemanfaatannya, tidak diperlakukan sebagai unsur kos aset tetap.
Dalam hal aset tetap diperoleh dengan cara kredit, bunga kredit tidak termasuk sebagi kos aset tetap, dalam kasus ini kos aset tetap diakui sebesar nilai tunai dari pembayaran periodik. Biaya inkremental lain, seperti biaya konsultasi dan biaya komisi dalam rangka pembelian aset termasuk sebagai bagian dari kos aset tetap berwujud. Dalam kasus ini, secara prinsip dan konsep tidak ada perbedaan antara US GAAP dengan IFRS.
Biaya restorasi lokasi aset (decommissioning costs) yang diprediksi akan terjadi pada akhir masa manfaat aset diperlakukan sebagai bagian dari kos aset tetap. Dengan demikian kos aset tetap adalah mencakup kos perolehan aset tetap ditambah dengan decommissioning costs dan dismantling costs. Rekening lawan dari decommissioning costs adalah rekening utang bersyarat. IAS 37 menegaskan bahwa provisions atau pencadangan utang atas decommissioning costs akan diakui hanya pada saat dipenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Pada saat pelaporan keuangan perusahaan terbukti memiliki kewajiban (present obligation) baik secara legal maupun bersifat konstruktif, sebagai akibat dari peristiwa yang lalu. 2. Dapat diprediksi akan terjadinya arus keluar sumberdaya ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban, dan 3. Dapat diprediksi secara memadai jumlah kewajiban yang harus diselesaikan diwaktu yang akan datang.
Dalam proposal amandemen IAS 37: Provision, Contingent Liabilities and Contingent Assets, IASB (the International Accounting Standards Board) mengusulkan untuk menghapus istilah ?Provisions? dan menggantinya dengan istilah baru ?nonfinancial liabilities?. Dalam US GAAP masalah decommissioningcosts tidak diatur karena prinsip yang digunakan adalah kos historis, meskipun pada dasarnya jika unsurdecommissioning costs diakomodasi oleh US GAAP perlakukan akuntansinya cocok dengan prinsip kehati-hatian atau conservative principle yang digunakan sebagai basis pengembangan US GAAP. Namun demikian US GAAP tidak menerapkan prinsip hati-hati untuk mengakui decommissioning costs, dengan kemungkinan alasan karena objectivitas atau validitas estimasi kos sulit untuk diukur.
Contoh implementasi decommissioning costs adalah sebagai berikut, misalnya dalam rangka memenuhi ketentuan perizinan pemerintah dalam pengadaan aset tetap, perusahaan diwajibkan pada akhir masa pakai aktiva tetap perusahaan harus membongkar aktiva tetap, membersihkan lokasi penempatan aktiva tetap, dan mengembalikan tanah seperti keadaan semula. Kondisi semacam ini memenuhi ketentuan sebagai kewajiban masa sekarang sebagai akibat peristiwa masa lalu (pengadaan aset tetap), yang kemungkinan besar akan mengakibatkan arus keluar sumberdaya di masa yang akan datang. Pengakuan kos atas peristiwa di masa yang akan datang semacam ini memerlukan estimasi yang cukup cermat, mengingat estimasi berhubungan dengan jangka waktu yang cukup panjang, yang sangat rentan dengan berbagai kemungkinan yang bisa mempengaruhi ketepatan estimasi, paling tidak bisa sangat dipengaruhi oleh evolusi atau bahkan revolusi perubahan teknologi, yang kemungkinan besar akan mempengarui realisasi decommissioning dan dismantling costs.
Untuk mengatasi kerumitan estimasi, IAS 37 memberikan arahan teknis dengan menyatakan bahwa estimasi yang terbaik adalah dengan cara mengukur dengan tepat decommissioning dan dismantling costspada akhir masa kegunaan aset tetap, kemudian mengukurnya dengan nilai sekarang (discounted to present value), selanjutnya present value dari kedua unsur kos tersebut dimasukkan sebagai bagian dari kos perolehan aset tetap. Meskipun telah disediakan arahan teknis semacam ini, kesulitan dalam praktik tetap akan terjadi, karena yang menjadi persoalan utama adalah pada teknis pengukuran secara tepat prediksi potensi kos yang akan terjadi pada akhir umur ekonomis aset tetap, bukan pada bagaimana mengukur nilai sekarang dari kedua unsur kos tersebut. Dari kaca mata US GAAP, masalah berat seperti ini barangkali yang membuat US GAAP tidak mengatur standard tentang unsur biaya semacam ini.
Perlu difahami bahwa dismantling costs, legal costs atau constructive obligations, yang merupakan bagian dari kos perolehan aset tetap, tidak diperkenankan untuk diperluas sampai dengan kos operasional aset tetap di waktu yang akan datang, mengingat kos operasional di waktu yang akan datang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban masa sekarang (present obligation). Konsekuensi dari ketentuan kapitalisasidismantling costs maka dismantling costs harus dibebankan ke masing-masing periode yang menikmati jasa aset tetap melalui prosedur depresiasi. Pada masing-masing periode dismantling costs harus disesuaikan dengan perkembangan informasi terbaru dengan tujuan untuk meningkatkan ketepatan prediksi dismantling costs. Kenaikan nilai cadangan (provision) dari dismantling costs dilaporkan sebagai bunga atau semacam biaya pendanaan.
Beberapa contoh decommissioning costs atau dismantling costs yang harus diakui pada saat perolehan aset tetap, misalnya sebagai berikut:
Contoh 1:
Kasus lease premises (leasing aset tetap). Misalnya dalam transaksi leasing terdapat kewajiban bagi lessee atau pembeli bahwa pada akhir umur ekonomi aset tetap harus mengosongkan lokasi penempatan aset tetap, atau harus membongkar dan memindahkan aset tetap ke lokasi lain. Dalam hal terjadi kasus semacam, jika leasing termasuk kategori leasing pendanaan (finance lease), maka taksiran biaya pembongkaran dan pemindahan aset (distmantling dan decommissioning costs) harus dikapitalisasi atau dibukukan sebagai bagian dari kos aset tetap, dan didepresiasi selama umur ekonomi aset tetap. Dalam hal leasing termasuk sebagai kategori leasing operasional, kos semacam ini harus dipalorkan sebagai beban ditangguhkan (deferred charge). Dalam US GAAP kos semacam ini tidak diperlakukan sebagai kos aset tetap, karena kos aset tetap diukur berdasarkan kos yang telah terjadi (historical costs), dan tidak termasuk kos yang kemungkinan akan terjadi. Contoh 2:
Kepemilikan aset tetap (owned premises). Mesin dalam contoh 1 dipasang pada lokasi pabrik yang dimiliki perusahaan. Pada akhir umur ekonomi mesin, perusahaan memiliki opsi untuk membongkar dan memindahkan mesin serta menanggung seluruh biaya pembongkaran dan pemindahan mesin, atau membiarkan mesin tetap ditempatnya dan tidak dioperasikan lagi. Jika perusahaan memilih tidak membongkar dan memindahkan mesin, maka akibat yang ditimbulkan adalah menurunkan nilai wajar (fair value) dari lokasi mesin, jika perusahaan memutuskan untuk menjual lokasi mesin sebagaimana adanya. Tetapi karena tidak ada kewajiban legal untuk membongkar dan memindahkan aset tetap, dalam hal ini mesin, maka kos pembongkaran tersebut tidak dimasukkan sebagai bagian kos dari aset tetap. Semestinya kos pembongkaran harus tetap diakui sebagai kos aset tetap, agar perlakuan akuntansinya konsisten dengan kasus nomor 1 (satu) di atas.
Contoh 3:
Dengan menggunakan kasus yang sama seperti contoh 1 dan 2, misalnya dalam kasus ini pemilik perusahaan memberi opsi kepada fihak ketiga untuk membeli perusahaan pada akhir tahun ke 5, yaitu akhir umur ekonomis aset tetap. Di dalam menawarkan opsi, secara verbal pemilik perusahaan mengatakan bahwa perusahaan akan dalam keadaan bersih, seluruh mesin serta perlengkapan kantor akan disingkirkan dari lokasi pabrik. Pemilik perusahaan berharap bahwa pembeli opsi menjadi tertarik karena biaya pembongkaran aset tetap (dalam hal ini mesin) ditanggung oleh penjual, yaitu dalam bentuk janji untuk membersihkan pabrik dari mesin-mesin lama. Dalam kasus semacam ini, meskipun status legalnya kemungkinan masih dapat dipertanyakan, tetapi secara janji semacam ini telah memunculkan kewajiban konstruktif (constructive obligation) dan harus diakui sebagai decommissioning costs.
Contoh 4:
PT X bergerak dalam produksi bahan-bahan kimia. Perusahaan memasang tank bawah tanah untuk menyimpan berbagai jenis bahan kimia. Tank dipasang pada saat perusahaan membeli fasilitas pabrik tujuh tahun yang lalu. Pada bulan Februari 2009 pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk membongkar tank semacam ini pada saat tank sudah tidak digunakan lagi. Dalam kasus semacam ini maka mulai sejak dikeluarkan peraturan pemerintah perusahaan harus mengakuidecomissioning obligation. Misalnya dalam kasus PT X ini, dalam kegiatan operasionalnya perusahaan juga menggunakan cairan kimia untuk membersihkan peralatan pabrik yang dimilikinya, yang ditempatkan dalam penampungan yang khusus dirancang untuk tujuan tersebut. Penampungan dan tanah sekitarnya yang semuanya adalah milik PT X, terkontaminasi oleh pembersih berbahan kimia tersebut. Pada tanggal 1 Februari 2009 pemerintah menerbitkan peraturan yang berisi keharusan untuk membersihkan dan membuang limbah produksi yang membahayakan pada akhir penggunaan fasilitas penampungan sisa bahan kimia. Atas berlakunya peraturan pemerintah tersebut, berakibat timbulnya keharusan untuk mengakui dengan segera biaya pembersihan dan pembuangan limbah industri (decommissioning costs and obligation) yang berhubungan dengan kontaminasi yang telah terjadi.
Tentang kemungkinan terjadinya perubahan taksiran decommissioning costs dan dismantling costs, IFRIC nomor 1 menginterpretasikan bahwa penyesuaian hanya diperlukan untuk sisa umur aset tetap, atau berlaku secara prospektif, dan tidak berlaku secara restrospektif.
Inilah salah satu perbedaan antara US GAAP dan IFRS, karena US GAAP berbasis kos historis, makadismantling dan decommissioning costs tidak diakui. Utang bersyarat yang selama ini diakomodasi oleh US GAAP adalah bukan untuk konteks semacam ini, misalnya hutang hadiah, utang garansi, atau utang karena adanya tuntutan hukum fihak ketiga, yang jumlah nominalnya relatif lebih mudah pengukurannya. Hambatan yang akan dihadapi pada saat IFRS diterapkan adalah pada penaksiran atau pengukurandismantling costs dan taksiran kos lain yang akan timbul pada saat aset tetap dihentikan pemanfaatannya. Namun demikian IFRIC nomor 1, telah memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi hambatan ini.
Kos Aset yang Dibangun Sendiri
Konsep pengukuran kos atas aset tetap yang dibangun sendiri adalah sama dengan aset tetap yang diperoleh dengan membeli dalam bentuk jadi, yaitu bahwa seluruh kos yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan aset diperlakukan sebagai kos aset tetap, permasalahan hanya akan terjadi pada saat kos aset ternyata melampaui recoverable amount, kelebihan kos harus diperlakukan sebagai biaya pada periode terjadinya kos. Jumlah abnormal dari sisa bahan, tenaga, dan sumberdaya yang lain tidak boleh diperlakukan sebagai kos aset tetap.
Aset tetap yang dibangun sendiri juga mencakup biaya pendanaan selama proses pembangunan berlangsung. Ketentuan kapitalisasi biaya pendanaan diatur dalam IAS 23. Kontroveri muncul untuk perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap. Terdapat dua alternatif perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap: 1. Dibebankan ke kos aset berdasarkan jumlah wajarnya atau dibebankan secara rata-rata, misalnya menggunakan basis yang sama dengan pembebanan untuk persediaan yang diproduksi sendiri, atau 2. Dibebankan ke kos aset tetap hanya sebesar kenaikan fixed overhead cost yang dapat diidentifikasi.
Ketentuan dalam IAS 23 tersebut tidak berbeda dengan ketentuan yang berlaku dalam US GAAP. Ketika IFRS belum mengatur masalah ini, praktisi akuntansi dianjurkan untuk mempertimbangkan pedoman yang dikeluarkan oleh US GAAP. Dalam monograf riset akuntansi AICPA, saran tersebut dinyatakan sebagai berikut:
???in the absence of compelling evidence to the contrary, overhead costs considered to have ?discernible future benefits? for the purposes of determining the cost of inventory should be presumed to have ?discernible future benefits? for the purpose of determining the cost of a self-constructed depreciable asset??? Sejauh hasil penelitian penulis, dalam hal aset tetap diperoleh dengan cara dibangun sendiri, sampai dengan saat ini belum ada perbedaan konsep dan standar antara US GAAP dan IFRS.
Kos atas Pertukaran Aset Tetap
Aset tetap kemungkinan diperoleh melalui pertukaran antar aset tetap. US GAAP mengatur bahwa pertukaran harus dibedakan sebagai berikut: 1. Pertukaran tersebut antar aset sejenis atau tidak sejenis, kriteria sejenis atau tidak sejenis adalah pada fungsi dari aset tetap, jika fungsinya sama maka akan disimpulkan sebagai aset tetap sejenis. 2. Jika pertukaran dilakukan antara aset tetap sejenis, maka tidak boleh diakui adanya laba pertukaran aset tetap, kecuali dalam pertukaran tersebut diterima sejumlah kas, maka laba diakui proporsional dengan kas yang diterima.
IFRS menetapkan standar yang kurang lebih sejalan dengan yang diatur dalam US GAAP, perbedaanya adalah pada ketentuan sejenis dan tidak sejenis. IFRS menggunakan istilah ?substansi ekonomi?, dalam arti bahwa pertukaran tersebut mengandung substansi ekonomi atau tidak. Ukuran substansi ekonomi adalah pada pengaruhnya terhadap arus kas di waktu yang akan datang, jika arus kas di waktu yang akan datang diprediksi tidak terpengaruh oleh pertukaran, maka pertukaran akan dianggap sebagai tidak memiliki substansi ekonomi, atau dianggap sebagai pertukaran aset tetap sejenis, meskipun pada dasarnya aset tetap tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Kos Setelah Kepemilikan
Kos yang terjadi setelah kepemilikan aset tetap, seperti perbaikan, pemeliharaan, atau perbaikan(betterment). Perlakukan akuntansi atas kos setelah pemilikan ditentukan oleh karakteristik dari kos tersebut. Kos setelah pemilikan dapat dikapitalisasi sepanjang kos tersebut diprediksi akan memberikan manfaat ekonomi di waktu yang akan datang melampau prediksi manfaat ekonomi semula, misalnya umur ekonomisnya bertambah, kapasitas produksinya bertambah, atau kualitas outputnya meningkat.
Sebagaimana halnya dalam kos aset yang dibuat sendiri, jika kos penggantian melampaui batasan kos yang telah ditetapkan, maka kelebihan kos harus dibebankan sebagai biaya pada periode yang berjalan, dan pada saat perbaikan aset menyangkut penggantian sebagian dari aset, bagian aset yang diganti harus diperlakukan sebagai penghentian aset.
Untuk komponen aset tetap yang harus diganti secara periodic, karena usia ekonomisnya lebih cepat dibanding aset tetap utamannya, maka komponen tersebut harus didepresiasi tersendiri sesuai dengan umur ekonomis bagian dari aset tetap tersebut, sehingga ketika komponen tersebut diganti atau direnovasi total, komponen tersebut diharapkan sudah habis didepresiasi secara penuh. Jika ternyata masih tersisa kos komponen aset tetap yang belum didepresiasi penuh dan komponen aset tetap yang baru telah dibukukan sebagai komponen aset tetap, maka sisa kos aset tetap tersebut harus dihapus dari rekening komponen aset tetap.
Prinsip umum yang dapat digunakah adalah jika pengeluaran kos setelah pemilikan hanya ditujukan untuk membuat aset tetap dapat berfungsi sesuai dengan prediksi kapasitas produksi pada saat aset tetap diperoleh, atau untuk mengembalikan kapasitas aset tetap ke kapasitas semula, pengeluaran kos setelah pemilikan tersebut tidak boleh dikapitalisasi.
Pengecualian dapat diberikan pada saat aset tetap diperoleh dalam kondisi memerlukan pengeluran tertentu untuk membuat aset tetap tersebut dalam kondisi dapat dioperasikan sebagaimana yang diharapkan. Dalam kondisi semacam ini, kos kos yang dalam kondisi normal masuk dalam kategori biaya pemeliharan dan tidak dikapitalisasi, dapat diperlakukan sebagai kos yang dikapitalisasi. Setelah restorasi aset tetap selesai, selanjutnya pengeluaran biaya pemeliharaan harus diperlakukan sebagai biaya periode.
Kos yang berkaitan dengan keharusan inspeksi, misalnya dalam kasus inspeksi pesawat terbang, kos semacam ini dapat dikapitalisasi dan didepresiasi sesuai dengan periode berlakunya inspeksi teknis. Jika dikemudian hari diperlukan inspeksi ulang karena kasus tertentu, maka kos inspeksi yang belum didepresiasi harus dikeluarkan dari rekening dan diganti dengan kos inspeksi yang baru. Untuk memudahkan teknis pembukuan, kos inspeksi dapat diperlakukan sebagai komponen terpisah dari aset tetap utama.
Secara umum standar akuntansi untuk pengeluaran setelah pemilikan, tidak ada perbedaan antara standard versi US GAAP dengan versi IFRS. Ketentuan tentang kapitaliasi pengeluaran, yang dalam US GAAP diklasifikasi ke dalam capital expenditures dan revenue expenditures, dalam IFRS juga berlaku ketentuan yang sama.
Depresiasi
Tidak ada perbedaan antara US GAAP dan IFRS tentang peran penting prinsip penandingan (matching principle). Sesuai dengan konvensi dasar tentang prinsip penandingan, kos aset tetap harus dialokasikan ke masing-masing periode yang menikmati jasa aset tetap melalui depresiasi. Pemilihan metode depresiasi harus disesuaikan dengan karakteristik aset tetap yang didepresiasi, dengan tujuan agar menghasilkan alokasi kos aset tetap secara sistematis dan rasional selama umur ekonomis aset tetap.
Penentuan umur ekonomis aset tetap harus mempertimbangkan sejumlah factor, misalnya faktor perubahan teknologi, keusangan normal, penggunaan secara fisik, serta kemampuan untuk menggunakan aset tetap, baik secara legal maupun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keterbatasan yang lainnya. IAS 16 menyatakan bahwa, meskipun secara normal tanah memiliki umur ekonomis tak terbatas sehingga kos tanah tidak didepresiasi, tetapi pada saat di dalam kos tanah dimasukkan unsur kos penataan kembali atau kos restorasi tanah pada akhir masa penggunaannya, maka kos penataan kembali atau kos restorasi tanah harus didepresiasi sesuai dengan umur ekonomisnya. Dalam bidang industri tertentu, tanah kemungkinan memiliki umur ekonomis yang terbatas, misalnya terjadinya penurunan kesuburan tanah atau karena spesifik yang lainnya, dalam kasus semacam ini kos tanah harus didepresiasi sesuai dengan umur ekonomisnya.
IAS 16, revisi 2003, menganjurkan penggunaan pendekatan komponen dalam depresiasi aset tetap. Dalam pendekatan ini masing-masing komponen aset tetap yang memiliki umur ekonomis berbeda atau memiliki pola pemanfaatan berbeda, didepresiasi secara terpisah dengan metode yang bebeda. Pendekatan ini ditujukan untuk keperluan ketepatan perlakuan akuntansi atas pengeluaran-pengeluaran di waktu yang akan datang yang berkaitan dengan komponen aset tetap yang bersangkutan. Selanjutnya IAS 16 menyatakan bahwa metode depresiasi harus merefleksikan pola harapan manfaat ekonomis aset tetap di waktu yang akan datang, sehingga ketepatan metode depresiasi harus dikaji ulang paling tidak satu tahun sekali untuk disesuaikan dengan kemungkinan perubahan pola manfaat ekonomis aset tetap.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa IFRS mengatur secara lebih rinci tentang ketentuan depresiasi aset tetap, terlebih lagi jika ketentuan depresiasi ini dihubungkan dengan depresiasi untukdismantling dan decommissioning costs. Dalam hal terdapat situasi khusus seperti dalam kasus depresiasi tanah tersebut di atas, pada dasarnya di bawah US GAAP praktik semacam itu tetap dimungkinkan melalui wadah yang disebut dengan praktik industri, artinya praktik-praktik akuntansi tertentu tetap dimungkinkan untuk diterapkan sepanjang praktik tersebut telah berterima umum dalam bidang industri yang bersangkutan, serta sesuai dengan rerangka konseptual akuntansi keuangan.
Nilai Residu
IAS 16 menyatakan bahwa nilai residu sering tidak material dan dalam praktik sering diabaikan, namun demikian untuk aset tertentu sangat dimungkinkan bahwa nilai residu cukup material, terutama pada saat perusahaan menghentikan aset lebih awal dari umur ekonomisnya, misalnya nilai residu aset tetap untuk bisnis perhotelan, yang karena tuntutan kualias pelayanan, aset tetap cenderung dipelihara dengan standar tinggi, bahkan untuk aset tetap tertentu bisa jadi nilai residunya lebih tinggi dari kos perolehannya. Dalam perspektif kos historis, nilai residu didefinisikan sebagai nilai yang diharapkan dari aset tetap pada akhir masa kegunaan aset tetap, berdasar nilai mata uang sekarang. Namun demikian nilai residu harus diukur berdasarkan nilai bersih di luar biaya penghentian aset tetap. Dalam kasus tertentu, dimungkinkan aset tetap memiliki nilai residu negatif, sebagai contoh adalah nilai residu aset tetap pada saat suatu entitas harus mengeluarkan biaya untuk penghentian aset tetap dalam jumlah yang cukup besar, atau pada saat suatu perusahaan harus mengembalikan property seperti keadaan sebelum suatu aset ditempatkan, misalnya untuk kasus tanah pertambangan yang menjadi objek undang-undang perlindungan lingkungan. Dalam kasus semacam ini total beban depresiasi kemungkinan akan melampaui kos perolehan aset tetap, sehingga pada akhir umur ekonomis aset tetap, taksiran utang atas penghentian aset akan sama dengan jumlah nilai residu negatif. Sehubungan dengan potensi kasus semacam ini, nilai residu akan menjadi objek pengkajian ulang paling tidak satu tahun sekali.
Jika pengukuran aset tetap menggunakan metode revaluasi, nilai residu harus diukur ulang pada setiap tanggal revaluasi aset tetap. Pengukuran nilai residu dilakukan dengan menggunakan data nilai realisasi aset sejenis, dan umur ekonomis aset tetap pada saat dilakukan revaluasi. Namun demikian dalam pengukuran nilai residu tidak perlu dilakukan pengukuran potensi inflasi serta tidak perlu dilakukan pengukuran nilai sekarang untuk mengakui adanya perubahan nilai waktu uang. Sesuai dengan prinsip kos historis dalam akuntansi aset tetap, jika diprediksi terjadi nilai residu negatif, nilai residu negatif dibebankan selama umur ekonomis aset tetap, dengan cara seperti ini pada akhir umur ekonomis jumlah biaya penghentian aset tetap telah habis dibebankan dan disebar ke seluruh periode akuntansi selama umur ekonomis aset tetap.
Umur Ekonomis Aset Tetap
Umur ekonomis aset tetap dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebijakan perbaikan dan pemeliharaan aset, perubahan teknologi, dan permintaan pasar atas barang yang diproduksi dengan menggunakan aset tetap yang bersangkutan. Jika ketika melakukan review metode depresiasi ternyata dapat diidentifikasi berbagai hal yang mempengaruhi penggunaan aset tetap, sehingga taksiran umur ekonomis menjadi di atas atau di bawah taksiran sebelumnya, maka perubahan taksiran umur ekonomis diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi, bukan sebagai koreksi atas kesalahan akuntansi. Dengan demikian, tidak perlu dilakukan pelaporan ulang atas biaya depresiasi yang dibebankan pada periode sebelumnya, perubahan diperhitungkan secara prospektif, yaitu direfleksikan pada periode terjadinya perubahan dan periode-periode sesudahnya.
Contoh perlakuan akuntansi atas perubahan estimasi umur ekonomis aset tetap, misalnya suatu aset tetap dengan kos Rp100.000.000,00, prakiraan awal umur ekonomis 10 tahun, tanpa antisipasi nilai residu. Depresiasi menggunakan metode garis lurus, sehingga depresiasi per tahun adalah Rp100.000.000/10 tahun = Rp 10.000.000. Setelah dua tahun berjalan, manajemen merevisi umur ekonomis aset tetap tersebut menjadi 6 tahun. Dalam kasus ini maka depresiasi tahun ke 3 sampai dengan tahun ke enam adalah berdasarkan sisa nilai buku aset tetap, tanpa harus merevisi depresiasi yang telah dibebankan selama dua tahun sebelumnya, sehingga dipresiasi per tahun setelah tahun ke dua adalah: ? x Rp80.000.000 = Rp20.000.000,00. Revaluasi Aset Tetap
IAS 16 menyediakan dua pendekatan akuntansi untuk revaluasi aset tetap berwujud. Pertama adalah akuntansi berdasar kos historis, di mana kos perolehan atau kos konstruksi digunakan sebagai dasar pengakuan perolehan aset tetap, menjadi dasar perhitungan depresiasi selama umur ekonomis aset tetap, dan juga sebagai dasar penghapusan aset tetap dalam hal terjadi penurunan nilai aset tetap yang bersifat permanen. Dalam sejumlah Negara metode ini menjadi satu-satunya metode yang diperkenankan, tetapi dalam beberapa negara tertentu, terutama di negara-negara yang tingkat inflasinya tinggi, mengijinkan baik revaluasi penuh maupun revaluasi secara terbatas (selected revaluation), dan IAS 16 membolehkan praktik semacam ini dengan memberi mandat yang dinyatakan dalam suatu model yang disebut ?model revaluasi (revaluation model)?. Dalam model revaluasi, setelah pengakuan aset, selanjutnya elemen-elemen aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur dengan terpercaya (reliable) harus disajikan sebesar nilai revaluasinya, yaitu sebesar nilai wajar aset tetap pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi depresiasi sesudah revaluasi dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah revaluasi.
Dasar pemikiran pengakuan revaluasi adalah berhubungan dengan laporan posisi keuangan (neraca) dan pengukuran kinerja periodik entitas yang disajikan dalam laporan rugi laba komprehensif. Sehubungan dengan pengaruh inflasi, yang jika diukur secara tahunan tidak material, tetapi jika diukur selama umur ekonomis aset tetap jumlahnya bisa menjadi material, maka laporan pisisi keuangan dapat menjadi kumpulan beragam kos yang tidak bermakna jika prinsip kos historis tetap dipertahankan dan revaluasi aset tetap tidak diperkenankan untuk diterapkan.
Lebih jauh lagi, jika pembebanan depresiasi ke dalam laporan rugi laba didasarkan pada kos historis, maka konsekuensinya laba akan menjadi lebih saji (overstated). Dalam situasi semacam ini, entitas yang secara nominal tampak menguntungkan, karena kinerjanya diukur dengan kos historis, bisa jadi akan menghadapi persoalan likuiditas dan tidak mampu melanjutkan usahanya, atau paling tidak akan berada dalam posisi kinerja organisasi yang lebih rendah dari yang dipersepsikan pembaca laporan keuangan, tanpa adanya dukungan utang baru atau investasi baru. IAS 29, Financial Reporting in Hyperinflationary Economies,mengatur masalah penyesuaian depresiasi pada kondisi hiper inflasi. Disadari bahwa penggunaan metode revaluasi akan menjadi tidak tepat dalam situasi ekonomi yang dari waktu ke waktu tidak menghadapi inflasi yang yang berarti.
Dalam model revaluasi, frekuensi revaluasi tergantung pada perubahan nilai wajar dari elemen yang akan direvaluasi, dan konsekuensinya kekita nilai wajar aset yang direvaluasi berbeda cukup material dengan nilai tersajinya (carrying amount), maka diperlukan revaluasi ulang. Telah pula disadari bahwa model revaluasi memakan biaya yang lebih besar dibanding model kos historis, oleh sebab itu hasil survey di Inggris tahun 2005 yang dilakukan oleh the Institute of Chartered Accountants menyimpulkan bahwa hanya 4% dari EU Companies yang menggunakan model revaluasi untuk bangungan, tetapi tidak menggunakan model revaluasi untuk aset tetap yang lain, dan hanya 28% dari EU Companies dengan investasi pada property yang menggunakan metode nilai wajar (revaluasi) untuk aset yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, secara konseptual model revaluasi memang lebih ideal dibanding model kos historis, namun demikian dalam praktik model revaluasi lebih sulit untuk diterapakan serta lebih memakan biaya. Pertanyaan lain yang bisa muncul adalah tentang kenaikan manfaat informasi kuangan dengan model revalusi dibandingkan dengan biaya untuk mengimplementasikan model revaluasi. Jika manfaatnya jauh melampaui biayanya, maka model revaluasi akan menjadi relevan untuk diterapkan. US GAAP tidak mengatur masalah revaluasi karena berbagai pertimbangan tentang konsekuensi dari penerapan model revaluasi.
Nilai Wajar
Sebagai basis dari metode revaluasi, standar mendeskripsikan nilai wajar yang digunakan dalam setiap kasus revaluasi, yaitu yang didefinisikan sebagai nilai aset yang dapat digunakan sebagai basis nilai pertukaran antara dua fihak yang sama-sama memahami aset dan berkenan untuk melakukan pertukaran.
Lebih jauh standar mensyaratkan bahwa sekali suatu entitas menggunakan model revaluasi, mereka harus secara konsiten melakukannya di waktu yang akan datang, atau memastikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara nilai wajar dengan nilai saji pada saat pelaporan laporan keuangn. Dengan kata lain, jika suatu entitas telah menggunakan metode revaluasi, entitas tersebut tidak boleh melaporkan nilai aset yang tidak relevan dengan nilai wajarnya. Jika metode revaluasi tidak dijalankan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar terhadap interpretasi pengguna laporan keuangan.
Sesuai dengan IAS 16, pengukuran nilai wajar biasanya dilakukan oleh jasa penilai (appraisers) dengan menggunakan bukti-bukti pasar yang valid. Namun demikian untuk aset tetap yang tidak memiliki nilai pasar yang jelas, yang siap untuk dugunakan, aset tersebut dapat dinilai berdasarkan depreciated replacement costs. Nilai wajar memang diakui sebagai nilai yang paling tepat untuk diterapkan, terlepas dari sulitnya melakukan pengukuran atas nilai wajar aset tetap. Pada saat ini istilah nilai wajar (fair value) diterapkan dalam IFRS tanpa petunjuk detail tentang bagaimana menerapkannya. Pada bulan Mey 2009, IASB mempublikasikan Exposure Draft (ED) tentang fair value measurements, yang mengacu pada US GAAP, tepatnya mengacu pada FAS 157, yang digunakan oleh IASB sebagai titik awal perumusan nilai wajar (as the starting point for its deliberations) tentang pedoman pengukuran nilai wajar. Berdasarkan ED 2009, IASB mendeskripsikan bahwa pengukuran nilai wajar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) peringkat sebagai berikut, peringkat I adalah didasarkan pada harga standar (quoted prices) pada pasar aktif untuk aset atau utang yang dinilai, peringkat II adalah didasarkan pada hasil obervasi langsung atau tidak langsung atas harga di pasar aktif untuk aset dan utang yang sejenis, dan peringkat III adalah berdasarkan data yang tidak diobservasi, tetapi mampu merefkelsikan asumsi bahwa para partisipan pasar akan menggunakannya sebagai dasar pengukuran harga dan utang, termasuk asumsi tentang risiko. PENUTUP
Secara konseptual IFRS menawarkan standard akuntansi yang lebih ideal untuk diterapkan, terlepas dari berbagai hambatan yang dipastikan akan dihadapi pada saat standard tersebut diterapkan. Dalam hal standard akuntansi untuk aset tetap, terdapat sejumlah kesamaan dan juga sejumlah perbedaan. Hal-hal yang berbeda dalam IFRS pada dasarnya sudah lama menjadi wacana dalam perumusan US GAAP, dan tidak dimasukkannya wacana standar akuntansi ke dalam US GAAP adalah karena faktor pertimbangan biaya, manfaat, dan risiko. Dengan demikian, jika pada akhirnya wacana standar akuntansi yang tidak dimasukkan ke dalam US GAAP sekarang justru dimasukkan ke dalam IFRS, maka pengguna standar harus ?terampil? di dalam menerapkannya sehingga tujuan ideal dari IFRS benar-benar bisa dicapai.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dan dikaji ulang secara lebih komprehensif dalam kaitannya dengan standard akuntansi untuk aset tetap adalah sebagai berikut:
1. Masalah saat pengakuan aset tetap, tidak terdapat perbedaan antara US GAAP dan IFRS.
2. Masalah pengukuran kos perolehan aset tetap, terdapat perbedaan antara US GAAP dengan IFRS, terutama dengan perlunya dimasukkan unsur dismantling costs dan decommissioning costs.
3. Masalah pengukuran kos depresiasi aset tetap, terdapat perbedaan antara US GAAP dengan IFRS, yaitu dengan dimasukkannya dismantling costs, decommissioning costs, pengukuran nilai residu, dan revaluasi aset tetap.
4. Masalah penyajian kos aset tetap di dalam laporan posisi keuangan, terdapat perbedaan antara US GAAP dan IFRS, yaitu berdasarkan kos historis untuk US GAAP dan berdasarkan fair value untuk IFRS.
Dengan memahami perbedaan pokok antara US GAAP dan IFRS, serta memahami pemikiran yang melatarbelakangi masing-masing standard, akan menjadi lebih mudah di dalam memetakan permasalah stadard akuntansi untuk aset tetap serta di dalam menerapkannya di dalam dunia praktik. Pembandingan antara US GAAP dan IFRS memegang peran penting dalam proses pemahaman mengingat US GAAP adalah standar akuntansi yang sudah dikenal dan diterapkan secara luas selama puluhan tahun.

Similar Documents

Premium Essay

Ifrs

...ABSTRACT First Adoption of International Financial Reporting Standards sets out the procedures that an entity must follow when it adopts IFRS for the first time as the basis for preparing its general purpose financial statements. An entity may be first adopter if, in the preceding year, it prepared IFRS financial statements for internal management use, as long as those IFRS financial statements were not made available to external parties such as investors or creditors. In Malaysian data, IFRS standards are yet to be implemented. However, the results are of significant benefit for local standard setters as well as for other emerging countries that have similar capital market and institutional characteristics. More research could be conducted in other environments so that the impact of IFRS adoption in different environments can be revealed. Furthermore, additional studies can also consider other attributes of earnings quality such as earnings conservatism, predictability, comparability, persistence and timeliness. INTRODUCTION Mazars is a universal audit, accounting and discussing group employing more than 13,500 professionals in 71 countries through member firms. Mazars is the 11th largest accounting firm in the world. Mazars has a network of equivalent partners and joint ventures in a further 21 countries and is a founding member of the Praxity alliance, a network of independent firms. The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW)...

Words: 1890 - Pages: 8

Premium Essay

Ifrs

...IFRS Convergence: Challenges and Implementation Approaches for Banks in India KPMG IN INDIA Foreword I am very happy to note that KPMG in India is releasing a specific publication for the Indian banking sector titled 'IFRS Convergence: Challenges and Implementation Approaches for Banks in India', on the occasion of the IBA/KPMG conference on 'IFRS: Developing a Roadmap to Convergence for the Indian Banking Industry'. The proposed convergence with IFRS is likely to create significant challenges. Most importantly, the initial and ongoing IFRS convergence will affect reported networth, available capital and capital adequacy for Indian banks. In view of the above, the release of this publication could not have been better timed. Through this publication, KPMG has provided a good perspective of some key areas which would impact the banking sector in India on their road to IFRS convergence. Further, the publication also brings out the specific challenges, particularly for the banking sector in India and the approach that the banks need to follow for successful implementation. Banks in India need to start thinking through the challenges and develop a roadmap for successful convergence at the earliest. I am hopeful that the publication will be able to ignite thoughts in today's bankers to be prepared for the IFRS reporting framework tomorrow. Dr K Ramakrishnan Chief Executive Indian Banks’ Association IFRS Convergence: Challenges and Implementation Approaches for Banks...

Words: 6216 - Pages: 25

Premium Essay

Ifrs

...US GAAP versus IFRS The basics December 2011 !@# Table of contents Introduction .....................................................................2 Financial statement presentation......................................4 Interim financial reporting ................................................6 Consolidation, joint venture accounting and equity method investees .............................................................7 Business combinations ...................................................11 Inventory .......................................................................13 Long-lived assets ...........................................................14 Intangible assets ............................................................16 Impairment of long-lived assets, goodwill and intangible assets ............................................................18 Financial instruments .....................................................20 Foreign currency matters ...............................................28 Leases ...........................................................................30 Income taxes..................................................................33 Provisions and contingencies ..........................................35 Revenue recognition.......................................................37 Share-based payments ...................................................39 Employee benefits other than share-based payments ......41 Earnings...

Words: 18710 - Pages: 75

Premium Essay

Ifrs

...gtgifrs.com: 1 IFRS IMPLEMENTATION AND CHALLENGES IN INDIA By Vandana Saxena Poria, OBE CEO, Get Through Guides Published in MEDC Monthly Economic Digest – August 2009 issue Need for universal GAAP In recent times, capital markets have become global and continue to expand. Moreover, there has been significant globalisation of production and trade. Investors can trade shares and securities worldwide. Entities are in a position to access the funds globally in the most advantageous markets. For this, investors from all over the world rely upon financial statements before taking decisions. They need to be convinced that the financial statements are true and fair and what they understand from the statements is what the person preparing them intends to convey. However, different countries adopt different accounting treatments and disclosure patterns with respect to the same economic event. This may create confusion among the users while interpreting the financial statements. Financial statements that are based on a single, universally accepted and used GAAP will enable the world to exchange financial information in a meaningful and trustworthy manner. This will accelerate the globalisation of finance. Adoption of IFRS worldwide and in India The use of International Financial Reporting Standards (IFRS) as a universal financial reporting language is gaining momentum across the globe. Several countries have implemented IFRS and converged their national GAAP to IFRS. More than 100 countries...

Words: 2877 - Pages: 12

Premium Essay

Ifrs

...International Financial Reporting Standards (IFRS) MBA 691: Managerial Accounting Professor: Prepared by: April 19, 2009 Bibliography: • Ernst & Young, “U.S. GAAP vs. IFRS: The basics”, January 2009. • Securities & Exchange Commission, “Roadmap for the Potential Use of Financial Statements Prepared in Accordance with International Financial Reporting Standards by U.S. Issuers”, www.sec.gov/spotlight/ifrsroadmap.htm (Release No. 33-8982; November 14, 2008). • The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA), “Impact of IFRS in Europe”, www.accaglobal.com/publicinterest/activities/research/reports/global_integration/, October 7, 2008. • Internal Auditor, magazine, “Getting Up To Speed with IFRS’, October 2008. • International Accounting Standards Board, “IASB Responds to G20 Recommendation and US GAAP Guidance’, www.iasb.org/News/Press+Releases/IASB+Responds+to+G20+Recommendations+and+US+GAAP+Guidance.htm, April 7, 2009. • EU Finance Ministers Statement, www.eu2009.cz/en/news-and-documents/news/statement-by-the-informal-ecofin-15621/ , April 4, 2009. • National Association of Corporate Directors (NACD) – Directors Monthly article, “IFRS – What The Board Needs to Know”, http://www.deloitte.com/dtt/cda/doc/content/us_assur_IFRS_DM%20Sep08_20080911pdf.pdf, September 2008. • Deloitte, www.deloitte.com/us/debates/IFRS. • Deloitte, “IFRS Conversion: Front or back Burner?”...

Words: 2112 - Pages: 9

Premium Essay

Ifrs

...REPORTING AND COST CONTROL GROUP-3 PRESENTED BY:AKSHAY ESHAA RANJAN SAI CHARAN SHARATHCHANDRA H J VIKASH INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) CONTENTS :INTRODUCTION OBJECTIVES OF IFRS STANDARDS OF IFRS WHY IFRS IS PREPARED ? ADVANTAGES AND DISADVANTAGES INDIAN ACCOUNTING STANDARDS Differences between ifrs , ind gaap and us gaap INTRODUCTION :- IFRS is set if international accounting standards developed by IASB (International Accounting Standard Board) under the governance if IFRS to set a high quality accounting standards. There are 120 nations who are following IFRS. WHAT IS IFRS ? International Financial Reporting Standards (IFRS) are designed as a common global language for business affairs so that company accounts are understandable and comparable across international boundaries. OBJECTIVES OF IFRS To develop, in the public interest, a single set of high quality and globally accepted financial accounting standards. It is to promote the use and rigorous application of those standards. Transparent for all users and comparable over all periods. Provides a suitable starting point for accounting in accordance with IFRS. Can be generated at a cost that does not exceed the benefits. WHY IS IFRS NECESSARY ? It is believed that IFRS, when adopted worldwide, will benefit investors and other users of financial statements by reducing cost of investments and increasing the quality of information...

Words: 1049 - Pages: 5

Premium Essay

Ifrs

...IFRS and US GAAP: similarities and differences IFRS readiness series October 2012 Table of contents The heart of the matter 2 US financial reporting will change significantly within the next several years An in-depth discussion 4 Examining the implications IFRS affects US businesses in multiple ways What this means for your business 6 Anticipate and manage the change What companies can and should do now October 2012 The heart of the matter US financial reporting will continue to change over the next several years Although US companies will not when, and how IFRS might be be permitted to use International incorporated into the US financial Financial Reporting Standards (IFRS) reporting system. for US public filings in the foreseeable • In May 2011, the SEC’s Office of future, IFRS has been affecting US the Chief Accountant published a companies for some time, primarily Staff Paper exploring one possible through engaging in cross-border method to incorporate IFRS merger-and-acquisition (M&A) into the US financial reporting activity, meeting the reporting needs system, involving an active of non-US stakeholders, and assisting Financial Accounting Standards with or monitoring of the IFRS Board (FASB) incorporating IFRS requirements of non-US subsidiaries. into US GAAP over an extended US companies are also becoming period of time (the “endorsement” increasingly aware of IFRS, as key method). Under this method, the aspects of US generally...

Words: 82711 - Pages: 331

Premium Essay

Ifrs

...IFRS Section 1 As a result to the 1988 policy statement that the Securities and Exchange Commission (SEC) issued, regarding the establishment of a common international accounting standards, there has been a growing acceptance of International Financial Reporting Standards (IFRS) for a basis of U.S. financial reporting. The number of countries adapting to this convergence has increased since its first suggestion. Within the United States, the SEC is taking its first steps as to whether or not the U.S. is to converge in to this universal approach to accounting. The international standard-setting process began a few decades ago as an effort by industrialized nations to create standards that could be used by developing and smaller nations unable to establish their own accounting standards, states the author of International Financial Reporting Standards. However, as the business world became more global, regulators, investors, large companies, and auditing firms began to realize the importance of having common standards in all areas of the financial reporting chain, continued the author. At this time, there are approximately 120 different nations that are required to, or have the option to report under IFRS. A few examples that already use IFRS include Australia, New Zealand, and Israel. It has been confirmed that the European Union has virtually adopted all international standards. Canada is said to adapt to IFRS in 2011, with Mexico following in 2012. The U.S. SEC has...

Words: 2290 - Pages: 10

Premium Essay

Ifrs

...Comparing IFRS to GAAP Kerry Pettit ACC/291 October 25, 2015 Cameo Christopher Comparing IFRS to GAAP IFRS 8-1: IFRS and GAAP are similar when it comes to basic accounting and reporting issues that connect. With identification and measurement of allowance accounts, accounts receivables, recording discounts, and the reduction process to account for bad debt and factoring. However, FASB (Financial Accounting Standards Board) and IASB (International Accounting Standards Board) have taken steps to implement fair value measurement to financial instruments. As a result opposing factors, FASB and IASB have adopted a fragmentary approach. The first step the two have taken is disclosing the appropriate use information in the notes. Step two is the adoption of the fair market alternative that allows companies to record some financial instrument at fair value in financial statements (Kimmel, 2013). The third step is acknowledging the complexity and universality of recognizing the area of revenues in fiscal reporting. FASB and IASB have also collaborated in the development of a new single revenue recognition standard. Both FASB and IASB are of the opinion that transparency and comprehension of financial statements can increase if companies record and report all financial instruments at fair value. Some of the criticism on both FASB and IASB is that they represent a split model. The critics claim that some financial instruments state at fair value. Some loans and receivables (reported...

Words: 1292 - Pages: 6

Premium Essay

Ifrs

...International Financial Reporting Standards Introduction: IFRS are a set of rules developed and issued by IASB (International Accounting Standards Board) which is an independent body based in London, England. These rules will apply uniformly to financial reporting by public entities worldwide. The adoption of IFRS is widespread around the world with 120 countries requiring public corporations to adapt IFRS. Accounting standards as we know are a modern development although its traces date back 500 years. They are very important in today’s world in which the ownership and control of firm are different. The Role of Accounting Standards: Accounting standards are very important for the smooth functioning of capital markets. The managers are better informed than outside parties about the data and performance of the firm. However the outside parties control the capital which they can provide to the firm provided they rest assured about the sound quality of financials of the firm so as to ensure the safety of their capital. The more the safety, the less will be the cost of capital to the firm as the creditors and third parties will demand less rate of return. So the managers need to adhere to accounting standards and get it audited by professional auditors so as to ensure the true and fair picture of business. Hence the accounting standards dictate the allocation of capital in complex capital markets and economies. Benefits of IFRS 3.1 Countries: Different accounting standards are adapted...

Words: 1289 - Pages: 6

Premium Essay

Ifrs

...The mission and goal of IASB was to provide a sustainable framework in that members of different nations can follow called the IFRS. IFRS is presented to profit-oriented entities whiter private or public; which is the development of a single set of high quality, understandable and enforceable global accounting standards. In doing so, financial reporting will be leveled, and international transactions as well as investors can assure their decisions and provide statements under fair value measurement. The collaboration of FASB and IASB, will be one of the most important changes in financial reporting to take place in years; best of both worlds as I would like to call it. The convergence of US GAAP to IFRS will bring have a major impact in our financial system. Accountants and regulatory bodies from all over the world are advocates of the convergence to IFRS; The SEC if fully supporting the adoption and believes that the convergence will not only simplify financial reporting but will beneficial for US investors. Since the SEC is main commander in this decision it has provided a roadmap in allowing US companies to begin using IFRS framework in preparing financial statements. There hasn't been a specific launch date, but it was mentioned that by 2015; the convergence should be finalized. As business continue going global and relations with other countries are essential for our world economy; financial reporting and the adoptiion of a single set of accounting standards becomes...

Words: 344 - Pages: 2

Premium Essay

Ifrs

...Inventories IFRS and GAAP adopts different rules Inventory for using lower of the market method. Under GAAP, an entity should first pick the medium number amongst market ceiling (net realizable value, market floor (net realizable value minus normal profit), and replacement cost. Then compare that medium number with the cost of the inventory. Under IFRS, one only needs to compare the market ceiling value with the cost of inventory. According to the 2013, AT&T includes its inventory in “other current assets” on the balance sheet, which are valued at the lower of cost or market. Telecom Italia lists its inventory as a line item under current assets. It also adopts lower of the cost or market to evaluate its inventories. It is a one-step test by simply comparing the market ceiling value and the cost of inventory. Telecom Italia wrote down by 4 million based on the adjustment to estimated realizable value of its fixed asset. Leases The guidance for distinguish operating and financial leases are similar under IFRS & GAAP. GAAP has a more detailed guidance for capital lease. They have dissimilarities for rules over sale-lease back. Telecom Italia should refer to IAS 17 for its lease reporting, while AT&T should refer to ASC 840 for its financial reporting. Capital lease is “finance lease” under IFRS. Compared to Telecom Italia, the capital lease of AT&T is not significant because of the strict rule for a lessor to claim a capital asset under GAAP. The accounting...

Words: 973 - Pages: 4

Premium Essay

Ifrs

...Overview International Financial Reporting Standards (IFRS) were established by International Accounting Standard Board to promote the use of global accounting standards so that company accounts are comparable and understandable across the countries. As of August 2012 more than 120 countries require or allow the use of IFRS for their financial reporting. An entity claiming compliance with IFRS should comply with all its standards including disclosure requirements and makes a explicit statement of compliance of IFRS.The most important requirement of IFRS is that the financial statement of the company should reflect the true and fair view of its business. Canadian publicly accountable entities will be required to adopt IFRSs for their fiscal years beginning on or after January 1, 2011, and, for a calendar year-end entity, its first IFRS annual and interim financial statements are required to be prepared in compliance with all active standards and interpretations as at December 31, 2011. IFRS FRAMEWORK Qualitative Characteristics • Understandable – Users with basic knowledge of business and accounting on putting reasonable effort should be able to understand financial statements. • Comparable – Financial statements should be consistent across firms and across time. • Relevance – A relevant information is one which can affect user’s economic decision or influence future idea. Information should be timely and sufficiently detailed in order to be relevant. • Reliable...

Words: 1255 - Pages: 6

Premium Essay

Ifrs

...2009 International Accounting Standards Board (IASB® ) IFRS for SMEs ® International Financial Reporting Standard (IFRS®) for Small and Medium-sized Entities (SMEs) International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs) The International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs) is issued by the International Accounting Standards Board (IASB), 30 Cannon Street, London EC4M 6XH, United Kingdom. Tel: +44 (0)20 7246 6410 Fax: +44 (0)20 7246 6411 Email: iasb@iasb.org Web: www.iasb.org The International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF), the authors and the publishers do not accept responsibility for loss caused to any person who acts or refrains from acting in reliance on the material in this publication, whether such loss is caused by negligence or otherwise. The IFRS for SMEs and its accompanying documents are published in three parts: ISBN for this part: 978-1-907026-17-1 ISBN for complete publication (three parts): 978-1-907026-16-4 Copyright © 2009 IASCF All rights reserved. No part of this publication may be translated, reprinted or reproduced or utilised in any form either in whole or in part or by any electronic, mechanical or other means, now known or hereafter invented, including photocopying and recording, or in any information storage and retrieval system, without prior permission in writing from the IASCF. International Financial Reporting...

Words: 82321 - Pages: 330

Premium Essay

Ifrs

...Non-Adoption of IFRS The United States (US) should not adopt the International Financial Reporting Standards (IFRS) as a replacement for the Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) we currently follow. The basic concept of the IFRS is to provide the reporting standards for global financial organizations and the framework on how to disclose their financial statements in a general format, similar to a template from a software program. The argument has been made about the need for a one set of standards due to the need of global companies (corporations). The simplification of accounting standards into a one language, one format for the purpose of credit ratings, is very questionable. GAAP is the standard for the US and the US dollar is still the driving force for the world economies. The question of stability and going concern arises when comparing the Euro dollar against the US dollar. The Euro dollar is suffering along with the European Union. Lately, their joint venture has been on very shaky ground. Is America willing to give up control of its accounting authority, interpretation, and leadership in the world economy? This is the equivalent of the U.S. giving up most of their military control to the “blue helmets” -- the United Nations personal army. Surely, these “blue helmets” will not advocate America’s interest first above all the other nations. The first argument against the adoption of IFRS is based on the standards. IFRS standards are...

Words: 579 - Pages: 3