Free Essay

Kewajiban Dalam Buddhisme

In:

Submitted By suandy93
Words 2610
Pages 11
KEWAJIBAN DALAM PERSPEKTIF BUDDHIS

Tugas 5
AGAMA BUDDHA II
Dosen Pengampu :
J. Effendie Tanumihardja, Dr. Dr. Ir. SU

DISUSUN OLEH :
SUANDY HALIM
11/315631/EK/18449

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

Pengertian Hak Dan Kewajiban
Kehidupan akan lebih harmonis jika manusia mengerti dan melaksanakan hak maupun kewajibannya. Hak merupakan kewenangan untuk bertindak, kewenangan untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya diperoleh. Sedangkan kewajiban merupakan tindakan untuk memenuhi dan melaksanakan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Hak dan kewajiban berlaku dalam kehidupan baik sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota sekolah, masyarakat dan sebagai Warga Negara.
Antara hak dan kewajiban saling berhubungan, seseorang belum tentu mendapatkan haknya jika tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik. Demikian pula orang belum tentu melaksanakan kewajibannya jika haknya tidak dipenuhi. Tetapi lebih baik jika terlebih dahulu melaksanakan kewajiban sebelum mendapatkan yang menjadi haknya. Hak dan kewajiban disebut juga dengan kewajiban timbal balik yang akan terlaksana dengan baik jika berlangsung dua arah.
Kewajiban timbal balik dikhotbahkan oleh Buddha dalam Sigalovada Sutta kepada pemuda Sigala ketika beliau ber-pindapata. Khotbah ini diberikan ketika pagi-pagi sekali Sigala dengan rambut dan pakaian basah, menyembah ke berbagai arah bumi dan langit untuk melaksanakan pesan ayahnya sebelum meninggal. Sigala merupakan pemuda yang tidak pernah mengunjungi Buddha. Karena itu, sebelum meninggal ayahnya berpesan agar Sigala menyembah arah bumi dan langit, dengan harapan agar Buddha melihat tindakan tersebut dan menunjukkan jalan benar kepada putranya.
Kepada Sigala, Buddha menjelaskan bahwa penghormatan terhadap enam arah dilakukan dengan memandang enam arah sebagai pelaksanaan kewajiban timbal balik kepada:
a) Ayah dan ibu sebagai arah Timur;
b) Guru sebagai arah Selatan;
c) Istri dan anak sebagai arah Barat;
d) Sahabat sebagai arah Utara;
e) Pelayan sebagai arah bawah, dan
f) Para Pertapa sebagai arah atas
Setelah mendengarkan khotbah Buddha, Sigala memuji kemudian menyatakan berlindung kepada Buddha dan meminta agar diterima sebagai murid Buddha (upasaka). Khotbah inilah yang dijadikan pedoman umat Buddha dalam melaksanakan kewajiban timbal balik terhadap orang-orang yang berhubungan dengan kehidupannya.

Hak dan Kewajiban dalam Keluarga
Salah satu kewajiban yang harus diperoleh dan dilaksanakan adalah hak dan kewajiban terhadap keluarga. Keluarga merupakan sekelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari orang tua dan anak. Orang tua terdiri ayah sebagai suami dan ibu sebagai istri. Kewajiban timbal balik dalam keluarga dilaksanakan oleh orang tua kepada anak dan anak kepada orang tua.
Kehidupan orang tua dengan anak akan bahagia jika kedua belah pihak memahami hak dan kewajiban masing-masing. Anak akan mengerti hak dan kewajibannya jika diberitahu oleh orang tunya melalui pendidikan keluarga. Namun demikian anak akan lebih mengerti kewajibannya jika orang tua telah melaksanakan kewajibannya terhadap anak.
a. Kewajiban anak terhadap orang tua
Kasih sayang orang tua sangatlah besar dan tidak dapat dibalas dengan materi apapun. Orang tua sangat berjasa bagi anak-anaknya dalam berbagai segi kehidupan karena telah melahirkan, merawat, melindungi, memberikan; kebutuhan, pendidikan, moral dan kasih sayang. Dengan melaksanakan kewajiban, setidaknya anak telah membalas budi meskipun orang tua tidak pernah mengharapkannya. Simaklah kisah “Lelaki tua dan tongkat” di bawah ini:
Ketika Buddha di Savatthi terdapat keluarga dengan empat anak laki-laki yang memiliki delapan ratus ribu keping uang. Ketika anak-anak sudah dewasa, mereka mengatur perkawinandan memberi masing-masing seratus ribu keping uang. Ketika ibu anak-anak itu meninggal dunia, anak-anak berpikir :
"Kalau ayah kawin lagi, maka harta keluarga akan dibagi juga kepada anak-anak dari isteri mudanya dan tidak ada lagi yang tersisa untuk kita. Mari saudara-saudaraku, kita membantu ayah dan menenangkan hatinya."
Sambil menunggu waktu yang tepat, mereka melayani ayah mereka dengan menyediakan makanan enak, pakaian yang terbaik, memijati tangan kaki serta mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga ayah mereka. Mereka lalu berkata :
"Ayah, kami berjanji akan merawat ayah selama hidupmu, berikanlah kekayaan ayah kepada kami." Kemudian masing-masing dibagi seratus ribu keping uang, sehingga laki-laki tua itu tidak mempunyai uang.
Beberapa hari, anak laki-laki paling tua merawatnya, sampai suatu hari, menantu perempuannya sambil berdiri di depan pintu gerbang berkata: "Ayah, apakah kamu memberikan anakmu yang paling tua ini lebih banyak seratus atau seribu keping uang daripada anakmu yang lain? Kamu hanya memberikan kepada setiap anak dua ratus ribu keping uang. Apakah kamu tidak tahu jalan ke rumah anak-anakmu yang lain?"
Orangtua yang mendengar kata-kata yang kasar dari menantunya itu menjadi marah, lalu pergi ke rumah anak kedua. Tetapi ia mengalami hal yang sama di rumah anak kedua, ketiga, dan anak yang bungsu. Ia tidak mempunyai tempat berteduh sehingga meminta makanan dari rumah ke rumah, ia terlunta-lunta. Lalu ia pergi menemui Buddha dan menceritakan semua yang dialaminya. Buddha memberinya nasehat agar mengulang syair tentang sikap anak-anaknya di hadapan kerumunan orang.
Ketika orangtua itu tiba di kerumunan orang-orang dan anak-anaknya juga ada di antara kerumunan itu, ia mengulang syair yang diajarkan Buddha. Orang-orang yang mendengar syair itu marah kepada keempat anak laki-laki tua itu. Mulai sejak itu berlakulah suatu hukum kemoralan, apabila seseorang yang telah dirawat oleh ayah dan ibunya dan ia tidak mau merawat kembali ayah dan ibunya yang sudah tua, maka orang itu harus mati. Anak-anak laki-laki tua itu dengan ketakutan segera berlutut di hadapan ayah mereka, memohon ampun kepadanya supaya mereka tidak dihukum mati, dengan berkata :
"Ayah ampunilah segala kesalahan kami. Selamatkanlah jiwa kami."
Orangtua yang mendengar anak-anaknya memohon ampun atas segala kesalahan mereka, menjadi lemah hatinya, ia lalu meminta kepada kerumunan orang-orang itu agar mengampuni anak-anaknya.
Keempat anak laki-laki itu amat ketakutan, kemudian menggendong dan mendudukkan ayahnya di kursi, lalu membawanya pulang. Mereka membersihkan tubuh ayahnya, memandikan dan memberinya bedak dan minyak wangi. Mereka lalu berkata kepada isteri mereka masing-masing :
"Mulai sekarang kamu harus merawat ayahku dengan baik, kalau kamu menolak, aku akan menghukummu."

b. Kewajiban orang tua terhadap anak
Seorang ibu muda membawa anaknya ke kolam pemandian umum untuk memandikan anaknya. Si ibu muda lalu turun ke kolam, anaknya berbaring sendirian di tepi kolam. Seorang wanita melewati jalan di tepi kolam, ketika ia melihat bayi yang sedang terbaring sendirian, ia tertarik dan berhenti, memperhatikan bayi mungil itu dengan seksama.
Kemudian wanita itu berkata : "Saudariku, saya senang melihat bayimu ini. Bolehkah saya memegangnya sebentar saja?" Si ibu muda tidak melarangnya. Kemudian wanita itu bertanya lagi : "Bolehkah saya menggendong bayi ini?" Ibu muda itu menjawab : "Boleh saja, silahkan." Wanita itu menggendong bayi itu sebentar, lalu membawanya pergi. Si ibu muda cepat-cepat keluar dari kolam dan mengejar wanita itu lalu menarik tangan wanita itu dan meminta bayinya, tetapi wanita itu tidak mau memberikannya, bahkan ia mengakui bahwa bayi itu anaknya. Sebaliknya, ia menuduh ibu muda itu mau mencuri anaknya.
Kedua wanita itu bertengkar, memperebutkan bayi mungil itu. Akhirnya mereka sampai di Gedung Pertemuan, tempat Pertapa Mahaushada yang adil dan bijaksana berada. Kedua wanita itu menceritakan apa yang telah terjadi. Sesudah mendengar cerita keduanya, pertapa itu bertanya : "Apakah kalian berdua akan dapat menerima keputusan saya?"
Mereka menjawab : "Ya, tuanku." Pertapa itu membuat garis lurus di tengah ruangan, lalu membaringkan si bayi di tengah-tengah garis. Ia meminta kedua wanita itu berdiri, si wanita dimintanya mengangkat dan memegang kaki si bayi, dan ibu muda itu diminta untuk memegang lengan bayinya. Pertapa meminta mereka untuk saling menarik lengan dan kaki bayi tersebut, sehingga sang bayi menangis kesakitan. Ibu muda segera berhenti menarik dan melepaskan bayinya, ia menangis tersedu-sedu.
Pertapa Mahaushada berbalik ke kerumunan orang yang ada di ruangan gedung itu dan bertanya : "Apakah kasih seorang ibu adalah kasih yang penuh dengan kelembutan terhadap anaknya ataukah ada kasih yang lain?"
Mereka menjawab : "Tentu saja, kasih seorang ibu, adalah kasih yang penuh dengan kelembutan terhadap anaknya." Pertapa itu bertanya lagi : "Kemudian, siapakah ibu yang sejati; wanita yang melepaskannya ataukah yang menariknya dengan kencang?"
Orang-orang itu menjawab :
"Ibu sejati adalah wanita yang melepaskan anaknya, karena ia tidak ingin menyakitinya."Segera saja ibu yang sejati itu mengambil anaknya dari wanita itu, lalu menciuminya dengan penuh kasih. Setelah berterima kasih kepada pertapa yang bijaksana dan kepada orang-orang yang ada di ruangan itu, kemudian ia pergi. Wanita yang mengambil bayi itu merasa malu dan menyadari perbuatannya yang buruk. Ia amat menyesal.
Dari kisah di atas, dapat diketahui bahwa kasih Ibu melebihi apapun, seorang Ibu tidak akan tega membiarkan anaknya menderita sedikitpun. Kasih Ibu, kasih orang tua adalah kasih sejati, kasih sepanjang masa, yang tidak dapat dibalas dengan benda apapun juga.
Kebaikan dan pengorbanan orang tua dilakukan agar anak-anak mereka mendapat kehidupan yang baik dan layak. Kewajiban orang tua terhadap anak, Buddha khotbahkan bahwa dalam lima cara orang tua menunjukkan kecintaan atas perlakuan anaknya sebagai arah timur: | | | | | |
Hak dan kewajiban dalam masyarakat
Masyarakat terdiri dari masyarakat sekolah, masyarakat kota/desa dan masyarakat lainnya. Di bawah ini akan dijelaskan kewajiban timbal balik masyarakat sekolah (guru dengan siswa), kewajiban timbal balik anggota keluarga dan masyarakat (sahabat/kenalan), kewajiban timbal balik majikan dengan pelayan dan kewajiban pertapa dengan umat.
a. Kewajiban timbal balik guru dengan siswa
Guru merupakan ujung tombak bagi pembangunan nasional terutama dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Bangsa. Kewajiban guru dapat terlaksana jika pihak-pihak terkait seperti sekolah, murid dan pemerintah saling mendukung. Guru tidak hanya bertugas mengajar ilmu pengetahuan tetapi juga moral dan spiritual, yang dapat berhasil jika didukung pelaksanaan kewajiban oleh siswa sebagai objek pendidikan.
Buddha berkhotbah tentang kewajiban timbal balik antara guru dengan siswa, bahwa dalam lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru mereka sebagai arah selatan yaitu dengan: No. | Kewajiban murid terhadap guru | Contoh hak guru sebagai pelaksanaan kewajiban murid | 01.02.03.04.05. | Bangun dari tempat duduk untuk memberikan penghormatanMelayani guru
Bertekad keras untuk belajar
Memberikan jasa-jasa kepadanya
Memperhatikan ketika pelajaran | Guru berhak untuk :☺Contoh : mendapat penghormatan, dan sikap ramah dari murid☺Contoh : mendapat pelayanan yang baik dalam mengajar☺Contoh : tugas yang ia berikan kepada murid dikerjakan, pelajaran yang ia berikan dimengerti dan dipelajari murid☺Contoh : mendapat bantuan dari murid ketika membutuhkan ☺Contoh : didengarkan ketika mengajar, dihargai dan diperhatikan ketika menjelaskan |
Dengan lima cara tersebut, murid berbakti akan melaksanakan kewajiban terhadap gurunya. Demikian pula jika kewajiban itu dilaksanakan maka dalam lima cara, guru yang diperlakukan demikian akan melakukan kewajiban kepada murid-muridnya, yaitu: No. | Kewajiban guru | Contoh hak murid sebagai pelaksanaan kewajiban guru | 01.02.03.04.05. | Melatih murid sesuai keahlianMembuat murid mengusai pelajaranMengajar ilmu pengetahuan secara mendalamMembicarakan kebaikan murid Menjaga murid dari berbagai segi | Mendapatkan pendidikan dari guru sesuai keahlian/bidang studi☺pelajaran matematika dari guru bidang studi matematikaMendapatkan bimbingan sehingga menguasai pelajaran☺ mendapat bimbingan dalam belajarMendapatkan pengetahuan secara mendalam (ilmu bersifat luas tidak sebatas pada teori buku)Terjaga nama baiknya☺kesalahan murid tidak diceritakan pada orang lainMendapat perlindungan☺dilindungi dari kejahatan, obat-obatan terlarang dan bahaya |
b. Kewajiban timbal balik terhadap masyarakat
Dalam lima cara anggota keluarga memperlakukan sahabat dan kawannya (masyarakat) sebagai arah utara yaitu dengan: No. | Kewajiban anggota keluarga sebagai masyarakat | Contoh hak masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban anggota keluarga | 01.02.03.04.05. | Bermurah hatiContoh: menolong Ramah tamahContoh: menyapa, memberi salamBerbuat baikContoh: mengikuti kegiatan di masyarakat, menghargai perbedaan, bergotong royongMenjamuContoh : berbagi, mengundang makanMenepati janjiContoh : menghadiri pertemuan, ikut siskamling/rapat, menepati janji dengan tetangga | ☺Contoh : ditolong☺Contoh : dihormati, dihargai☺Contoh : diperlakukan dengan baik, dapat bekerja sama☺Contoh : diundang dalam acara tertentu ☺Contoh : tidak dibohongi ketika memiliki janji |
Diperlakukan dalam lima cara ini, sebagai arah utara, sahabat dan kawan-kawan akan mencintainya dengan cara: No. | Kewajiban masyarakat terhadap anggota keluarga | Contoh hak anggota keluarga sebagai pelaksanaan kewajiban masyarakat | 01.02.03.04.05. | Melindungi ketika tidak siaga
Menjaga harta benda
Melindungi ketika dalam bahaya
Tidak meninggalkan ketika kesusahan
Menghormati | Mendapatkan keamanan diri dan kenyamanan☺Contoh : lingkungan dijaga oleh petugas keamanan Mendapatkan perlindungan harta kekayaan☺Contoh : harta terlindungi ketika ditinggal pergiMendapat pertolongan dan bantuan ketika dalam bahaya☺Contoh : ketika ada penjahat segera dibantuMendapatkan simpati ☺Contoh : ketika keluarga meninggal, atau tertimpa bencana mendapatkan simpati/dihiburDihormati dan dihargai sebagai warga masyarakat☺Contoh : bebas beragama, mengemukanan pendapat, mendapatkan keadilan |
Hak dan kewajiban sebagai warga Negara
Negara akan sejahtara jika seluruh komponen bangsa melaksanakan hak dan kewajiban mereka. Hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia, dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26, 27, 28 dan 30 yaitu : No. | Hak warga Negara | Kewajiban warga Negara | 01.02.03.04.05.06.07. | Mendapatkan perlindungan hukumBerhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layakMemiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahanBebas memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayaiMemperoleh pendidikan dan pengajaranMempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia dari serangan musuhMemiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku | Berperan serta dalam membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia dari serangan musuhMembayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerahMentaati serta menjunjung tinggi dasar Negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknyaBerkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara IndonesiaTurut serta dalam pembangunan bangsa agar berkembang dan maju ke arah yang lebih baik |
Sebelum parinibbana Buddha membabarkan Maha Parinibbana Sutta, dalam khotbahnya Buddha menjelaskan kepada Ananda dan Brahmana Vassakāra utusan Raja Ajatasattu yang akan menyerang suku Vajjis tentang tujuh kesejahteraan suku Vajjis. Khotbah ini dijadikan pedoman umat Buddha sebagai tujuh syarat kesejahteraan suatu Negara yaitu :
a. Sering mengadakan pertemuan;
b. Tidak pernah membuat undang-undang baru atau menghapus undang-undang yang ada tetapi mentaati undang-undang dasar yang sudah lama;
c. Memperhatikan, menghormat dan menghargai orang tua dan menganggap berharga untuk mendengar kata-kata mereka;
d. Menjauhkan diri dari penculikan wanita-wanita serta gadis-gadis dari keluarga baik-baik dan juga tidak menahannya;
e. Memperhatikan, menghormat, menghargai, dan menyokong tempat-tempat suci;
f. Tidak melalaikan kewajiban memberi sesajen yang telah dilakukan sejak dulu;
g. Menjaga dan melindungi orang-orang suci;
Tujuh syarat ini jika dilaksanakan oleh Negara atau pemerintah dan warga negaranya, maka negara tersebut akan sejahtera. Jika syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka negara akan sejahtera. Dalam Sigalovada Sutta, Buddha membabarkan tentang kewajiban timbal balik antara anggota keluarga terhadap sahabat/kerabat atau kenalannya. Kewajiban tersebut dapat diterapkan sebagai kewajiban timbal balik masyarakat dan warga negara yaitu : No. | Kewajiban Negara | Contoh hak warga negara sebagai pelaksanaan kewajiban Negara | 01.02.03.04.05. | Melindungi ketika tidak siagaMenjaga harta benda
Melindungi ketika dalam bahayaTidak meninggalkan ketika kesusahan
Menghormati | Warga Negara berhak untuk :Mendapatkan keamanan diri dan kenyamanan☺Contoh : Negara menjaga keamanan NegeriMendapatkan perlindungan harta kekayaan☺Contoh : Negara melindungi warga negara dari pemerasanMendapatkan pertolongan dan bantuan ketika dalam bahaya☺Contoh : Negara memberi perlindungan hukum terhadap warga negara Mendapatkan simpati ☺Contoh: Negara memperdulikan warga negara yang tertimpa musibah, tidak memiliki penghidupan yang layakDihormati dan dihargai sebagai warga negara☺Contoh : Negara memberi kesempatan warga negara untuk menjalankan ibadah, beragama, menggunakan fasilitas umum, mengemukanan pendapat, mendapatkan keadilan, hidup, berkeluarga, mengembangkan diri, sekolah, berkreasi, dsb. |

No. | Kewajiban Warga Negara | Contoh Hak Negara sebagai pelaksanaan kewajiban warga negara | 01.02.03.04.05. | Bermurah hati☺Contoh : Rela berkorban demi kedaulatan bangsa dan negaraRamah tamah☺Contoh : Terbuka terhadap pihak terkait, menjaga kerukunanBerbuat baik☺Contoh : Berperan serta dalam kegiatan, menghargai perbedaan, bergotong royong, mengikuti pemiluMenjamu☺Contoh : Memberikan sedekah kepada fakir miskin, membantu kemajuan ekonomi bangsaMenepati janji☺Contoh : Melaksanakan dan menaati peraturan (membayar pajak, membuat KTP, mengikuti PEMILU) | Hak Negara yaitu:☺Contoh : Dijaga dan dibela kedaulatannya☺Contoh : Mengajak warga negara bekerja sama, terbuka dan menghargai bangsanya☺Contoh : Dibantu warga negara dengan mengikuti pemilu, berperan serta dalam kegiatan maupun pendidikan, dsb☺Contoh : Dibantu dalam hal kemajuan ekonomi bangsa, ekomoni rakyat dan kemajuan bangsa lain☺Contoh : Dilaksanakan dan ditaati peraturan yang ada ( warga negara membayar pajak, membuat KTP, dsb) |
Kewajiban warga Negara sebagai pelajar, sebagai tunas muda bagi bangsa Indonesia harus dilaksanakan dengan menuntut ilmu dan menjadi pelajar yang baik. Dengan demikian, hak warga negarapun terpenuhi.
Kewajiban sebagai umat Buddha
Umat Buddha menyatakan diri berlindung kepada Tiratana dan bertekad melaksanakan lima latihan sila. Karena itu umat Buddha memiliki kewajiban sesuai pernyataannya tersebut dengan cara :
a. Berlindung secara aktif terhadap Tiratana;
b. Memperkuat kemoralan (sila), meditasi (samadhi) dan kebijaksanaan (pañña);

Similar Documents

Free Essay

Biografi Soekarno (Oleh Cindy Adams)

...Besar  Revolusi,  sebagairnana  105  juta  rakyat  menyebutku?  Kalau  tidak  demikian,  bagairnana  aku  bisa  memimpin  bangsaku  untuk  merebut  kembali  kemerdekaan  dan  hak‐asasinya,  setelah  tiga  setengah  abad  dibawah  penjajahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi di tahun 1945  dan  menciptakan  suatu  Negara  Indonesia  yang  bersatu,  yang  terdiri  dari  pulau  Jawa,  Bali,  Sumatra,  Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda?  Irama  suatu‐revolusi  adalah  menjebol  dan  membangun.  Pernbangunan  menghendaki  jiwa  seorang  arsitek. Dan di dalam jiwa arsitek terdapatlah unsur‐unsur perasaan dan jiwa seni. Kepandaian memimpin  suatu  revolusi  hanya  dapat  dicapai  dengan  rnencari  ilham  dalam  segala  sesuatu  yang  dilihat.  Dapatkah  orang  memperoleh  ilham  dalam  sesuatu,  bilamana...

Words: 75361 - Pages: 302