Free Essay

Pengukuran Kinerja Organisasi

In: Business and Management

Submitted By ranrats
Words 3993
Pages 16
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI

SEKTOR PUBLIK

[pic]

(Ringkasan Materi Kuliah)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Oleh:

|RANGGA RATRIASA | (F1314115) |
|TAUFIK RISQIYANTO | (F1314083) |

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI
SEKTOR PUBLIK

Layanan yang disediakan gratis dan dibiayai oleh pajak adalah ciri khas dari akuntansi sektor publik. Layanan yang dijual di pasar yang kompetitif, pendapatan penjualan akan memberikan informasi keuangan tentang bagaimana pengguna layanan menilai layanan yang diberikan: pengukuran pendapatan, bidang akuntansi, akan menjadi ukuran kinerja yang relevan. Penerimaan pajak tidak dapat memberikan tindakan tersebut. Permintaan tak henti-hentinya untuk pengukuran kinerja di sektor publik bertemu dengan tindakan-tindakan non-keuangan. Ini jenis tindakan memberikan tantangan tersendiri bagi akuntansi sektor publik.

Tahap setelah operasional anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya serta menilai akuntabilitas organisasi dan manager. Pengukuran kinerja yang handal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci suksenya organisasi.

A. PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Pelayanan pemerintah yang diberikan saat ini tidak dapat dipisahkan dari yang disediakan di masa lalu dan, mengingat bahwa keamanan, kesehatan dan pendidikan merupakan jenis yang pada umumnya paling penting, dari sejak dulu. Layanan yang diberikan oleh organisasi pemerintah, sekali lagi, karena masing-masing hanya memberikan kontribusi bagi keseluruhan kesejahteraan penduduk, juga tidak dapat dipisahkan dari satu sama lain, dan dari organisasi profit dan non-profit yang juga berkontribusi. Pengukuran kinerja dari sebuah organisasi, yang berkaitan dengan perubahan (sewenang-wenang) periode dari tahun fiskal, tidak bisa secara alami lepas dari kinerja masa lalu atau dari kinerja organisasi lain. Ini juga berarti bahwa cita-cita pengukuran kinerja organisasi, yaitu untuk menilai hanya hal-hal yang berada di bawah kendali organisasi, tidak dapat dicapai. Selain itu, kekhususan pengukuran kinerja memerlukan langkah-langkah bersifat parsial, yang mana, dengan tidak adanya metrik pemersatu seperti uang, itu berarti, bila digabungkan, mereka tentunya menjadi tidak lengkap. Tidak ada set lengkap dari pengukuran kinerja – tidak ada pengukuran kinerja yang mutlak bagi sebuah organisasi, program atau pemerintah secara keseluruhan yang dapat menunjukkan kinerja secara komprehensif. Keputusan dengan akal sehat atas pengukuran ini menunjukkan bahwa semuanya berbanding dengan perubahan kecil dari waktu ke waktu dan perbedaan kecil antara organisasi lain.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik : 1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah. 2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. 3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja secara umum adalah :
a. Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);
b. Mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;
c. Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence;
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Manfaat Pengukuran Kinerja adalah :
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen;
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. Sebagai media monitor, evaluasi, dan koreksi atas pencapaian kinerja;
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment) secara obyektif;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan;
f. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pelanggan;
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah;
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
B. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA

1. Informasi Finansial. Dua pengertian uang, pertama, uang adalah media utama pertukaran dan dengan demikian sebuah pasokan utama kekayaan. Akuntansi mencatat transaksi pertukaran dan perubahan seiring kekayaan, kadang-kadang transaksi moneter melibatkan kas namun lebih sering, mengklaim kas (piutang dan hutang, jangka pendek dan pinjaman jangka panjang). Agregat Akuntansi ini catatan transaksi, tetapi kemudian menggunakan uang untuk menghasilkan langkah-langkah halus pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan arus kas. Dengan kata lain, agregasi dan pengukuran ini membedakan antara jumlah operasi (berkaitan dengan satu tahun atau periode yang lebih singkat) dan jumlah modal. Penggunaan lain dari uang yang umum kepada pemerintah, namun khususnya, uang memberikan ukuran diamati apa yang organisasi beli dalam rangka memberikan layanan. Uang memiliki kegunaan tambahan dalam mengukur kemampuan pemerintah untuk mengumpulkan pajak, dengan membandingkan uang yang dikumpulkan dengan apa yang dianggarkan untuk dikumpulkan
Penilaian kinerja finansial dilakukan dengan menganalisis varians antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Analisis Varians secara garis besar : a. Varians Pendapatan (revenue variance) b. Varians Pengeluaran/Belanja ( expenditure variance ) • Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance) • Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance) Setelah analisis varians dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya varians tersebut (apa, siapa/bagian mana, kenapa, dan bagaimana).
Keterbatasan analisis varians diantaranya adalah kesulitan menetapkan batasan besarnya varians.

2. Informasi Non Finansial. Kinerja instansi pemerintah bersifat multidimensional. Dalam arti, tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan secara komprehensif untuk semua jenis instansi pemerintah. Indikator kinerja yang dipilih akan sangat tergantung pada faktor kritikal keberhasilan yang telah diidentifikasi. Beberapa ukuran-ukuran keberhasilan dapat diklasifikasikan dalam beberapa perspektif. Menurut Gordon Roberton (2002) terdapat empat perspektif indikator keberhasilan instansi pemerintah sebagaimana diadaptasi dari metodologi Balanced Scorecard, antara lain:
a. Perspektif Finansial Perspektif ini melihat pada kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya dan menunjukkan hasil dari apa yang ingin dicapai dalam perspektif lainnya.
b. Perspektif Pelanggan. Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survei pelanggan, sikap dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-keluhan yang mereka sampaikan.
c. Perspektif Efisiensi Proses Internal Perspektif ini mencakup indikator produktivitas, kualitas, waktu penyerahan, waktu tunggu dan sebagainya. Indikator ini memungkinkan kita untuk menentukan apakah proses telah mengalami peningkatan, sejajar dengan benchmarks, dan atau mencapai target dan sasaran.
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Perspektif ini memuat indikator tentang sampai seberapa jauh manfaat dari pengembangan baru atau bagaimana hal ini dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan di masa depan. Mengukur hasil dari tindakan dan aktivitas dalam perspektif ini mungkin tidak dapat dilakukan karena hasilnya tidak segera dapat diketahui dan bersifat jangka panjang. Dalam banyak kejadian, mungkin diperlukan ukuran pengganti sebagai indikator kinerja.

Jenis informasi nonfinasial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variable) atau sering dinamakan sebagai key succes factor, key result factor, atau pulse point. Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci antara lain : ✓ Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi; ✓ Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat; ✓ Perubahannya tidak dapat diprediksi; ✓ Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera; ✓ Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate).

C. INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY.

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengukur output, karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih banyak berupa intagible output. Istilah “ukuran kinerja“ (mengacu pada penilaian kinerja secara langsung) pada dasarnya berbeda dengan istilah “indikator Kinerja“ (mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung). Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja sebagai berikut : ✓ Sistem perencanaan dan pengendalian ✓ Spesifikasi teknis dan standardisasi ✓ Kompetensi teknis dan profesionalisme ✓ Mekanisme ekonomi dan dan mekanisme pasar Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward & punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money .
[pic] Mekanisme sumber daya manusia
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain: ✓ Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi; ✓ Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan; ✓ Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial; ✓ Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan; ✓ Untuk menunjukkan standar kinerja; ✓ Untuk menunjukkan efektivitas; ✓ Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran; dan ✓ Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya.
Permasalahan teknis yang dihadapi saat pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengan cara membandingkan input finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit (unit cost statistics).

D. PENGUKURAN VALUE FOR MONEY.

Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

E. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY.

Dalam definitive pemerintahan, dimana pelayanan diberikan secara gratis yang dananya berasal dari pajak, kinerja dinilai menggunakan ukuran keuangan dan non keuangan serta penilaian kualitatif. Dalam pengkuran kinerja, hal ini berguna untuk memikirkan elemen yang berbeda dari kinerja:
1. Input, menjadi sumber daya yang dikonsumsi oleh pemerintah, diukur dengan menggunakan biaya tetapi juga tindakan non finansial-umumnya jumlah karyawan
2. Output, berupa layanan yang diberikan, diukur terutama menggunakan pengukuran non keuangan
3. Outcomes, dampak dari layanan yang diberikan, dapat diukur dengan penilaian kualitatif misalnya dengan wawancara atau kuesioner.terminal akhir dr output.

Kinerja dianalisis ke dalam input, output dan outcome, tetapi semua elemen ini harus dinilai bersama-sama. Output yang sukses dan hasil pada biaya apapun tidak berguna ukuran kinerja (jumlah dan klasifikasi pemeriksaan melewati meningkat, seperti halnya tingkat persetujuan, tetapi anggaran yang melebihi anggaran dan pinjaman berada di luar kendali), output yang sukses, dengan hasil tidak berhasil, dengan biaya tinggi tidak baik (jumlah dan klasifikasi pemeriksaan melewati meningkat, tetapi tingkat persetujuan gugur dan anggaran yang melebihi anggaran dan pinjaman luar kendali). Dalam jangka pendek, akuntansi mungkin menilai output sukses, dengan hasil tidak berhasil, namun dengan biaya rendah, menguntungkan (jumlah dan klasifikasi pemeriksaan melewati meningkat, tetapi tingkat persetujuan gugur dan anggaran yang terendah dibandingkan dengan layanan sebanding), tetapi dalam jangka menengah mungkin khawatir tentang implikasi untuk anggaran masa depan jika tingkat persetujuan rendah menyebabkan perubahan radikal.

F. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY.

Pengukuran Ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan : • Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi? • Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan? • Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?

Pengukuran Efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output

Pengukuran Efektivitas ✓ Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. ✓ Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. ✓ Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.
Pengukuran outcome memiliki dua peran, ✓ Peran retrospektif penilaian kinerja masa lalu : menentukan apakah manfaat yang diharapkan (expected benefit) dari suatu program publik telah terwujud ✓ Peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang : memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik.

Estimasi Indikator Kinerja
⎫ Kinerja tahun lalu merupakan benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan
⎫ Expert Judgment menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja.
⎫ Trend
Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
⎫ Regresi

G. ASPEK PENGUKURAN KINERJA

[pic][pic][pic]

[pic]

[pic]

Peraga 2.3 Menilai kinerja dari Sekolah Menengah A,
Kota Eutopia berdasarkan tujuan pendidikan dari pemerintah lokal dan nasional: ukuran kinerja pemerintah pusat

Pemerintah pusat telah menetapkan tujuan strategis untuk meningkatkan prestasi siswa dalam setiap kategori, dalam dua set ujian, dengan 2 poin persentase tahun antara 20X2 dan 20x5. Ukuran kinerja konsekuen yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk 20X2 adalah: Kelompok umur 14 tahun (nilai target dalam persen)
| Target Nilai |A |B |C |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
|Mata Pelajaran | | | |
|Bahasa Inggris |75 |20 |5 |
|Matematika |75 |20 |5 |
|Science |80 |15 |5 |

Untuk kelompok umur 16 tahun ditargetkan 50 persen mendapatkan lima atau lebih A atau nilai B.

Penilaian dilakukan untuk mempertimbangkan kinerja dari pemerintah pusat dalam hal mencapai target yang telah dicanangkan. Namun demikian, penilaian tersebut tidak memuaskan dalam rangka mempertimbangkan kinerja suatu sekolah dibandingkan dengan sekolah lainnya. Hal ini disebabkan karena hasil tes dari suatu sekolah kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dalam kontrol sekolah tersebut. Para pakar pendidikan biasanya tidak selalu setuju mengenai faktor apa yang sangat penting dalam menilai kinerja suatu sekolah, namun seringkali dilakukan beberapa kesepakatan, seperti yang ditampilkan dalam peraga 2.4.

Peraga 2.4 Menilai kinerja dari Sekolah Menengah A,
Kota Eutopia: faktor yang mempengaruhi kinerja dalam tes

Sebuah badan penelitian independen nasional di bidang pendidikan memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tes. Kualitas layanan pendidikan yang diberikan di sekolah masing-masing, yang berada di bawah kendali masing-masing sekolah, adalah bergantung juga terhadap faktor-faktor yang tidak berada di bawah kendali masing-masing sekolah. Faktor-faktor yang tidak berada di bawah kendali sekolah ini terkait dengan siswa, yakni prestasi akademik sebelumnya, etnis, gender, usia, kebutuhan pendidikan khusus, kemiskinan, bukan penutur Bahasa Inggris, dan lamanya waktu yang dihabiskan di salah satu sekolah.

Beberapa faktor tersebut menentukan distribusi hibah pemerintah pusat (kemiskinan dan kebutuhan pendidikan khusus), tetapi yang lain tidak (prestasi akademik sebelumnya, etnis, jenis kelamin, usia, bukan penutur Bahasa Inggris, dan lama waktu yang dihabiskan di satu sekolah) dan keduanya tidak digunakan untuk menentukan anggaran keseluruhan untuk setiap sekolah menengah. Pemerintah pusat perlu memahami kontribusi yang dicapai dari masing-masing sekolah terhadap target kinerja yang dimiliknya, termasuk Sekolah A, dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan 2.000 sekolah. Salah satu bagian dari ini adalah layanan inspeksi pemerintah, diilustrasikan dalam Peraga 2.5.

Peraga 2.5 Menilai kinerja dari Sekolah Menengah A,
Kota Eutopia: pemeriksaan kinerja oleh pemerintah pusat

Pemerintah nasional memiliki sistem inspeksi di mana suatu lembaga pemerintah nasional memeriksa setiap sekolah setiap lima tahun. Pemeriksaan ini menggunakan pendekatan berbasis risiko untuk menilai apakah kinerja suatu sekolah dapat dikatakan luar biasa, baik, dapat diterima, atau kurang, yang diterjemahkan ke dalam skala empat poin, dari 4 ke 1 secara berurutan. Penilaian keseluruhan ini didasarkan pada penilaian yang lebih rinci daripada kinerja sekolah. Laporan ini sederhana dan pada dasarnya kualitatif, menilai hal-hal seperti apakah siswa merasa aman atau tidak, ada dukungan yang memadai bagi siswa dan sebagainya. Laporan ditampilkan secara online. Laporan terakhir untuk Sekolah A berada di 20x0 dan diberi nilai '3'.

Laporan inspeksi merupakan penilaian kualitatif dari outcomes yang dicapai oleh sekolah, tercantum dalam nilai tes. Penilaian dihasilkan dari kunjungan ke masing-masing sekolah, termasuk wawancara informal dengan staf, siswa dan orang tua, dan dinyatakan dalam skor pada skala 4 ke 1. Laporan untuk setiap sekolah tidak membuat referensi ke anggaran, baik keuangan atau jumlah karyawan. Untuk Sekolah A, dan terutama untuk akuntannya, bagian penting dari sistem pengukuran kinerja yang rumit adalah dikembangkan dari faktor eksternal dan ditentukan olehnya secara sebagian, dan menyerahkan kepada sekolah untuk melengkapi sistem pengukuran yang berisi pengalaman belajar mengajar. Hanya berasal dari siklus perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang dimiliki oleh sekolah dapat ditentukan untuk semua input, output dan outcome sekolah. Outcomes dari sekolah tidak hanya dinilai dari segi pendidikan. Peraga 2.6 memberi contoh cara lain untuk menilai outcomes - kesehatan siswa secara keseluruhan.

Peraga 2.6 Menilai kinerja dari Sekolah Menengah A,
Kota Eutopia: program pemerintah nasional untuk menggalakan makanan yang sehat

Pemerintah pusat juga mencanangkan program untuk menyediakan makanan sekolah gratis yang bergizi. Setelah beberapa generasi mendapatkan makanan yang kurang bergizi, mereka sekarang mendapatkan makanan bergizi tinggi, meskipun terkadang para murid sering menolak mengonsumsi makanan bergizi tinggi tersebut. Makanan sekolah gratis merupakan bagian dari program ini. Pemerintah nasional memiliki ditentukan, berdasarkan pencatatan tidak langsung, bahwa 40 persen dari siswa memiliki makanan sekolah, 10 persen berhak untuk makanan gratis tetapi hanya 8 persen yang mengambil.

Sekolah harus menentukan berapa banyak anggaran harus untuk makanan sehat, berapa banyak kenaikan anggaran yang dibutuhkan untuk makanan yang kurang bergizi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bagaimana caranya mencari dana tambahan apabila anggaran tidak mencukupi, bagaimana meningkatkan jumlah siswa yang memakan makanan sekolah dan bagaimana untuk membayar setiap peningkatan penyerapan makanan sekolah gratis. Hal ini juga harus memastikan bahwa tambahan perubahan dalam kebiasaan makan tidak mempengaruhi semua aspek lain dari siswa kehidupan, termasuk kinerja mereka dalam tes.

Menghubungkan input dan output biasanya dilakukan dengan menggunakan penilaian klasik: • siswa-guru rasio (output / input) • biaya per siswa (input / output).

Penghubungan ini dapat digunakan oleh masing-masing sekolah, kota dan pemerintah nasional untuk dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan dengan sekolah lain, kota atau pemerintah nasional lainnya. Untuk kota-kota dan pemerintah nasional, penilaian serupa dapat dihasilkan berkaitan dengan ukuran populasi untuk membandingkan dengan kota-kota dan pemerintahan yang lain: • jumlah guru sekolah menengah per 1000 penduduk (input / output) • biaya sekolah menengah per 1000 penduduk (input / output).

Menilai kinerja Sekolah A - bahkan menggunakan indikator penilaian yang relatif terbatas seperti disajikan Peraga 2,1-2,6 – memperlihatkan hasil yang kontradiktif. Sekolah A terlihat jelas kinerjanya di bawah target (seperti disajikan Peraga 2.1) daripada target nasional (lihat Peraga 2.3). Penyebabnya mungkin karena beberapa faktor tidak di bawah kendali sekolah, seperti prestasi akademik sebelumnya atau etnis (lihat Peraga 2.4). Sekolah dikategorikan “baik” dalam laporan inspeksi (lihat Peraga 2.5, berdasarkan kriteria kualitatif) dan mungkin telah dilakukan dengan baik pada makan sehat (lihat Peraga 2.6). Biaya per siswa di Sekolah A (£ 6666 [£ 3m / 450]) lebih tinggi dari rata-rata untuk Eutopia (£ 5128 [£ 10m / 1950]). Siswa / guru rasio, di sisi lain, juga lebih tinggi di Sekolah A (6,4: 1 [450/70]) dari rata-rata di Eutopia (5.6: 1 [1950/350]), meskipun ukuran ini tidak memperhitungkan guru paruh waktu dan asisten pengajar. Dengan tidak adanya metode trade off untuk pengukuran ini, dengan pengukuran masing-masing yang berbeda, sangat sulit untuk merasionalisasi secara keseluruhan. Semua ukuran kinerja merupakan bagian dari pengalaman mengajar dan belajar di sekolah menengah, tetapi ukuran tersebut tidak dapat dinilai. Maka dari itu, penilaian lebih disebut dengan indikator dari kinerja daripada kinerja. Kebanyakan karakteristik dari peserta layanan (meskipun didukung oleh sangat sedikit bukti yang kuat) adalah bahwa peserta dalam layanan lebih fokus pada aspek-aspek yang diukur daripada terukur, aspek yang nampak bukan yang nampak. Prinsip-prinsip pengukuran kinerja ini diterapkan untuk semua pelayanan pemerintah, tetapi ada karakteristik khusus dari bidang pendidikan yang biasanya tidak berlaku untuk bidang lain. Pengujian yang menyediakan dasar kinerja pengukuran tersebut telah lama melekat pada sistem tersebut. Karena hal tersebut, penilaian kinerja dari institusi pendidikan dan program mampu untuk menggambarkan penilaian yang berlaku saat ini dibandingkan menciptakan kriteria penilaian yang baru. Kelemahan utama dari pengukuran kinerja keuangan non finansial adalah terus menerus menggunakan pendekatan penilaian uang dari output dan outcome untuk dibandingkan antara keduanya.

H. TANTANGAN PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH

Terdapat enam tantangan utama dalam penilaian kinerja pemerintah, antara lain:

1.Pengukuran biaya

Dalam mengukur kinerja, biaya harus dihitung dengan menggunakan full accrual basis, karena cash basis tidak bisa memberikan gambaran berapa besar biaya dari pelayanan yang diberikan. Satu hal yang dihadapi pemerintah dalam kewajiban mencari laba atau pelayanan adalah penerapan full cost adalah dalam kasus apa full cost dapat diterapkan – seperti dalam kasus pelaporan keuangan, atau tidak bisa diterapkan (tidak relevan) – yang biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan jangka pendek. Sebuah tantangan khusus bagi pemerintah adalah biasanya proporsi besar biaya yang tidak bisa ditelusuri langsung kepada output dan outcome, sehingga melibatkan sejumlah besar biaya yang dianggarkan tanpa dasar tertentu.
2. Keandalan dari hasil pengukuran output

Tantangan dalam mencatat dan melaporkan hasil pengukuran non-finansial yang dapat dipercaya, termasuk dapat diaudit. Dibandingkan dengan sistem akuntansi, database informasi non-keuangan kurang dapat diandalkan. Sistem pengawasan internal untuk mengendalikan uang masuk dan keluar dihasilkan dari sistem yang terpadu. Memasukkan informasi non-keuangan, terutama di sekolah-sekolah, rumah sakit, di TKP, medan pertempuran - biasanya tidak dapat diharapkan akan bisa dikendalikan ke tingkat yang sama dengan tingkat pengendalian yang bisa dilakukan terhadap uang. Selain itu, sangat jarang didapati pencatatan yang dilakukan oleh pihak independen, seperti halnya rekonsiliasi bank dalam catatan transaksi keuangan, yang dapat digunakan untuk memverifikasi catatan yang dilakukan oleh organisasi.

3. Hubungan kausal antara input dan output

Output dan outcome yang ditentukan oleh praktisi profesional dan politisi yang secara fundamental mempengaruhi input yang merupakan perhatian utama dari akuntansi. Pengukuran non-finansial akan mudah untuk dihitung dan seharusnya dapat diukur secara andal. Namun demikian, akan sangat sulit untuk setiap orang yang terkait dalam kegiatan pengukuran untuk menjelaskan hubungan kausal antara input, output, dan outcomes. Hal ini juga tetap sulit untuk dilakukan meskipun dilakukan melalui teknik statistik, menggunakan database yang besar antar organisasi dan program, khususnya data mengenai kinerja rata-rata, yang dapat memberikan mempresentasikan kinerja di atas rata-rata atau di bawah rata-rata, serta outliers. Pengukuran non-finansial akan semakin sulit dilakukan ketika penilaian kinerja organisasi hanya dilakukan sekali dalam satu periode. Hal ini kemungkinan akan mudah dilakukan ketika diandaikan pemerintah bekerja di laboratorium, di mana input, output, dan outcomes dapat dicari takaran yang tepat dengan cara melakukan percobaan berulang-ulang sampai didapatkan kesimpulan hubungan kausal yang tepat. Namun, pemerintah tidak bekerja dalam suasana seperti tersebut, sehingga untuk menciptakan penilaian yang mumpuni diciptakanlah standar norma.

4. Sempitnya pengukuran output

Sifat tindakan output non-keuangan: mereka tidak dapat dibandingkan antar layanan. Pengukuran mudah karena berfokus pada karakteristik yang sangat spesifik. Makin spesifik fokusnya, maka pengukuran akan semakin mudah. Seperti diperlihatkan dalam peraga 2.1 dan 2.3, jumlah murid bisa diukur secara andal tetapi karakteristiknya berbeda-beda. Murid di suatu sekolah menengah tidak memiliki karakteristik yang sama dengan murid di sekolah menengah yang lain, baik itu di kota yang sama atau berbeda. Dengan alasan yang sama, maka pengalaman yang dihadapi baik oleh para guru maupun murid akan berbeda dari tahun ke tahun. Perbandingan tidak akan bisa dilakukan pada jumlah murid sekolah menengah dengan sekolah dasar. Pengukuran yang dilakukan pada pemerintahan yang kompleks serta melakukan berbagai macam pelayanan, atau pelayanan yang satu jenis namun kompleks, akan sangat bermacam indikatornya.

5. Kelengkapan versus keringkasan dalam melaporkan kinerja (trade offs)

Untuk menentukan keseimbangan, antara kebutuhan alami untuk menghasilkan ukuran kinerja yang sangat banyak dengan kebutuhan alami dari penerima layanan, politisi dan masyarakat yang pada umumnya untuk diberikan pemahaman kinerja yang sederhana. Ukuran kinerja parsial dapat menghasilkan kesalahpahaman serius pada kinerja yang komprehensif dari pemerintah, tapi pusat dari pengukuran kinerja harus dapat dimengerti oleh kalangan awam.

6. Pengendalian kinerja

Dalam sistem kontrol rasional, pengukuran kinerja hanya berkaitan dengan hal-hal dapat dikontrol oleh pemerintah. Pengukuran kinerja dapat digunakan di seluruh langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dalam siklus pemerintah. Akuntansi mengharuskan setiap pengukuran secara sistematis terkait dengan biaya dan dapat diaudit, sehingga fokus pengukuran kinerja dapat dimasukkan dalam anggaran tahunan dan laporan keuangan yang diaudit, tentunya pengukuran tersebut untuk hal-hal yang dapat dikontrol oleh organisasi. Pengukuran itu sendiri adalah bertujuan menyederhanakan fenomena. Ini adalah tentang menjabarkan kompleksitas fenomena yang kita amati ke dalam komponen tujuan yang sederhana sehingga kita bisa kemudian menyeleraskan dengan esensi fenomena tersebut dengan lebih presisi.

Ada penerimaan umum dari premis pengukuran kinerja. Bahwa meskipun, penting untuk memahami setiap sistem tersebut harus dinilai tidak hanya dalam istilah yang ditetapkan oleh sistem itu sendiri, tetapi juga oleh pengalaman hidup dari orang-orang yang menyediakan dan mereka yang menerima pelayanan pemerintah, yang kadang kala sangat berbeda dari apa yang sistem gambarkan.
-----------------------
Pengukuran Kinerja Sektor Publik

3

Similar Documents

Free Essay

Thesis

...Utami Puji Lestari BALANCED SCORECARD (BSC) SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI PERUSAHAAN Utami Puji Lestari * ABSTRACT Performance measurement plays an important role in the business world, due to the execution of performance measurement can know the effectiveness of the establishment of a strategy and its application within a certain time. Performance measurement can detect weaknesses or deficiencies that are still present in the company, to be further improvements in the future. Balance Scorecard provides a means of measuring the performance of companies that includes four perspectives, namely financial perspective, customer perspective, internal business, and learning and growth perspective. Furthermore, the results of performance measurement can be used to develop the strategy of the company so that the company can implement it in a comprehensive manner both in terms of financial and non-financial. Keywords: performance management and Balanced Scorecad PENDAHULUAN Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu (Ceacilia...

Words: 2911 - Pages: 12

Free Essay

Management Control System Journal

...Sistem Pengendalian Manajemen(SPM) mempelajari mengenai bagaimana suatu sistem dirancang untuk mengendalikan suatu perusahaan. SPM menerapkan berbagai sistem dalam perusahaan agar dapat memberikan kinerja terbaiknya, contohnya penerapan sistem anggaran, sistem penilaian kinerja, sistem pemberian kompensasi, struktur pusat pertanggungjawaban, penentuan alokasi biaya atau harga transfer antar bisnis unit dan lain-lain. Dalam sistem kontrol manajemen terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain, perencanaan, koordinasi, komunikasi, evaluasi, pengambilan keputusan dan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuai dengan yang diinginkan. Pada penerapan SPM terdapat salah satu alat yang digunakan yaitu Sistem Penilaian Kinerja (SPK). Tujuan utama dari adanya SPK adalah melakukan implementasi strategi. Mekanisme penilaian kinerja yang baik dan sesuai akan meningkatkan tingkat kesuksesan implementasi strategi dari suatu organisasi. SPK dimaksudkan untuk menyampaikan kebutuhan dari stakeholder yang berbeda-beda terhadap organisasi dengan cara membuat sistem penilaian yang strategis dan komprehensif. Dari ringkasan beberapa jurnal berikut akan dibahas mengenai bagaimana sistem penilaian kinerja mempengaruhi keputusan dari organisasi. Pembahasan jurnal meliputi sistem penilaian kinerja dalam relasi hirarki antara perusahaan dan anak perusahaan, perusahaan dan perusahaan lain dalam melakukan proses bisnis, serta perannya dalam perusahaan dengan budaya yang berbeda-beda. Influencing...

Words: 2275 - Pages: 10

Free Essay

Sementara

...mencari keuntungan atau laba yang tinggi, akan tetapi bukan itu tujuan utama satu-satunya. Ada yang lebih penting lagi yaitu kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Jika perusahaan tidak dapat berkembang secara berkelanjutan, maka perusahaan tersebut akan kalah dalam persaingan. Untuk efisien dan efektifnya suatu perusahaan, sangat diperlukan adanya suatu struktur sistem pengendalian manajemen. Dalam pembangunan struktur sistem pengendalian manajemen tersebut, terdapat tiga komponen yang perlu didesain yaitu: (1) Struktur organisasi, yang dibangun sesuai dengan karakteristik lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan; (2) Jejaring informasi, dalam hal ini jejaring informasi didesain sesuai dengan struktur organisasi; dan, (3) Sistem penghargaan, yang didesain sesuai dengan tipe pekerja dan pekerjaan yang tepat dengan tuntutan lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan. Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan, karena mudah dilakukan pengukurannya dan yang...

Words: 3469 - Pages: 14

Free Essay

System

...dihadapi oleh timnya dalam mengelola stabilitas perusahaan diler automobile. Terdapat survey kepuasaan pelanggan, struktur organisasi, dengan lampiran contoh halaman laporan keuangan, kutipan dari laporan konsultasi yang menunjukkan data diler dan departemen mobil, dan kutipan dari laporan konsultasi yang menunjukkan data kompensansi manajer departemen. Untuk mengetahui kepusaan pelanggan terhadap produk dan service Puente Hills Toyota dengan menanyakan pelayanan kepada konsumen dalam bentuk kuesioner melalui serangkaian yang di fokuskan pada kepuasan terhadap : * pembuatan janji pelayanan service * penulisan pesanan pelayanan * kualitas pekerjaan * ketepatan waktu pekerjaan * harga * fasilitas Kemudian hasil dari respons pertanyaan survey dikirim secara langsung pada perusahaan dan dijumlahkan dalam indeks kepuasan konsumen (customer satisfaction indeks-CSI) yang memberi perhatian mengenai apa yang dibayar oleh pabrik dan manager diler. Pabrik sering kali merubah alokasi kendaraan pada diler jika penilaian CSI lebih rendah dari tingkatan yang bisa diterima dalam tiga tahun berturut-turut.    Contoh formulir survei kepuasan pelanggan sebagai berikut : * presentasi produk * negosiasi * dokumen final * menerima kendaraan anda * komunikasi diler * fasilitas, dsb Dengan struktur organisasi PHT cukup khas dalam industri, manajer dari departemen penjualan  kendaraan baru dan bekas melaporkan secara langsung pada...

Words: 836 - Pages: 4

Free Essay

Balance Score Card

...(berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan dan salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya. Dewasa...

Words: 2767 - Pages: 12

Free Essay

Balanced Scorecard

...aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis. Perusahaan-perusahaan inovatif tidak memandang balanced scorecard hanya sebagai sistem pengukuran operasional atau taktis, tetapi menggunakannya sebagai suatu sistem manajemen strategis yang mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu. Pendekatan balanced scorecard melakukan pengukuran kinerja berdasarkan pada aspek finansial maupun non finansial. Aspek non finansial mendapat perhatian karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan berasal dari aspek non finansial yaitu peningkatan efektivitas proses bisnis, komitmen organisasi dan kepercayaan customer terhadap produk, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja di bidang non-finansial karena dari situlah kinerja keuangan berasal. Dalam balanced scorecard yang ditampilkan pada Gambar 1, terdapat empat perspektif yang berbeda dari suatu aktivitas perusahaan yang dapat dievaluasi, yaitu: • Perspektif Finansial, • Perspektif Pelanggan, • Perspektif Proses Bisnis Internal, • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Pemahaman akan empat perspektif ini menjadi penentu penerapan konsep balanced scorecard secara tepat dan berhasil. Perspektif finansial memberikan petunjuk apakah strategi organisasi serta implementasinya meningkatkan pendapatan keuangan organisasi. Untuk membangun balanced scorecard, unit-unit bisnis dikaitkan dengan tujuan finansial yang berkaitan dengan strategi perusahaan...

Words: 342 - Pages: 2

Free Essay

Research

...sistem penetapan target dan pengukuran penilaian manajer unit kerja berbasis kinerja. Unit-unit kerja yang berada di garda depan dalam memberikan layanan terbaik kepada para nasabah atau debitur telah ditetapkan sebagai profit center bagi Bank Mandiri. Dengan demikian setiap unit kerja tersebut diharapkan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan pemegang saham pada akhirnya sesuai dengan target masing-masing yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja unit kerja Bank Mandiri dan manajernya menggunakan alat yaitu Balanced Scorecard (BSC). Implementasi penilaian berbasiskan BSC telah berlangsung sejak tahun 2004. Dengan penerapan BSC, tidak hanya kinerja keuangan saja yang dinilai tetapi juga elemen lain seperti perspektif pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Mekanisme pembobotan dan rincian keempat perspektif dapat saja berbeda di masing-masing unit kerja, yang ditentukan oleh kebutuhan dan target setiap profit center tersebut. Yang menjadi elemen-elemen penilaian di setiap perspektif ditentukan oleh salah satu grup di Kantor Pusat, yaitu Strategic and Process Management (SPM) Group. SPM memiliki kewenangan untuk menentukan rincian faktor-faktor penilaian setiap penilaian berdasarkan permintaan grup-grup lain di kantor pusat yang membawahi seluruh profit center di seluruh Bank Mandiri. SPM menetapkan rincian pengukuran kinerja berbasiskan balanced scorecard seringkali terlambat, dirilis pada saat periode pengukuran kinerja telah berjalan yaitu sekitar...

Words: 2306 - Pages: 10

Free Essay

Pusat Laba

...Pusat Laba Bab 5 Pusat Laba Pusat Laba adalah suatu unit organisai yang didalamnya pendapatan dan beban diukur secara moneter.Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk menggunka suatu indikator yang komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator, lalu setelah itu fokuskan pada pengelolaan unit-unit bisnis sebagai pusat laba, dengan mengingat bahwa istilah unit bisnis dan pusat laba adalah tidak sama. Kemudian, akan dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi produksi dan pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba. Suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah.ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana setiap unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran , mak proses ini disebut dengan istilah Divisionalisasi Kondisi – Kondisi dalam Mendelegasikan Tanggung Jawab Laba Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan meninggkatkan beban dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan penjualan. Keputusan seperti ini disebut sebagai pertimbangan biaya/ pendapatan ( expense/ revenue trade-off ) . tambahan beban iklan adalah salah satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off semacam ini dengan aman ketingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus dipenuhi: 1. Manajer harus memiliki akses ke informasi releven yang dibutuhkan...

Words: 4024 - Pages: 17

Free Essay

Control Management

...Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, 2013 Kata Pengantar Modul ini disusun untuk membantu mahasiswa mempelajari Sistem Pengen-dalian Manajemen (SPM) sehingga mahasiswa mudah memahami dan mengerti materi SPM. Pemahaman terhadap Mata Kuliah (MK) SPM ini sangat penting bagi mahasiswa sejak mengambil MK ini karena SPM ini salah satu MK yang diujikan pada ujian komprehensif. Selama ini, sering dijumpai mahasiswa meskipun telah mengambil dan lulus MK SPM ini namun ketika ujian komprehensif banyak tidak menguasai dan lulus ujian. Modul ini terdiri dari Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen, Goal Congruence, Pusat Pertanggungjawaban, Harga Transfer, Penyusunan Anggaran, Evaluasi Kinerja, dan slide perkuliahan. Modul ini masih sangat sederhana, semoga diwaktu mendatang bisa lebih disempurnakan. Terima kasih. Bab 1 Sistem Pengendalian Manajemen Sistem merupakan suatu cara tertentu yang dilakukan berulang-ulang untuk melaksanakan sesuatu atau sekelompok aktivitas. Pengendalian adalah proses penetapan standar agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. • Elemen-elemen Sistem Pengendalian 1. Pelacak (detector), informasi mengenai apa yang sedang terjadi. 2. Penilai (assessor), perbandingan informasi tersebut dengan keadaan yang diinginkan. 3. Effector, melakukan koreksi terhadap...

Words: 3956 - Pages: 16

Free Essay

Pengukuran Kinerja

...UNIVERSITAS INDONESIA RINGKASAN ARTIKEL PRAKTEK PROFESIONAL PENGUKURAN KINERJA: DARI FILOSOFI KE PRAKTEK MAKALAH INDIVIDU MATA AJAR MANAJEMEN STRATEJIK IQBAL FANHAZ NPM. 1306358046 Kelas AKM 13-1 PAGI FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI - PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI JAKARTA MARET 2014 STATEMENT OF AUTHORSHIP Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain, kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya. Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. |Nama Mahasiswa |: |Iqbal Fanhaz | |NPM |: |1306358046 | |Kelas |: |AKM 13-1 Pagi | |Mata Ajar |: |Manajemen Stratejik | |Judul Makalah/Tugas |: |Pengukuran Kinerja: Dari Filosofi ke Praktek | |Pengajar ...

Words: 705 - Pages: 3

Free Essay

Bachelor

...SNI ISO 9000:2008 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu — Dasar-dasar dan kosakata Quality management systems – Fundamentals and vocabulary (ISO 9000:2005, IDT) ICS 01.040.03; 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” SNI ISO 9000:2008 Daftar isi “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan” Daftar isi.....................................................................................................................................i Prakata .....................................................................................................................................ii Pendahuluan............................................................................................................................iv 1 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 Lingkup .............................................................................................................................. 1 Dasar-dasar sistem manajemen mutu............................................................................... 1 Alasan dasar sistem manajemen mutu..................................................

Words: 10796 - Pages: 44

Free Essay

Bsc Balance Scorecard

...sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada sektor keuangan saja, tanpa memperhatikan sektor non keuangan. Sistem pengukuran kinerja yang hanya menekankan pada sektor keuangan membuat perusahaan sulit untuk berkembang. Oleh karena itu pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.” Hasil studi tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard- Measures That Drive Performance” dalam Harvard Business Review (Januari-Februari 1992). Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan/konsumen, proses internal bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengertian Balanced Scorecard . Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masayang akan datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksunya adalah untuk mengukur kinerja seseorang diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan eksteren (Mulyadi, 2005:1).Balanced Scorecard merupakan pendekatan yang menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan-tujuan dan pengukuran-pengukuran...

Words: 1862 - Pages: 8

Free Essay

Sector Public Accounting

...LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan suasta. Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor suasta misalnya untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik dll, akan tetapi untuk tugastertentu tugas sekotr publik tidak dapat digantikan oleh sektor suasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai konsekuensinya akuntansi sektor publik dalam beberapa hal bebeda dengan akuntansi padasektor suasta. Tujuan Akuntansi Sektor Publik * Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen * Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumberdaya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk...

Words: 7945 - Pages: 32

Free Essay

North Country Auto

...BAB 5 PUSAT LABA Pertimbangan Umum Suatu organisasi fungsional adalah organsasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatuorganisasi di ubah menjadi organisasi dimana setiap unit utama bertanggungjawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilahdivisionalisasi. Kondisi-kondisi dalam mendelegasikan tanggungjawab laba . Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi. Seluruh pusat tanggungjawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggungjawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung jawab yang ukan merupakan pusat laba. Kelaziman suatu pusat laba Dalam suatu survey yang dilakukan atas sebuah perusahaan fortune 1000 diAS, dari 638 responden, 93 % merupakan perusahaan yang memiliki 2 atau lebih pusat laba. Manfaat pusat laba Menjadikan unit organisasi sebuah pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut :  –Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manager yang paling dekat dengan titik keputusan.  –Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karenatidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. –Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.  –Kesadaran laba dapat ditingkatkan karena manajer...

Words: 1863 - Pages: 8

Free Essay

Pengaruh Job Satisfaction Terhadap Financial Performance Melalui Employee Engagement Dan Competitive Advantage Sebagai Intervening Variable Pada Perusahaan Retail Publik

...tersebut. Dalam hal ini tentu saja organisasi membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi dan konsisten dari masing-masing karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan bertahan dalam lingkungan persaingan pasar yang tinggi (Newstrom and Davis, 2002). Berbagai strategi harus dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kinerja lebih baik daripada pesaing agar bertahan dalam dalam lingkungan bisnis. Di Indonesia sendiri, persaingan bisnis semakin ketat dan kompetitif khususnya di sector retail. Dimana menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) dalam lima tahun terakhir dari tahun 2012 peningkatan omset ritel modern cukup pesat, hal ini juga didukung oleh pertumbuhan jumlah ritel yang pesat yaitu sebesar 7.787 retail selama 5 tahun terakhir ini, pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10-15% per tahun. Penjualan ritel pada 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, namun melesat hingga mencapai Rp 110 triliun pada 2012 meningkat sebesar 10%- 15%, menyusul kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat yang relatif bagus. Bisnis ritel di tahun 2013 masih mencatat tren yang positif, namun masih kurang maksimal jika dibandingkan dengan tahun 2012 (Liputan6.com). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persaingan bisnis terus mengalami kemajuan. Perkembangan dan juga keuntungan yang diperoleh tentu saja tidak dapat lepas dari kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang cukup baik dan berkembang (Carton dan Hofer, 2010). Dan juga kinerja keuangan perusahaan yang terus membaik...

Words: 17786 - Pages: 72