Free Essay

Intelektual Capital

In:

Submitted By niamawarsih
Words 6344
Pages 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam pengembangan sebuah usaha, perusahaan membutuhkan aset yang cukup untuk menjalankan usahanya. Aset yang dimiliki pun tidak hanya aset berwujud (tangible asset) untuk beroperasi dalam kegiatannya maupun sebagai tempat perusahaan itu berdiri, tetapi juga aset tidak berwujud (intangible asset). Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa substansi fisik PSAK 19 (Revisi 2009). Sumber daya tidak berwujud adalah kunci untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif serta merupakan dasar untuk sukses di abad kedua puluh. (Ghosh, 2009). Salah satu aset tidak berwujud yang paling berpengaruh dalam kemajuan dan keberhasilan sebuah perusahaan adalah intelectual capital. Intellectual Capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, property, intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan, dengan kata lain materi intelektual merupakan suatu kekuatan akan kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna Stewart (1997) dalam Astuti, (2004). Stewart (1997) dalam Ghosh (2009) menjelaskan istilah intellectual capital sebagai “intellectual material” pengetahuan, informasi, “intellectual property”, pengalaman yang dapat menjadi hasil akhir dari proses transfomasi pengetahuan dan pengetahuan yang ditransformasikan menjadi “intellectual property”. Pada umumnya intellectual capital dikelompokkan menjadi tiga komponen, yaitu human capital, structural capital dan relational capital. Human capital meliputi pengetahuan, keahlian, kompetansi dan motivasi yang dimiliki karyawan. Structural capital mencakup budaya perusahaan, komputer software, dan teknologi informasi. Sedangkan relational capital meliputi loyalitas konsumen, pelayanan jasa terhadap konsumen, dan hubungan baik dengan pemasok. Pengakuan dan penerapan modal intelektual merupakan prasyarat untuk keberhasilan organisasi dalam lingkungan yang kompetitif. (Wang et al, 2011). Penelitian ini memilih perusahaan – perusahaan farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia sebagai objek kajian. Perusahaan farmasi dipilih sebagai objek kajian karena menurut Sharabati et al. (2010) perusahaan farmasi merupakan industri yang sangat memanfaatkan intellectual capital. Industri farmasi adalah industri yang padat modal karena sejumlah besar investasi diperlukan untuk penemuan dan produksi obat baru. Industri farmasi juga memiliki fitur pengetahuan industri dasar karena pekerjaan yang terampil, prosedur yang unik, dan penyelidikan ilmiah sangat diperlukan untuk produksi dan penjualan. Amin, (2014). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, menjelaskan bahwa Industri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Defnisi dari obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Dalam menciptakan obat jadi, dibutuhkan paduan-paduan yang tepat untuk menciptakan obat yang benar-benar berkhasiat serta tidak memiliki efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan, kecerdasan, dan pengetahuan yang lebih untuk terus berinovasi dalam menciptakan sebuah produk. Industri farmasi memiliki ketergantungannya yang luas pada Intellectual capital sebagai sumber utama inovasi Mehralian et al. (2012). Menurut Data Kementerian Kesehatan 2013, jumlah perusahaan farmasi di Indonesia mencapai 206 perusahaan. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh 12%-13% setiap tahun dan bila dilihat secara global, perusahaan farmasi merupakan perusahaan yang memiliki pasar yang besar. Penjualan industri farmasi seluruh dunia pada tahun 2005 sebesar US$ 534,8 Milyar dan pada tahun 2010 diramalkan penjualan produk farmasi akan mencapai US$ 767,2 Milyar Kamath, (2008). Hal ini menandakan perusahaan farmasi merupakan industri yang besar dan terus berkembang. Modal intelektual dalam industri farmasi merupakan kebutuhan utama karena tuntutan untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk untuk kebutuhan konsumen serta bersaing dengan perusahaan lain.
Penelitian mengenai intellectual capital menarik karena intellectual capital merupakan salah satu aset yang vital bagi perusahaan, karena memiliki manfaat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menciptakan nilai perusahaan sehingga akan mencapai keunggulan kompetitif (Yuniasih, Wirama, dan Badera, 2010). Perusahaan yang mampu mengelola intellectual capital yang dimilikinya dengan efektif dan efisien, maka kinerja keuangannya akan meningkat. Kinerja keuangan yang meningkat akan direspon positif oleh pasar sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Growth of Revenue (GR). ROA (return on asset) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian total asset. merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar Ang (1997) dalam Azwir, (2006). ROE mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dengan menghitung berapa banyak jumlah keuntungan perusahaan yang dihasilkan dari dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE akan dilihat oleh investor sebagai salah satu rasio keuangan yang penting dalam pengambilan keputusan investasi. Peneliti menggunakan ROE untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan dalam menghasilkan profit dari setiap dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Ghosh et al. (2009) menganalisis hubungan antara modal intelektual dan ukuran kinerja keuangan konvensional perusahaan perangkat lunak India dan farmasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara kinerja perusahaan modal intelektual dan indikator kinerja konvensional , yaitu , profitabilitas , produktivitas dan valuasi pasar , bervariasi . Temuan menunjukkan bahwa kinerja intelektual perusahaan modal dapat menjelaskan profitabilitas tetapi tidak produktivitas dan penilaian pasar di India . Sharabati et al. (2010) menguji secara empiris hubungan antara Intellectual Capital ( Human Capital , Structural Capital , relational capital ) dan kinerja perusahaan dalam sektor farmasi di Jordan . Hasil menunjukkan bahwa tiga sub - konstruksi Intellectual Capital( Human Capital , Structural Capital , relational capital ) bersama-sama memiliki hubungan positif dan substantif dengan kinerja perusahaan.
Firer dan Williams (2003) dalam Ulum (2009) menguji hubungan VAIC™ dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasilnya mengindikasikan bahwa hubungan antara efisiensi dari value added IC dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitability, productivity, dan market valuation) secara umum adalah terbatas dan mixed. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa phisical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan 3 indikator penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Growth in Revenue (GR) dengan objek penelitian yang berbeda yaitu industri farmasi di Indonesia. Penelitian ini berusaha untuk meneliti pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012-2014 dengan metode Pulic yaitu Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) kinerja keuangan perusahaan diukur dengan Return on Equity (ROE), Return on Total Assets (ROA), Growth in Revenue (GR). Peneliti memilih sektor farmasi sebagai sampel dalam penelitian ini karena sektor farmasi merupakan sektor industri yang dinilai sangat intensif akan pengetahuan dan merupakan sumber yang besar akan intellectual capital (Daum, 2005). 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan yang dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan rasio Return On Assets, Return on Equity, dan Growth of Revenue. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah intellectual capital perusahaan berpengaruh Return on Assets ( ROA ) ? 2. Apakah intellectual capital perusahaan berpengaruh Return on Equity ( ROE ) ? 3. Apakah intellectual capital perusahaan Growth of Revenue ( GR ) ?

1.3 Kontribusi Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini membahas mengenai masalah aset tidak berwujud (intangible asset). Secara teoritis, penelitian ini menjelaskan peran intellectual dalam menciptakan nilai yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Growth of Revenue (GR) pada industri farmasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 – 2014. 1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini menyediakan informasi bagi manajemen perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya mengenai hubungan antara intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan, khususnya pada industri farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Intellectual Capital ( IC )
Intellectual capital sangat berperan penting dalam perusahaan, terlebih pada perusahaan farmasi yang bergerak dalam bidang pembuatan obat-obatan yang menjadi modal utama untuk bekerja dibidang ini adalah kecerdasan intelektualnya, yang akan menjadi daya saing dengan perusahan lainnya. Brooking dalam Ulum, 2008 mendefinisikan IC sebagai berikut: “IC is the term given to the combined intangible assets of market, intellectual property, human-centred and infrastructure – which enable the company to function”. Roos et al. dalam Ulum, 2008 menyatakan bahwa: “IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance-sheet and all the intangible assets (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…” Stewart dalam Ulum, 2008 menyebutkan bahwa: “IC is intellectual material–knowledge, information, intellectual property, experience–that can be put to use to create wealth”. Sedangkan Bontis dalam Ulum, 2008 mengakui bahwa: “IC is elusive, but once it is discovered and exploited, it may provide an organisation with a new resource-base from which to compete and win”.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa modal intelektual ( IC ) merupakan sumber daya berbasis pengetahuan yang melekat pada diri manusia, termasuk kedalam aset tidak berwujud ( Intangible Asset ) dan jika digunakan dengan efektif dan efisien maka dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sebuah perusahaan.

2.1.1 Komponen Intellectual Capital
Banyak para ahli yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama, diantaranya ; (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000) dalam Suwarjuno, 2003 yaitu: a. Human Capital ( Modal Manusia )
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker (2000) dalam Suwarjuwono, 2003 memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.

b. Structural Capital atau Organizational Capital ( Modal Organisasi )
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memilikitingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dalam upaya pengukuran elemen ini Edvinsson (1997) seperti yang dikutip oleh Brinker (2000) dalam Suwarjuwono, 2003 menyatakan hal-hal sebagai berikut:
- Value acquired process technologies only when they continue to the value of the firm.
- Track the age and current vendor support for the company process technology
- Measure not only process performance specifications but actual value contribution to corporate productivity
- Incorporate an index of process performance ini relation to established process performance goals

c. Relational Capital atau Costumer Capital ( Modal Pelanggan )
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson (1997) seperti yang dikutip oleh Brinker (2000) dalam Suwarjuwono, 2003 menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu: * Customer Profile.
Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari pesaing. * Custumer Duration.
Seberapa sering pelanggan kita berbalik pada kita? Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan. * Customer Role.
Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam disain produk, produksi dan pelayanan. * Customer Support.
Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan. * Customer Success.
Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.

2.1.2 Resource Based Theory
Teori ini beranggapan bahwa perusahaan akan mampu mencapai keunggulan yang kompetitif apabila memiliki sumber daya yang unggul pula. Resource based theory merupakan suatu pemikiran yang berkembang dalam manajemen strategik dan keunggulan kompetiti perusahaan yang menganalisis dan menginterpretasikan sumber daya organisasi untuk memahami bagaimana organisasi mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan. RBT dipelopori oleh Penrose (1959) dalam Astuti (2005), mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang unggul, perusahaan dapat menciptakan dan menerapkan berbagai strategi bisnis dengan baik dan benar. Hasil dari pengelolaan sumber daya dengan baik dan benar adalah perusahaan dapat menciptakan value added yang akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan,pertumbuhan perusahaan, serta nilai pasar perusahaan tersebut. Barney (1991) dalam Herdyanto, 2013 mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber daya disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif, yaitu : a. Sumber daya organisasional yang sangat berharga (Valuable)
Sumber daya tersebut dapat menjadi keunggulan kompetitif apabila nantinya sumber daya tersebut dapat memberikan suatu nilai bagi perkembangan perusahaan. b. Sumber daya langka
Sumber daya tersebut dapat menjadi keunggulan kompetitif apabila sumber daya tersebut tidak dimiliki oleh para pesaing baik di masa kini maupun di masa mendatang yang nantinya dapat dikembangkan sebagai salah satu faktor dalam perkembangan perusahaan. c. Sumber daya yang susah ditiru atau diimitasi
Sumber daya yang susah ditiru nantinya akan menjadi dasar dalam pengembangan inovasi-inovasi dan strategi perusahaan. Untuk menjadi sumber daya yang tidak dapat ditiru maka terdapat tiga alasan yang harus dipenuhi yaitu : * Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan sumber daya bergantung pada kondisi sejarah yang unik, * Hubungan antara sumber daya yang dimiliki perusahaan dan keunggulan kompetitif perusahaan adalah kausa ambigu (causally ambigious) * Sumber daya yang menghasilkan keunggulan perusahaan sangat kompleks (socially complex). d. Sumber daya yang tidak mudah disubtitusikan
Sumber daya yang menjadi keunggulan kompetitif tidak memiliki barang pengganti atau subsitusi yang equivalen sesuai dengan strategi. Oleh karena itu sumber daya tersebut merupakan sumber daya yang langka dimana tidak dapat dimiliki oleh pesaing lain, disisi lain sumber daya tersebut juga tidak dapat ditiru dengan sumber daya yang berbeda dengan strategi yang ada.
Barney, (1991) dalam Herdyanto, (2013) menyatakan bahwa dalam RBT, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru dan tidak tergantikan.

2.1.3 Perhitungan Intellectual Capital dengan VAICTM Sebuah perusahaan dapat mengukur kinerjanya dengan menggunakan metode pengukuran Value Added Intellectual Capital ( VAIC ), yaitu dengan melihat kemampuan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan nilai yang dimiliki perusahaan tersebut hingga saat ini. Ulum, (2008) mengembangkan metode VAIC yang didisain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari asset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan menciptakan value added (VA). Value Added dihitung sebagai selisish antara output dan input. Outputs merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam inputs, karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic (1998) dalam Wijaya, (2012) adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creaing entity). Hasilmya adalah bahwa value added mengekspresikan the new created wealth of period. Pulic (1998) dalam Ulum, (2008) juga menyatakan bahwa value added dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital, dan Structural Capital. Hubungan lainnya dari value added adalah Capital Employeed, yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA.VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari Physical Capital. Selanjutnya Pulic (1998) dalam Ulum, (2008) mengasumsikan bahwa jika satu unit dari capital employeed menghasilkan return yang lebih besar dari perusahaan lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan capital employeed-nya. Dengan demikian, pemanfaatan capital employeed yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual perusahaan. Hubungan selanjutnya adalah value added dan human capital. Human Capital efficiency (VAHU) menunjukan berapa banyak value added dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara value added dan human capital mengindikasikan kemampuan dari human capital untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis intellectual lainnya ( Edvinson, 1997 : Sveiby, 1998 ), Pulic ( 1998 ) dalam Wijaya, (2012) berargumen bahwa total sallary and wage costs adalah indikator dari human capital perusahaan. Structural capital dihasilkan dari selisih antara value added dengan human capital. Bila kontribusi dari human capital dalam penciptaan nilai lebih kecil, maka kontribusi dari structural capital lebih besar, begitupun sebaliknya. Value Added Structural Capital menunjukan berapa banyak value added dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan setelah dikurangkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Pulic (1997) dalam Ulum, (2008) menjelaskan hasil penjumlahan tersebut kemudian diformulasikan dalam indikator yang unik, yaitu VAICTM. a. Capital Employee Efficiency Margaretha dan Rakhman (2006) dalam Wijaya, (2012) menyimpulkan bahwa capital employee efficiency atau physical capital adalah suatu modal atau dapat dikatakan aset yang dimiliki perusahaan dalam bentuk nyata atau tidak nyata yang diusahakan oleh perusahaan secara maksimal guna menciptakan nilai bagi perusahaan. Aset yang dimiliki oleh perusahaan harus digunakan oleh perusahaan untuk kebutuhan operasionalnya secara efisien untuk mencapai tujuan perusahaan . b. Human Capital Efficiency Salah satu komponen dari intellectual capital yang sangat menentukan intellectual capital yang efisien adalah human capital. Human capital termasuk didalamnya suatu kekuatan intelektaul yang bersumber dari manusia-manusia yang dimiliki perusahaan yaitu karyawan yang kompeten, berkomitmen, termotiavasi dalam bekerja, dan sangat setia pada perusahaan, demana mereka adalah inti dari penciptaan kekuatan intelektual yang dapat menghilang ketika mereka sudah tidak bekerja untuk perusahaan lagi Wijaya, (2012) . Human capital sangat penting karena sumber dari inovasi, strategi, mimpi dari perusahaan, proses re-engineering, dan segala sesuatu yang menciptakan suatu persepsi pasar yang positif bagi perusahaan dimata pasar adalah personal skill yang dimiliki oleh karyawan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat mengungguli persaingan dan penjualan, seperti yang dinyatakan Bontis, (1996) dalam Wijaya, (2012). Karyawan yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu aset yang tidak ternilai jika mereka setia pada perusahaan dan terus menerus menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Terlihat juga bahwa nilai yang terkandung dalam human capital tidak dapat dicerminkan didalam laporan keuangan, tetapi beban yang dikeluarkan perusahaan untuk perkembangan karyawan merupakan beban yang tergolong investasi intellectual capital jika perusahaan bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimiliki oleh orang-orang tersebut untuk kemajuan perusahaan (Wijaya, 2012) . c. Structural Capital Wijaya, (2012) menjabarkan mengenai Structural capital, menurutnya Structural capital termasuk didalamnya segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan manusia yang terdiri dari database, struktur organisasi, rangkaian proses, strategi dan segala sesuatu yang menciptakan nilai perusahaan lebih tinggi dari nilai materilnya. Perusahaan yang memiliki structural capital yang kuat akan memiliki budaya yang mendukung individu-individu didalamnya untuk mencoba hal baru untuk belajar lebih banyak dan mengalami kegagalan. Astuti (2006) dalam Wijaya, (2012) menyatakan bahwa jika sebuah organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk dalam menjalankan aktivitasnya, intellectual capital keseluruhan tidak akan mencapai potensinya yang paling penuh. Termasuk structural capital adalah membangun sistem seperti database yang memungkinkan orang-orang sapat saling berhubungan dan belajar satu sama lain, sehingga menumbuhkan sinergi karena adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam organisasi dan semua hal selain manusia yeng berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi termasuk struktur organisasi, petunjuk proses, strategi, rutinitas, software, hardware dan semua hal yang nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materilnya.

2.1 Profitabilitas
Gitman (2003) dalam Deitiana, (2011) mengemukakan bahwa profitabilitas merupakam hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan, baik lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Dengan dihasilkannya profit perusahaan akan mampu menarik sumber modal eksternal untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode tertentu. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets, return on equity dan Growth of Revenue.

a. Rasio Laba Atas Dana Operasi ( Return On Asset / ROA )
Menurut Sartono (2008) dalam Afianty, (2013) menyatakan bahwa return on asset merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Menurut Darsono (2005) dalam Afianty, (2013) menyatakan bahwa return on assets adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih rata-rata dengan total aktiva perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aktiva yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aktiva.
Yang berperan terhadap besar kecilnya laba atas dana operasi adalah perputaran dari jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan, yakni jumlah hasil penjualan dibandingkan jumlah dana yang ditanam. Rasio laba atas dana operasi dihitung sebagai berikut :
Return on Assets = EBIT / Total Assets X 100 %
Keterangan : EBIT = Earning before interest and tax b. Return on Equity ( ROE )
Return on Equity adalah jumlah laba bersih yang dikembalikan sebagai persentase dari ekuitas pemegang saham. ROE mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dengan menghitung berapa banyak jumlah keuntungan perusahaan yang dihasilkan dari dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE dilihat oleh investor sebagai salah satu rasio keuangan yang penting. ROE mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan profit dari setiap uang yang diinvestasikan oleh pemegang saham pada suatu entitas . Perhitungannya adalah dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas stakeholder.

ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%

c. Growth Revenue ( GR )
Growth Revenue (GR) digunakan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan berkembang. GR menunjukkan tingkat kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan atau pertumbuhan penjualan. Dengan demikian investor mendapat gambaran tentang berapa banyak pendapatan perusahaan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan pendapatan perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengelola intellectual capital-nya dengan baik.

GR : [(Pendapatan tahun t / Pendapatan tahun t-1) -1] x 100%

2.2 Literatur Review
Ghosh, (2009) meneliti hubungan antara Intellectual Capital perusahaan dan indikator kinerja konvensional , yaitu , profitabilitas , produktivitas dan penilaian pasar. Hasilnya bervariasi. Temuan menunjukkan bahwa Intellectual Capital perusahaan dapat menjelaskan profitabilitas tetapi tidak produktivitas dan penilaian pasar industri software dan farmasi di India .
Tarigan, (2011) menganalisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Hasilnya Intellectual Capital (VAICTM) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA. Hasil penelitian ini Intellectual Capital (VAICTM) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap valuasi pasar perusahaan yang diukur dengan MB. Hasil penelitian ini Intellectual Capital (VAICTM) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap produktivitas perusahaan yang diukur dengan ATO.
Wijaya, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Farmasi Di BEI mengunakan 9 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 - 2010 memberikan bukti bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap Return on Asset, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih memaksimalkan pemanfaatan asetnya untuk mendorong kualitas karyawan yang dimiliki guna meningkatkan laba yang dihasilkan. Dalam penelitiannya, terdapat beberapa tahapan dalam menganalisis data, yaitu yang pertama menentukan model regresi linier sederhana untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap profitabilitas perusahaan, kemudian baru dilakukan pengujian asumsi klasik.
Fatima, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Di Indonesia, Fatima menggunakan sampel sebanyak 190 sampel yang diantaranya 17 perusahaan bergerak dalam sektor farmasi dan 173 perusahaan yang bergerak dalam sektor jasa. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa terdapat pengaruh positif antara modal intelektual terhadap profitabilitas perusahaan yang termasuk dalam sektor farmasi dan jasa di Indonesia. Ini membuktikan hipotesa pertama dari penelitiannya yaitu VAICTM berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil ini menunjukan bahwa modal intelektual merupakan salah satu variabel penting yang menentukan profitabilitas perusahaan di sektor farmasi dan jasa di Indonesia.
Khori’ah, 2013 Dalam penelitiannya Khori’ah menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Alat analitis yang digunakan adalah analisis jalur ( Path Analysis ). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Modal Intelektual secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 1,9%, Kinerja Keuangan secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 65,6%, Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 84,5%.
Positifnya nilai r menunjukan bahwa hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan memiliki hubungan positif yang artinya bahwa ketika Modal Intelektual meningkat maka Kinerja Keuangan Perusahaan pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r (korelasi) yaitu sebesar 0,753 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat. Berikut ini ringkasan dari penelitian terdahulu : No. | Peneliti | Variabel | Metode | Hasil | 1 | Ghosh, 2009(sektor Farmasi dan Software) | Independen : Intellectual Capital Dependen : profitability productivity dan market valuation | Regresi Linier Sederhana | Terdapat hubungan yang positif antara intellectual capital dengan profitabilitas tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap market value,dan produktifitas perusahaan. | 2 | Tarigan, 2011(Sektor Farmasi) | Independen : Intellectual CapitalDependen : ROA, ATO, MB | Regresi Linier Sederhana | Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital yang diukur dengan VAICTM berpengaruh positif yang signifikan terhadap RAO dan Market Value, tetapi berpengaruh negatif terhadap Produktifitas perusahaan. | 3 | Wijaya, 2012(Sektor Farmasi) | Independen : Intellectual CapitalDependen : ROA, ROE, EPS | Regresi Linier Sederhana | Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap ROA, ROE, dan EPS | 4 | Fatima, 2012 (Sektor Farmasi, Elektronik dan Jasa) | Independen : Intellectual CapitalDependen : ROA MtBVKontrol : Ukuran Perusahaan dan Struktur Hutang | Regresi Linear Sederhana | Intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan market value | 5 | Khoriah, 2013(Sektor Farmasi) | Independen : Modal Intelektualdan Kinerja KeuanganDependen : Harga Saham | Path Analysis | Modal Intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham | Sumber : Data diolah dari berbagai sumber

2.4 Pengembangan Hipotesis
Intellectual Capital adalah sebuah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berupa pengetahuan, pengalaman, teknologi dan semua informasi yang terdapat dalam perusahaan, dan apabila dikembangkan lebih dalam maka intellectual capital dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap kemampuan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya dan menghasilkan laba yang besar sebagai tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Terdapat tiga komponen dalam intellectual capital, yaitu Human Capital, Structural Capital, dan Customer Capital, dimana Human Capital dan Structural Capital berhubungan dengan kondisi internal perusahaan, sedangkan Customer Capital berhubungan dengan pihak eksternal perusahaan. Pemanfaatkan intellectual capital yang maksimal dapat mendorong perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada dengan baik sehingga dampaknya adalah meningkatnya kinerja perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan Chen et al. (2005). Kinerja perusahaan disini nantinya akan diukur dengan menggunakan ROA ( return on asset), Return on Assets ( ROE ) dan rasio pertumbuhan pendapatan / Growth of Ratio ( GR ). Dari penjelasan tersebut dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1 : Intellectual capital berpengaruh terhadap ROA
H2 : Intellectual capital berpengaruh terhadap ROE
H3 : Intellectual capital berpengaruh terhadap GR

Kinerja Perusahaan
Intellectual Capital
( VAICTM )

X Y
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan hipotesis yang bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. 3.2 Variebel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, antara lain : 1. Variabel independen yaitu Intellectual Capital 2. Variabel Dependen yaitu Kinerja Keuangan yang dalam penelitian ini menggunakan rasio laba atas dana operasi atau ROA ( return on asset ), Return on Equity (ROE), serta rasio pertumbuhan pendapatan atau Growth of Revenue ( GR )
Definisi dari variabel yang digunakan serta pengukurannya adalah sebagai berikut : a. Intellectual Capital ( IC ) adalah hasil dari jumlah 3 komponen utama organisasi (human capital, structural capital dan customer capital) yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sumnber daya manusia serta teknologi yang memberikan kontribusi terhadap kemampuan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya. Intellectual capital diukur dengan menggunakan metode VAICTM Pulic, (1998). VAICTM dapat dihitung sebagai berikut : * Tahap pertama : Menghitung Value Added (VA)
Value added dihitung sebagai selisih antara output dan input Pulic, (1998)
OUT – IN = VA
Dimana :
Out = Output : total penjualan dan pendapatan lain
In = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan)
Value Added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut:
VA = OP + EC + D + A
Dimana :
OP = operating profit (laba operasi)
EC = employee costs (beban karyawan)
D = depreciation (depresiasi)
A = amortisation (amortisasi) * Tahap kedua : Menghitung Value Added Capital Employee
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.
VACA = VA / CE
Dimana :
VACA = value added capital employee : rasio dari VA terhadap CE
VA = value added
CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) * Tahap ketiga : Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.
VAHU = VA / HC
Dimana :
VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC
VA = value added
HC = Human Capital : beban karyawan * Tahap keempat : Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)
Rasio ini menghitung jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC / VA
Dimana :
STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap VA
SC = Structural Capital : VA – HC
VA = value added * Tahap kelima : Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
VAICTM mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Bussiness Performance Indikator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu : VACA, VAHU, dan STVA.
VAICTM = VACA + VAHU + STVA b. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas yang dihasilkan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan penjualannya, investasi asset dan ekuitasnya. (Gitman (2009) dalam Wijaya 2012) a. ROA ( return on asset ) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian total asset. Rasionya adalah :
ROA = EBIT / Total Asset x 100 %

b. Return on Equity ( ROE )
ROE mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dengan menghitung berapa banyak jumlah keuntungan perusahaan yang dihasilkan dari dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100% c. Growth of Revenue ( GR )
Growth Revenue (GR) digunakan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan berkembang. GR menunjukkan tingkat kenaikan atau penurunan pendapatan perusahaan atau pertumbuhan penjualan.
GR : [(Pendapatan tahun t / Pendapatan tahun t-1) -1] x 100% 3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Data diperoleh dari perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 . 3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data skunder diperoleh dengan cara melakukan dokumentasi terhadap laporan keuangan perusahaan yang telah go public dan listed di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia www.idx.go.id . Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling , dengan kriteria sebagai berikut : d. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan terus menerus selama periode 2012-2014, e. Perusahaan telah laporan keuangan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember , f. Laporan tahunan dapat diakses melalui website perusahaan , g. Perusahaan memiliki data yang terkait dengan variabel dalam penelitian ini . 3.5 Metode Analasis Data 3.4.1 Statistik Deskripsitf
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, (2013). 1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari Uji Normalitas, Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas. * Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki destribusi normal. Cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, (2013). Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan membandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal Ghozali dalam Herdyanto, 2013. Menurut Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, (2013) selain analisis grafik, untuk menguji normalitas residual adalah dengan menggunakan analisis statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data terdistribusi normal apabila Kolmogorov Smimov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05.

* Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Ghozali dalam Herdyanto, 2013.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi : Tabel 3.1 Durbin - Watson
Pengambilan Keputusan ada tidaknya Autokorelasi Hipotesis Nol | Keputusan | Jika | Tidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi positifTidak ada korelasi negatifTidak ada korelasi negatifTidak ada autokorelasi, positif atau negatif | TolakNo DecisionTolakNo DecisionTidak Ditolak | 0<d<d1d1≤d≤du4-d1<d<44-du≤d≤4-d1Du<d<4-du |
Sumber : Ghozali dalam Herdyanto, (2013)
Selain menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dapat pula digunakan Run Test.Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis) Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013.

* Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013).
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila probabilitas signifikasinya di atas kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013).

3.6 Pengujian Hipotesis
3.6.1 Pengujian Regresi
Analisis regresi merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur ada tidaknya korelasi antar variabel dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antar variabel. Hubungan fungsional antara variabel independen dengan variabel dependen disebut analisis regresi linear sederhana. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ubah ini !!!!!!!!1

Keterangan :
Y = Financial Performance a = Konstanta ß = Koefisien Regresi
X1=Value Added Intellectual Coefficiency (VAIC)
Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013). * Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) dilaksanakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dilihat dari koefisien standardized yang memberikan nilai path atau jalur. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai adjusted R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu bererti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013). * Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih besar dari t tabel, membuktikan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, (2006) dalam Herdyanto, 2013).
Dasar pengambilan keputusan pada uji statistik t adalah sebagai berikut :
a. Jika t (hitung) < t (tabel), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika t (hitung) > t (tabel), dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu uji statistik t juga dapat dilakukan dengan menggunakan Eviews dengan melihat signifikasi nilai t pada masing-masing variabel dari output yang dihasilkan . Jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 dapat dikatakan ada pengaruh yang kuat antara kedua variabel.

DAFTAR REFERENSI

Afianty, Fitrya. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva dan Return On Assets terhadap Debt Ratio. Artikel. Bandung.

Amin, Shahid. 2014. Intellectual Capital and Financial Performance of
Pharmaceutical Firms in Pakistan, Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 34, No. 2 (2014), pp. 433-450, Pakistan

Astuti, Partiwi Dwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Tesis. Semarang : Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.

Daum, J.H. (2005). Intangible Assets-Based Enterprise Management: A Practical Approach. Proceeding of 2005 PMA IC Symposium, Stern School of Business, New York University, Manhattan, 15 Desember.

Fatima, Hasna. 2012. Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan DI Indonesia. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia.

Ghosh, S. and A. Mondal. (2009). Indian Software and Pharmaceutical Sector IC and Financial Performance. Journal of IC, 10(3), 369-88.

Herdyanto, Ivan. 2013. Pengaruh Intellectual Capital pada Financial Performance Perusahaan. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro

Huang, C. and M-C., Wang. (2008). The Effect of Economic Value Added and Intellectual Capital on the Market Value of the Firms: an Empirical Study. International Journal of Management, 25(3), 722-779. Khoriah, Kiki. 2012. Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Serta Dampaknya Terhadap Harga Saham. Skripsi. Tasikmalaya : Universitas Indonesia.

Mehralian, G., Rajabzadeh, A., Sadeh, M. R. and H. R. Rasekh. (2012). Intellectual Capital and Corporate Performance in Iranian Pharmaceutical Industry. Journal of Intellectual Capital, 13(1), 138-58.

Pramelasari, Yossi Metta. 2010. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir, 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Mei 2003, Vol. 5, No. 1.

Sumedrea, Silvia. 2013. Intellectual Capital and Firm Performance:
A Dynamic Relationship in Crisis Time. Procedia Economics and Finance. June, 2013 page 137 – 144.

Ulum, Ihyaul, 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November 2008, Vol. 10, No. 2. Wijaya, Novia. 2012. Pegaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar Perbankan Dengan Metode Value Added Intellectual Coefficient. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember 2012, Vol. 14, No. 3. Wijaya, Sherly Putri. 2012. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Farmasi Di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Mei 2012, Vol. 1, No. 3. Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy”, McMaster World Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.

Similar Documents

Free Essay

Social Tourism

...Social tourism According to the survey in 1985, there were nearly 40% of respondents in the UK could not participate in an annual trip because of economic barriers. Furthermore, another important reason for 14% respondents could not take an annual trip was “personal disability”. Even though there is a connection between poverty and disability, large amounts of poor people whose poverty proved to have no connection with disability. Therefore, it is highly possible for low income families to take trips annually by adopting some measurements. It is necessary for people to take trips annually. 63% of respondents considered leaving home and taking a one-week trip yearly is essential, and fail to take trips annually may cause a sense of deprivation (Hughes, 1991). Moreover, the benefits of participation in tourism have been proved in terms of economy and social life. In addition to benefits of economy and society, individuals in society can get rest and recovery as well as the chance for learning and intercultural communication through the tourism experience. In order to provide equal chances for low-income and disabled families to enjoy tourism, social tourism as a part of social policy has been developing over the years. Hunziker explains Social Tourism as the phenomenon in tourism industry caused by participation in tour by economically disadvantaged or other disabled elements in society (Hunziker, 1951). Though there are various explanations to the concept of social tourism,...

Words: 2206 - Pages: 9

Premium Essay

Principles of Management

...Human Resource Accounting as “the process of identifying and measuring data about human resources and communicating this information to interested parties”. HRA, thus, not only involves measurement of all the costs/ investments associated with the recruitment, placement, training and development of employees, but also the quantification of the economic value of the people in an organisation. Flamholtz (1971) too has offered a similar definition for HRA. They define HRA as “the measurement and reporting of the cost and value of people in organizational resources”. CONCEPT OF HUMAN RESOURCE ACCOUNTING Human Resource Accounting (HRA) is a new branch of accounting. It is based on the traditional concept that all expenditure of human capital formation is treated as a charge against the revenue of the period as it does not...

Words: 1576 - Pages: 7

Free Essay

No Choice

...question. ____ 1. Which of the following is NOT a basic economic question? |a. |WHAT to produce |c. |WHEN to produce | |b. |FOR WHOM to produce |d. |HOW to produce | ____ 2. What is the fundamental problem of economics? |a. |Scarcity |c. |capital | |b. |the factors of production |d. |labor | ____ 3. Which of the following lists the four factors of production? |a. |land, labor, wants, entrepreneurs |c. |land, labor, capital, scarcity | |b. |labor, needs, capital, entrepreneurs |d. |land, labor, capital, entrepreneurs | ____ 4. Which of the following is NOT a capital good? |a. |a bulldozer at a construction site | |b. |an oven at a bakery | |c. |a cash register at a clothing store | |d. |a television set for sale at an appliance store ...

Words: 913 - Pages: 4

Premium Essay

Factors of Production

...Define and Describe the Four Factors Of Production In every society there are so called 'factors of production,' that are used to manufacture goods and services. These are often referred to as limited resources: The first factor of production is land. This refers not just to land itself but to all natural resources - the surface of the earth, forests, mineral deposits etc... These resources can be split into two different types: non-renewable and renewable. Non-renewable resources are resources such as coal, oil, gold and copper which once used up can never be replaced as their formation took millions of years. Renewable resources include fish stocks, water and wind power and these can be renewed and replaced. However these sources require careful management as misuse can lead to destruction of the source. Some nations are endowed with natural resources and exploit this by specialising in the extraction and production of these resources LAND This category sometimes extends over all natural resources. It is intended to represent the contribution to production of nonhuman resources as found in their original, unimproved form. For the French physiocrats led by Francois Quesnay in the 1750s and 1760s, land was the only factor yielding a reliable gain to its owner. In their view, laborers and artisans were powerless and in excess supply, and hence they earned on average only a subsistence-level income; and in the same way what they produced outside of agriculture fetched enough to...

Words: 1956 - Pages: 8

Premium Essay

Challenge Development and Managing Macro-Economy

...Table of contents Introduction in Macro-economy………………………………………..3. Unemployment………………………………………………………….5. Labor, Land ,Capital…………………………………………………6,7,8. Currency&Inflation……………………………………………………. .9. Hyperinflation…………………………………………………………..10. Demand and Supply…………………………………………………….11. Conclusion………………………………………………………………12 Introduction of Macro-economy It is perhaps mostly for this reason that macroeconomics, the study of these economy-wide phenomena, is so exciting. Macroeconomics is more than just headlines, however; it is a fascinating intellectual adventure. The breadth of issues it covers is evidence enough of its inherent complexity. All the same, we will see that simple economic reasoning can take us a long way. And it is often surprising how well a few simple ideas fit complex situations. Macroeconomics can also be useful. The economic well-being of all consumers, rich or poor, is afected by movements in interest rates, exchange rates, and the rate of inflation. Businesses stand to gain or lose considerable amounts of money when their economic environment changes, regardless of how well they are managed. Being prepared for such changes in fortunes can have considerable value; more generally, it makes us all better citizens able to grasp the complex challenges that our societies face. Macroeconomics is relevant to voters who wonder what their governments are up to, and can also help governments avoid the worst economic crises that have a7icted modern industrial...

Words: 3953 - Pages: 16

Free Essay

Science Technology

...– 0.97 and stock price would goes down to less $10 – less $20. I can assume that there is no additional stock issuance. As of 1984, the ROA is 5.6%, EPS 0.57 and stock price $13-$37. 1. Background Main business Design and manufacture tester and test software for printed circuit boards with worldwide sales and service network, was headquartered in Minneapolis and had plants in Minnesota, Colorado and Arizona. Leading manufacturer of ATE (automated test equipment), 31% market share and semiconductor test operation which uses more than $1million systems 2nd large business Total sales revenue $227 million in 1984 Object ATE market by $84 billion dollar business 2. Semiconductor Market Situation High technology, intensive large capital required for production asset, periodic production line update need according to new chip development in quick cycle. During 1975-1984 swiftly and dramatically technologies change, inspired the development of new products. Requirement to semiconductor for high quality and low price product created demand for critical test required in engineering, production and service. Silicon chip – Short technological obsolete cycle, any change in the design needed a new chip semiconductor price per megabyte declined in early 80’s from $100 to almost $10 dollars. In late 70’s to early...

Words: 951 - Pages: 4

Premium Essay

Damn Boy

... ZIP]. 3. Day-To-Day Operation. The partners shall provide their full-time services and best efforts on behalf of the partnership. No partner shall receive a salary for services rendered to the partnership. Each partner shall have equal rights to manage and control the partnership and its business. Should there be differences between the partners concerning ordinary business matters, a decision shall be made by unanimous vote. It is understood that the partners may elect one of the partners to conduct the day-to-day business of the partnership; however, no partner shall be able to bind the partnership by act or contract to any liability exceeding $_________ without the prior written consent of each partner. 4. Capital Contribution. The capital contribution of each partner to...

Words: 733 - Pages: 3

Free Essay

Superior Manufacturing Company

...In Class Quiz October 8, 2013 Question: What factor or factors explain real wage convergence between the old world and the new during the period roughly 1870-1914? Did everyone benefit equally from the process? Answer: Before talking about convergence, it useful to say something about the level of real wages in the old world and in the new. In the old world, wages were relatively low because there was an abundance of labour while in the new world there was a scarcity of labour so that real wages there were relatively high. The question then: what forces were operating during this period to push up the real wages in the old world and/or down in the new world (and to move land rents in the opposite direction)? As many of you said, there were essentially three: 1. Migration, the movement of young, able-bodied, unskilled, mostly male workers from the old world to the new, pushed up the real wage in the old world as the labour force shrank and caused it to decline in the new world as the labour force increased. O’Rourke and Williamson maintain that migration explains most of the convergence during this period – in fact, it over-explains it. 2. The second was commodity market integration, thanks to technological advances in transportation – steam ships, railroads, refrigeration – that substantially reduced the cost of moving goods between the old world and the new and increased the variety and type of goods that could be moved. As a result, natural resources and farm...

Words: 482 - Pages: 2

Free Essay

When and Why Did London Grow so Much Faster Than Other Early Modern Capitals?

...01/28/2011 EH205 Essay 2 When and why did London grow so much faster than other early modern capitals? By examine the key differences among Paris, Madrid, and London, I argue that from1650 to1750, the reason why London boosted in terms of demographic expansion and market integrations is that -- instead of creating market disorder by demanding cheap supply of goods from other places, emphasizing social privileges and over consumptions, London attracted spontaneous business exchange in market among different groups of people. In section I, by doing a brief literature review on E. A. Wrigley, D. R. Ringrose and other important authors, we may have a basic understanding of the demand and supply market mechanism and its relationship with population, internal market and functions of capitals. In section II, we will analyze how the functions of capital, such as exercising political power to satisfy a particular interest, can affect the demand and supply of market and demographic composition. In section III, we study further how the functions of capital such as price determination can change the economic development of the capital itself and its surrounding industrial and agricultural areas. At the end, we should see that London did a better job integrating the urban-rural market during 1650-1750. Literature Review From 1650 to 1750, London grew much faster than other continental capital cities. There is little debate on the time as shown in table 1 and 2 below. Although the figures...

Words: 1951 - Pages: 8

Premium Essay

How an Organization Should Incorporate the Fraud Triangle to Reduce the Risk of Fraud/Misconduct Within Their Organization

...1 A: A share A股;甲类股份 abatement of tax 减税;减扣免税额 ABN AMRO Bank N.V. 荷兰银行 above-the-line expenditure 线上项目支出;经常预算 支出 above-the-line receipt 线上项目收入;经常预算收入 ABSA Asia Limited 南非联合亚洲有限公司 absolute change 绝对数值变更 absolute expenditure 实际开支 absolute guideline figure 绝对准则数字 absolute interest 绝对权益 absolute order of discharge 绝对破产解除令 absolute profit margin 绝对利润幅度 absolute value 实值;绝对值 absolutely vested interest 绝对既得权益 absorbed cost 已吸收成本;已分摊成本 absorption 吸收;分摊;合并 absorption rate 吸收率;摊配率;分摊率 ACB Finance Limited 亚洲商业财务有限公司 acceptable form of reciprocity 合理的互惠条件 acceptable rate 适当利率;适当汇率 acceptance agreement 承兑协议 acceptance for honour 参加承兑 acceptor 承兑人;接受人;受票人 acceptor for honour 参加承兑人 accident insurance 意外保险 Accident Insurance Association of Hong Kong 香港 意外保险公会 accident insurance scheme 意外保险计划 accident year basis 意外年度基准 accommodation 通融;贷款 accommodation bill 通融票据;空头票据 accommodation party 汇票代发人 account balance 帐户余额;帐户结余 account book 帐簿 account collected in advance 预收款项 account current book 往来帐簿 account of after-acquired property 事后取得的财产 报告 account of defaulter 拖欠帐目 account payable 应付帐款 account payee only [A/C payee only] 只可转帐;存入 收款人帐户 account receivable 应收帐款 account receivable report 应收帐款报表 account statement 结单;帐单;会计财务报表 account title 帐户名称;会计科目 accountant's report 会计师报告 Accountant's Report Rules 会计师报告规则 accounting and auditing procedure 会计与审计程序; 会计与核数程序 Accounting Arrangements 《会计安排》 accounting basis 会计基础 accounting by Official Receiver 破产管理署署长呈 ...

Words: 31998 - Pages: 128

Premium Essay

Corporate Governance

...conventional wisdom all over the world that market dynamics must prevail in economic matters. The concept of governmental controlling the commanding heights of the economy has been given up. This, in turn, has made the market the most decisive factor in settling economic issues. This has also coincided with the thrust given to globalization because of the setting up of the WTO and every member of the WTO trying to bring down the tariff barriers. Globalization involves the movement of four economic parameters namely, physical capital in terms of plant and machinery, financial capital in terms of money invested in capital markets or in FDI, technology, and labor moving across national borders. The pace of movement of financial capital has become greater because of the pervasive impact of information technology and the world having become a global village. When investments take place in emerging markets, the investors want to be sure that not only are the capital markets or enterprises with which they are investing, run competently but they also have good corporate governance. Corporate governance represents the value framework, the ethical framework and the moral framework under which business decisions are...

Words: 408 - Pages: 2

Premium Essay

Npv Irr

...situations they will give contradictory results. This is so in the case of mutually exclusive investment projects. The examples of such projects are technical exclusiveness and financial exclusiveness. The term technical exclusiveness refers to alternatives having different profitabilities and the selection of that alternative which is the most profitable. Thus, in the case of a purchase or lease decision the more profitable out of the two will be selected. The mutual exclusiveness may also be financial. If there are resource constraints, a firm will be forced to select that project which is the most profitable rather than accept all projects which exceed a minimum acceptable level. The exclusiveness due to limited funds is popularly known as capital rationing. The three reasons that these two methods disagree are the size-disparity problem, the time disparity problem, and the unequal expected lives. Size disparity arises when the initial investment in mutually exclusive projects is different. Time disparity...

Words: 317 - Pages: 2

Premium Essay

Csr Accounting Sheets

...CSR Management Accounting Performance reporting and evaluation Accounting Truth? Story? Meaning? Effects on stakeholders/society? Food for thought/evaluation?  Buy Apple products?  Invest in Apple?  Work at Apple?  Cooperate with Apple?  Future of Apple?  Management/Leadership-lessons? Account: noun 1. an oral or written description of particular events orsituations; narrative: an account of the meetings; an account ofthe trip. 2. an explanatory statement of conduct, as to a superior. 3. a statement of reasons, causes, etc., explaining some event. 4. reason; basis: On this account I'm refusing your offer. 5. importance; worth; value; consequence: things of no account. EXPAND verb (used without object) 12. to give an explanation (usually followed by for ): to accountfor the accident. 13. to answer concerning one's conduct, duties, etc. (usuallyfollowed by for ): to account for the missing t ypewriters. 14. to provide a report on money received, kept, and spent. 15. to cause (usually followed by for ): The humidity accounts forour discomfort. His reckless driving accounte d for the accident Basic dichotomy of accounting: some results of actions taken are significant and need to be recorded and some are not Not recorded  externalized; effects do occur but are not the company’s responsibility Environmental audit: a complete understanding of the environmental impact of organisational activity and costs assigned to effects Mushroom growers abues avoiding...

Words: 394 - Pages: 2

Free Essay

Case of Analisys

...Fuentes y usos de efectivo FUENTES | | Aumento deuda bancaria | $1,000 | Aumento en ganancias retenidas | 883 | Disminución efectivo | 961 | Aumento anticipo clients | 726 | Aumento en cuentas por pagar | 600 | Disminución en cuentas por cobrar | 561 | Aumento impuestos por pagar | 329 | Disminución Activo fijo neto | 92 | Disminucuón gastos prepagados | 20 | TOTAL FUENTES EFECTIVO | $5,172 | | | USOS | | Recompra stock | $3,000 | Aumento inventario | 2,163 | Disminución en acumulado | 9 | TOTAL USOS EFECTIVO | $5,172 | Teniendo en cuenta sus fuentes y usos de efectivo, por qué Hampton no podría pagar su crédito inicial a tiempo? Qué pudo haber pasado entre noviembre 78 y agosto 79 que la llevó a esta situación? A juzgar por lo expuesto, pareciera que el fuerte aumento en inventario es el responsable de la imposibilidad de cumplir el pago del crédito a tiempo. El aumento parece deberse a un retraso inesperado en la recepción de cierta pieza crítica. Basándose en la información entregada en el caso, prepare un Presupuesto de caja proyectado para el periodo septiembre – diciembre 1979 SE ASUME: * Cobra a 30 días y paga a 30 días. * CxC de octubre corresponden a 2163 menos los 840 pagados por adelantado, al igual que en noviembre, 1505 menos 726. Prepare un Estado de Resultados proyectado para el mismo periodo y un balance proforma para diciembre 1979. El presupuesto de caja y los estados financieros proyectados arrojan...

Words: 1298 - Pages: 6

Free Essay

Colas War

...that of the bottling business: why is the profitability so different? Concentrate producers and bottlers are both involved in the production and distribution of CSD. They are both essential even tough, the profitability of the concentrate business is much better. The main reason for this difference is the production cost. In one hand, we have the concentrates producers that need raw material ingredients and some plastic canisters which implies a very low capital investment. In fact, they only blend the materials, package the mixture and then ship it to the bottlers. They do not use much labor or sophisticated machinery. Their most significant cost would be the cost associated to marketing (advertising, promotion, market research and bottler support). But this cost is supported by 50% or more by the bottlers. On the other hand, we have the bottlers. Their main costs components are the concentrate they buy and the syrup. Packaging, labour and overheads can also be considerate has significant costs. They also have to be capital intensive because it involved high-speed production lines. The bottling and canning lines cost between 4 $ to 10 $ million each. Furthermore, the lines are interchangeable only with the product of similar type or package with the similar size. That implies that a bottling plant should have at least two lines. The cost of a typical concentrate manufacturing plant is between 50$ million to 100$ million whereas the cost of a bottling plant with multiple lines...

Words: 437 - Pages: 2