Free Essay

Ciliwung

In:

Submitted By sekarlang
Words 2188
Pages 9
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI SWS CILIWUNGCISADANE UNTUK MENGATASI KRISIS AIR JAKARTA Oleh : Bapeda Propinsi Jawa Baratƒ)

A.

Pendahuluan Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan, bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara adil dan merata”. Selanjutnya pasal ini dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, bahwa: 1. Sumber Daya Air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat serbaguna untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di segala bidang baik sosial, ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional 2. Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun, dan kebutuhan air yang cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, sumberdaya air harus dikelola, dipelihara,

dimanfaatkan, dilindungi dan dijaga kelestariannya dengan memberikan peran kepada masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan sumberdaya air. 3. Pengelolaan sumberdaya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Pernyataan pasal-pasal kedua undang-undang di atas mengingatkan kepada pengelola sumberdaya air tentang pentingnya peran air bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Hal tersebut jelas terlihat dalam permasalahan
ƒ)

Disampaikan pada Acara Seminar Krisis Air Jakarta: Tinjauan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Ciliwung Cisadane, 29 Juni 2004 di Kantor Kementerian PPN/Bappenas

krisis air Jakarta, di mana permasalahan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane sebagai pemasok air baku bagi Jakarta sangat berkorelasi dengan permasalahan ekosistem di wilayah sekitarnya, yaitu Kawasan Jabodetabek-Punjur.

Untuk itu, strategi yang seharusnya dipilih adalah yang berdasarkan pada pendekatan perencanaan yang integratif sinergik. Sehubungan dengan itu, Propinsi Jawa Barat telah mencoba menggunakan pendekatan tersebut dalam Penyusunan RTRW Propinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan dalam Perda Propinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat 2010, yang termasuk di dalamnya adalah penataan ruang Kawasan Bodebek dan Bopunjur yang dikaitkan dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kawasan tersebut.

Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat 2010, Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane yang mempunyai luas sekitar 4.496 km2 dengan potensi Sumber Daya Air Permukaan sebesar 5,5 Milyar M3 per tahun, terdiri dari 4 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Kali Buaran, dan DAS Kali Bekasi, yang berdasarkan hasil kajian pada tahun 2001 mempunyai kondisi sangat kritis, di mana rasio aliran mantap atau perbandingan antara kebutuhan air dan ketersediaan air atau kondisi debit aliran sungai yang diharapkan selalu ada sepanjang tahun dari ke empat DAS tersebut telah jauh melebihi 100%. Hal tersebut tentunya sangat kontras dengan kenyataan bahwa Kawasan BodebekPunjur merupakan dua Kawasan yang mempunyai potensi perkembangan yang sangat pesat, baik dari aspek pertumbuhan penduduk (sepertiga penduduk Jabar) maupun dari Laju Pertumbuhan Ekonominya (4,5% tahun 2001) yang selalu di atas rata-rata Jawa Barat.

Berdasarkan analisis citra landsat 1994 dan 2001, telah terjadi pergeseran penggunaan lahan (perubahan tata guna tanah) dari hutan primer sebesar

41,12% di Kawasan Bodebek dan sebesar 6,76% di Kawasan Bopunjur, dari hutan sekunder sebesar 68,94% di Kawasan Bodebek dan sebesar 1,2% di Kawasan Bopunjur, serta dari penggunaan sawah sebesar 11,98% di Kawasan Bodebek dan sebesar 4,42% di Kawasan Bopunjur. Berdasarkan berbagai perkembangan dan kondisi tersebut, terdapat beberapa permasalahan, baik dalam penataan ruang di Kawasan Bodebek-Punjur tersebut, maupun dalam pengelolaan Sumber Daya Air di DAS-DAS dalam Kawasan tersebut. Permasalahan penataan ruang yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Masih belum tuntasnya penjabaran Keppres 114/1999 maupun Ra Keppres RTR Jabodetabekpunjur sebagai suatu acuan penataan ruang yang operasional, 2. Belum sinerginya penanganan atas terjadinya pergeseran penggunaan lahan terutama di Kawasan Lindung hutan, serta belum memadainya acuan penanganan kawasan yang ditetapkan fungsinya sebagai Kawasan Lindung non hutan, misalnya acuan dalam pemanfaatan lahan perkebunan yang telah habis HGU-nya, 3. Kawasan perkotaan yang terus meningkat dan telah melebihi yang

ditetapkan dalam rencana, sehingga berdasar data tahun 2001 telah terjadi penyimpangan sebesar 79,5%).

Permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Ketersediaan air di Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane secara umum telah sangat kritis, 2. Belum terkendalinya pemanfaatan ruang baik di sepanjang sempadan sungai maupun pengelolaan di badan sungainya, 3. Ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan semakin mahal dan langka baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga menimbulkan berbagai konflik antar sektor maupun antar wilayah,

4. Fluktuasi ketersediaan air permukaan sangat tinggi, sehingga sering terjadi kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut merupakan wujud dari hulu DAS yang fungsi konservasinya telah jauh berkurang, 5. Belum adanya kesinergian antar wilayah dalam bentuk role sharing antara Propinsi/Kabupaten/Kota di daerah hulu dengan

Propinsi/Kabupaten/Kota di daerah hilir dalam rangka penanganan hulu DAS. Kondisi tersebut memberikan gambaran tentang telah terjadinya kerusakan DAS yang berdampak terhadap permasalahan surplus/defisit neraca air sepanjang tahun.

Sesuai dengan Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat 2010, maka kebijakan penataan ruang Jawa Barat untuk Kawasan Bodebek dan Bopunjur adalah menetapkan Kawasan Bodebek dan Bopunjur sebagai 2 dari 8 Kawasan Andalan (Kawan) di Jawa Barat. Kawan Bodebek mempunyai kegiatan utama industri, pariwisata, jasa, dan pengembangan SDM, sedangkan Kawan Bopunjur diarahkan dengan kegiatan utama agribisnis dan pariwisata.

Sedangkan, dalam rangka meraih posisi sebagai mitra sejajar Jakarta, maka Kawasan Bodebek juga ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) agar terjadi keseimbangan perkembangan seiring dengan beban yang ditimbulkan oleh Metropolitan Jakarta terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana perkotaan di PKN Bodebek.

Hal tersebut sesuai dengan ’concern’ Jawa Barat Bodebek-Punjur, yaitu: 1. Pengendalian pertumbuhan penduduk,

dalam penataan ruang

2. Peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan baik di hulu maupun di hilir dalam kesatuan Daerah Aliran Sungai (DAS),

3. Pengendalian

pemanfaatan

ruang

yang

cenderung

menjadi

daerah

perkotaan, sehingga cenderung membentuk suatu conurbation di koridor Jakarta-Bandung, 4. Pengendalian alih fungsi lahan sawah irigasi teknis dan hutan termasuk mangrove, 5. Peningkatan penyediaan pelayanan transportasi masal, serta pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman.

B.

Kebijakan Propinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di SWS Ciliwung Cisadane Secara umum, sesuai Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat 2010, telah ditetapkan kebijakan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas kawasan lindung di Jawa Barat, termasuk kawasan lindung di Kawasan Bodebek dan Bopunjur. Kebijakan dijabarkan dalam beberapa program, yaitu (1) Pengukuhan kawasan lindung agar tercapai target luasan kawasan lindung hutan dan non hutan untuk seluruh Jawa Barat sebesar 45%; (2) Rehabilitasi lahan konservasi termasuk rehabilitasi lahan-lahan kritis; (3) Pengawasan, pengamanan, dan pengaturan pemanfaatan sumber daya; serta (4) Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Lindung.

Kemudian, dalam rangka mendukung Visi Pemerintah Propinsi Jawa Barat sesuai Perda No. 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat, terdapat Misi mengenai pembangunan berkelanjutan, melalui yaitu Misi 4. Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Keseimbangan

Penduduk dan Lingkungan dalam Kesatuan Ruang, yang dijabarkan dalam beberapa program, yaitu (1) Pengendalian pertumbuhan penduduk; (2) Penataan Ruang; (3) Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan; (4) Peningkatan efektivitas pengelolaan dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; serta (5) Pemantapan kawasan lindung.

Berdasarkan kebijakan tersebut di atas, upaya pengelolaan sumber daya air di SWS Ciliwung Cisadane untuk mengatasi krisis air Jakarta adalah melalui penataan situ, waduk, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan pengendali banjir, serta melalui konservasi lahan yang diprioritaskan pada kawasan lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan melalui rehabilitasi lahan kritis, pengendalian pemanfaatan lahan dan pengendalian kualitas air.

Secara khusus, pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air diarahkan untuk mendapatkan sasaran sebagai berikut: 1. Meningkatnya kondisi dan fungsi waduk, situ, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan pengendali banjir, 2. Meningkatnya produktivitas sumber-sumber daya air melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air, 3. Meningkatnya kemitraan dan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, 4. Meningkatnya penerapan insentif dan disinsentif ekonomi dalam kebijakan pengelolaan air buangan/ limbah baik limbah industri maupun domestik.

C.

Langkah dan tindak lanjut Propinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Dalam rangka penanganan situ, pada tanggal 12 Mei 2004 telah terwujud penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemerintah Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten Kota di Wilayah Jabodetabek untuk melaksanakan Kerjasama dalam rangka Perlindungan dan Pelestarian Situ Terpadu Di Wilayah Jabodetabek. Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Bodebek telah melakukan berbagai upaya, antara lain: a. Menyusun pembagian peran dalam pengelolaan situ antara

Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu

survai/identifikasi,

perencanaan,

pembangunan,

Operasinal

dan

Pemeliharaan, rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan aparat, perijinan, pengamanan serta monitoring dan evaluasi. b. Menginventarisir data situ di Wilayah Bodebek (Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten/Kota Bekasi, dan Kota Depok) c. Menginventarisir penanganan situ yang telah pernah dilakukan, yaitu berupa kegiatan survai/identifikasi, perencanaan, pembangunan, rehabilitasi, Operasional dan Pemeliharaan, serta kerjasama baik yang didanai melalui APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten/Kota. d. Menyusun rencana penanganan situ di Wilayah Bodebek pada tahun 20052010, jenis penanganan yang dibutuhkan serta usulan sumber dananya.

Dari kesepakatan pembagian peran dalam pengelolaan situ, Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Bodebek telah sepakat bahwa kegiatan survey/identifikasi, pembangunan, operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi, pengamanan dan monitoring akan dilakukan bersama-sama oleh Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, kegiatan perencanaan/desain akan dilakukan Pemerintah Pusat dan Propinsi

sedangkan kegiatan perijinan dan pemberdayaan masyarakat akan dilakukan oleh Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Selanjutnya berdasarkan inventarisasi situ di Wilayah Bodebek, telah teridentifikasi 161 situ dengan luas sekitar 1 sampai 30 ha per situ yang tersebar di Kabupaten Bogor (102 situ), Kota Bogor (9 situ), Kabupaten Bekasi (33 situ), Kota Bekasi (3 situ) dan Kota Depok (14 situ). Secara umum kondisi situ-situ tersebut cukup memprihatinkan karena tertutup gulma, mengalami

sedimentasi, tidak memiliki bangunan outlet yang memadai serta telah berubah fungsi menjadi peruntukan non situ seperti sawah dan perumahan. Selain itu, telah disepakati rencana penanganan situ di Wilayah Bodebek tahun 2005-2010 oleh Pemerintah Pusat (melalui PIPWS Ciliwung Cisadane), Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Selain situ, rencana pembangunan waduk juga telah teridentifikasi, di mana pada Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane terdapat 10 buah rencana waduk yang terletak di Kabupaten Bogor dan Bekasi sebagaimana tabel di bawah ini :

Rencana pembangunan waduk di Wilayah Bodebek
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Calon Waduk Parung Badak Parung Badak Sodong Bogor Drinking Water Empang Genteng Narogong Ciawi Tarum Kanal Canak 2 Sumber Air S. Induk Anak Sungai Cisadane Cisadane Cisadane Cisadane Cisadane Cisadane Ciliwung Ciliwung Ciliwung Ciliwung Cikarang Cikarang Cikaniki Cisadane Solokan Barat Ciliwung Ciliwung Ciliwung Cikarang Cikarang Lokasi Kab. Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bekasi Bekasi Kapasitas Tampung 15 m3/dt 543*10^6 m3t 526* 10^6 m3t 2-4 m3/dt 15 m3/dt 86,7* 10^ m3t 42,5* 10^6 m3t 29,27* 10^6 m3t 20 m3/dt 20 m3/dt Keterangan Flushing Reservoir Reservoir Reservoir Flushing Reservoir Reservoir Reservoir Flushing Flushing

Selanjutnya sesuai RTRWP Jawa Barat 2010, Program Pengembangan Kawasan Lindung dilaksanakan melalui pengukuhan kawasan lindung, rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi lindung, pengendalian kawasan lindung, pengembangan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung serta pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung. Pengembangan kawasan lindung di wilayah Bodebek dilaksanakan di beberapa lokasi, di antaranya : Kawasan Gunung Salak Kawasan Gunung Gede Pangrango Kawasan Gunung Halimun Lahan kritis daerah hulu DAS Ciliwung Lahan kritis daerah hulu DAS Cisadane

Perkembangan Penanganan Lahan Kritis di Kawasan Bodebek-Punjur No Kabupaten/Kota 1 2 3 4 5 6 Kota Bogor Kab. Bogor Kota Depok Kab. Cianjur Kota Bekasi Kab. Bekasi
Sumber: GRLK Jabar, 2004

Luas lahan kritis (Ha) 71 21.329 157 27.911 280 15.766

Luas lahan yang sudah ditanami (Ha) Jumlah pohon 34 1.243 16 19.210 304.652 10.507 1.210.017 7.639 18.500

Keterangan 5 kec. 40 kec. 6 kec. 24 kec. 10 kec. 23 kec.

D.

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan mengenai pengelolaan sumber daya air di WS Ciliwung Cisadane tersebut maupun yang berkaitan dengan penataan ruang di Kawasan Bodebek dan Bopunjur, maka dapat disimpulkan dan disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlunya kesinergian dalam kebijakan penataan ruang antara Pemerintah Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota di Kawasan tersebut dengan suatu acuan bersama (perlu segera melegalisasikan Ra Keppres RTR Jabodetabek) dan menindaklanjutinya dengan penjabarannya secara operasional sehingga dapat dilaksanakan bersama-sama sesuai dengan pembagian peran yang ditetapkan, 2. Dalam mengatasi permasalahan sumber daya air di Propinsi Jawa Barat khususnya di Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane seperti krisis ketersediaan air baku, banjir dan kekeringan, upaya-upaya menuju perbaikan lingkungan harus diprioritaskan seperti perbaikan dan peningkatan kondisi situ dan waduk, konservasi lahan yang berfungsi lindung serta pengendalian

pemanfaatan lahan baik yang berfungsi lindung maupun budidaya, 3. Untuk mengoptimalkan implementasi berbagai kegiatan tersebut,

koordinasi di antara berbagai level pemerintah yaitu Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Hal ini

sesuai dengan pasal 85 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah dilakukan melalui koordinasi oleh suatu wadah koordinasi yang bernama dewan sumber daya air.

Similar Documents

Free Essay

Analisis Kampung Pulo

...juga terus meningkat. Jumlah sampah yang diproduksi tahun 2011 sebanyak 5.500 ton perhari. Pada tahun 2015 jumlah sampah sudah meningkat sebanyak 6.500 ton per hari. Hal ini disebabkan oleh penduduk yang masih belum memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Terutama, penduduk yang tinggal dekat bantaran sungai sehingga mengakibatkan banjir setiap tahun di hampir seluruh sudut kota Jakarta. Pemerintah DKI melakukan berbagai tindakan untuk meminimalisir banjir yang akan terjadi. Salah satu sasarannya adalah normalisasi Sungai Ciliwung. Rencana normalisasi tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 dan Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), rencana sodetan untuk pembangunan danau serta perubahan peruntukan tanah di Kampung Pulo dan Bidara Cina. Oleh karena itu, pemerintah perlu merelokasikan Kampung Pulo karena posisinya berada di palung sungai Ciliwung yang mana lebih rendah dari kawasan lain disekitarnya. Gubernur saat ini, Basuki Tjahaja Purnama dengan tegas menyampaikan sampai kapanpun Kampung Pulo akan...

Words: 5940 - Pages: 24

Premium Essay

Prevent the Flood

...prevent further devastating floods. Finally, I will summarize my presentation. Body Ladies and gentlemen... Not only has many tropical forests which are sources of nature, but also Indonesia has many rivers that serve to accommodate the rain water. The floods are happen  because of own human-made which ignore the nature conservation. So we must to take care of environment, so that it will be friendly to us. There are two efforts which should be done by all the people to take care of environment. The first, we must not throw away trash anywhere, especially in the river which can disturb the flowing of the water. Now, most of all the people do not care about the cleanliness of the river around them. For example, Ciliwung river is full of the trash now. Mukhlis, as a village’s head said that Ciliwung siltation has occurred since a long time. People go around taking out the trash.  He was warned to do not throw away trash there, but the people were ignored it. This condition makes the water flow is not flows well. So that, it...

Words: 496 - Pages: 2

Premium Essay

Research

...Coffee production in Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to: navigation, search This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed. (July 2010) An old man is peeling coffee near megalithic stones at Bena, Ngada, Flores Coffee being roasted at Toko Aroma, Bandung, Indonesia Indonesia is the fourth largest producer of coffee in the world. Coffee in Indonesia began with its colonial history, and has played an important part in the growth of the country. Indonesia is located within an ideal geography for coffee plantations. The longitude and latitude of the country means that the island origins are all well suited micro-climates for the growth and production of coffee, resulting in widespread environmental degradation and the destruction of tropical rainforests that have the highest concentration of endemic species in the world. Indonesia produced 420,000 metric tons of coffee in 2007. Of this total, 271,000 tons were exported and 148,000 tons were consumed domestically. Of the exports, 25% are Coffea arabica and the balance is Coffea canephora.[1] In general, Indonesia’s Arabica coffees have low acidity and strong body, which makes them ideal for blending with higher acidity coffees from Central America and East Africa. Contents [hide] 1 History 1.1 Origins 2 Cultivation ...

Words: 4090 - Pages: 17

Free Essay

Rute Busway

...Daftar Rute Jalur Busway - Transjakarta Untuk naik busway transjakarta caranya cukup mudah. Anda tinggal datang ke loket yang pasti ada di tiap-tiap halte busway. Beli tiket seharga Rp. 3.500 (Rp. 2.000 dari jam 5 sampai jam 7 pagi) di loket. Kemudian anda akan diberikan kartu magnetik yang harus anda masukkan di pintu masuk yang berputar / mesin barrier. Hati-hati karena pintu hanya berputar sekali untuk setiap tiket yang dimasukkan. Bantu dengan tangan anda ketika melewati barrier agar lebih lancar. Bis trans jakarta busway beroperasi mulai jam 5 pagi hingga jam 10 malam. Tiket yang sudah anda masukkan tidak dapat anda ambil kembali. Kemudian anda tinggal menunggu bis trans jakarta di pintu keluar masuk penumpang. Busway Transjakarta beroperasi dari jam 5 pagi hingga jam 9 malam termasuk hari libur dan hari besar. Anda tidak boleh merokok di dalam bis dan harus berhati-hati ketika di pintu masuk ke dalam bis. Lihat pijakan bawah karena bolong dan bila tidak hati-hati bisa jatuh, terperosok dan malu. Untuk menaiki bis transjakarta busway di tiap-tiap koridor anda harus mematuhi beberapa ketentuan dan persyaratan berikut ini : - Tidak membawa barang yang berukuran lebih dari 50 x 50 cm persegi - Tidak membawa barang yang berbau menyengat atau tajam - Tidak membawa barang yang berbabahaya seperti mercon, senjata tajam / sajam, bom, dll - Memberikan tempat duduk anda kepada penumpang yang sedang hamil, anak kecil, lanjut usia / lansia dan yang sedang sakit - Tidak melakukan tindakan...

Words: 3185 - Pages: 13

Free Essay

Pengaruh Penduduk Pendatang Bagi Kelangsungan Hidup Kota Jakarta Pada Tahun 2012

...Bakrie University | Fiska J BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman orde baru pembangunan di Indonesia sudah mulai mengalami banyak kemajuan yang sangat signifikan khususnya Jakarta karena pada saat itu pemerintah menggunakaan sistem sentralisasi yaitu menempatkan Jakarta sebagai pusat pembangunan modern di Indonesia. Disaat Jakarta tumbuh sebagai kota yang modern, kota-kota lain disekitarnya terutama daerah di luar Pulau Jawa. Karena itu banyak penduduk dari kota lain yang berkeinginan untuk berkunjung ke Jakarta untuk sekedar wisata, bahkan untuk menyambung hidup. Banyaknya penduduk kota lain yang masuk ke Jakarta menimbulkan permasalahan baik bagi penduduk tersebut maupun bagi kota Jakarta sendiri. Jakarta dianggap sebagai kota yang pas untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada ditempat mereka terdahulu. Menurut badan kependudukan di Jakarta, jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 9607787 jiwa1 hampir seperempat dari penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta jiwa2. Urbanisasi tidak dapat dihindari dari Indonesia yang dulunya menganut sistem sentralisasi. Pembangunan di pusat lebih diutamakan dari pembangunan didaerah. Karena itu walaupun Indonesia mempunyai sistem pembangunan sebagai bagian dari kemajuan bangsa, yang dimajukan hanyalah daerah pusat atau pulau jawa. Sekarang perkembangan dipulau jawa sudah sangat pesat berbeda dengan pembangunan di pulau lain seperti Papua, Kalimantan dan Sulawesi. Daerah-daerah ini masih menggunakan...

Words: 5259 - Pages: 22

Free Essay

Test

...LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL MAKALAH PEMBAHASAN PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK DAN PT BANK DKI Disusun oleh: Fajrian Fadhli (NPM: 1206198573) PwC 12 PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA OKTOBER 2012 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 LANDASAN TEORI 5 Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) 5 Undang-undang Terkait CSR 8 Parameter dan Key Performance Indicator CSR 8 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN 10 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 10 PT Bank DKI 16 PEMBAHASAN 23 Triple Bottom Lines dan Sustainable Development 23 Paramater dan Key Performance Indicator CSR 23 KESIMPULAN 26 PENDAHULUAN Tanggungjawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (selanjutnya disingkat ”CSR”) dalam sejarahnya bermula sejak Revolusi Industri terutama di Eropa dan Amerika Serikat yang berdampak terhadap perubahan besar di dunia bisnis. Pada saat itu, perusahaan-perusahaan besar dihadapkan dengan kritik dan keputusan untuk melindungi para pekerja, konsumen dan masyarakat luas, di luar tanggungjawab untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya untuk para pemilik (shareholders) dan mematuhi perundang-undangan. Dalam hal ini, pelaku bisnis diharapkan untuk lebih proaktif untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penyelesaian masalah-masalah sosial dalam rangka perbaikan tatanan dalam masyarakat dan lingkungan...

Words: 5318 - Pages: 22

Premium Essay

Sustainable Housing Solutions for Jakarta: Building Up and Moving Jobs Out

...Sustainable Housing Solutions for Jakarta: Building Up and Moving Jobs Out Presented By: Eric Auvinen Yuwei Hu Jennifer Kavak Russell Renteria Juan Rosas Presented To: Bruce Pickering November 26, 2013 Table of Contents 1. Executive Summary……………………………………………………………………i 2. Background of Jakarta………………………………………………………………...5 3. Lack of Space…….……………………………………………………………………6 4. Housing Recommendations…………………………………………………………...7 4.1 Government Tax Credits to Move Jobs out of Inner City…………………….7 4.2 Maisonette adoption in South Tangerang……………………………………..8 4.3.1 Cost of Building Maisonette Housing……………………………..9 4.3 LEED Certified Vertical Housing……………………………………………10 4.4.2 Cost of Vertical LEED Building…………………………………11 5. Inhibitive Ancillary Issues………..………………………………………………….12 5.1 Flooding……………………………..…………………………………...…..12 5.2 Pollution……………………………………………………………………...12 5.3 Lack of Sanitation..…………………………………………………………..14 5.4 Traffic Congestion…....……………………………………………………...15 6. Solutions to Ancillary Issues………………………………………………………...16 6.1 Flooding……………………………………………………………………...16 6.1.1 Cost of Flooding Solutions………………………………………17 6.2 Solution to Pollution…………………………………………………………17 6.3.1 Cost of Implementation…………………………………………..18 6.3 Solution to Sanitation………………………………………………………...18 6.4.2 Cost for Sanitation Solutions…………………………………….18 ...

Words: 6538 - Pages: 27

Premium Essay

Financial Report

...The Communication on Progress of PT. Martina Berto Tbk .- Martha Tilaar Group   Page 1 TABLE OF CONTENT The statement of CEO of Martha Tilaar Group Page 5 Overview Page 6 Introduction Page 7 Strategy, Governance, and Engagement Page 11 Criterion.1 : Strategic aspect of Global Compact Implementation Page 11 Criterion 2: The description of effective decision-making processes and systems governance for corporate sustainability Page 14 Criterion 3: The description of engagement with all important stakeholders Criterion 4: The description of actions taken in support of broader UN goals and issues Page 21 Page 23 Criterion 5: Page 24 Criterion 6: The description of commitment, strategies, policies in the area of human rights The description of effective management system to integrate human rights principle Page 27 Criterion 7: The description of effective monitoring and evaluation mechanism of human rights integration Page 28 Criterion 8: Standardize performance indicators in human rights Criterion 9: The description on commitment, strategies or policies in the area of labour Page 29 Page 30 The Communication on Progress of PT. Martina Berto Tbk .- Martha Tilaar Group   Page 2 Criterion 10: The description on effective management system to integrate the labour Principles Page 32 Criterion 11: The description on effective monitoring and evaluation mechanism of labour...

Words: 15163 - Pages: 61

Free Essay

Master Plan Indonesia

...MASTERPLAN ACCELERATION AND EXPANSION OF INDONESIA ECONOMIC DEVELOPMENT 2011-2025 R EPUBLIC OF I ND ON ES IA Doc. Wijaya Karya Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development © Copyright Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia Published by Editor Design by : Coordinating Ministry For Economic Affairs : Deputy Minister for Coordinating Infrastructure and Regional Development, Coordinating Ministry For Economic Affairs : IndoPacific Edelman First Published 2011 All Rights Reserved Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development Jakarta: Coordinating Ministry For Economic Affairs, 2011 212 pages; 28 x 30 cm ISBN 978-979-3754-14-7 Masterplan aCCeleratIOn anD eXpansIOn OF InDOnesIa eCOnOMIC DeVelOpMent 2011-2025 Coordinating Ministry For Economic Affairs Republic of Indonesia 6 Masterplan P3EI Abstract Doc. Astra Otoparts Doc. Wijaya Karya Doc. Wijaya Karya Table of Contents Preface from The President of Republic of Indonesia Abstract Historical Breakthrough in the Making of MP3EI 1. The Self-Sufficient, Advanced, Just, and Prosperous Indonesia A. Preface B. Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development C. Indonesia’s Position Within The Regional and Global Dynamics D. Indonesia’s Potential and Challenges E. Acceleration of Economic Transformation - A New Way of Working...

Words: 70148 - Pages: 281

Free Essay

Green

...No. Nama Perguruan Tinggi AKADEMI AKUNTANSI PGRI JEMBER Nama Pengusul Sisda Rizqi Rindang Sari Program Kegiatan Judul Kegiatan 1 PKMK KUE TART CAENIS ( CANTIK, ENAK DAN EKONOMIS) BERBAHAN DASAR TAPE 2 AKADEMI FARMASI KEBANGSAAN Nensi MAKASSAR AKADEMI KEBIDANAN CITRA MEDIKA SURAKARTA AKADEMI KEBIDANAN GIRI SATRIA HUSADA AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO Putri Purnamasari PKMK LILIN SEHAT AROMA KURINDU PANCAKE GARCINIA MANGOSTANA ( PANCAKE KULIT MANGGIS ) 3 PKMK 4 Latifah Sulistyowati PKMK Pemanfaatan Potensi Jambu Mete secara Terpadu dan Pengolahannya sebagai Abon Karmelin (Karamel Bromelin) : Pelunak Aneka Jenis Daging Dari Limbah Nanas Yang Ramah Lingkungan, Higienis Dan Praktis PUDING“BALECI”( KERES) MAKANAN BERSERATANTI ASAM URAT 5 Achmad PKMK Zainunddin Zulfi 6 Dian Kartika Sari PKMK 7 Radita Sandia PKMK Selonot Sehat (S2) Diit untuk Penderita Diabetes 8 AKADEMI PEREKAM Agustina MEDIK & INFO KES Wulandari CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Anton Sulistya CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM Eka Mariyana MEDIK & INFO KES Safitri CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Ferlina Hastuti CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM Nindita Rin MEDIK & INFO KES Prasetyo D CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Sri Rahayu CITRA MEDIKA AKADEMI PERIKANAN YOGYAKARTA PKMK Kasubi Wingko Kaya Akan Karbohidrat...

Words: 159309 - Pages: 638