Free Essay

Sungkan

In:

Submitted By prasdt
Words 4098
Pages 17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pencitraan
Pencitraan merupakan salah satu kajian yang akan dianalisis oleh penulis dalam novel Jane Eyre. Pencitraan ini memiliki kaitan yang erat dengan feminisme karena keduanya merepresentasikan pemikiran dan tingkah laku tokoh utama. Pencitraan atau citra perempuan adalah gambaran yang dimiliki setiap individu mengenai pribadi perempuan .Hal ini juga sejalan dengan pendapat Altenbernd yang terpapar dalam buku Sugihastuti (2000:43) mengenai citraan yaitu Gambar-gambar angan atau pilkiran, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji.
Yang dimaksud dengan citra perempuan dalam novel Jane Eyre yaitu berupa semua wujud gambaran mental dan tingkah laku yang diekspresikan oleh tokoh perempuan. Wujud citra perempuan ini dapat digabungkan dengan aspek fisis, psikis, dan sosial budaya dalam kehidupan perempuan yang melatarbelakangi terbentuknya wujud citra perempuan. Dalam menjaga citranya tersebut, perempuan sebagai individu harus memerankan perannya dengan baik sebagai individu, istri, dan perannya di sosial masyarakat (Sugihastuti, 2000:44)

2.2 Citra Perempuan
2.2.1 Citra Diri Perempuan dalam Aspek Fisis
Dalam sebuah novel, citra fisis Perempuan bisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya. Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik laki-laki dalam novel, maka sering terjadi adanya diskriminasi atau perbedaan baik dalam lingkungan sosial atau keluarga (Sugihastuti, 2000:82)
2.2.2 Citra Diri Perempuan dalam Aspek Psikis
Selain aspek fisis, Perempuan juga dapat direpresentasikan melalui aspek psikisnya. Karena Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Dari aspek psikis ini, citra perempuan juga tidak terlepas dari unsur feminitas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yung melalui Sugihastuti bahwa ;
Prinsip feminitas sebagai sesuatu yang merupakan kecenderungan yang ada dalam diri wanita; prinsip-prinsip itu antara lain menyangkut ciri relatedness, receptivity, cinta kasih, mengasuh berbagai potensi hidup, orientasi komunal, dan memelihara hubungan interpersonal. (2000)
Melalui pencitraan Perempuan secara psikis, bisa dilihat bagaimana rasa emosi yang dimiliki Perempuan tersebut, rasa penerimaan terhadap hal-hal disekitar, cinta kasih yang dimiliki dan yang diberikan terhadp sesama atau orang lain, serta bagaimana menjaga potensinya untuk dapat eksis dalam sebuah komunitas.timbal balik antara citra fisik dan psikis Perempuan dalam novel tidak dapat dipisahkan satu sama lain(Sugihastuti,2000:95)
2.2.3 Citra Sosial Perempuan
Citra sosial Perempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan Sugihastuti (2000); Citra sosial ini memiliki hubungan dengan norma-norma dan system nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat dimana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antarmanusia
Kelompok masyarakat tersebut diatas termasuk kelompok dalam keluarga dan masyarakat luas. Melalui hubungannya dengan masyarakat sosial, dapat terlihat bagaimana cara perempuan tersebut menyikapi sesuatu dan menjalin hubungannya dengan sesama, serta disisi lain perempuan selalu membutuhkan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya.
Disisi lain keterkaitan antara citra perempuan dengan karya sastra baik itu novel, fiksi maupun pengarangnya terutama perempuan adalah ketika sebuah karya sastra seperti novel dibuat terutama cerita novel tersebut mengisahkan tentang seorang perempuan, maka unsur cerita atau pencitraan selalu melekat pada tokoh tersebut. Sementara citra atau pencitraan sendiri yaitu gambaran mengenai setiap individu pada diri perempuan. Citra selalu tergambar dari setiap pemikiran atau tingkah laku tokoh. Citra tersebut dapat berupa citra perempuan secara fisik, psikis, citra perempuan di masyarakat dan keluarga. Sebuah citra dapat dilihat dari sudut pandang perempuan itu sendiri, laki-laki dan masyarakat.
2.3 Feminisme
2.3.1 Sejarah Feminisme
A. Sejarah Singkat Feminisme
Lahirnya gerakan Feminisme yang dipelopori oleh kaum perempuan terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing –masing gelombang keberadaaanya memiliki perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet sebagai pelopornya. Terdapat perkumpulan masyarakat ilmiah untuk pertaman kali dan didirikan di Middleburg, Belanda, pada tahun 1875. Baru ketika menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di Negara-neara penjajah Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Kata feminisme sendiri pertama kali dikreasikan oleh aktivis sosialis utopis yaitu Charles Fourier pada tahun 1837. Kemudian pergerakan yang berpusat di Eropa ini pindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak adanya publikasi buku yang berjudul the subjection of women (1869) karya John Stuart Mill, dan perjuangan ini menandai kelahiran gerakan feminisme pada gelombang pertama.
Memang gerakan ini sangat diperlukan pada saat itu (abad 18) karena banyak terjadi pemasungan dan pengekangan akan hak-hak perempuan. Selain itu, sejarah dunia juga menunjukkan bahwa secara universal perempuan atau feminine merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomorduakan oleh kaum laki-laki atau maskulin terutama dalam masyarakat patriaki. Dalam bidang – bidang sosial, pekerjaan, pendidikan dan lebih - lebih politik hak - hak kaum ini biasanya lebih inferior ketimbang apa yang dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris cenderung menempatkan kaum laki-laki didepan, di luar rumah dan kaum perempuan di rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan tejadinya Revolusi Perancis di abad ke-18 yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan Seluruh dunia.
Selain itu, Suasana tersebut diperparah dengan adanya fundamentalisme agama yang cenderung malakukan opresi terhadap kaum perempuan. Di lingkungan agama Kristen pun ada praktek – praktek dan khotbah – khotbah yang menunjang situasi demikian, ini terlihat dalam fakta bahwa banyak gereja menolak adanya pendeta perempuan bahkan tua-tua jemaat pun hanya dapat dijabati oleh pria. Banyak khotbah - khotbah mimbar menempatkan perempuan sebagai makhluk yang harus ‘tunduk kepada suami’. Maka, dari latar belakang demikian, di Eropa berkembang gerakan untuk ‘menaikkan derajat kaum perempuan’ tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat terjadi revolusi sosial dan Politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat. Di tahun 1792 Mary Wolllstonecraft membuat karya tulis berjudul Vindication of the right of Woman yang isinya dapat dikatakan meletakan dasar prinsip-prinsip feminisme dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek perbudakan, hak hak kaum perempuan mulai diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka member kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini dinikmati oileh kaum laki-laki.
Secara umum pada gelombang pertama dan kedua hal-hal berikut ini yang menjadi momentum perjuangannya: gender inequality, hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak berpolitik, peran gender, identitas gender dan seksualita. Gerakan feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.
Gelombang Kedua
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, yang ditandai dengan lahirnya negara – negara baru yang terbebas dari penjajahan negara-negara Eropa maka lahirlah gerakan Feminisme gelombang kedua pada tahun 1960. Dimana fenomena ini mencapai puncaknya dengan diikutsertakannya kaum perempuan dan hak suara perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dari selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.
Dalam gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis seperti Helene Cixous (seorang yahudi kelahiran Algeria yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Perancis) bersamaan dengan kelahiran dekontruksionis, Derrida. Dalam the laugh of the Medusa, Cixous mengkritik logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin. Sebagai bukan white-Anglo-American Feminist, dia menolak essensialisme yang sedang marak di Amerika pada waktu itu. Julia Kristeva memiliki pengaruh kuat dalam wacana pos-strukturalis yang sangat dipengaruhi oleh Foucaultdan Derrida.
Secara lebih spesifik banyak feminis- individualis kulit putih dan meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiaanya pada perempuan-perempuan dunia ketiga. Meliputi negara –negara Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Dalam berbagai penelitian tersebut, telah terjadi proses universalisme perempuan sebelum memasuki konteks relasi sosialis, agama, ras dan budaya. Spivak membongkar tiga teks karya satra Barat yang identik dengan tidak adanya keasadaran sejarah kolonialisme. Mohanty membongkar beberapa peneliti feminis barat yang menjebak perempuan sebagai obyek. Dan Bell Hooks mengkritik teori feminism amerika sebagai sekedar kebangkitan anglo-white-american-feminisim karena tidak mampu mengakomodir kehadiran black-female dalam kelahirannya.
Banyak kasus menempatkan perempuan dunia ketiga dalam konteks “all women”. Dengan adanya apropriasi bahwa semua perempuan adalah sama. Dalam beberapa karya satra novelis perempuan kulit putih yang ikut dalam perjuangan feminisme yang masih terdapat lubang hitam, yaitu: tidak adanya representasi perempuan perempuan budak dari tanah jajahan sebagai subyek. Penggambaran pejuang feminisme adalah masih mempertahankan posisi budak sebagai yang mengasuh bayi dan budak pembantu di rumah-rumah kulit putih.
Perempuan dunia ketiga tenggelam sebagai penderita yang sama sekali tidak memiliki politik agensi selama sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Selama sebelum perang dunia II pejuang tanah terjajah Eropa yang lebih mementingkan kemerdekaan bagi laki-laki saja. Terbukti kebangkitan semua Negara-negara terjajah dipimpin oleh elit nasionalis dari kalangan pendidikan, politik, dan militer yang kesemuanya adalah laki-laki. Pada era itu kelahiran feminisme gelombang kedua mengalamai puncaknya. Tetapi perempuan dunia ketiga masih dalam kelompok yang bisu.
Dengan keberhasilan gelombang kedua ini, perempuan dunia pertama melihat bahwa mereka perlu menyelamatkan perempuan-perempuan yang teropresi di dunia ketiga, dengan asusmsi bahwa semua perempuan adalah sama. Dengan semua asumsi ini, perempuan dunia ketiga menjadi obyek analisis yang dipisah dari sejarah kolonialisme, rasisme, seksisme, dan relasi sosial.
B. Perkembangan Feminisme Pada Zaman Victorian
Seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai sejarah singkat feminisme yang terbagi menjadi dua gelombang, kajian feminisme sendiri terlalu umum jika dilihat dari perkembangan kelahirannya. Oleh sebab itu, penulis mengklasifikasikan gerakan feminisme berdasarkan era tertentu yang memiliki hubungan dengan pembuatan novel Jane Eyre. Novel Jane Eyre karya Charlotte Bronte dibuat dan dipublikasikan pada tahun 1847 lahir dimasa pemerintahan Ratu Victoria (1837-1901) di Inggris, dimana pada saat itu disebut zaman Victorian.
Pada zaman tersebut tentu saja gaung feminisme belum terlalu besar dikarenakan adanya pengkalsifikasian kelas sosial dan jenis kelamin. Permasalahan yang timbul pada waktu itu adalah kaum perempuan tidak pernah dilibatkan bahkan tidak dianggap ada dalam bidang politik. Beberapa pejuang feminis pada zaman Victorian berjuang untuk merubah kebijakan supaya di masa depan perempuan dapat terlibat dalam bidang politik dan hukum melalui demokrasi. Selain itu kaum feminis juga berjuang untuk menghapus adanya penempatan perempuan dirumah saja serta peran suami istri yang berbeda. (http://www.bookspot.com/features/victorian.htm,)
Charlotte Bronte sebagai seorang pengarang yang hidup pada masa itu juga mengalami ketertindasan dan pengklasifkasian peran. Bahkan, pada saat itu seorang pengarang perempuan seperti dirinya tidak berani mempublikasikan identitas aslinya dikarenakan adanya pandangan yang rendah terhadap pengarang perempuan.Seperti yang terpapar dalam http://www.bookspot.com/features/victorian.htm, penulis menyimpulkan bahwa pada saat itu Bronte hanya membuat puisi untuk dipublikasikan, namun seiring perkembangan karya sastra pada saat itu Bronte mengarang sebuah novel yang berjudul Jane Eyre. Perkembangan kesusastraan di Inggris pada waktu itu memang sangat bervariasi. Zaman Victorian adalah zaman yang paling menakjubkan atau zaman yang bagus bagi kelahiran sebuah novel Inggris, karena saat itu para pengarangnya membuat novel yang realistis yang syarat dengan karakter tokoh yang kuat dan plot yang berkesinambungan. Kehadiran novel pada zaman itu sedikit banyak menggambarkan tentang cerita kehidupan nyata dan ditujukan sebagai sarana penghibur masyarakat kelas menengah.
Charlotte Bronte yang mengarang novel Jane Eyre yang sangat kental dengan nuansa feminismenya juga mencantumkan beberapa pesan dan gambaran mengenai hidupnya dalam novel. Novel Jane Eyre yang bertemakan moral, agama, kelas sosial dan gender. Melalui tema tersebut Charlotte ingin menghapuskan streotipe mengenai perempuan pada zaman Victorian. Seperti yang penulis kutip dari http://www.bookspot.com/features/victorian.htm;
“Women are supposed to be very calm generally; but women feel just as men feel; thety need exercise for their faculties, and a field for their efforts as much as their brothers do; they suffer from too rigid a restraint, too absolute a stagnation, precisely as men would suffer; and it is anarrow-minded in their more previliged fellow-creatures to say that they ought to confine themselves to making puddings and knitting stockings, tp playing on the pianoi and embroidinbg bags. It is thoughtless to condems them, or laugh at them, if they seek to do kore or learn more than custom has pronounced necessary for their sex”
Dari ungkapan kutipan tersebut diatas cukup jelas bahwa pada zaman Victorian memang perempuan hanya berperan disekitar rumah dan melakukan aktivitas seperti merawat dan menjaga tubuhnya untuk laki-laki dan melakukan pekerjaan rumah untuk melayani laki-laki. Jane Eyre memang cukup merepresentasikan keinginan Charlotte untuk merombak ketertindasan dan sub-ordinat perempuan.
Seperti yang telah diungkapkan oleh penulis di Bab 1 bahwa perjuangan yang dilakukan oleh tokoh Jane Eyre pada saat itu sejalan dengan perjuangan emansipasi perempuan yang mencerminkan konsep feminisme liberal.

C. Feminisme dan Sastra
Karena yang menjadi bahan analisis adalah sebuah novel yang merepresentasikan feminisme maka sudah sepatutnya jika penulis memaparkan perkembangan atau peran gerakan feminisme dalam kesusastraan terutama yang tertuang dalam novel. Di dunia sastra Barat memang terjadi pengklasifikasian antara laki-laki dan perempuan dalam bidang kesusastraan. Hal ini menyangkut peran laki-laki yang lebih dominan dan menganggap perempuan sebagai objek. Tokoh yang sangat terkenal dalam perkembangan gerakan feminisme dalam bidang kesusastraan adalah Elaine Showalter. Beliau adalah yang memperkenalkan ginokritik. Definisi ginokritik sendiri adalah sebuah kajian yang menjelaskan mengenai gambaran karya sastra yang membahas perbedaan hasil penulisan laki-laki dengan perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Showalter dalam Contemporary Literary Criticsm karya Robert Con Davis (1994) bahwa kajian ginokritik memang menawarkan banyak keuntungan. Ginokritik mengarah pada perhatian bahwa perempuan memang berperan dalam sebuah pembuatan karya sastra. Baik itu sebagai pengarang ataupun pembaca, dimana ketika sebuah karya sastra ditulis oleh perempuan maka akan menimbulkan kesan tertentu dan menunjukkan bahwa memang perempuan memang ada dalam karya sastra. Ginokritik juga memaparkan hubungan perempuan dengan teks-teks yang dibuat oleh pengarang perempuan, hubungan tulisan perempuan dengan tubuh perempuan, tulisan perempuan dengan bahasa perempuan, tulisan perempuan dengan psikis perempuan dan hubungan perempuan dengan budaya perempuan.
Kajian ginokritik tersebut memang tercermin dalam novel Jane Eyre, Charlotte Bronte memang ingin menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk menulis sebuah karya sastra yang sangat kental dengan nuansa feminisnya, dimana sebelumnya sebuah karya mengenai perempuan hanya bisa dibuat oleh laki-laki dengan menggunakan sudut pandang laki-laki juga. Namun ginokritik bukan bermaksud untuk menghapuskan hasil tulisan laki-laki dan perempuan. Ginokritik memiliki tujuan untuk memahami bahwa kekhususan tulisan perempuan bukan sebagai produk seksisme dan kenyataan bahwa perempuan memang memiliki hubungan dengan budaya sastra (Con Davis, 1994)
Dari pemaparan diatas, pergerakan feminisme yang merambat ke dunia sastra juga memiliki hubungan dengan peran feminisme dalam diri pengarang seperti yang telah dijelaskan diatas, juga peran feminisme yang dapat tercermin dalam sebuah tokoh cerita. Cerminan feminisme dalam sebuah tokoh cerita dapat terlihat ketika seorang tokoh cerita menglami pergerakan untuk berubah dan berjuang untuk pembebasan dirinya dari ketertindasan dan perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan hak yang adil sama seperti yang dimiliki oleh laki-laki.

2.3.2 Pengertian Feminisme
Seiring dengan pergerakannya untuk memperjuangkan emansipasi wanita, dan menghapuskan gender, feminisme bisa dikatakan sebagai sebuah ideology yang berusaha melakukan pembongkaran system patriarki, mencari akar atau penyebab ketertindasan perempuan serta mencari pembebasannya. Dengan kata lain feminisme adalah teori untuk pembebasan wanita. Seperti yang pernyataan berikut ini;
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman, berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah, masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis cultural). Dengan kalimat lain, male –female mengacu pada seks, sedangkan masculine-feminine mengacu pada jenis kelamin atau gender, sebagai he dan she (shelden, 1986), jadi tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan Cara Cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi (Ratna, 2005:184).
Dari ungkapkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan feminisme dilakukan untuk mencari keseimbangan gender. Pengertian gender sendiri adalah wacana yang membahas segala tingkah laku wanita dan hubungan sosialnya dengan laki-laki. Hal ini berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Keseimbangan gender adalah untuk mensejajarkan posisi maskulin dan feminine dalam konteks satu budaya tertentu. Mengapa dikatakan demikian? Hal ini dikarenakan, dalam satu budaya tertentu feminine sering dianggap inferior, tidak mandiri dan hanya menjadi subjek. Untuk itu feminisme bisa juga dikatakan sebagai gerakan untuk memperjuangkan kaum perempuan menjadi mandiri dan dapat menjadi subjek atau pemegang kehidupan.
Karena gerakan feminisme ini merupakan sebuah ideologi yang bertujuan untuk menciptakan dunia bagi kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan sosial, feminisme berkembang menjadi beberapa bagian seperti feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme anarkis, feminisme sosialis, feminisme postkolonial, feminisme postmodern, feminisme sosialis. Bahkan dalam agama tertentu juga ada gerakan feminisme untuk mensejajarkan peran kaum perempuan dengan laki-laki. Berikut ini definisi serta hal –hal yang menjadi penyebab lahirnya berbagai macam feminisme. Sementara pembahasan mengenai Feminisme Liberal akan dibahas tersendiri, dengan tujuan adanya pembahasan Feminisme Liberal yang lebih terfokus mengingat aliran Feminisme ini adalah konsep yang akan dianalisis yang tersirat pada tokoh utama novel Jane Eyre.
2.4 Aliran Feminisme
a. Feminisme Radikal
Feminisme radikal yang lahir diBarat pada tahun 70an memperjuangkan penghapusan adanya seperatisme pada perempuan. Pergerakan ini muncul karena adanya peran seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat yang terjadi pada tahun 60an. Feminisme radikal juga befokus untuk melawan kekerasan seksual dan industry pornograpi. Feminisme radikal juga memiliki pemikiran bahwa kaum laki-laki adalah musuh perempuan karena mereka hidupnya hanya merugikan dan mengambil keuntungan belaka dari kaum perempuan. Hal ini juga terlepas bahwa penindasan yang dialami perempuan terjadi akibat sistem patriaki. (Tong: 2006)
b. Feminisme Anarkis
Feminisme anarkis yang mencita-citakan masyarakat sosialis ini menganggap Negara dan laki-laki adalah musuh utama kaum perempuan, karena keduanya merugikan dan membuat perempuan menjadi lebih terpuruk dan sumber penindasan ini harus dihancurkan sesegara muingkin. Kaum perempuan yang aktif menyuarakan gerakan ini bekerja lewat jaringan – jaringan dan mengangap bahwa organisasi yang sifatnya ketat dan sangat disiplin dapat melanggar kebebasan bagi individu (Tong: 2006)
c. Feminisme Sosialis
Feminisme sosialis ini menggunakan analisis pada kelas dan gender untuk memahami penindasan yang dialami oleh perempuan. Feminisme sosialis memperjuangkan gerakan untuk menghapuskan system kepemilikan. Seperti lembaga perkawinan dimana laki-laki menganggap dalam lembaga ini perempuan dan proverty merupakan kepemilikan dari suami. Feminisme sosialis ini juga sependapat dengan faham feminisme radikal yang menganggap patriarkallah sumber penindasan perempuan (Tong: 2006)

d. Feminisme Postkolonial
Sesuai dengan namanya yaitu postcolonial, gerakan feminisme ini dilakukan oleh kaum perempuan di dunia ketiga yaitu kaum perempuan yang berada didaerah jajahan. Mereka mengadakan pergerakan untuk menuntut persamaan hak dan penghapusan penindasan gender. perempuan yang berada didaerah koloni mengalami beban yang lebih berat karena selain mengalami penindasan gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku ras, dan agama(http://fathersforfille.org/feminism/feminism term defined.htm[->0])
e. Feminisme Postmodern
Gerakan feminisme ini awalnya berkembang di Uni Sovyet dan Eropa Timur. Mereka berpendapat bahwa gerakan feminisme tidak akan berhasil membebaskan suatu kaum perempuan, hal ini hanya akan membebaskan perempuan secara individu. Lahirnya ide posmo menurut pemikiran feminisme postmodern adalah sebuah ide yang absolute dan anti otoritas. Gagalnya modernitas dan pemisahan secara berbeda- Beda pad tiap fenomena sosial dikarenakan penentangnya pada penguniversalan pengetahuan akan ilmiah dan sejarah. (http://fathersforfille.org/feminism/feminism term defined.htm[->1])
2.5 Feminisme Liberal
Feminisme liberal adalah salah satu bentuk feminisme yang mengusung adanya persamaan hak untuk perempuan dapat diterima melalui cara yang sah dan perbaikan perbaikan dalam bidang sosial, dan berpandangan bahwa penerapan hak-hak wanita akan dapat terealisasi jika perempuan disejajarkan dengan laki-laki. Hal tersebut seiring dengan beberapa sumber teori mengenai feminisme liberal;
Apa yang disebut sebut sebagai feminisme liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan public. Setiap manusia demikian menurut mereka punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasionl, begitu pula pada perempuan, akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus memperispkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka “persaingan bebas” dan punya kedudukan setara dengan laki-laki. (http://en.wikipedia.org/wiki/liberal_feminism) Selain itu pendapat tersebut diatas, sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Tong (2006:18) bahwa:
Tujuan umum dari feminisme liberal adalah untuk menciptakan “masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang”. Hanya dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki – laki dapat mengembangkan diri.
Feminisme liberal berpandangan bahwa kaum perempuan harus mempersiapkan dirinya untuk dapat mensejajarkan kedudukannya dengan laki-laki dengan cara mengambil berbagai kesempatan yang menguntungkan serta mengenyam pendidikan, mengingat bahwa perempuan adalah mahluk yang rasional dan bisa berpikir seperti laki-laki.
Feminisme liberal juga cenderung melihat gejala – gejala yang menjadi sumber utama penindasan terhadap wanita, antara lain:
1. Stereotipe gender dan devaluasi wanita.
2. Pembagian tenaga kerja, ada klasifikasi pekerjaan perempuan dan pekerjaan laki – laki.
3. Rendahnya gaji yang diterima oleh perempuan.
4. Pembatasan jabatan pada jabatan yang tinggi untuk perempuan.
5. Kurangnya perawatan pada anak untuk ibu – ibu yang bekerja diluar rumah.
6. Pembatasan akan aborsi.
7. Kurangnya dukungan pada wanita karir.
8. Tingginya intensitas waktu yang dihabiskan untuk membereskan pekerjaan rumah dan merawat anak-anak.
Feminisme liberal menginginkan kebebasan untuk kaum perempuan dari opresi, patriarkal, dan gender. Aliran ini juga mencakup 2 bentuk pemikiran politik yaitu Clasiccal Liberalism dan Welfare Liberalism; Classical Liberalism percaya bahwa idealnya, Negara harus menjaga kebebasan rakyatnya, dan juga memberi kesempatan kepada individu-individu untuk menentukan kepemilikannya. Disisi lain, Welfare Liberalism, percaya bahwa Negara harus fokus akan keadilan ekonomi daripada kemudahan – kemudahan untuk kebebasan sipil. Mereka menganggap program pemerintah seperti keamanan sosial dan kebebasan sekolah sebagai cara untuk mengurangi ketidakadilan dalam masyrakat sosial. Baik classical maupun Welfare Liberalism percaya bahwa campur tangan pemerintah dalam kehidupan pribadi mereka tidaklah dibutuhkan. (Tong: 2006).
Feminisme liberal juga menciptakan dan mendukung perundanga- undangan yang menghapuskan halangan-halangan pada perempuan untuk maju. Perundang – undangan ini memperjuangkan kesempatan dan hak untuk perempuan, termasuk akses yang mudah dan setaranya upah yang diterima oleh perempuan dengan laki- laki.
Perkembangan gerakan feminisme liberal sendiri terbagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Perkembangan feminisme pada abad 18. Pada abad 18 gerakan feminisme liberal menyuarakan pendidikan yang sama untuk perempuan. Karena lahirnya gerakan feminisme liberal ini berawal dari anggapan nalar laki-laki dan perempuan memiliki kapasitas yang berbeda maka kaum feminisme liberal mengusung pendidikan sebagai jalan untuk menyetarakan kemampuan nalar laki-laki dengan perempuan, selain itu melalui pendidikan juga perempuan dapat menyetarakan posisinya dimasyarakat agar tidak dipandang sebelah mata dan ditindas lagi. Selain itu hak pendidikan bagi perempuan juga dilator belakangi oleh kritikan Wollstonecraft terhadap Email sebuah novel karya Jean Jackques Rosseau yang membedakan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa pendidikan yang diterima oleh laki-laki lebih menekankan pada hal-hal yang rasional dan ilmu –ilmu yang mempelajari ilmu alamiah, sosial dan humaniora karena nantinya akan menjadi seorang kepala keluarga, sedangkan pendidikan yang diterima oleh perempuan lebih menekan pada emosional atau ilmu – ilmu seperti pusisi dan seni karena nantinya perempuan akan menjadi seorang istri yang pengertian, perhatian dan keibuan. Dari hal tersebut maka feminisme liberal menyuarakan jalan keluar sebuah pendidikan yang setara dengan laki-laki dengan cara mengajarkan hal-hal yang rasionalitas sehingga perempuan juga dapat menajdi mahluk yang mandiri (Tong; 2006).
2. Perkembangan feminisme liberal pada abad 19. Pada abad ini kaum feminisme liberal menyuarakan hak hak sipil yang harus diterima oleh kaum perempuan dan kesempatan Ekonomi bagi perempuan. Kaum feminisme liberal memiliki pendapat bahwa pendidikan saja tidak cukup untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan. Untuk itu, harus ada kesempatan ekonomi yang harus diberikan pada perempuan agar kesetaraan dapat dicapai. Kesempatan untuk berperan dalam ekonomi dan dijamin hak-hak sipil bagi perempuan diantara hak untuk berorganisasi, hak untuk kebebasan berpendapat, hak untuk memih dan hak milik pribadi. (Tong; 2006).
3. Perkembangan feminisme liberal abad 20. Pada abad ini perkembangan feminisme liberal ditandai dengan lahirnya gerakan atau organisasi yang menyurakan hak-hak perempuan, seperti NOW (National Organization for Women). Organisasi ini juga tidak lain bertujuan menyarakan agar perempuan dapat memiliki hak atau kesempatan pendidikan dan ekonomi agar dapat setara dengan laki-laki. (Tong; 2006).
Selain itu, pada masa perkembangannya, feminisme liberal juga diiringi oleh perkembangan terbitnya buku-buku yang menyuarakan hak-hak perempuan. Seperti the Feminine Mysitique dan the Second Stage. Meskipun buku the Feminine Mystique lahir di Amerika, namun hal ini tetap memiliki hubungan dengan perkembangan feminisme pada zaman Victorian dan pemunculan novel Jane Eyre. The feminine Mystique karya Betty Freidan yang dipublikasikan pada tahun 1963 ini memaparkan bahwa kaum perempuan Amerika memiliki masalah yang sangat berat dan berharap masyarakat pada saat itu dapat memahaminya. Friedan saat itu menamai masalah tersebut dengan nama “the problem that has no name”. Mengapa demikian? Karena masalah yang timbul pada saat itu memang membuat perempuan Amerika depresi, seperti perannya sebagai istri dalam sebuah keluraga, juga sebagai ibu yang harus menyiapkan melayani kebutuhan suami dan keluarga. (www.enotes.com/feminine-mystique/)

[->0] - http://fathersforfille.org/feminism/feminism
[->1] - http://fathersforfille.org/feminism/feminism

Similar Documents

Free Essay

Kepemimpinan

...KEPEMIMPINAN ADALAH KEMAMPUAN YANG BISA DIPELAJARI □ Kualitas pemimpin tercipta dari usaha dan kemauan. Kepemimpinan bukan kemampuan yang ditentukan dari bawaan sejak lahir, tapi diperoleh dari pembelajaran. Kepemimpinan bukan bakat, tapi bisa dikatakan keterampilan yang bisa dipelajari dan diperoleh melalui upaya dan usaha. Ada orang yang mengeluh ketika ditunjuk untuk diangkat menjadi kepala dari suatu departemen, [Saya tidak cocok menjadi kepala], [Apakah manusia tidak berkualitas seperti saya benar-benar pantas menjadi pemimpin ]. Tetapi, kekhawatiran seperti ini tidak berguna. Karena tidak jarang dalam perusahaan bisnis terdapat istilah “Jabatan/status lah yang membentuk karakter orang”. Orang yang tadinya tidak memiliki kualitas menjadi kepala departemen, setelah menjabat sebagai kepala departemen, sifat-sifat yang sesuai dengan jabatan itu seperti wibawa dan martabat akan muncul dan melekat. Hal semacam ini sering terjadi. Tentu saja untuk menjadi pemimpin yang baik memerlukan usaha. Selalu memiliki kesadaran sebagai pemimpin, memberikan bimbingan dan dukungan kepada bawahan, dan bersikap agar menjadi kebaikan bagi seluruh kelompok. Jika terus menerus berbuat seperti itu, akan menerima dukungan yang kuat dari bawahan, dan siapapun bisa menjadi manusia yang layak menjadi pemimpin. ♦ Pemimpin tidak perlu karismatik Contohnya, di liga bola basket Amerika yang disebut...

Words: 515 - Pages: 3

Free Essay

No One

...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama olehsebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,adat istiadat,bahasa, perkakas, pakaian , bangunan,dan karya seni.        Bahasa,sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.        Manajemen lintas budaya (cross-cultural management) yang sejati adalah bagaimana mengelola perbedaan cara pikir dan cara pandang yang beragam. Manajemen lintas budaya yang hanya mengelola tatanan fisik seperti apresiasi makanan, tradisi, dan bahasa tidak akan menghasilkan hasil optimal dari sebuah kelompok yang multi-kultur.          Satu hal teramat penting yang perlu disadari para manajer dan siapapun yang berhadapan dengan keadaan lintas budaya adalah manajemen lintas budaya bukan berarti menyatukan cara pikir dan cara pandang. Dengan begitu justru kita menegasikan keunggulan keragaman budaya dan keragaman berpikir. Sesuai namanya, manajemen lintas budaya adalah mengelola keragaman ini. Ketika kita bekerja dengan orang Amerika dan Eropa, kita perlu paham cara berpikir mereka yang memang jauh lebih individualis daripada kita. Mereka juga memerlukan lebih banyak kepastian...

Words: 952 - Pages: 4

Free Essay

Pertemuan Rutin Di Luar Kelas Sebagai Penawar Kegalauan Siswa Baru Program Bipa

...Pertemuan Rutin di Luar Kelas Sebagai Penawar Kegalauan Siswa Baru Program BIPA Vidi Sukmayadi Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia Vidi_owen@yahoo.com Saripati Bagi siswa BIPA yang datang dan belajar di Indonesia untuk pertama kalinya, gegar budaya, rasa frustasi dan kegalauan hati adalah hal yang wajar sebagai suatu proses transisi. Para siswa harus menghadapi tak hanya tantangan akademis, namun juga tantangan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang benar-benar baru. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan mengadakan pertemuan khusus secara rutin yang mampu mengakomodasi rasa galau siswa yang diakibatkan oleh berbagai hal bersifat non-akademis selama berada di Indonesia. Selain itu pertemuan tersebut juga harus menyoroti perkembangan dan proses belajar mengajar yang tengah berlangsung. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis melakukan studi kasus pada siswa-siswa BIPA yang baru pertama kali datang ke Indonesia dan belum memiliki keterampilan berbahasa Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui opini para siswa BIPA mengenai dampak pertemuan rutin tersebut terhadap kemajuan belajar mereka. Tujuan berikutnya adalah untuk melihat kemajuan akademis siswa BIPA pascapertemuan tersebut yang didasari dari opini siswa dan nilai akademis pada tengah dan akhir semester. Hasil studi ini menunjukkan bahwa para siswa merasa bahwa pertemuan rutin tersebut bermanfaat bagi proses belajar, pengalaman bahasa, dan adaptasi budaya mereka. Kata kunci: siswa BIPA,siswa...

Words: 3023 - Pages: 13

Free Essay

Tourism

...A. DESKRIPSI MODUL Modul berjudul Memberikan Bantuan Layanan Transfer Kedatangan dan Keberangkatan, Kode Unit PARUJPFTG02C, merupakan pedoman untuk membantu guru/instruktur melatih peserta didik dalam program keahlian Usaha Perjalanan Wisata. Isi modul ini terdiri dari : * Informasi tentang standar kompetensi yang akan dicapai * Materi yang diperlukan untuk menguasai unit kompetensi terkait * Kegiatan yang diperlukan untuk menguasai unit kompetensi ini * Saran-saran strategi pengujian (assessment) B. PRASYARAT Sebaiknya peserta diklat sudah kompeten dalam : * PARUJPFTG01C Bekerja Sebagai Pramuwisata * PARUJPFTG05C Memimpin Rombongan Tur * PARUJPFTG06C Menyiapkan dan Mempresentasikan Komentar Pemanduan Pada Tur C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Petunjuk Bagi Siswa * Menyimak isi dari materi modul ini dengan cermat dan teliti * Mencermati penjelasan guru dan mengikuti langkah-langkah pemelajaran / penugasan, antara lain : * Bekerja dalam kelompok untuk mencari informasi dari sumber belajar lain (melaksanakan tugas diluar jam tatap muka) * Membaca dan merangkum informasi dari sumber belajar lain : buku, majalah, Koran, internet dan lain-lain. * Memecahkan masalah studi kasus dan mempresentasikan * Bila merasa siap, hubungi guru untuk persiapan uji kompetensi * Bila sudah dinyatakan kompeten, dapat melanjutkan ke modul berikutnya dengan konsultasi pada pembimbing...

Words: 5785 - Pages: 24

Free Essay

Auto Salon Business Plan

...DAFTAR ISI BAB I Gambaran Umum Bisnis.................................................................................................... ......4 1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... ......4 1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................ .......5 1.3 Ruang Lingkup Bisnis........................................................................................................... .......5 1.4 Stakeholder.................................................................................................................................6 1.5 Pendekatan ................................................................................................................................7 BAB II Rencana Pemasaran...............................................................................................................8 2.1 Deskripsi Sektor Industri.............................................................................................................8 2.2 Analisis Potensi Pasar dan Kompetitor.......................................................................................9 2.3 Analisis STP................................................................................................................................10 2.3.1 Segmenting........................................................

Words: 6719 - Pages: 27

Free Essay

Pedang Ular Merah

...Pedang Ular Merah Karya : Kho Ping Hoo Djvu : Widodo & Dewi KZ Converter : Hendra & Dewi KZ Ebook pdf oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info Jilid 01 Pegunungan tai hang san di perbatasan Mongolia merupakan daerah pegunungan yang amat luas dan di situ penuh dengan hutan-hutan liar yang jarang dikunjungi manusia. Di puncak bukit yang paling ujung yakni di bagian barat terdapat sebuah hutan yang benarbenar masih liar dan belum pernah ada manusia berani memasukinya. Hutan ini terkenal menjadi sarang binatang buas, terutama sekali banyak terdapat ular berbisa semacam ular yang berkulit merah dan tidak terdapat di lain bagian dunia akan tetapi yang banyak terdapat di hutan itu, membuat hutan itu dinamakan hutan ular merah. Pada suatu pagi yang sejuk dengan sinar matahari yang cerah terdengarlah suara nyaring dan merdu dari seorang anak perempuan berusia paling banyak enam tahun, anak itu mungil dan cantik sekali dengan sepasang matanya yang bening kocak dan dua kuncir rambutnya yang panjang dan hitam. Tiap kali ia menggerakkan kepalanya, kuncirnya itu menyabet ke kanan ke kiri dan kalau kuncirnya melewati pundak lalu jatuh bergantung di atas pundaknya ke depan, ia tampak lucu dan manis. Sambil memetik bunga-bunga hutan yang beraneka warna, anak ini bernyanyi dengan merdu. Akan tetapi sungguh mengherankan suaranya yang amat merdu itu bcrlawanan sekali dengan kata-kata nyanyiannya yang dapat...

Words: 126872 - Pages: 508

Free Essay

Perahu Kertas

...Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana: Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dee PERAHU KERTAS © 2009, Dee / Dewi Lestari Editor: Hermawan Aksan Proof Reader: Jenny Jusuf Reza Gunawan Desain Sampul: Kebun Angan www.kebun-angan.com Tata Letak Isi: Irevitari Kontak Dee: Jenny Jusuf +62-817 992 8558 Email: j3nnyjusuf@yahoo.com Penerbit: Bentang Pustaka Truedee Pustaka Sejati Jl. Pandega Padma no 19 Jl. Rajawali no 2 Yogyakarta 55824 Bandung...

Words: 89668 - Pages: 359